NovelToon NovelToon

Poligami ( Menikah Dengan Adik Ipar)

Saudara Kembar

Zahira selalu menemani Ammar bermain ketika dia pulang dari kampusnya. Zahira yang usianya sama dengan Zahara. Lebih memilih untuk melanjutkan studi dibandingkan menikah. Seperti pilihan yang diambil oleh saudara perempuannya itu.

"Za, kamu istirahat saja dulu. Biar Mama yang menjaga Ammar."

Ibu mertua Zahara sudah menganggap Zahira seperti anaknya sendiri. Karena wajahnya yang sangat mirip dengan menantunya itu. Jelas saja mirip, Zahara dan Zahira adalah saudara kembar.

"Tidak Apa Ma. Zahira sudah kangen sama Ammar. Ammar kangen enggak sama Imu?" Zahira bertanya kepada Ammar.

"Imu."

Ammar langsung memeluk Zahira. Wanita yang mengurusnya sejak kecil dan dipanggil Imu ( Ibu Muda ).

Kedekatan Ammar dan Zahira yang sudah terbangun sejak Ammar bayi. Membuat Ammar bergantung kepada Zahira. Kerap kali ketika Ammar melihat Zahira sudah rapih. Dia akan menangis dan terus minta di gendong karena takut ditinggal oleh Zahira.

"Ammar, Imu mau ganti baju dulu dan istirahat. Ammar sama Yanda yuk."

Bagas mengambil alih Ammar. Dan meminta Zahira untuk membersihkan diri sepulang kuliah.

"Kamu kok sudah pulang, Gas?" tanya mama Utami.

"Udah, Mah. Di kantor lagi enggak banyak kerjaan juga. Nanti malam, Bagas akan ajah Zahira untuk makan malam bersama dengan rekan Bisnisku." Bagas bicara sambil mengajak bermain putranya.

"Bagas, apa kamu tidak memiliki perasaan apapun kepada Zahira selama ini?" Utami penasaran dengan perasaan putranya.

"Mah, tentu aku punya rasa dengan Zahira. Dia itu'kan adik kembar istriku. Sudah pasti aku menyayanginya." Bagas menjawab dengan cepat.

"Bukan itu yang mama maksud. Mama tanya perasaanmu sebagai seorang laki-laki kepada lawan jenisnya." Mama Utami menjelaskan maksud pertanyaannya.

"Mah, dia adalah adik iparku. Mana mungkin aku menaruh hati kepadanya. Jika itu terjadi perasaan Zahara pasti hancur." Bagas menjelaskan dengan hati menggebu.

"Gas, sudah dua tahun istrimu terbaring di rumah sakit. Dia tidak sadarkan diri. Apa kamu tidak merindukan sosok seorang istri?" Mama Utami kembali mengajukan pertanyaan yang begitu sensitif.

"Mah, please. Jangan bahas tentang ini lagi. Aku tidak akan mendua. Aku akan tetap menunggu istriku sampai bangun." Bagas terus menegaskan perasaannya.

Selama ini dia selalu menjaga hati dan juga pandangannya untuk tidak berpaling dari Zahara.

*****

Zahira menyiapkan sarapan pagi seperti biasa. Meski di rumah itu ada asisten rumah tangga. Zahira tetap membantu. Dia tidak mau berdiam diri saja dan menjadi benalu.

Dulu Zahira selain kuliah. Dia juga seorang penjual bunga. Zahira bekerja di toko bunga milik bibinya. Namun, karena mama Utami memintanya untuk ikut tinggal dengan mereka dan mengurus Ammar. Zahira harus melepas pekerjaannya.

Bagas yang merasa kalau Zahira butuh uang untuk biaya kuliah dan kebutuhannya. Menanggung semua keperluan Zahira. Zahira mendapatkan uang saku bulanan dan di bayarkan kuliah. Maka dari itu Zahira merasa dia juga harus ikut bekerja di rumah kakak iparnya itu.

