NovelToon NovelToon

Balas Dendam Tuk Mantan

Bab 1

“Bel, kok melamun gitu? Lagi kangen pacar ya?"

Bella hanya tersenyum manis sekali tangannya mengaduk cappucino latte dengan sedotan. "Ih.. sok tau banget sih lo, Sa". Memicingkan matanya.

"Yah, kali Bel soalnya 'kan lo lagi LDR."

Sebenarnya tebakan Alisa tak sepenuhnya salah dan tak sepenuhnya juga benar sebab saat ini Bella malah teringat kembali pertemuannya dengan Abian di salah satu mall di kawasan Senayan City, malam minggu lalu saat menemani adiknya berbelanja.

Bukan pertemuan bertatap muka langsung melainkan Bella yang mengamati Abian dari kejauhan. Namun hal seperti itu sudah membuat jantung Bella berdebar kencang. Abian berada dijarah beberapa meter dari tempatnya berdiri. Cukup dekat sampai membuat Bella yakin itu adalah Abian.

Pandangan Bella stagnan sesaat melihat Abian yang sedang berdiri memegang ponselnya dan mengedarkan pandangan tepat ke arahnya. Bella dengan cepat membalikan badan bersembunyi di antara tiang besar yang menjulang tinggi. Nyatanya dirinya masih lemah dan belum siap bertemu dengan Abian.

Mata Bella masih bisa menangkap presensi Abian yang sudah nampak terlihat lebih dewasa. Tetapi ketampanan, karisma dan sikap cool-nya masih terasa di sekujur tubuhnya. Tungkai kakinya membalik dan hendak melangkah pergi.

Tetapi hati Bella selalu berkhianat, saat matanya kembali melihat dengan jelas dengan seorang gadis semampai yang bergelayut mesra di lengan Abian dan mengecup bibir satu sama lain. Terlihat sangat mesra.

Bibir Bella terkatup rapat, pandangannya beralih ke segala penjuru mall saat melihat Abian yang balas merengkuh pinggang sang gadis dan tersenyum manis.

(Tidak mungkin hanya teman biasa.) Pikir Bela dalam hatinya.

Bella benar-benar menyesali tindakannya itu.

"Bel… Bella". Alisa melambaikan tangannya di hadapan Bella. Tapi ia masih saja menatap kosong. Merasa kesal tak mendapat respon lalu Alisa menepuk tangan Bella yang berada di atas meja.

"Ahk.. iya, Sa.“ Bibir Bella mengerucut sambil meringis memegang tangannya. "Nggak usah mukul juga kali". Protes Bella.

Alisa hanya bisa menunjukan deretan giginya sambil tersenyum. "Abis lo, budek banget sih sudah dipangil-in juga sampai gue ngelambain tangan ke muka lo masih aja dikacangin. Gue takut lo kesambet. Makanya kalo kangen tuh jangan dipikirin, Bel― tapi di telepon video call gitu.“ Alisa berceloteh tanpa henti

Bella hanya menganggukan kepalanya sebab sahabatnya ini selalu cerewet. "Iya bawel, banget ngelebihin mama Misya tau." Ledek Bella.

Gelak tawa terdengar dari mereka berdua sebab sindiran yang Bella katakan ada benarnya. "Lo, tuh yah kalo apa-apa terlalu sering dipendam dan disimpan dalam hati.“ Balas Alisa tak terima

"Ya, simpan dulu Sa, siapa tau entar jadi nambah." Bella menanggapinya dengan jenaka.

"Ih, Bella. Ini serius.. Lo kira gue lagi ngelawak!"

Bella yang tadinya sedang tertawa, kemudian mengatupkan bibirnya mencoba membuat mimik serius.

"Ya, ya. Terus Bella mesti gimana Mama Alisa.“ Nadanya meledek.

Mendadak raut wajah Alisa menjadi masam.

"Pacar apa sih. Halu! kayaknya,” sahut Bella.

"Memang sama Arga enggak ada perkembangan?". Sekarang gantian Alisa yang mendadak blank dan mengulum bibirnya. Bella hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang sedikit kikuk itu.

