NovelToon NovelToon

After I Left You

Perkataan kejam

Pagi ini cuaca cerah setelah beberapa hari lalu salju berhenti turun. Ini akhir pekan. Jadi Nay memutuskan untuk pergi berbelanja ke Minimarket karena persediaan bahan makanan di rumahnya telah habis.

Dia pergi dengan sepedanya. Dengan memakai hoodie dan topi, wajah nya tertutup. Namun, rambut hitamnya yang berkilau masih saja menarik perhatian beberapa orang; pasalnya di sana lebih banyak orang dengan rambut pirang/kuning.

Sampai di minimarket Nay segera menaruh sepedanya di parkiran. Dia masuk kedalam sangat santai.

Untungnya di dalam minimarket sedang sepi pengunjung. Jujur Nay tidak suka datang ke tempat yang ramai orang. Dia bahkan lebih baik datang ke kuburan jika di sana ada yang menjual bahan makanan.

“Selamat pagi Johan. Sepertinya kau terlihat kelelahan. Apakah kau tidak cukup tidur kemarin?”seseorang meletakkan barang belanjaannya di kasir. Dia bahkan bisa mengobrol dengan santai pada karyawan yang menjaga kasir.

Yang dia panggil Johan kemudian mengangkat kepala dan melihat ke wajahnya. Dia merasa familiar dengan wajah yang dia lihat. “Ahh.. ternyata kau Vic, aku pikir siapa. Apakah kau ada perlu datang ke sini?”

“Hmm.. sejujurnya, aku dapat perintah untuk mencari seseorang. Aku disuruh mencari seorang wanita. Dia cukup cantik, menurutku.”Victor menunjukkan kertas foto pada Johan. “Ini dia. Bagaimana jika kau melihatnya segera hubungi aku?”

“Aku tidak ingin ikut terlihat dengan kalian para mafia.”

Nay meletakkan barang belanjaannya di kasir. Dia membuka maskernya lalu bertanya dengan datar. “Berapa harga ini semua?”

Johan memutar mata melihat ke Nay, Victor juga. Tapi, dia tidak bisa melihat wajah Nay dengan jelas karena tertutup topi yang wanita itu pakai.

Johan menghitung belanjaan lalu menjawab. “Tiga dolar dua puluh lima sen.”

Johan mengemas belanjaan Nay lalu memberikannya pada wanita itu setelah Nay membayar sesuai jumlah yang dikatakan.

Kemudian Nay keluar melalui pintu utama. Dia bertabrakan dengan seorang anak kecil yang membuat dia mundur beberapa langkah.

Untungnya anak itu tidak jatuh. Karena mungkin bisa gawat jadinya jika dia terluka. Dilihat dari penampilannya, anak itu kelihatan seperti anak bangsawan.

Victor terkejut karena menyadari orang yang dia kenal mengalami kesulitan. “Astaga Tuan Muda.. apakah anda baik-baik saja?”

Anak itu menjawab sambil mengangguk pelan. “Emm.. yeah, aku baik-baik saja. Tapi, sepertinya kakak ini tidak. Tangannya terkena pintu kaca. Itu cukup memar.”

Nay bahkan baru menyadari hal itu. Dia membuat wajah terkejut. Victor melihat ke arah tangannya, dan itu benar-benar memar.

“Bagaimana ini? kita harus membawanya ke rumah sakit Paman Vic, dia terlihat kesakitan.”Anak itu kemudian menarik ujung baju Nay. “Ayo kita ke rumah sakit, kak.”

Victor menyelah sambil menarik tangan anak itu ketika dia akan membawa Nay pergi bersama dengannya. “Tapi Tuan Muda.. kita harus segera mencari seseorang.”

“Tenang saja, nanti juga pasti bakal ketemu.”

Nay merasa tidak nyaman. Dia melepaskan tangan anak itu darinya. Kemudian memasang wajah datar berharap agar anak itu takut padanya. “Nak, aku masih ada urusan. Luka seperti ini tidak akan bisa menyakitiku. Aku sudah ribuan kali terluka lebih parah dari ini. Jadi, lupakan saja niat baikmu.”