"Za, besok malam ada acara makan malam dengan kolega Mas. Kamu bisa menemani Mas?" tanya Bagas.

"Seperti biasa?" tanya Zahira.

"Iyah, seperti biasa. Apa kamu keberatan?" Bagas menatap Zahira.

"Tidak. Aku tidak keberatan."

"Baiklah kalau begitu. Nanti kamu ke kamar Mba Zahara saja. Pilih gaun yang akan kamu kenakan. Seperti biasa. Bersikap feminim layaknya kamu adalah Zahara." Pesan Bagas.

Zahira selalu menemani Bagas ke setiap acara kantor ataupun acara rekan bisnisnya. Teman maupun rekan bisnis Bagas tidak tahu mengenai istrinya yang koma dan memiliki kembaran.

Flashback on

Bagas beberapa kali pergi ke acara pesta tanpa membawa Zahara bersamanya. Beberapa teman dan rekan bisnisnya menanyakan keberadaan istri tercinta dari Bagas Dirgantara.

Bagas tidak pernah absen sebelum-sebelumnya untuk membawa istrinya pergi ke pesta.

Saat tiba acara pesta pernikahan rekan bisnisnya. Bagas berpikir keras alasan apa lagi yang akan dia berikan kepada teman-temannya. Bagas tidak mau orang tahu tentang kondisi istrinya.

"Ada apa, Gas?" tanya Mama Utami.

"Aku bingung apa lagi alasan yang akan aku berikan kepada mereka. Mereka terus bertanya keberadaan Zahara." Bagas menjelaskan permasalahan yang sedang membuat gusar hatinya.

"Kenapa tidak jujur saja? Toh dengan begitu mereka bisa memakluminya."

"Mah, tidak bisa. Jika hal itu terjadi, maka berita akan menyebar dan media akan mulai mencari tahu semuanya." Bagas semakin pusing.

"Kalau begitu, bawa saja Zahira. Bukankah mereka tidak tahu kalau Zahara memiliki saudara kembar?"

Mendengar perkataan mamanya membuat Bagas mendapatkan solusi dari permasalahannya.

Dulu saat dia menikah dengan Zahara, Zahira sedang berada di Bandung karena urusan kuliah yang tak bisa di tinggal.

Dari situlah awal mula Zahira selalu diajak ke pesta oleh Bagas untuk menggantikan kakaknya Zahara.

Flashback off

*****

Bagas dan Zahira turun dari dalam mobil.  Mereka jalan sambil bergandengan tangan. Zahira terus mengembangkan senyumannya dan bersikap feminim mungkin.

Zahira yang sudah satu tahun lebih menjalani perannya sebagai Zahara sudah sedikit terbawa. Dia sudah mulai menggunakan pakaian layaknya wanita. Padahal sebelumnya dia sangat tomboy. Rambutnya selalu pendek. Sekarang rambutnya sudah semakin panjang. Meskipun masih menggunakan rambut sambungan.

"Hai, Gas. Makin cantik ajah istri Lo."

Teman-teman Bagas semakin sering memuji kecantikan wanita yang menjadi gandengan Bagas setiap ke pesta.

"Jangan lirik-lirik terus. Istri orang nih." Bagas menyindir beberapa teman yang sejak tadi memperhatikan adik iparnya itu.

Saat ini dia sudah sangat terbiasa dengan kehadiran Zahira di sampingnya. Rasanya jika tak ada Zahira saat berpergian bagaikan sayur asam tanpa garam, alias hambar.

Bagas dan Zahira berbaur dengan beberapa rekan bisnis. Mereka juga sama-sama membawa pasangan bagi yang sudah memiliki. Namun, mata lelaki seringkali tak bisa terkontrol.

Wajah cantik Zahira mulai menjadi santapan mata mereka. Zahira baru kali ini merasa risih ketika beberapa pria menatap dirinya dengan tatapan tak biasa.