Bella melirik jam tangan yang melingkar di lengan kanannya. Teringat janji yang tadi pagi ia buat. "Yuk, cabut. Jadi nggak sih atau gue pulang nih.“ Mencoba menghindari tentang topik hubungannya dengan Arga yang terbilang rumit.

"Eh, iya ayo Bel.“ Dengan semangat Alisa bangkit dari kursi

Setelah memarkirkan mobil, Bella dan Alisa memasuki kawasan mall di kawasan Kuningan City. Langsung disambut jejeran area pertokoan. Bella sudah bisa menduga jika mata Alisa sudah jelalatan kesana kemari.

Hobi nge-mall dan belanja Alisa ini kadang suka membuat Bella geleng-geleng kepala sebab temannya sering lupa waktu dan lupa diri. Pernah Bella sampai kelelahan menemani Alisa yang dengan semangat dengan mata berbinar. Alisa sanggup mengitari Mall seharian penuh, kaki Bella sampai pegal, lemas tak mampu melangkah lebih jauh lagi.

Gilanya mereka sama-sama pake heels. Pada akhirnya Bella hanya duduk menunggu di foodcourt ditemani segelas boba.

(Untung saja ia pakai sepatu sport hari ini, terima kasih kali ini firasatnya sangat baik.) Batin Bella.

"Duh, Bel bajunya lagi Sale Up to 70%, bisa kalap nih!! Yang ada kado Jodhi nggak jadi kebeli sekarang," gumam Alisa yang terlihat tak fokus saat mengitari jajaran baju yang terpajang rapi.

"Kebiasaan deh Sa, keseringan salah fokus. Kalo besok―" Bella berfikir sejenak mengambil ponsel di tasnya.

"Gue enggak janji bisa temenin. Ada bimbingan sama Pak Agus. Tau kan. Dia on time banget dan detail kalo meriksa tugas.“ Bella mendesah frustasi mengingat bimbingan pertamanya saja sudah sulit.

Sementara Alisa hanya tersenyum menunjukan deretan giginya yang rapi. "Iya.. Iya Bel, bentar lagi janji.“

Kedua jarinya sudah terangkat ke atas ditambah lagi mimik muka memohonnya tentu saja Bella tidak bisa menolak.

"Abis ini kita langsung ke toko olahraga aja deh. Paling mau beliin sepatu bola tau kaos jersey aja lah,” ucap Alisa.

Bella hanya mendengus sebal. "Tau gini tadi gak usah muter kejauhan, Sa.“ Bella melangkah mencari tempat duduk terdekat ia lelah dan pusing dengan bawaan Alisa yang semakin menggunung.

Sedangkan Alisa tetap melanjutkan kegilaannya belanja membiarkan Bella beristirahat. Kasihan juga sih Bella tapi Alisa tak bisa menghentikan hobinya ini, jiwanya akan menangis jika melewatkan diskon.

Bella lalu menatap layar ponselnya. Dilihat ada beberapa notifikasi pesan.

Itu adalah pesan dari Arga. “Kamu lagi apa? Gimana hari ini di kampus?“

Lalu pesan lain dari mama. “Bel, kamu dimana? enggak makan malam di rumah?“

Dan pesan lainnya dari nomor yang tidak ia simpan ynang Bella abaikan.

Namun satu pesan yang segera Bella balas adalah pesan dari mama yang berisi ia akan makan malam diluar. Temenin Alisa nge-Mall. Pulang Enggak sampai larut malam.

Setelah membalas pesan dari mamanya Bella lalu menggulirkan tombol kamera depan ponselnya seolah bercermin merapikan tatanan rambut juga wajahnya. Memoles sedikit lip gloss pada bibir tipisnya. Penampilannya sekarang sudah cukup rapi dan segar, kemudian Bella segera mengambil swafoto dan mengetikan pesan pada Arga.

Tak lama kemudian ponsel Bella berdering pertanda panggilan masuk.

"Kok kamu sendiri, Alisa mana?" Suara dari mikrofon teleponnya.