Nay hendak melangkah pergi meninggalkan mereka. Tapi, anak tadi bicara kembali. “Perkataan mu sangat mengerikan. Bagaimana bisa ada seorang perempuan yang tahan dengan luka seperti itu? dan jikapun ada, aku rasa itu hanya beberapa orang. Yang salah satunya adalah Nay Vrencia Mayflow.”

Terkejut dengan kata-kata anak tadi. Nay segera berbalik dengan mata terbuka lebar. Anak itu menyeringai. Tapi, saat dia akan bicara. Tiba-tiba ada yang membungkamnya dari belakang dengan kain yang sudah di berikan obat bius.

“Ku pikir akan sangat sulit. Ternyata bahkan lebih sulit mencari keberadaan capung.” (Ini yang dia maksud nyari Nay lebih gampang dari nyari capung)

Nay memberikan beberapa gerakan pemberontakan. Tapi orang yang membungkamnya cukup kuat, dan dia juga menggunakan obat untuk membuat Nay pingsan. Jadi hanya dalam hitungan detik, Nay segera tidak sadarkan diri.

Setelah Nay pingsan anak tadi menyuruh Victor untuk membuka masker dan topi yang menutupinya.

“Bwahahaha ternyata benar dugaanku! bagaimana bisa dia sangat lengah? aku hampir tidak percaya ini!”

“Baiklah Tuan Levi. Sekarang kita apakan dia?”

“Bawa saja ke mansion. Setelah dia sadar, kita akan bicara baik-baik dengannya.”

Victor mengangkat Nay ala karung beras. Kemudian memasukkan dia kedalam mobil seperti adegan penculikan di dalam film-film aksi.

“Tuan Muda? anda duduk di belakang?”

Levi mengedipkan sebelah matanya. “Iyupss..”

“Tapi..” Victor tidak sempat menyiapkan kata-kata yang menyangkut di lehernya karena tatapan mencekam dari Levi.

Apakah dia benar-benar anak berusia 13 tahun? dia sangat mengerikan! aku rasa karena dia adalah keturunan Sphony, jadinya dia menyeramkan. Sama seperti kakak-kakaknya dan ayahnya yang menyeramkan!. Pikir Victor sambil sesekali begidik berpikir cara keluarga Sphony mendidik keturunan mereka.

Di perjalanan ada beberapa halangan. Seperti jalan macet atau ada beberapa mobil yang mengikuti mereka. Sepertinya infomasi bahwa mereka mencari Nay telah di dengar oleh telinga yang seharusnya tidak mendengar hal itu.

Bab 1 - Tersipu

Setelah Yuna selesai berkemas mereka bertiga kemudian pergi menuju bandara dengan diantar oleh supir pribadi Keisha.

Tadi Tio sangat terkejut ketika melihat BMW abu-abu milik Keisha. Dia seperti melihat harta karun yang tidak ternilai harganya. Bahkan ketika akan naik ke dalam mobil, dia sempat mengelus tempat duduk dengan wajah nya yang sangat senang.

Setelah sampai di bandara mereka hanya menunggu beberapa saat untuk menunggu Liliana datang. Kemudian, mereka semua duduk di tempat tunggu untuk menunggu jadwal penerbangan pesawat mereka.

[Berikutnya adalah penerbangan untuk pesawat XX]

“Ini pesawat kita, ayo cepat sebelum ketinggalan!!” ucap Lilian antusias.

“Baiklah, baiklah..” jawab Keisha.

Setelah beberapa saat, mereka naik di pesawat lalu di sambut dengan beberapa pramugari cantik yang ikut dalam penerbangan pesawat mereka.

Karena Tio dan Yuna berpacaran, jadinya mereka berdua duduk bersama. Sementara Keisha dan Lilian duduk bersama.

Mereka hanya tidur untuk menunggu pesawat mendarat. Beberapa kali pesawat yang mereka naiki berhenti di beberapa bandara.

...

Beberapa jam kemudian, akhirnya mereka mendarat di bandara internasional bali. Mereka segera turun dari pesawat dan memesan taksi untuk pergi ke hotel agar mereka bisa segera istirahat. Walau mereka tidur, tapi tentu sangat tidak nyaman jika tidur sambil duduk.