"Mas, bisakah kita pulang lebih awal?" Zahira berbisik ditelinga Bagas.

"Ada apa memangnya?" tanya Bagas.

"Aku merasa risih berada di club seperti ini. Mereka seperti tidak biasa menatapku."

Memang baru kali ini acara pesta dibuat di sebuah club malam. Tak hanya Zahira, ternyata Bagas juga merasa tidak nyaman.

"Permisi, maaf. Sepertinya ada hal mendesak di rumah. Jadi kamu berdua harus segera pulang." Pamit Bagas.

"Wah, sayang sekali Pak Bagas. Padahal pestanya baru saja di mulai." Pria yang merupakan pemilik pesta menyayangkan keputusan Bagas.

"Iyah, saya juga berharap bisa bersenang-senang lebih lama. Hanya saja, sesuatu terjadi di rumah."

Bagas lalu berjabat tangan dengan pria itu. Dan mereka langsung keluar dari club malam itu.

Bagas dan Zahira masuk ke dalam mobil. Namun ada hal yang aneh. Bagas terlihat seperti orang mabuk padahal sejak tadi dia tidak menyentuh alkohol sedikitpun.

Bagas berusaha mengkondisikan matanya yang mulai terasa kunang-kunang.

"Mas kamu kenapa?" tanya Zahira khawatir.

"Kepalaku pusing," jawabnya.

"Kalau begitu, aku yang menyetir saja. Kita tukar posisi."

Tatapan Matanya

Zahira dan Bagas pulang ke rumah. Zahira menghentikan mobil di garasi rumah.

"Terima kasih Zahira kamu telah menemaniku malam ini," seru Bagas.

"Sama-sama, Mas. Maafkan Aku jika kita harus pulang cepat."

"Tidak apa-apa aku juga merasa tidak nyaman di sana." Bagas membuka seat beltnya.

"Apa perlu bantuanku untuk turun?" tanya Zahira.

"Tidak perlu. Aku sudah lebih baik."

Zahira dan Bagas turun di dalam mobil. Zahira lebih dulu masuk ke dalam rumah. Namun, sebelum ia pergi ke dalam kamarnya. Zahira terlebih dahulu memeriksa Ammar.

Dilihatnya Ammar sudah tertidur lelap ditemani oleh ibu mertua kakaknya.

"Kalian sudah pulang?" tanya mama Utami.

"Sudah, Mah. Kami hanya sebentar di sana." Zahira duduk di tepi kasur.

"Kok cepat sekali. Biasanya kalian cukup lama perginya."

"Aku, sedang tidak ingin berada terlalu lama di sana. Suasana sepertinya tidak bersahabat." Jelas Zahira.

"Ada apa? Coba ceritakan kepada mama." Mama Utami mendesak Zahira untuk bercerita.

"Aku hanya tidak nyaman saja berada di sana. Mereka sepertinya ingin menggodaku. Atau itu hanya perasaanku saja."

Zahira menceritakan apa yang dia rasakan kepada mama Utami.

Melihat wajah Zahira yang sedikit murung. Mama Utami langsung merengkuhnya ke dalam pelukan.

"Kamu tenang saja. Bagas pasti bisa melindungimu. Mama yakin dia tidak akan membiarkan mu terluka sedikitpun."

Zahira tersenyum dan hatinya menjadi lega setelah mendengar kata-kata mama Utami yang meyakinkannya bahwa Bagas akan selalu menjaganya.

"Mah, Zahira ke kamar dulu. Soalnya besok ada mata kuliah tambahan." Zahira bangun dan kembali ke dalam kamarnya.

Satu persatu anak tangga dia naiki. Zahira menempati kamar di lantai dua. Yang kebetulan kamar itu bersebrangan dengan kamar Bagas.

Dia menatap pintu kamar Bagas cukup lama.

"Aku harap kamu baik-baik saja, Mas."

Zahira merasa cemas dengan kondisi Bagas yang tadi sempat pusing kepalanya.