Bella tersenyum manis melihat Arga di layar ponselnya walau terlihat wajahnya yang lelah namun mata hitam milik Arga tetap menunjukan tatapan berbinar saat melihatnya." Dia lagi sibuk belanja. Kamu masih di toko?"

"Iya, tadi lagi ramai dan ada launch produk baru. Maaf tadi aku nggak sempat balas pesan kamu," ucap Arga lembut ada nada sesal yang terselip dari gambaran ekspresinya.

"Iya, enggak apa-apa. Jangan lupa makan ya, Ga."

Senyuman manis Arga mengembang. "Iya.. Bel, kamu jangan pulang kemalaman kalo Alisa masih lama tinggal aja."

Bella terkekeh mendengar penuturan Arga. Tiba-tiba suara cempreng Alisa terdengar di depan Bella dan langsung mengambil alih ponselnya.

"Namanya juga perempuan kalo nge-mall pasti lama, Ga.. Dasar nggak peka banget," gerutu Alisa sambil memberikan tatapan memicing.

Arga terkekeh mendengar penuturan Alisa. "Tapi Sa, untung Jodhi sabar banget ya hadepin lo yang cerewet dan kalo nge-Mall super lama banget. Sampai belum puas, kalo tuh Mall belum di kelilingi semua pojoknya."

"Ihk, rusuh!“ Alisa yang kesal memberikan ponsel kembali pada Bella.

"Awas yah! Ga nanti," balas Alisa selagi membawa baju-baju di tangannya menuju meja kasir.

Bella yang melihat pertikaian mulut di antara mereka hanya mengulum senyum. Sudah biasa memang sebab Alisa itu selalu menyenangkan saat digoda karena sikap ekspresifnya dalam menanggapi.

"Ya, sudah, nanti sambung lagi kalau aku udah di rumah. Alisa kalo bad mood malah makin lama belanjanya."

Arga mengangguk setuju. "Kabarin aku kalo udah di rumah."

"Iya.. dah," jawab Bella.

Kemudian dibalas senyuman manis dari Arga. Tidak lama kemudian sambungan telepon berakhir, Bella memasukkan ponselnya. Bella berjalan menuju kasir untuk menghampiri Alisa lagi yang masih setia mengantri di depan kasir dengan setumpuk belanjanya.

"Abis temu kangen sama calon pacar mukanya langsung segar gitu,” sarkas Alisa.

Memang Alisa itu kalo bicara selalu terus terang terkesan menyindir, mungkin orang lain yang belum kenal akan mudah tersinggung mendengarnya tapi bagi Bella omongan Alisa itu yang merupakan teman satu-satunya sebenarnya selalu bisa membuatnya nyaman terlepas dari segala tingkah lakunya yang kadang menyebalkan.

"Sirik aja,” jawab Bella segera menarik pergelangan tangan Alisa.

"Yuk, langsung ke toko olahraga. Nggak usah mampir ke toko lain lagi Sa," ucap Bella mengingatkan.

"Iya Bel." Asa menurut dan menjawab pasrah. Kemudian Alisa menyerahkan paper bag berukuran sedang di hadapan Bella.

"Bel, dipake ya buat party Jodhi. Awas kalo banyak alasan sampe nggak datang, cukup tahun kemarin nolaknya padahal gue sampai mohon-mohon. Lagian sekalian reuni, lo emang nggak kangen ― " ucapan Alisa tergantung.

Alisa mengulum bibirnya dan cepat-cepat melanjutkan ucapannya lagi setelah melihat ekspresi Bella yang dingin. "Enggak usah banyak mikir Bel, jangan terlalu lama menarik diri dari teman-teman SMA kita. Sudah saatnya lo tunjukin diri lo dan wujudkan janji lo." Bujuk Alisa mencoba meyakinkan Bella.

Bella terdiam sebab apa yang baru Alisa katakan mungkin benar. Sudah saatnya menjalankan rencananya.

"Gue jemput pokoknya". Final Alisa tanpa menunggu jawaban Bella sebab setelah melihat ekspresi Bella yang sempat tersenyum tipis membuat hati Alisa lega, Bella kali ini mau mengikuti sarannya ia tau senyum itu sedikit dipaksakan agar membuatnya tak khawatir sebab sedikitnya Alisa yakin Bella masih mempersiapkan diri lagi untuk bertemu kembali.

