Sadewa tinggal di sebuah pedesaan di dekat tepi pesisir pantai. Dia sangat suka membaca di bawah pohon hingga tertidur di bawahnya. Suatu hari Sadewa bermimpi di makan harimau. Dia terbangun menghentakkan tubuh berlari tanpa sengaja menabrak seorang wanita.
Dewi bahati seorang putri dari perdana menteri hakim yang sangat cantik jelita. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama melihat kesopanan dan kebaikan Sadewa. Dewi Bahati selalu menunggu kedatangan Sadewa di tempat favoritnya sambil tersipu malu merah merona di pipinya.
Di dalam kehidupan sadewa, dia hanya memiliki ayah dan dua saudaranya. Ibunya sudah meninggal sedari dia kecil. Ayahnya seorang penyihir yang bekerja di pura kerajaan. Dia meracik berbagai ramuan ajaib yang di kehendaki sang raja. Adika saudara kakak pertama yang gemar meracik sihir hitam, dia membangun sebuah gubuk di belakang rumah khusus seluruh percobaan ramuan yang dia buat.
Adika berhati busuk nan licik. Dia menggunakan sihir untuk menghipnotis para wanita agar tunduk padanya. Yuri adalah saudara keduanya, adik bungsu si pemarah namun suka mengobati hewan-hewan dan tumbuhan yang terluka dengan sihir ramuan putih. Dia mempelajari ilmu sihir putih dari buku-buku yang di baca yang berada di balik rak lemari ayahnya.
Sampailah orang terdekatnya muncul, paman sahwana yang membimbingnya menguasai berbagai jurus bela diri dan sihir yang hebat. Dia memilih Sadewa, anak Gupta sebagai keponakan yang paling dia sayangi karena melihat kepolosan dan kegigihannya.
Ilmu Sihir Lenggo Geni
Sihir terkuat mematikan maupun dapat menaklukan seluruh empat elemen dan dua ilmu sihir hitam maupun putih. Sadewa dapat menguasai ilmu Lenggo Geni di bimbing oleh Sahwana. Dua murid Sahwana sudah menguasai ilmu itu terlebih dahulu. Mereka tinggal di sebuah rumah terpencil di tengah hutan yang di tutupi akar bebatuan. Sadewa di wariskan berbagai macam ilmu bela diri. Dia juga di ajarkan cara menggunakan sihir sampai menguasai empat elemen sihir sakti mandraguna.
Senjata pamungkas peonix
Benda pusaka yang keluar dari dalam bumi bisa di bangkitkan dengan pertumpahan darah dan perebutan para penyihir di muka bumi.
Suwung ilmu laduni
Cedhak tanpo senggolan, adoh tanpo wangenan. Sangat dekat namun tidak tersentuh dan sangat jauh namun tidak berjarak.
Musuh bebuyutan dendam kesumat yang sangat membenci Sadewa
Adika, peran saudara kandung yang membenci adiknya sendiri. Dia menggunakan ilmu sihir untuk membunuh Sadewa demi mendapatkan senjata pamungkas Peonix. Adika menghalangi siapapun wanita yang ingin dekat dengan Sadewa.
Manusia kerdil anggota sekte hitam
Para penganut ilmu bela diri hitam mengejar dan mengganggu Sadewa. Perbutan keris raksasa peonix membuat kekacauan hingga meluluh lantakkan tanah di pedesaan kampung halaman desa Gelanggang.
Sekutu kerajaan
Pasukan misterius berbaju hitam mengincar orang-orang yang memiliki ilmu sihir. Mereka di utus raja agar mau masuk ke dalam sekte rahasia.
......................
Dewi Bahati
Peran wanita yang sangat menyukai buku dan syair-syair indah. Dia mengudarakan kata-kata indah untuk kekasih yang dia cinta sampai akhirnya hubungan cinta kandas dengan Sadewa karena terkena sihir hipnotis hitam Adika.
Petikan Cahaya di langit Candrakala
Dunia tidak seindah bila tidak terbias bayang indah mu
Hadir mu mengisi relung kosong di hati ku
Mengusik sepi dalam penantian menunggu mu
Ratu Firaun
Seorang penguasa negeri gurun yang sangat mencintai Sadewa karena ketampanan, kebaikan dan keahliannya menggunakan ilmu bela diri membantu dia ketika di hadang para perompak sekte hitam.
......................
Kebinasaan hati para pendusta.
