KISAH INI HANYALAH KHAYALAN BELAKA, AKAN ADA ADEGAN - ADEGAN YANG MEMBUAT EMOSI DAN MENAMBAH TENSI, JADI MOHON TINGKAT KESABARANNYA DI TAMBAH YA GENGS 🌊❤️🌹
Di sebuah Universitas Elitekhusus anggota kerajaan yang terkenal di London yaitu Newcastle University terlihat seorang wanita yang baru saja pindah dari London untuk mengikuti bisnis ke dua orang tuanya.
Namun, Gadis itu tidak ingin jika orang tuanya membeberkan tentang identitasnya. Dia ingin di kampusnya yanh baru ini dia mendapatkan teman yang benar - benar ingin menjadi teman untuknya. Bukan karena lantaran orang tuanya dan ke dua nama kakeknya, yang seperti kalian tahu sendiri jika dia memiliki dua kakek yang luar biasa, yang satunya Raja, yang satunya lagi Pengusaha terkaya dunia, maka tidak heran jika nanti yang dekat dengannya hanyalah orang - orang yang hanya memanfaatkannya saja.
Dengan langkah kecilnya, Hanna Imannuela berjalan menyusuri koridor Fakultasnya. Dia mencari ruang Kelasnya yang sudah di berikan oleh pengurusnya kemarin.
“Apakah kamu yang bernama Hanna?” Suara seseorang tiba - tiba menegurnya, membuat Hanna menoleh dan melihat sosok pria paruh baya yang sedang berdiri di sebelahnya.
Hanna hanya diam saja, dengan menganggukan kepalanya pelan. “Saya adalah Ascart, saya adalah Rektor di Universitas ini, saya juga yang akan mengantar kamu untuk menemukan kelasmu.” Ucap Ascart memperkenalkan dirinya.
Di kampus ini, hanya dirinya saja yang tahu siapa anak gadis di depannya ini, maka sangat tidak mungkin dia memberikan sebuah beban padanya, karena Hanna adalah kesempatan untuknya mendapatkan sebuah pengakuan dari Kakeknya.
Mungkin tidak usah terlalu jauh dengan Mario, cukup dengan L’Arc saja jika memang bisa membuat cucu mereka nyaman, pasti sudah jelas dia akan mendapatkan sebuah penghargaan.
Lagi - lagi Hanna hanya diam saja dan merespon dengan anggukan kepalanya saja. Dan karena tidak ada balasan dari Hanna, Ascart langsung memimpin jalan Hanna untuk menemukan kelasnya.
“Hem, Tunggu.” Panggil seseorang yang merupakan ajudan dari Hanna.
Mereka adalah Inglis, dan juga Rani. “Pak Ascart, tentu tidak melupakan kamikan.” Ucap Inglis yang di balas senyum oleh Ascart.
“Tentu tidak, saya sudah di beritahukan jika Nona Hanna akan membawa dua pengawalnya untuk menjaganya. Dan saya juga sudah di beritahukan jika identitas kalian di kampus itu di setarakan dengan Nona Hanna, dan jangan sampai di beritahukan keluar.” Balas Ascart, memberitahukan apa yang sudah dia ketahui.
Kemarin pengawal Orang tuanya benar - benar sudah menjelaskan apa yang di sukai dan juga tidak di sukai oleh Hanna.
Dia juga berjanji, jika dia tidak akan membuat satu kesalahan apapun yang membuat Hanna sampai tidak nyaman.
***
Sesampainya di depan kelas, Hanna langsung di persilahkan untuk masuk, dan karena kelas mereka bareng, jadilah Inglis yang mewakili Hanna untuk memperkenalkan dirinya.
Tetapi seisi dalam ruangan itu malah menatap ke arah mereka dengan pandangan sinis.
Karena Newcastle University adalah sebuah Academy di mana semua anggota kerajaan ada di sana. Tidak hanya bagian dari kerjaan Inggris saja, tetapi juga dari beberapa pangeran dan juga putri dari kerjaan lain yang ada di dunia. Dan bahkan tidak hanya anggota kerajaan saja, melainkan Academy itu juga di isi dengan banyaknya anak bangsawan.