Bab 2

Cuaca musim panas di Jakarta sudah tak lazim bagi Abian bagaimana juga ia paling malas keluar rumah siang hari tepat saat matahari berada di atas puncak kepalanya.

"Minta Cecil naik taksi aja dong, Mi." Bujuk Abian pada mami-nya sebab Abian yang kini masih ada di kamarnya tengah asik bermain game disuruh untuk menjemput adiknya.

"Cepetan, Abian. Kasian Cecil lagi kan dia belum terbiasa naik kendaraan umum. Lagi kamu juga nggak sibuk ini."

Namun Abian tetap tak menggubris ucapan maminya. Padahal adiknya itu sudah lebih dari delapan belas tahun. Umur yang cukup untuk menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa. Tapi kenyataannya Cecil seperti anak kecil yang belum bisa naik kendaraan umum.

Salahkan mami yang terlalu memanjakan Putri kesayangannya itu.

Melihat Abian yang tidak bergeming, mami yang ada di depan pintu kamar lalu masuk dan mencabut layar televisi yang tengah dipakai Abian untuk bermain Xbox. Abian langsung menengok kearah maminya dan berdecak pelan. "Nanti Abian suruh si Cecil punya pacar dong.“

"Apa hubungannya," tanya mami-nya dengan wajah heran.

Abian lalu melempar stik Xbox-nya ke karpet. "Biar Abian enggak repot jemput atau antar dia mulu."

Memang Abian itu kalau sedang main game susah sekali diusik. Akibatnya ia akan marah atau badmood dan yang berani memerintah Abian hanya maminya.

Memakai jaket, mengambil kunci mobil di atas nakas tempat tidurnya. Abian nampak tampan walau tampilannya cukup sederhana.

"Abian berangkat." Berjalan menuju pintu dengan suara yang datar.

Mami yang menyadari suara anaknya yang terlihat kesal. Hanya menggelengkan kepalanya, sampai kapan Abian bisa sedikit bersikap dewasa. "Abian, lebih baik kamu ajari Cecil nyetir dari pada suruh dia punya pacar," ucap mami sebelum Abian menutup pintu.

Abian mendengus kesal. "Cecil enggak ada bakat nyetir sama sekali,” sahut Abian membalas pernyataan maminya dibalik pintu dan pergi berlalu.

Bukan tanpa alasan Abian bicara seperti itu. Minggu kemarin adalah kejadian nyata mobil milik Abian penyok di bagian bumper depan. Padahal katanya Cecil sudah belajar mobil lewat kursus menyetir tapi adiknya tetap saja bebal. Untung saja kecelakaannya tidak sampai parah.

Mobil putih milik Abian melaju membelah macetnya kota Jakarta menuju kampus sang adik disebuah Universitas Negeri ternama.

Satu jam Abian tiba, segera menuju parkiran gedung kampus fakultas manajemen. Mata Abian menyipit kala mobilnya berjalan lebih pelan, rasanya penglihatannya tidak mungkin salah. Abian yakin dengan apa yang dilihatnya itu nyata.

Tak hilang akal Abian lalu memutar balik kendaraanya dan berhenti di dekat halte gedung fakultas manajemen. Urusan nanti jika Cecil mengomel. Abian lalu menghentikan kendaraannya tanpa berniat keluar dari sana. Untung saja kaca mobilnya sedikit gelap jadi orang lain dari luar tidak dapat melihatnya dengan jelas siapa dan sedang apa yang ada di dalam.

Abian mengeluarkan ponselnya. Tidak lama ia melajukan kembali mobilnya menuju parkiran gedung selatan tempat Cecil menunggu.

"Lama banget," gumam Cecil mengerucutkan bibirnya setelah Abian menurunkan kaca mobil untuk memintanya cepat masuk.