Keisha dan Lilian pergi mencari hotel. Sementara Yuna dan Tio pergi keluar untuk mencari kan Tio baju.

“Ini kamar anda nyonya, jika perlu sesuatu hubungi saja kami.” kata pelayan hotel.

Keisha tersenyum. “Oke, maaf merepotkanmu.”

“Iya.”

...

Keisha dan Lilian masuk ke dalam. Mereka menaruh koper yang mereka bawa di atas kasur dan mereka langsung membanting badan mereka ke kasur.

“Haahhhhh... akhirnya kakiku bisa lurus.” ucap Keisha. “Oh iya, kita akan makan apa malam ini? aku sudah lapar hehe.”

“Bagaimana kalau pesan pizza saja? aku dari semalam menginginkan pizza, tapi makan pizza sendirian rasanya tidak menyenangkan.”

“Baiklah! pesan lima kotak pizza!!”

“Lima? bukannya kita ada empat orang, ya?”

Keisha jadi datar. “Kamu lupa ya? temanku akan datang ke sini setelah dia membereskan barangnya.”

Liliana kemudian seolah mengingat sesuatu. “Oh, baiklah, baiklah!!”

Liliana kemudian memesan pizza dari aplikasi dan Keisha meregangkan bokongnya yang terasa sangat pegal.

Satu jam kemudian, sekarang semua sudut tempat sudah ditutupi oleh gelapnya malam. Sementara pizza, Tio dan Yuna tak kunjung sampai ke hotel.

Ding Dong

“Buka pintunya Li. Sepertinya itu Yuna atau pizza.” teriak Keisha yang masih berada di kamar mandi.

Liliana menyahut. “Okee!!” jawabnya memekik. Kemudian dia segera pergi ke arah pintu dan membuka langsung pintu. Tapi bukannya tukang pizza ataupun pasangan sejoli teman mereka. Melainkan, adalah pria tampan bertubuh jangkung dengan wajah tampan bagaikan pahatan. “Errr.... Der.. Deren bukan ya? yang tadi, kita ketemu di lantai bawah. Ingat aku?” Liliana tersipu. Sial, dia sepertinya menyukai pria yang baru dia lihat.

“Tentu saja aku mengingatmu. Tapi ngomong-ngomong.. di mana Kei?” jawab pria itu sambil tersenyum, dia sekaligus bertanya tentang Keisha.

“Oh dia, dia masih mandi.. bagaimana kalau kamu masuk?”

“Tentu.”

Setelah Deren masuk, Liliana menutup pintu dengan senyum bahagia. Dia mengikuti langkah Deren sambil terus berpikir "Dia sangat tampan!" ingin sekali rasanya dia berteriak saat ini juga.

Setelah Deren duduk di sofa, Tiba-tiba Keisha keluar menggunakan handuk dari kamar mandi. “Apakah itu pizza?” tanyanya sebelum dia melihat keberadaan Deren.

Mendengar suara Keisha membuat Deren berbalik dan menampakkan dirinya. Tapi dia justru terkejut melihat sosok Keisha. Begitu juga dengan Keisha, dia langsung masuk kembali ke kamar mandi dengan gesit.

Deren tidak bisa melupakan sosok Keisha yang barusan dia lihat. Dia bahkan masih terus tersipu sambil menutup wajahnya agar Liliana tidak melihat dirinya yang seperti itu.

Bab 3 - Kenangan masa SMA

Setelah berganti pakaian Keisha kembali ke ruang tamu untuk menyambut kedatangan Deren secara ramah. Kemudian mereka duduk bersama sementara Liliana pergi ke dapur untuk membuatkan minuman.

“Sampai berapa hari kalian akan di bali? apakah kalian ingin berkunjung ke suatu tempat?” tanya Deren. Dia tidak terlalu memperhatikan wajah Keisha akibat canggung.

Keisha menjawab. “Kami akan di sini mungkin selama seminggu.. kami berencana untuk datang ke pantai, katanya pantai di sini bagus. Dan kami sebenarnya datang ke sini berempat, dua teman kami masih pergi keluar.”