Sehingga Kastapun menjadi tolak ukur di dalam Academy itu. Pakaian mereka akan menentukan Kasta mereka, jika mereka adalah Pangeran dan juga Putri, maka mereka akan mendapatkan seragam almater bewarna Hitam dan Gold, dengan sayap sebagai lambang malaikat, sedangkan jika mereka adalah anak bangsawan terpandang, maka mereka akan mendapatkan seragam bewarna biru merah tanpa kain sayap tambahan, dan kasta terakhir adalah khusus bangsawan miskin, atau anak kerjaan yang merupakan anak selir, atau bahkan masuk dalam kelas pengawal, maka mereka hanya akan mendapatkan seragam bewarna putih dengan less biru.
Namun, karena Hanna ingin menutupi identitasnya yang sebenarnya, maka dia memilih menggunakan pakaian Bangsawan yaitu biru merah, dia tidak ingin terlalu mencolok di dalam kelas itu.
“Baiklah Hanna dan Inglis kalian boleh duduk di tempatmu.” Pinta seorang wanita yang sepertinya adalah wali kelas di sana.
“Tetapi Rani, kelas kamu bukan di sini, kamu mendapatkan kelas pengawal yang ada di ujung lorong.” Ucap wanita itu lagi. Membuat Hanna dan Inglis menoleh ke arah Rani.
“Kenapa harus berpisah?” Tanya Inglis, seperti tidak ingin mereka berpisah.
“Karena di saat kalian masuk ke dalam Newcastle University, Kasta kalian sudah di periksa, dan Dia tidak memiliki darah bangsawan apapun, jadi dia tidak bisa di kelas ini, dia harus di singkirkan ke kelas Pengawal.” Jawab wanita itu, dan ketika Inglis ingin membuka mulutnya lagi untuk membantah, Hanna lebih dulu menarik tangannya agat tidak terus menerus membantah.
“Tidak apa - apa Inglis, kita akan bertemu di jam istirahat.” Sahut Rani, yang mau tidak mau keluar dari kelas Elite.
Dan setelah kejadian itu, Hanna dan Inglis memilih duduk di kursi paling belakang, yang tepatnya di atas. Dan ketika mereka melangkah, tidak ada pandangan mata yang lepas dari mereka, terutama sosok wanita yang duduk di bangku paling depan.
Wanita itu menggunakan pakaian Hitam Gold dengan sayap, yang mengisyaratkan jika dia adalah seorang Tuan Putri entah dari Negara mana.
Namun ada yang membuat Hanna merasa risih, karena sosok pria yang duduk di seberangnya menatapnya seperti mangsa yang sangat menggiurkan.
Hanna merasa keringat dingin karena di tatap seperti itu. “Tidak apa - apa Hanna, semuanya akan baik - baik saja.” Ucap Inglis, menggengam tangan Hanna agar wanita itu bisa sedikit tenang.
Entah sejak kapan Hanna memiliki Trauma dan bahkan sering sekali mengalami Panic Attack, yang jelasnya Hanna banyak memiliki Phobia, terkhusunya dia sangat takut dengan bentakan seseorang dan juga Gelap.
“Baklah anak - anak perkenalkan nama Saya adalah Emilia, dan saya akan menjadi wali di kelas ini,” ucap wanita paruh baya yang ternyata benar jika dia adalah seorang wali kelas.
Saat itu pelajaran di kelas berjalan dengan lancar, walaupun ada sedikit keributan karena pembullyan yang di lakukkan oleh beberapa pangeran, termasuk pria yang sejak tadi duduk di sebelah Hanna, pria itu jarang berbicara namun dia langsung bertindak dan bahkan menghina siapapun yang tidak dia sukai.
Sangat - sangat tidak mencerimankan sikap sebagai seorang Pangeran yang akan menjadi Raja di Masa depan.
To Be Continue. *
**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ******🙏🏻🙏🏻**** dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.
Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰*** jangan Sinder.***
Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya😎
*Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal ****😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya********😘😘*** ****
*****Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ******😭😭😭*
Terima kasih🙏🏻🙏🏻
KISAH INI HANYALAH KHAYALAN BELAKA, AKAN ADA ADEGAN - ADEGAN YANG MEMBUAT EMOSI DAN MENAMBAH TENSI, JADI MOHON TINGKAT KESABARANNYA DI TAMBAH YA GENGS 🌊❤️🌹
Setelah jam waktu pelajaran berganti, Hanna dan Inglis memilih untuk keluar, karena Hanna ingin mendatangi perpustakaan.