Cecil masuk sambil mengibaskan rambut panjangnya. Sementra Abian memilih diam tak menanggapi ocehan Cecil tadi, ia malas berdebat disaat cuaca panas yang pasti mempengaruhi emosinya

"Sil, di kampus lo itu fakultas manajemen ada berapa bagian sih," tanya Abian memecahkan keheningan

"Kenapa?" Cecil menjawab acuh, perhatiannya tersita pada ponsel pintarnya yang menampilkan postingan yang sedang populer di sosial media-nya.

"Tanya memang nggak boleh?" Tutur Cecil

"Dua," jawab Cecil kelewat singkat.

Memang ya Cecil kalo sedang fokus tak bisa diganggu sama persis seperti Abian, maka dari itu Abian langsung mengambil ponsel yang ada di tangan Cecil. Tak ayal membuat Cecil memekik sebal. "Apaan sih, Kak!"

Abian mendengus sebal sambil mencengkram stir mobilnya kuat. "Lagi kalau orang nanya dijawab yang benar dong!"

"Sudah dijawab benar lagi.. Kak Abian!" Menekan kata-katanya seolah tak terima.

"Kalo tadi tanya fakultas manajemen di kampus mu, ada manajemen apa aja baru aku jelasin― Ada manajemen perkantoran sama bisnis." Lanjut Cecil lagi.

Memutar tombol mesin pendingin udara ke suhu terendah, entah mengapa udara di dalam mobil menjadi mendadak panas ditambah udara dari di luar yang sangat terik menyengat kulitnya.

"Gak biasanya nanyain kemarin, aku mau masuk fakultas mana aja Kak Abian mana peduli." Memicingkan tatapannya.

"Takut kesasar jemput lo," jawab Abian singkat.

Tadinya ia ingin menanyakan hal lain tapi setelah mendapatkan tanggapan yang kurang baik Abian jadi semakin malas untuk menanyakannya.

"Oh,” jawab Cecil.

Abian memang pintar ia bisa mengalihkan tujuannya. Kalau dipikir benar juga sih lagi pula memang Abian baru pertama kali menjemputnya langsung di parkiran kampus.

Tangan Cecil mencoba mengambil kembali ponselnya yang ada di tangan Abian tapi masih kalah sigap dengan tangan Abian yang langsung menaruhnya di dalam kantung jaketnya.

"Kemarin lo nabrak mobil gue ke mobil lain ya?" Suara beratnya terkesan dingin.

Mendapat pertanyaan tentang mobil kesayangan Abian yang tak sengaja bagian depan body-nya dibuat penyok seketika membuat Cecil gugup, mengulum bibirnya dan menyampirkan anak rambutnya ke telinga.

"Eh, iya … Tapi udah mulus lagi kan?" Tersenyum sambil memperlihatkan deretan giginya.

"Lo enggak tabrak lari 'kan. Kok mobil yang lo tabrak enggak ada di bengkel yang sama," tanya Abian penuh intimidasi.

Cecil menelan ludahnya kasar. Walaupun iya sangat payah dalam menyetir tapi ia tidak pernah lari dari tanggung jawab jika berbuat kesalahan. "Sudah dilaporkan polisi kali kalo sampe tabrak lari. Dia sendiri yang nggak mau diganti." Dalih Cecil.

Abian mengerutkan dahi. Benar juga sih yang dikatakan adiknya tapi kenapa tetap janggal di mata Abian. "Bisa gitu?"

"Iya, dia juga mengaku salah soalnya pas keluar parkiran terburu-buru," sahut Cecil meyakinkan.

Abian tersenyum tipis kemungkinan adiknya itu menabrak mobil seorang pria makanya kali ini mobil korbannya tidak mau diganti.

"Sudah pacarin aja. Ditabrak sama lo sampai penyok mobilnya masih aja baik."

Cecil terkekeh mendengar penuturan Kakaknya yang kelewat sok tahu itu, ia lalu diam-diam mengambil kesempatan untuk mengambil ponselnya yang ada di saku Abian. Mumpung sedang macet dan mobilnya tengah berhenti.

Berhasil mendapatkan ponselnya Cecil menatap lagi dengan tawanya kearah Abian, membuat Abian merasa aneh. "Lo kenapa ketawa sendiri."

"Lo lucu Kak, masa Adiknya suruh pacaran sesama jenis. Gue masih normal kali."