*****

Bagas merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dia menatap kasur yang kini hanya di tiduri olehnya sendiri. Sudah dua tahun kasur itu tak menyaksikan pergulatannya dengan Zahara di malam hari atau disaat mereka menginginkannya.

"Aku merindukanmu." Bagas mengusap kasur yang menjadi tempat dimana istrinya tertidur.

Air mata Bagas lalu mengalir. Dia tak tahu lagi apa yang harus dia upayakan agar istrinya sembuh.

Zahara terkadang sadarkan diri. Namun, setiap kali sadar dia akan bertindak diluar kondisi normalnya. Itulah mengapa Bagas menyerahkannya ke petugas kesehatan atau dokter di rumah sakit. Dia tidak bisa mengendalikan Zahara ketika mengamuk.

Zahara sudah seperti orang depresi. Jangankan mengingat putra mereka. Mengingat Bagas pun tidak.

Puas mengingat istrinya yang begitu dia rindukan. Bagas keluar kamar karena hendak mengambil minum.

*****

Zahira selesai membersihkan diri. Dia memakai piyama putih yang diberikan Zahara untuknya. Katanya piyama itu kembaran dengannya.

Zahira yang sudah lelah langsung membuka ikat rambutnya dan membiarkan rambutnya tergerai.

"Oh iya. Aku lupa untuk mengambil minum."

Zahira kembali turun dari atas ranjangnya. Dia keluar kamar dan tak sengaja berpapasan dengan Bagas.

Bagas yang melihat Zahira memakai piyama putih dan rambut yang tergerai. Bagaikan melihat Zahara istrinya. Bagas mendekat dan terus menatap Zahira.

"Zahara." Panggilnya.

"Maaf, Mas. Aku adalah Zahira. Bukan Kak Zahara."

Perkataan Zahira menyadarkan Bagas dari khayalannya.

"Permisi." Zahira melewati Bagas.

Dengan cepat Bagas menarik tangan Zahira dan mereka saling bertatapan dengan sangat dekat. Bagas menatap lekat wajah yang sangat mirip dengan istrinya itu. Ditambah gaun tidur yang dipakai Zahira. Membuat fantasi liar Bagas yang sudah terkubur lama kembali bangkit.

Bagas dengan cepat ******* bibir tipis Zahira. Zahira sempat melakukan pemberontakan. Dia sadar ini bukan hal yang benar. Namun, aksi Bagas tak bisa di tolaknya.

Dua tahun sudah mereka hidup dalam satu atap. Tidak menutup kemungkinan Zahira menaruh hati kepada pria yang menjadi idaman setiap wanita.

Bagas terus melancarkan aksinya dan membawa Zahira masuk ke dalam kamarnya.

.

Apa yang akan mereka lakukan? Akankah malam ini menjadi malam awal hubungan mereka?

.

.

Bersambung ....

Curahan Rindu

Bagas membuka pintu kamarnya. Namun, dia tetap terus menempelkan bibirnya di bibir Zahira. Zahira yang berusaha melepaskan rengkuhan Bagas. Ternyata tak bisa. Bagas malah semakin erat dan semakin merapatkan tubuh mereka berdua.

Bagas melempar Zahira ke atas kasurnya. Dan membuka bajunya segera.

"Mas, kamu mau apa? Mas, sadar aku adalah Zahira. Bukan kak Zahara." Zahira berusaha bangkit dari tempat tidur Bagas.

Bagas yang telah melepaskan bajunya. Dia langsung menarik kembali Zahira. Bagas sudah seperti orang yang kerasukan setan saja. Tenaganya juga bak kuda liar. Tak bisa dihentikan oleh tubuh kecil Zahira.

Bagas kembali mengulum bibir tipis Zahira. Dia bahkan mulai membuka outer gaun tidur Zahira hingga hanya inner baju tidur saja yang kini menempel di tubuh wanita berusia dua puluh enam tahun itu.