Tetapi, ketika dia baru saja ingin beranjak dari duduknya, tiba - tiba saja seorang wanita datang menghampirinya, dan bahkan langsung duduk di sebelahnya.
“Hay, perkenalkan aku adalah Melani.” Ucap wanita itu, yang namun masih saja di abaikan oleh Hanna.
Inglis melihat tatapan dari Hanna dan akhrinya dia mengerti apa yang di inginkan dari anak majikannya itu. “Melani saya adalah Inglis,” sahutnya memperkenalkan dirinya, walaupun dia tahu jika Melani sedang berbicara dengan Hanna.
Melani tersenyum tipis pada Inglis untuk menanggapinya sejenak, Namun pandangannya tetap fokus pada Hanna yang tidak kunjung menjawabnya.
Bahkan Hanna memilih untuk buru - buru berdiri dan mengabaikan perkenalan dengan Melani.
“Sepertinya Hanna sedang tidak ingin di ganggu olehmu, jadi lain kali saja ya berkenalannya.” Inglis bersuara mewakilkan Hanna, dan lalu bergegas untuk menyusul Hanna keluar dari kelas.
Gerak gerik Hanna sejak tadi mendapatkan perhatian dari seorang pria yang sejak tadi terus menatapnya.
“Hanna, Apakah kamu melihat tatapan pria yang duduk di seberang meja kita?” Tanya Inglis, ketika mereka sudah sampai di perpusatkaan.
Hanna menoleh lalu merespon dengan anggukan kepalanya. “Apakah kamu tidak merasa jika tatapannya aneh?” Tanya Inglis lagi.
“Kenapa aku harus memikirkan hal itu? Bukankah tatapan seperti itu sudah sering kita dapatkan di sekolah - sekolah sebelumnya.” Jawab Hanna dengan simple.
Dia memaklumin, jika banyak pasang mata yang menatap risih ke arahnya. Karena itu memang sebuah kewajaran karena ketika manusia lain melihat seorang wanita yang bisu tidak mau berbicara seperti dirinya, itu adalah hal yang lumrah.
“Nona Hanna, Nona Inglis.” Tegur Rani, ketika sudah menemukan mereka.
Tadi Rani mendatangi kelas mereka, dan teman di sana mengatakan jika mereka melihat ke duanya ada perpustakaan.
“Ada apa Rani?” Tanya Inglis, dengan wajahnya yang penasaraan.
Rani menundukan kepalanya pelan, “Anu, Tadi Tuan Chirst datang dan memberitahukan jika Nona Hanna di tunggu di Mansion utama sepulang dari Belajar.” Jawab Rani, memberikan pesan yang di berikan tadi kepadanya.
Hanna menoleh ke arah Inglis, yang hanya bisa merespon dengan kedikan bahunya singkat. Dia juga tidak tahu kenapa Hanna harus di panggil ke Mansion utama. Padahal selama ini Hanna tinggal di Bungalo bersama dengan Inglis, Rani dan pengawal lainnya.
Hanna merasa hatinya tidak nyaman, entah kenapa dia berpikir jika akan terjadi hal besar setelah ini.
***
Waktu pulanganpun telah tiba, Hanna dengan di antar oleh Inglis dan Rani, akhirnya pergi ke Mansion utama untuk menemui orang tuanya.
“Hanna, karena kamu akan bertemu dengan orang tuamu, maka aku akan pulang terlebih dahulu ya.” Pinta Inglis, karena selama dia menjadi pengawal Hanna, dia sudah jarang pulang dan terus fokus pada Hanna.
Inglis sendiri juga berasal dari keluarga Bangsawan, meskipun dia tidak sekaya keluarga Hanna, tetapi keluarganya masih mempunyai nama yang pantas untuk di sejajarkan. Dan semenjak sekolah di Tk dulu, mereka sudah saling mengenal dan berjanji akan terus bersama - sama hingga dewasa.