Abian hanya dapat menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lalu berdehem menghilangkan rasa malunya. "Pasti cantik tuh orangnya nggak kayak lo," sindir Abian mencoba menetralkan rasa malunya.

Cecil yang tadinya sedang asik melihat foto idolanya seketika menghentikan aktifitasnya. Jadi teringat sosok yang ditabraknya. "Iya cantik, primadona fakultas manajemen bisnis tapi mukanya dingin gitu kayak es."

"Belum aja ketemu Abian Damara pasti langsung terpesona," tutur Abian penuh percaya diri.

Terdengar lagi tawa yang menggelegar siapa lagi kalau bukan berasal dari Cecil sebab yang tengah berada di dalam mobil hanya mereka berdua.

"Pede banget. Kampus gue juga banyak yang lebih cakep dari lo. Besok lusa temenin gue ketemu orangnya deh. Taruhan first impression-nya pasti ke lo biasa aja."

Jiwa pria Abian menjadi tertantang begitu penasaran. "Deal, seminggu nggak ada antar jemput."

Cecil lalu menoleh kearah Abian. "Kalo gue menang selama seminggu lo harus traktir makan plus beliin gue album K-Pop gimana?"

"Curang masa dua gitu hadiahnya, gue cuma satu." Abian berdecak tidak terima.

Cecil nampak berfikir dia ingin makan enak selama minggu penuh tapi ia juga begitu cinta pada idolanya. Lagi pula Abian itu kan sudah berpenghasilan sendiri tidak bergantung lagi pada uang jajan dari papi dan mami-nya tapi masih saja perhitungan dengan adiknya sendiri. Keterlaluan sekali pelitnya.

"Ya, sudah deh beliin album K-Pop aja ya tapi full set.“ Menunjukan deretan giginya dengan tatapan yang memohon.

"Ya.. Iya," jawab Abian mengalah menyudahi percakapan di antara mereka.

Selama perjalanan Abian sudah membayangkan bebasnya ia selama seminggu penuh tidak perlu repot jadi supir.

Bab 3

Bella dan Alisa baru saja keluar dari kelas masing-masing. Lebih tepatnya Bella yang telah selesai lebih dahulu. Sambil menunggu, ia sempat meminjam beberapa buku dari perpustakaan. Sore ini rencananya Alisa ingin mampir ke toko kue milik Mama-nya Bella maka dari itu mereka pulang bersama walaupun mereka satu kampus dan satu fakultas terkadang jadwal mereka tak melulu sama.

"Sa, supir lo sudah sampai dimana?"

Alisa kembali melihat ponselnya membuka pesan terakhir dengan supirnya. "Sebentar lagi, Bella. Di depan kampus."

Bella yang mengerti lalu menganggukan kepala. Sedangkan Alisa kembali menatap ponselnya. Sesekali ia juga tersenyum, bisa dipastikan Alisa sedang chat dengan Jodhi karena jemarinya sedari tadi sibuk mengetik beberapa kata balasan.

Mengerti kondisi itu, Bella memilih mengedarkan pandangannya melihat sekeliling halte fakultas manajemen yang tampak sepi. Seusai kelas Arga juga mengirimkan pesan padanya, hanya saja belum ada balasan kembali.

Dipandanginya langit yang tampak cerah berwarna biru terlihat gumpalan awan yang serupa kapas. Mobil-mobil berlalu lalang, juga beberapa motor dan Ada sedikit orang yang berjalan kaki di sekitar tempatnya menunggu. Karena hari sudah mulai sore kemungkinan mahasiswa yang lain juga sudah pulang meninggalkan gedung kampus. Saat asik mengamati Bella sempat fokus dengan mobil putih yang berhenti tak jauh dari halte tempat ia menunggu bersama Alisa.

"Sa, Pak Deni bawa mobil yang mana?"

"Yang putih, Bella. Yang biasa emang kenapa. Udah sampe?" Alisa menaruh ponselnya di dalam tas dan matanya berpencar ke segala arah.

"Mana Bella?” tanya Alisa. Merasa tak dapat menemukan mobilnya.