Si unta meringkik menyimpan kejahatan kata-kata dan pikiran rencana jahat. Orang yang di anggap terdekat ternyata menikam. Siapa yang menyangka katanya saudara sekandung adalah sebuah kebohongan belaka. Diam-diam ayahnya menyimpan rahasia kelam. Tiga anak dari dua ibu yang berbeda. Farasa meninggal dunia setelah melahirkan Yuri. Begitu pun kakaknya Rume saat melahirkan Adika, bayi itu pun tersemat seolah sebagai anak karena terikat dari kakak perempuan istrinya. Ibu dari Sadewa dan Yuri. Tidak ingin membedakan ketiganya. Gupta membesarkan mereka di dampingi seorang pengasuh yang bernama mbok Rongya.
Tidak ada yang lebih indah dari pertemuan awal
kalbu terisi senandung gelap terangnya langit menapaki bebatuan terjal
Hati tidak akan pernah berdusta siapa pemilik sebenarnya
Hanya saja pada mula garis nasib dan takdir masih menjadi misteri di kehidupan nyata
Hujan menabur pelangi berkepanjangan menyaksikan seorang dewi Bahati sedang mandi di sungai bersama teman-temannya. Tawa nyaring terdengar hingga ke perbukitan hijau tempat Sadewa berteduh. Gubuk kecil yang hanya cukup untuk dia duduk. Mencari sumber suara berisik itu, dia mengintip dari sela bebatuan ada banyak wanita cantik bermain air.
Salah satu mereka hanyut terbawa aliran air sungai yang deras. Sadewa mengambil kain menggunakan akar kayu yang panjang. Dia berpikir ulang akan memberikan kain yang dia temukan itu namun pasti mereka akan menjadi salah sangka. Para wanita itu tampak terburu-buru meninggalkan sungai. Bakul-bakul yang berisi cucian kain di pinggul hingga salah satu dari mereka masih sibuk mencari sesuatu.
“Siapapun tolong aku, bantu aku menemukan pakaian ku yang hilang! Aku akan memberikan hadiah yang besar sebagai imbalannya” jeritnya.
Sadewa muncul dari bebatuan menggenggam pakaian miliknya. Dia menyodorkan baju itu dengan memiringkan kepala menatap ke lain. Dengan cepat wanita itu meraihnya, dia berpindah ke balik sisi bebatuan yang lebih tinggi. Setelah memakai pakaiannya, dia membawa bakul selendangnya memperhatikan pria di depannya.
“Terimakasih telah atas kebaikan kisanah_”
“Panggil saja aku Sadewa, siapa nama mu?”
“Saya Dewi Bahati, putri perdana menteri hakim.”
“Kalau saya putra ketua penyihir pembuat ramuan kerajaan. Senang bisa berkenalan dengan putri.”
Setelah pertemuan itu, mereka berdua sering bertemu di tepi sungai maupun perbukitan hijau. Hingga suatu hari perasaan Dewi Bahati menggebu memikirkan Sadewa menarik ulur hatinya untuk bertemu.
“Dia ada disitu, temui saja” ucap Yana.
“Tapi aku malu, apa yang akan aku katakan padanya?”
“Kalian kan sama-sama suka membaca buku, bilang saja engkau akan mau membaca buku di atas bukit hijau__”
Desakan memberanikannya untuk menemui Sadewa tertidur sambil memegang sebuah buku di atas dadanya. Dewi Bahati berpura-pura berdehem keras hingga suaranya membangunkannya. Sadewa tersenyum tersipuh malu, dia melirik buku yang di baca wanita yang kini selalu ada di dalam pikirannya itu.
“Aku pergi ya” bisik Yana memberikan acungan jempol pada temannya itu.
Bahati mengangguk berterimakasih. Duduk di sebelah pria itu, dia rela bajunya kotor atau harus kepanasan karena terkena terik mentari yang panas menyilaukan mata.
“Kanda serius sekali bacanya, bukunya terbalik. Ihihihhh”
“Heheh, maaf dinda” sahut Sadewa memasang wajah malu.
Dari kejauhan rombongan berduka hitam Digja mengepung mereka berdua. Dewi Bahati melotot merentangkan tangan. Dia tau sifat angkuh ,kasar pria itu menggunakan kekuatan orang tuanya supaya memenuhi kehendak sendiri.
“Jangan lindungin aku Dewi Bahati, aku seperti pria lemah” ucap Sadewa.
Digja turun dari kuda memasang jurus andalan siap menyerang. Dua para pengikutnya ikut menyerbu, dia terkepung di hajar hingga babak belur. Di atas tanah berlumpur, lukanya mengalir darah yang deras.