Bahkan Inglis sendiri berjanji dan bersumpah akan terus menjadi pengawal Hanna sampai Hanna sudah menemukan calon pendamping hidupnya yang bisa menjaganya.
“Kenapa harus pulang? Bukankah aku hanya akan bertemu saja, nanti juga balik lagi.” Balas Hanna, seperti tidak rela berpisah dengan Inglis.
“Kenapa langsung pulang? Kamu sudah lama tidak berkumpul bersama dengan Daddy dan Mommy kamu, jadi ya perbanyaklah waktu kalian. Aku juga akan kembali dua hari lagi.” Ujar Inglis lagi. Yang membuat Hanna tidak bisa mengambil pilihan yang lain.
Walaupun sebenarnya dia tidak senang jika Inglis pergi, namun dia juga tidak boleh egois, karena Inglis juga mempunyai keluarga yang menunggunya.
***
Sesampainya di Mansion utama, Hanna melihat jika Mansion itu sangat ramai, sepertinya orang tuanya sedang ada tamu.
“Apakah kamu yakin tidak mau masuk dulu?” Tanya Hanna memastikan Inglis akan masuk menemaninya atau tidak.
“Sepertinya aku akan langsung, salamkan saja dengan Paman dan juga Bibi ya.” Pamitnya, karena dia harus buru - buru pergi. Dia tidak mau sampai terlambat pulang, karena waktu yang sudah menunjukan waktu petang menjelang malam.
Hanna menghela nafasnya, dia tidak bisa mengatakan hal apapun, selain melambaikan tangannya untuk menyertai kepergian Inglis.
“Nona, ayo kita masuk.” Ajak Rani, ketika mobil Inglis sudah keluar dari pekarangan.
“Baiklah Rani, bisakah kamu membawakan barang - barangku?” Balasnya, lalu memberikan tas dan semua barang - barangnya pada Rani.
“Tentu saja Nona.” Sahut Rani, dan lalu dia mengambil alih semua barang - barang Hanna dan melangkah mengikuti Hanna yang sudah mulai masuk ke dalam.
“Daddy dan Mommy di mana?” Tanya Hanna, ketika dia masuk ke dalam dan bertemu dengan salah satu pelayan di sana.
“Oh, Tuan Aberline dan juga Nyonya Brina ada di taman belakang Nona, bersama dengan Tamunya.” Jawab pelayan itu, dan lalu Hanna kembali melanjutkan langkahnya untuk menemui orang tuanya.
“Daddy, Mommy.” Panggilnya, dan membuat semua orang yang ada di belakang itu menoleh ke arahnya.
Namun, ada sosok yang membuat Hanna sedikit terkejut. ‘Kenapa dia bisa ada di sini?’ Tanya dalam hati, ketika dia melihat sosok pria yang sejak tadi menatapnya di sekolah, kini sekarang sedang berada di rumahnya.
Brina bangkit dari duduknya ketika dia melihat putrinya yang baru saja pulang. “Sayang, Anak Mommy kamu sudah pulang sayang.” Sahut Brina, lalu memeluk tubuh putrinya dengan erat, seperti mencurahkan segala rasa rindunya.
Namun, Hanna tidak merespon kalimat Mommynya, baginya melihat orang asing berada di rumahnya, berarti di tidak boleh membuka suaranya.
Aberline mendapatkan tatapan putrinya sinis pada tamu mereka. Sepertinya dia tahu jika putri ya tidak nyaman dengan kehadiran orang luar seperti tamunya saat ini.
Aberline yang merupakan Aldo langsung membelokir pandangan putrinya agar tidak terus menatap ke arah mereka. “Sayang, mereka adalah tamu Papah dari Milan, Papah harap kamu bisa duduk dengan nyaman di sini ya.” Aberline tahu, jikaa saat ini yang harus dia tekan adalah perasaan putrinya.
Dia tahu jika putrinya merasakan takut dan merasa seperti keandaan sedang mengcengkramnya.
To Be Continue. *
**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ******🙏🏻🙏🏻**** dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.
Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰*** jangan Sinder.***
Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya😎
*Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal ****😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya********😘😘*** ****
*****Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ******😭😭😭*
Terima kasih🙏🏻🙏🏻
KISAH INI HANYALAH KHAYALAN BELAKA, AKAN ADA ADEGAN - ADEGAN YANG MEMBUAT EMOSI DAN MENAMBAH TENSI, JADI MOHON TINGKAT KESABARANNYA DI TAMBAH YA GENGS 🌊❤️🌹
Aldo menuntun Hanna untuk duduk di sofa, di depan pria itu. Pandangan pria itu terus saja menatap Hanna dengan lekat.
“Jadi apakah gadis cantik ini yang akan di Jodohkan dengan Shawn?” Tanya Toreto, Ayah dari pria yang bernama Shawn itu.
Brina dan Aldo kini saling tatap menatap, “ehm, sepertinya Iya.” Jawab Aberline kurang yakin sebenarnya.
Namun, kalau di pikir - pikir, dia memang butuh pria yang berasal dari keluarga terpandang untuk putrinya.
Hanna melirik ke arah Daddynya. Tetapi dia tidak mengatakan apapun, dia tidak berani memprotes keinginan Orang tuanya.
“Jadi, kapan kita bisa mengajukan tanggal pertunangan mereka?” Tanya Nandia Mamah dari Shawn.
“Hem, kita biarkan anak - anak sendiri yang mengaturnya, yang terpenting saat ini mereka bersama terlebih dahulu, dan untuk pertunangan, mungkin akan kita lakukkan nanti.” Jawab Brina, karena tidak ingin buru - buru menyodorkan putrinya dengan paksa.
Dia juga harus mempertanyakan keinginan Hanna, apakah dia mau di jodohkan atau tidak.
“Kalau menurut saya sih, semakin cepat semakin baik ya, karena setelah pertunangan, akan lebih baik jika mereka tinggal bersama. Agar mereka masing - masing bisa memahami bagaimana kehidupan mereka, dan untuk pernikahaan -“
“Hem, maaf Tapi kami adalah orang Khatolik, jadi kami tidak memperbolehkan satu rumah sebelum pernikahaan.” Sahut Brina lebih dulu. Membungkam mulut ke dua orang tua Shawn.
“Kalau begitu, minggu depan kita nikahkan saja mereka, itu akan lebih baik.” Aldo menyahuti kalimat istrinya. Membuat Brina langsung menoleh menatap suaminya dengan tatapannya yang tidak percaya.
“What?” Tanya Brina, karena memang dia tidak tahu jika suaminya akan mengambil langkah seperti itu.
Brina menarik tangan Aldo untuk berdiri dan pergi ke dalam. “Maaf permisi sebentar ya.” Pamitnya pada keluarga Shawn.
“Apa yang kamu lakukkan Aldo?!” Tanyanya dengan sedikit membentak.
“Aku hanya ingin mengabulkan keinginan putri kita, dia pernah mengatakan jika ingin menikah muda, dan belajar bersama - sama di Universitas, agar ada yang bisa melindungi dia. Tidak salahkan keputusanku seperti ini.” Jawab Aldo, merasa jika keputusannya tidak salah.
“Nikah muda tidak segampang itu Aldo, kita harus tanya dulu sama Hanna apakah dia mau atau tidak, kita sebagai orang tua tidak bisa mebgambil keputusan sepihak seperti ini. Apa lagi calon suaminya adalah seorang Pangeran -“
“Dan Hanna adalah seorang Ratu di masa depan.” Sahut Aldo, mengingatkan istrinya jika saat ini mereka adalah seorang raja dan ratu, dan tidak menutup kemungkinan anak mereka Hanna akan menjadi seorang Ratu di masa depan.”
“Hanna? Bukankah kita sudah merencanakan jika Bive yang akan menjadi Raja di masa depan mengantikan posisi kamu?” Tanya Brina dengan bingung. Sepertinya suaminya ini lupa dengan silsilah itu.
Aldo tertegun sejenak, dia lupa jika Hanna adalah seorang wanita dan putranya lah yang akan mengantikan posisinya di masa depan.
“Hanna akan menjadi Ratu, di kerajaan suaminya.” Jawab Aldo dengan asal. Tapi memang itu adalah kebenarannya.