Sementara Bella masih terpaku dengan mobil putih tersebut. Namun tak lama kemudian mobil tersebut melaju menuju parkiran fakultas manajemen bisnis

"Bel!"

"Bella!"

"Bella Gunarman." pekik Alisa pada akhirnya dengan suara cempreng khasnya.

Panggil Alisa ketiga kalinya tak di respon sama sekali lantas ia menepuk pundak Bella.

"I― iya, Sa." jawab Bella. Suaranya tergagap dan tubuhnya berlonjak kaget.

"Udah sampe Pak Deni?" Bella malah balik bertanya lagi.

Alisa menghela napas, menghembuskan perlahan cukup panjang. "Ngelamun mulu ih, kebiasaan."

Mengeluarkan ponselnya Alisa lantas memencet beberapa tombol, menempelkannya ke telinga.

“Halo, udah sampai mana Pak?”

“Oke, saya tunggu di halte gedung fakultas manajemen. Gak usah keparkirannya Pak.” Tak lama Alisa menutup sambungan teleponnya.

"Bel, kagetin gue aja tahu, gue kira Pak Deni udah sampai. Tadi pak Deni gue telepon bilang lima menit lagi baru sampai.“

Bella diam sejenak. "Salah liat kayaknya." Bella tersenyum kikuk. "Mobil yang lewat tadi mirip." Lanjut bela lagi kemudian tertawa sumbang.

Menautkan kedua alisnya Alisa lantas menempelkan telapak tangannya ke kening Bella. "Gak demam Bel, kayaknya cuma butuh liburan atau spend time sama Arga deh." Alisa kemudian cekikikan.

Bella hanya memberi tatapan datar. "Arga mulu, emang gue bucin kayak lo."

Alisa tertawa melihat ekspresi Bella, bisa-bisanya ia selalu datar saat membicarakan Arga tapi kalo udah ketemu ekspresi Bella yang akan berubah menjadi manis dan pipinya sedikit kemerahan. Terkadang Alisa tidak mengerti apa Bella punya duality setelah perubahan dalam hidupnya itu.

"Biarin. Gue mah bucin sama pacar sendiri." Alisa menjulurkan lidahnya.

Seperti yang dikatakan pak Deni di telepon, ada mobil berhenti di depan mereka.

Tin! membunyikan klakson cukup nyaring. Alisa lantas menghampiri mobil tersebut karena tentu saja ia hafal plat nomor mobilnya sendiri. "Ayo, Bel." Ajak Alisa.

Bella yang masih duduk di halte langsung ikut masuk di kursi belakang bersama Alisa

"Pak, ke Misya Kitchen yah." Pinta Alisa.

"Baik, Non." ucap Pak Deni.

Mobil yang mereka tumpangi melaju meninggalkan kampus. Bella terdiam sambil menatap ke arah luar jendela masih sibuk dengan pikirannya. Sementara Alisa yang melihat sikap diamnya Bella langsung membuka suara. Khawatir temannya sedang memiliki masalah. "Bel, gimana kabar mobil lo?"

Bella masih asik memandangi jalan yang hari ini yang tak terlalu macet. "Lagi cek sama mang Ujang. Nggak parah kok cuma lecet dikit."

Teman-nya ini memang terlalu baik, Apa yang lecet dikit bumper depannya saja sampai penyok. Alisa saja sebal Bella sama sekali tak minta ganti rugi. Menurut penuturan Bella orang yang menabraknya itu baru saja belajar menyetir lagi pula kesalahannya tak fatal, Bella juga berdalih jika ia juga salah karena terburu-buru saat keluar parkiran tanpa sadar ada mobil lain juga yang ingin keluar secara bersamaan.

"Anak manajemen juga yang nabrak, Bel?"

Alisa memang cerewet, selain memang itu sifatnya Alisa jika belum mendapat cerita lengkapnya dari Bella. "Kayak-nya ….”

Singkat jawaban yang diterima membuat Alisa gemas.

"Ih, serius!" Alisa menuntut penjelasan lebih rinci.