“Cukup! Hentikan Digja! Atau aku akan melapor ke istana!” bentak Dewi Bahati.
“Ingat ya, pertarungan ini belum selesai!” pekik Digja membawa pasukannya pergi.
Bahati membopong Sadewa pulang menuju rumahnya. Pria yang tidak ingin menyusahkan wanitanya itu meminta dengan sopan agar Bahati melepaskan pelukan dan membiarkannya berjalan sendiri.
“Kanda kenapa sih? Kalau nggak suka bilang aja! Huhh! Aku pulang saja”
“Bukan begitu maksud ku dinda Dewi Bahati!” Karena tubuhnya sangat lemah, dia tidak bisa mengejarnya.
Sesampainya di rumah Sadewa meringis kesakitan. Dia merebahkan tubuh tidak berdaya akibat hantaman pukulan pertengkaran tadi siang. Mbok Rongya berjalan tergopoh-gopoh membawa nampan. Ada wadah kecil yang berisiair hangat , handuk kecil, dan segelas ramuan penyembuh luka.
“Ssthhh , sakit! Pelan-pelan mbok!”
“Kamu selalu membuat si mbok khawatir. Kalau tidak bisa berkelahi ya jangan cari musuh. Musuh saja tidak di cari sudah datang sendiri”
“Aku akan belajar ilmu Kanurangan, warisan ilmu sihir dan ilmu bela diri untuk melindungi diri”
“Ayah mu pasti tidak akan setuju jika kamu menggunakan ilmu-ilmu itu untuk kepentingan pribadi.”
“Aku juga akan menggunakannya untuk membantu orang yang lemah__”
Selesai mengurus Sadewa,pengasuh itu meronda mengecek anak-anak Gupta sebelum tidur. Pada tiap ruangan mereka menggembangkan bakat masing-masing. Yuri masih meracik ilmu sihir putih menggunakan penyatuan pura cenayang. Diam-diam dari balik dinding dia menguping pembicaraan si mbok dengan Sadewa. Dia penasaran dengan sebuah nama dari seorang wanita yang sering di perbincangkan itu.
Adika secara sembunyi-sembunyi mencari tau dimana alamat rumah Dewi Bahati serta segala kegemaran dan kesukaannya. Paras wanita yang cantik nan ayu, kulit putih bagai salju, wajah merah merona bagai putikkelopak bunga yang mekar. Adika tanpa memandang Bahati sebagai kekasih Sadewa itu berniat mencuri hatinya.
Teruntuk dewi Bahati
Aku menatap mu dari kejauhan, rembulan indah yang ingin aku dekap sepanjang waktu
Oh putri penguasa dahaga kerinduan ku
Laksana bintang ingin aku menjadi satu nama di hati mu
Aku mencintai mu
Syair itu di tulis pada sebuah kertas sihir yang di terbangkan berbentuk iring-iringan kupu-kupu yang indah. Sihir hitam yang bisa menembusa dinding kamarnya. Bahati tersenyum berpikir surat sihir itu berasal dari Sadewa.
“Oh kakanda, engkau terlalu membuat ku di mabuk kepayang. Siapa lagi jika bukan engkau yang mengirim ini? engkau adalah anak si penyihir terhebat di kalangan wilayah kerajaan Kartanegara” gumam Bahati.
Dia berkali-kali membolak-balik isi surat itu, Hari ini seperti biasa menunggu pertemuan di bawah perbukitan hijau. Dewi Bahati berhias seindah mungkin di temani Yana yang membantu membawakan tumpukan buku.
Waktu belum menunjukkan pertemuan yang seharusnya pada sore hari, dia menemui Sadewa yang sedang memanjat pohon.
“Kakang Sadewa, aku ingin berbicara dengan mu!” teriak Bahati.
Sadewa melompat turun tersenyum menyambut kedatangannya. Wanita itu menahan diri ingin memeluknya. Dia menujukkan ucapan terimakasih atas surat sihir indah berbentuk kupu-kupu beterbangan di langit-langit kamarnya.
“Aku ingin membalasnya kanda__” wajah senang tergurai bahagia.
Pernyataan membalas perasaannya itu, masih ragu-ragu dia ungkap kan. Raut wajah Sadewa kebingungan karena tidak pernah mengirimkan apapun padanya. Dia membaca tulisan tangan dan sihir hitam yang selalu di layangkan oleh Adika saudaranya.
“Maafkan aku Dewi Bahati, tapi bukan aku yang menulis surat ini” ucap Sadewa.