Zahira menitikkan air matanya. Dia tidak sanggup membayangkan bagaimana sakit hatinya sang kakak nanti jika tahu, suaminya telah menggaulinya.

Bagas mulai menikmati setiap inci tubuh Zahira. Sayang seribu sayang, Zahira tak bisa menolak gairah yang diberikan oleh kakak iparnya itu.

Bagas yang sudah kerasukan hawa nafsunya. Sudah tidak bisa lagi disadarkan oleh Zahira. Setiap kali dia mengelus tubuh adik iparnya. Zahira berusaha menolak dengan bahasa tubuh. Karena bibirnya terkunci oleh bibir Bagas.

"Aku merindukanmu." Bagas berbisik ditelinga Zahira.

Zahira yang mendengar bisikan itu semakin menangis. Dia sadar kalau Bagas bukan menginginkan dirinya seutuhnya. Namun, kakak iparnya itu sedang terjangkit malarindu yang sangat dahsyat. Dua tahun waktu yang sangat lama. Sudah dua tahun itu pula Bagas menahan hasratnya untuk bergaul dengan Zahara.

Kini Bagas sudah melucuti semua pakaian yang dikenakan oleh Zahira dan mulai melancarkan aksinya.

Zahira yang hanyut dalam buaian dan sentuhan Bagas. Tubuhnya tidak bisa lagi menolak sengatan itu. Meski pikirannya terus berusaha menolaknya.

Bagas tidak seperti biasanya bagi Zahira. Bagas sejak awal tak pernah memberikan tatapan menggoda kepadanya. Namun, entah kenapa. Malam ini, pria itu kehilangan kendalinya setelah kepulangan mereka dari pesta.

Satu jam sudah mereka bergelut diatas kasur. Rasa yang baru pertama kali dia rasakan itu. Sangat membuatnya meliuk-liukan tubuhnya yang masih perawan satu jam sebelumnya.

Bagas tergeletak di atas ranjangnya. Dia tidak sadarkan diri setelahnya.

"Mas, Mas Bagas?" Zahira menepuk-nepuk pipi kakak iparnya itu.

Bagas kemudian mendengkur. Mendengar dengkuran kakak iparnya. Zahira lega, dia takut Bagas pingsan.

"Kak, maafkan aku. Maafkan aku yang tidak bisa menolak keadaan ini. Aku tidak tahu kenapa bisa aku hanyut dalam sentuhannya."

Zahira keluar dari kamar Bagas sambil terus menitikkan air matanya. Dia tak bisa menghilangkan rasa bersalahnya kini. Dia juga tak bisa mengerti apa arti rasa yang ada di dalam hatinya.

*****

Matahari sudah bersinar terang. Sejak selepas shalat subuh. Zahira sudah menyiapkan sarapan dan sudah menyuapi malaikat kecil kakaknya.

"Za, gimana tidurmu semalam? Nyenyak?" Mama Utami bertanya.

"Nyenyak, Ma." Zahira menjawab dengan perasaan tak karuan.

Dia takut ibu mertua kakaknya akan kecewa dengannya ketika mengetahui pergumulan dia dan Bagas semalam. Dia tidak mau kehilangan sosok ibu. Selama ini dia mendapatkan kasih sayang dari ibu mertua kakaknya.

Zahira dan Zahara memang sudah tidak lagi memiliki ibu sejak mereka dilahirkan. Zahira dan Zahara di urus oleh bibi mereka.

"Za, kenapa kamu bengong? Apa terjadi sesuatu? Atau kamu tidak enak badan?" tanya mama Utami.

"Tidak, Mah. Aku hanya sedikit mengantuk. Mungkin karena semalam habis mengerjakan tugas kuliah yang cukup sulit"

Zahira kemudian kembali bermain bersama Ammar. Ammar sudah wangi dan ganteng sekali pagi ini.

"Mah, nanti Zahira ajak Ammar jalan-jalan di sekitar komplek ya," seru Zahira.