“Owhhh.”

“Bagaimana kamu? apakah ada sesuatu yang membuat kamu datang ke sini?”

“Yahhh.. aku mendengar laporan bahwa perusahaan kuliner ku yang ada di sini mengalami penurunan drastis. Untuk memastikan, aku datang ke sini. Tapi tidak ku sangka lalau aku bisa bertemu denganmu hehe.”

Keisha tertawa sedikit. “Sudah lama kita tidak bertemu, terakhir kita berbicara ketika kita di SMA sebelum kamu dipindahkan ke sekolah lain.. hehe.”

Deren kemudian jadi datar ketika bayang-bayang masa SMA nya muncul di benaknya. “Ya, aku dipindahkan karena berkelahi dengan Diluc... bagaimana dia sekarang? apakah kalian masih bersama?”

Keisha tersipu, dengan malu-malu dia menjelaskan. “Kami sudah menikah dua tahun.”

“APA?!” teriak Deren shock. Dia kemudian berdiri dari sofa dan melihat ke arah Keisha dengan tatapan tidak percaya. “Bagaimana bisa kamu berakhir dengan pria kasar seperti dia?”

“Itu karena aku mencintainya..” Keisha tampak murung. Sementara Deren perlahan-lahan juga tampak murung, dia segera kembali duduk di sofa setelah Liliana datang dengan teh yang ada di atas nampan. “Cinta tidak memandang sifat, fisik, harta atau apapun. Baiklah, baiklah, ayo minum teh buatan Liliana, dia sangat pandai menyeduh teh setelah kembali dari London.”

Liliana tersenyum. Dia duduk di sebelah Keisha sambil menyangkut kan rambut sampingnya ke belakang daun telinganya. “Ahahaha, kamu melebih-lebihkan.. teh buatanku sama saja kok dengan yang lain.”

Ding Dong

Bel pintu kamar hotel berbunyi, lagi-lagi ada yang datang.

“Aku harap ini adalah pizza karena aku sudah sangat lapar..” gumam Keisha.

“Aku juga berharap begitu, tunggu sebentar aku akan membukanya.”

Liliana pergi meninggalkan Keisha dan Deren untuk membuka pintu.

“Apakah kalian memesan pizza untuk makan malam?” tanya Deren.

“Iya, Liliana bilang kalau dia sedang ingin makan pizza.. jadi kami makan pizza untuk makan malam. Tapi sejak tadi masih saja belum sampai.”

Tidak lama kemudian Liliana kembali ke ruang tamu. Tapi dia tidak sendirian, dia bersama dengan satu orang wanita di belakangnya.

“Lho Yuna? di mana Tio?” tanya Keisha.

“Dia ada di kamar lain, tidak mungkin kan kalau dia tidur di sini juga.” jawab Yuna.

“Iya sihh..”

Yuna akan duduk di sofa. Tapi matanya tidak bisa berpaling dari Deren. Dia kemudian berbisik pada Keisha. “Aku merasakan familiar dengan orang ini.. siapa ya?”

Keisha menjawab sambil berbisik. “Dia Deren.”

“Hah? Deren? Narendra Deren Prasetyo?”

“Iya.”

“Demi apaaa...” Yuna melihat Deren sekali lagi. Dia seperti melihat sosok baru yang tidak pernah dia lihat. “Apa kamu benar-benar Deren? Narendra Deren Prasetyo yang gendut itu, 'kan?”

Deren tertawa. “Itu Deren waktu SMA. Sejak aku kuliah, aku rajin datang ke gym untuk berolah raja dan menghilangkan lemak jahat di tubuhku.”

“Tapi aku lebih suka dirimu yang dulu.. lebih terlihat polos.” sahut Yuna. “Tapi tidak masalah, dirimu yang sekarang juga menarik, kau seperti model di majalah!” timpalnya memuji seraya tersenyum.

“Hahahaaha, benarkah?”

Di tengah-tengah asiknya obrolan Yuna dan Deren. Liliana hanya diam sambil meminum teh dan terus memperhatikan mereka berdua. “Ternyata mereka semua dekat dengannya.” pikirnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!