Kejujuran Sadewa membuat amarah di Bahati. Dia sangat malu telah salah alamat hampir saja kata balasan terlontar padanya. Bahati menangis meninggalkannya, dia membuang surat itu meninggalkan Sadewa dan Yana yang masih kesusahan berjalan membawa bukunya.
“Bahati tunggu aku!” panggil Yana.
”Hiks, hiks__”
Dewi Bahati masih menangis di dalam kamar. Yana berusaha menenangkan, akan tetapi air mata wanita itu masih saja tumpah. Pandangan menghadap depan, dia mendengar langkah suara kuda berhenti di depan rumahnya. Para pekerja bergegas membuka pintu. Beberapa menit berlalu, ketukan suara pintu kamar memanggilnya.
“Ndoro, ada tamu. Katanya cari ndoro putri”
“Aku tidak mau bertemu siapapun!”
“Sudah biar aku saja yang menemuinya__” jawab Yana.
“Siapa yang datang bi?”
“Seorang pria berpakaian bangsawan non”
Lelaki berpakaian rapi lengkap dengan simbol kerajaan dan tanda kebangsawanan. Wajah flamboyan, dia bertutur lembut menggoda kaum hawa. Lelaki bertubuh tegap itu memasang wajah senyuman. Dia menanyakan dimana keberadaan Dewi Bahati.
“Mohon maaf sebelumnya, anda ini siapanya Dewi Bahati?” tanya lelaki itu.
“Saya Yana. Sahabatnya dari kecil. Memangnya kamu ada keperluan apa dengan dia?”
“Saya Adika. Saya mau minta maaf atas kesalahpahaman. Sejujurnya surat ini saya yang mengirimkan karena saya ingin lebih mendekatkan Sadewa adik saya pada Bahati”
Mendengar penjelasannya dia meminta sadewa menunggu selagi dia memberitahu Bahati. Di dalam kamar, Yana menyampaikan semua pesan Adika. Dia juga memberitahu sosok lelaki yang datang itu lebih lembut dan sopan di bandingkan dengan Sadewa adiknya. Bahati sebenarnya kaprah, dia hanya melihat dari sisi luar pria itu tanpa mengetahui niat terselubung di dalamnya. Perkataan sanjungan yang di layangkan Yani sahabatnya membutakan mata, hati dan pikirannya.
Bahati keluar menemui Adika, wajahnya menunjukkan rasa kesal. Sesekali dia menyeka bekas air matanya. Dia masih tidak setuju karena pria itu telah membuat pertikaian besar antara dirinya dengan Sadewa. Air mukanya yang cemberut di balas senyum dan tawa. Adika menggelengkan kepala melihat tingkat Bahati masuk ke dalam rumah membanting pintu.
Sesampainya di kediaman wilayah Gupta. Peran Adika yang berselubung hati busuk memikirkan cara bagaimana agar Bahati tertarik dengannya. Di mata Adika, sosok putri perdana menteri hakim itu sangat mempesona.
Dubrak__ Pragh__
“Kurang ajar kau Sadewa, kenapa kau mendobrak paksa masuk ke dalam ruangan kebesaran ku?” tanya Adika memasang posisi kuda-kuda akan menyerang.
Sadewa mencampakkan surat sihir ke wajahnya. Dia tidak menyangka kakaknya itu tega ikut campur hingga memberikan surat rahasia tertulis syair cinta. Kekesalan semakin menjadi karena tidak ada kata maaf yang terlontar darinya.
“Aku peringatkan pada mu jangan ikut campur atau mengurusi masalah pribadi ku. Kalau kau menganggap ku sebagai adik mu!” bentak Sadewa.
“Baik, aku tidak akan mau tau apapun lagi tentang mu!”
Pertengkaran mereka hanya bisa di saksikan mbok Rongya dari balik tembok. Mendengar keributan itu Yuri melerai pertikaian itu. Dia menghancurkan sihir hitam yang akan di keluarkan Adika ke Sadewa. Melebur menggunakan sihir putih sampai Yuri mimisan tidak tahan menahan serangan hitam yang lebih kuat.
“Lihatlah apa yang telah kau lakukan. Kau membuat Yuri terluka!”
“Bukan kah kau duluan yang masuk ke kamar ku!”
Mbok Rongya membantu Yuri menuju ke kamarnya. Melihat adiknya terluka, Sadewa berhenti menyerang Adika. Dia melihat telapak tangan Yuri setengah hangus terbakar. Luka melempuh mengakibatkan bau amis bercampur nanah.