"Boleh, tapi alangkah baiknya kamu pergi dengan Bagas juga. Karena mama rasa Bagas juga perlu menghirup udara pagi, tapi kemana dia. Kenapa jam segini belum juga bangun." Mama Utami melihat ke arah tangga.

"Mungkin Mas Bagas masih lelah, Mah. Biarkan saja dia tidur agak lama. Zahira siap-siap dulu."

Zahira mengangkat tubuhnya dan berjalan menuju tangga. Saat dia hendak menaiki anak tangga tiga terakhir. Dia berpapasan dengan Bagas yang sudah mandi dan wangi.

"Za. Kamu nanti tolong siapkan beberapa keperluan Kak Zahara. Mas mau ke rumah sakit menjenguknya."

Bagas lalu menuruni tangga. Zahira melihat kakak iparnya itu tak merasa canggung di dekatnya. Bahkan bersikap sangat biasa seperti sebelumnya.

"Apa sebenarnya yang terjadi semalam? Apa dia tidak mengingatnya sama sekali?" Zahira langsung berkaca-kaca.

Dia mempercepat langkahnya untuk masuk ke dalam kamar. Dia menangis di sisi tempat tidur. Kegadisannya telah terenggut, tapi pria yang merenggutnya tidak mengingatnya sama sekali.

Zahira sangat menyesal. Dia menarik-narik rambutnya. Dia menangis karena frustasi. Isak tangisnya tak bisa ia hindari.

Ada rasa sesak kini di hati Zahira ketika Bagas sangat memperhatikan Zahara.

"Kenapa ... Kenapa semalam kamu melakukan hal itu kepadaku? Padahal kamu sangat mencintai kakakku!" Zahira menatap pintu kamarnya.

Rasa marah, rasa bersalah, rasa tak percaya dan rasa sesal bercampur aduk menjadi satu di dalam hatinya.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan, Kak? Aku telah menjadi duri di dalam pernikahan kalian. Aku telah menyerahkan kegadisanku kepada suamimu. Suami yang begitu kamu cintai."

Zahira tahu betul perasaan kakaknya kepada Bagas. Dia dulu sangat bangga dan ceria ketika menceritakan sosok Bagas kepadanya dan juga ayahnya.

Bahkan ayah mereka sangat senang karena Zahara mendapatkan sosok suami yang sangat baik.

"Kalau ayah sampai tahu hal ini. Sudah pasti dia akan marah kepadaku. Ayah maafkan Zahira yang bodoh ini." Zahira menghapus air matanya. Dia teringat akan mengajak Ammar jalan pagi.

Zahira mengganti pakaiannya dan kembali turun menemui keluarga kakaknya.

Meski dia tahu kalau mama Utami sangat sayang kepadanya. Namun, dia yakin mama Utami tidak akan setuju jika tahu tindakan Bagas dan dirinya semalam.

"Za, apa semua perlengkapan kak Zahara sudah siap?" tanya Bagas sambil menggendong Ammar.

"Sudah, Mas. Ini Za taruh di atas meja depan ya," kata Zahira sambil memperlihatkan tas yang ada di tangannya.

Ammar yang melihat Zahira membawa tas langsung merengek. Dia seakan takut Zahira meninggalkannya.

"Eh, Ammar. Imu tidak kemana-mana kok. Imu hanya membawa tas untuk Bunda saja." Bagas menenangkan Ammar.

"Apa kamu akan menemui Zahara?" tanya mama Utami.

"Iyah, Mah. Sudah dua hari aku tidak berkunjung. Aku ingin melihat keadaannya." Bagas memberikan Ammar kepada Zahira.

"Za, hati-hati dan jangan lengah saat menjaga Ammar. Aku dengar kamu mau membawa Ammar keliling komplek. Jadi kalian harus lebih hati-hati."

Bagas menyalami ibunya dan menyentuh dagu putranya lalu pergi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!