Brina ikut diam sejenak, trauma masa lalu yang di miliki Hanna ketika dia di culik waktu kecil. Sampai saat ini masih sering kali kambuh.
Hanna sering merasa ketakutan jika berada di kegelapan, sedangan Inglis, temannya itu memang sudah di tugaskan untuk melindungi Hanna di Universitasnya, tetapi tidak menutup kemungkinan juga jika Inglis akan mempunyai kehidupannya sendiri nanti.
Brina mencoba menerima alasan suaminya, dan keluar lagi untuk menemui mereka. “Apakah Hanna tidak mau berbicara dengan orang lain?” Tanya Nandia, merasa bingung karena sejak tadi dia mencoba berbicara dengan Hanna, tetapi wanita itu malah hanya diam dan menundukan kepalanya.
Brina yang mendengar pertanyaan itu, langsung memeluk putrinya dan mengusap rambut Hanna dengan lembut. “Hanna memang tidak berbicara dengan orang asing, jadi keputusan sekarang ada di kalian.”
“Kami hanya berasal dari kelurga Bangsawan, bukan keluarga Raja, jadi apakah kalian bisa menerima jika Calon Raja di Kerajaan kalian menikah dengan seorang wanita yang berasal dari keluarga bangsawan biasa?” Tanya Aldo, meyakinkan jawaban mereka. Apakah akan menerima Hanna atau tidak, dia sengaja menutup identitasnya sebagai Raja, hanya ingin melihat apakah pria di hadapannya ini bisa tulus dengan putrinya atau tidak.
Makanya dia masih menggunakan nama Aldo, sedangkan seluruh dunia mengenal Raja dengan nama Aberline.
Toreto menoleh ke arah putranya. “Tidak masalah Paman, saya tetap mau dengan Hanna, karena saya sudah jatuh cinta dengan pandangan pertama padanya.” Jawab Shawn, dengan wajahnya yang menampilkan sebuah keseriusansannya.
“Kami tidak mempermasalkah masalah kasta, menurut saya darah kerjaan dan bangsawan masih bisa kami persatukan.” Kini giliran Toreto yang berkata, membuat Aldo kembali menoleh ke arah putrinya untuk meminta respon.
Namun, Hanna masih tidak menunjukan respon apapun. Dia hanya diam, dan ingin pertemuan ini cepat selesai.
***
Tangal pernikahaan merekapun sudah di tetapkan besok, karena Brina mengatakan jika tidak mau ada pesta, dan pernikahaanpun hanya akan di hadiri oleh orang tua saja tanpa ada tamu satupun.
Awalnya keluarga Shawn menolak, namun Aldo mengatakan jika tidak seperti itu, maka dia tidka akan mengizinkan pernikahaan ini, karena menurutnya, jika di awal pernikahaan saja putrinya sudah di buat tidak nyaman dengan banyaknya tamu yang datang. Lalu bagaimana nanti ke depannya?
Dan pada akhirnya mereka semua bisa menerimanya. Dan Toreto juga membeberkan jika Shawn bukanlah anak kandungnya, melainkan anak dari adiknya yang sudah meninggal.
Jadi kemungkinan besar Shawn tidak akan menjadi Raja di masa depan, tetapi dia tetap menjadi seorang Pangeran.
Tetapi, Aldo tidak mempermasalahkan masalah itu. Yang terpenting baginya, jika suami putrinya tidak menjadi Raja, berarti akan ada yang meneruskan Perusahaan yang sudh dia bangun, karena Bive adik Hanna akan mewarisi Tahtanya.
****
“Hanna, maafkan Daddy karena kamu harus menikah dengan pria yang tidak memiliki gelar Raja.” Ucap Aldo, dengan lembut pada putrinya di saat dia sudah masuk ke dalam kamar Hanna.
“Tidak apa - apa Dad, lagian Gelar Raja juga tidak menjamin sebuah kebahagiaan bukan.” Balas Hanna, yang sepertinya mengingat tragedi yang terjadi pada Kakeknya L’Arc dulu.
To Be Continue. *
**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ******🙏🏻🙏🏻**** dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.
Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰*** jangan Sinder.***
Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya😎
*Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal ****😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya********😘😘*** ****
*****Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ******😭😭😭*
Terima kasih🙏🏻🙏🏻
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!