“Biarkan aku meracik ramuan sendiri untuk menyembuhkan luka ku kak. Setelah itu aku akan bertapa mengembalikan kembali tenaga dalam.
“Bagaimana engkau bisa membuat ramuan jika kedua telapak tangan mu terluka parah?" Tanya Sadewa.
“Mbok Rongya akan membantu ku__”
Si mbok cekatan melakukan semua intruksi dari Yuri. Tiba pada satu bahan yang kosong dari salah satu deretan botol akar ramuan. Tumbuhan yang paling penting sebagai penyembuh luka. Sadewa yang sedari tadi belum terpejam berjalan melihat keadaan Rume. Wajah kebingungan si mbok mempercepat langkah membawa bakul bambu keluar dengan sangat terburu-buru.
“Mau kemana mbok?”
“Ini den, si mbok mau ke hutan mencari ramuan herbal"
“Bagaimana ciri-ciri tumbuhan itu? biar aku saja yang mencarinya__”
Sadewa sangat mengkhawatirkan sang adik, berbeda dengan Adika tidak mau tu menahu. Dia berpikir semua kesalahan itu terletak pada Sadewa. Tidak perduli luka bersumber dari kekuatannya yang mematikan. Mendapatkan tumbuhan langka di tepi tebing bebatuan. Lumut-lumut di sekitarnya seperti dapat berbicara sampai menyerang Sadewa.
Di tempat lain, Gupta duduk di dekat sang raja menghadiri rapat penting bersama para punggawa istana. Dia duduk di dekat raja Namrut di sekeliling para dayang mengipasinya. Kemenangan Kartanegara di bawah pimpinan para pejuang negeri memiliki ilmu sihir, bela diri dan kepiawaian menggunakan pedang yang hebat.
“Pada hari ini, aku Namrut akan memberikan penghargaan atas jasa para pahlawan yang dengan gagah beraninya memperjuangkan tanah kemerdekaan dan mengalahkan musuh. Kini wilayah Kartanegara semakin luas hingga ke barat laut. Hahaha”
“Hidup Kartanegara! Hidup raja Namrut!” sorak pada pengikutnya.
“Tidak ada satu pun yang bisa mengalahkan kehebatan Kartanegara!” teriak sang raja yang angkuh itu sambil mengangkat dagunya tinggi.
Gupta di beri hadiah dua peti emas, begitupula para pejuang yang berperang. Menghasilkan ramuan ilmu sihir yang tinggi hingga bisa menundukkan lawan, Gupta menyimpan rahasia bahwa ilmu sihir yang paling sakti mandra guna itu berasal dari adiknya Sahwana.
Di malam hari yang larut dia membawa satu peti emas menuju ke sebuah gua tempat tinggal sang kakak. Dia membagi hasil atas kerja kerasnya. Gupta tidak pernah menyerah agar Sahwana mau bekerja sama di bidang sihir di dalam kerajaan.
Srekk__
Peti emas itu di dorong Sahwana mendekati Gupta. Dia menggeleng kepala lalu memalingkan wajahnya. Pendiriannya tidak pernah goyah meskipun di berikan tawaran yang sangat menggiurkan. Dia tidak mau menjadi lawan atau menciptakan permusuhan. Di dalam benak Sahwana, raja Namrut pasti akan membanding-bandingkan kekuatan sihir mereka berdua.
“Sudah aku katakan pada mu kalau aku tidak mau masuk ke dalam abdi dalem raja sebagai ajas manfaatnya. Aku lebih suka kebebasan tanpa harus terikat, raja yang sombong itu terlalu rakus dann tamak”
“Jaga bicara mu Sahwana, ku harap engkau memikirkannya sekali lagi”
Gupta pergi membawa peti itu ke rumahnya. Punggung Gupta telah menghilang begitupun langkah suara kaki kudanya. Dia tetap mengamati segala gerak-gerik saudaranya itu, melihat siapa keponakan yang pantas dia turunkan ilmu sihir sakti, ramuan serta senjata ampuh. Walau bagaimana pun yang pantas mendapatkan semua anugerah itu adalah peran pria yang melindungi negara serta orang yang lemah. Melihat sikap Adika bertolak belakang dengan Sadewa, dia menetapkan hati dan pikiran memilih Sadewa sebagai pewaris ilmu yang akan dia turunkan.
“Semoga dia bisa mendapatkan semua ilmu itu. Sesuatu yang aku bimbangkan kini adalah kepolosan Sadewa yang menganggap semua orang baik seperti dirinya” batin Sahwana yang sedang di atas batu besar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!