Bella mengulas senyum singkat. "Gue juga nggak tau soalnya belum pernah lihat muka-nya. Tapi kalo dia parkir disitu kemungkinan anak fakultas manajemen bisnis juga. Kenapa sih, Sa.. penasaran banget." Tubuh Bella langsung menghadap ke arah Alisa. "Jangan cari ribut ya. Kan udah selesai masalahnya." Bella berusaha tenang memberi peringatan.

"Iya-ya mau mastiin aja kok, Bel." Alisa menjawab.

Padahal Alisa sudah niat untuk melakukan interogasi.

"Semuanya baik-baik aja dia juga udah minta maaf dan bagiku itu udah cukup kok.“ Dalih Bella.

"Mau pesen kue buat Jodhi juga?". Bella mencoba mengalihkan pembicaraan.

Bella itu tipikal orang yang baik hati. Baginya saat itu adalah hari sialnya setelah isi kepalanya kacaunya memikirkan pertemuannya dengan Abian, lagian sudah selesai kenapa harus dibahas, itu yang dikatakan Bella pada Asa setelah kejadian.

Senyuman yang menyungging Alisa torehkan di wajah manisnya. "Iya, custom yah Bel. please."

Sekian kalinya temannya itu mengeluarkan tatapan memohon. Bella cukup paham dengan permintaan yang Alisa maksud pasti custom kue yang dimaksud benar-benar spesial hanya dibuat satu untuknya. Yah begitu lah Alisa.

Bella bahkan masih ingat Alisa yang meminta wedding cake untuk acara ulang tahunnya ke tujuh belas dengan hiasan berbagai bunga asli yang bisa di makan. Memang seunik dan seribet itu Alisa.

"Tanya mama aja deh, gue masih pusing sama penelitian yang tambah ribet."

Alisa yang mendengar penuturan sekaligus curhatan Bella hanya bisa mengulum senyum.

"Pasti tante nggak akan nolak." Alisa menjawab penuh percaya diri.

Bella tersenyum melihat tingkah Alisa. Temannya ini selalu saja bisa merubah mood-nya dengan cepat, satu satunya teman yang tau sedikit perjalanan hidupnya. Dan Alisa juga yang terus mendorongnya untuk maju hingga bisa seperti ini.

Kesepian yang sempat dirasakan mendadak hilang tergantikan oleh kehadiran Bella. Kalo dilihat dari umur memang mereka sepantaran hanya saja Bella lebih dulu lahir beberapa bulan sebelum Alisa lahir.

"Iya, lo 'kan udah dianggap anak kesayangannya juga." Celetuk Bella sambil tersenyum manis.

Alisa yang mendengar penuturan Bella tersenyum begitu lepas, tulus dan manis membuat hatinya begitu lega. Alisa benar-benar menyayangi Bella seperti saudara kandungnya.

"Iya dong, tapi kalo jadi adek― gue enggak mau. Maunya jadi kakak aja biar bisa omelin sama nyuruh lo,” ucap Alisa.

Bella memberikan tatapan jenakanya. "Lo tuh harusnya memang jadi adik, belum bisa ngapa-ngapain sendiri lagian.“ Alisa tersenyum menunjukan deretan giginya.

“Em, iya sih. Sekarang udah mending Bel, udah bisa masak nasi goreng walaupun pake bumbu instan." Bela Alisa tak terima.

Mereka terkekeh geli mendengar hal itu. Bukan tanpa alasan Alisa ini cita-citanya ingin nikah muda tapi urus diri sendiri saja belum bisa, malah jauh dari kata mandiri, ia sama sekali tidak bisa melakukan pekerjaan rumah tangga.

Meski kaya raya tetap saja skill untuk bertahan hidup harus dikuasai.

Menyenangkan memang jika punya teman yang seumuran tapi bukan perkara mudah mempertahankan pertemanan mereka. Alisa merasa beruntung memiliki sosok teman yang setia seperti Bella. Bukan berarti mereka tak pernah bertengkar hanya saja mereka selalu punya prinsip untuk menyelesaikan pertengkaran mereka lebih cepat, tidak boleh lebih dari sehari itu komitmen yang pegang sampai saat ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!