NovelToon NovelToon

Dea Alaska

Bab 1 : Ainan Raditya Alaska

Berbanding terbalik dengan Aldo dan Gema yang sangat suka mendatangi pesta pernikahan para aktris dengan harapan mendapat gebetan, Aska paling membenci hal itu.

Tanpa melihat atau memperkirakan, Aska tahu akan ada banyak orang di sana. Jepretan kamera menyilaukan mata belum lagi harus melihat drama kebucinan mempelai laki-laki pada istri barunya membuat Aska paling enggan untuk mendatangi pesta pernikahan.

Sebenarnya, bukan hanya pernikahan artis saja yang malas ia datangi. Pernikahan para anak pejabat atau anak-anak sahabat mamihnya, Aska juga enggan datang jika memiliki alasan berlian untuk menghindari undangan itu.

Persetan dengan kata Aldo yang malah menganggapnya enggan datang karena capek merasa iri akan perjalanan cinta orang lain yang begitu mulus. Aska tetap tak akan datang dengan berbagai alasan yang ia buat.

Mungkin iya, mungkin juga tidak. Yang jelas Aska mulai malas mendatangi undangan pernikahan sejak hubungan asmaranya dengan Denada kandas 4 tahun yang lalu. Oke. Mungkin memang dirinya merasa iri tapi nggak sadar.

Gengsi sama ngga sadar, berbeda tipis dimata Aska.

"Gue denger Karin juga dateng. Lo pada tahukan siapa Karin. Yang main film Meet Him"

Mata Aska berputar malas saat Aldo yang duduk di kursi belakang kembali mengungkit dan memastikan dirinya dan Gema mengenal Karin. Artis berambut pendek yang menjadi idola Aldo akhir-akhir ini.

"Aska kayanya nggak kenal. Lo Gem, kenalkan sama Karin. Yang cantik itu loh. Malah lebih cantik dari Dea"

Sama seperti Aska yang sudah bosan mendengar Aldo terus saja menyebut nama Karin, Gema hanya berdehem malas. Bersikap maklum saja karena hampir 1 tahun, Aldo baru bisa jatuh cinta sama perempuan lagi.

"Setelah salaman dan setor muka, gue bakal langsung cabut" Aska mendelik saat membaca pesan dari Ayu—adiknya—yang menyampaikan pesan sang mamah. Aska tak boleh pulang jika malam ini tak kunjung juga mendapat pacar.

Pacar. Mungkin itu adalah satu dari beberapa rencana yang Aska tak cantumkan dalam targetnya tahun ini. Pacar hanya akan membuatnya lengah, membuat kerjaannya kacau karena rengekan mereka hanya untuk hal-hal sepele seperti ada kecoa terbang di apartemen. Mending, kalau semuanya berakhir bahagia dengan terikatnya janji suci keduanya, jika berakhir sama seperti saat hubungannya dengan Denada, Aska hanya merasa waktunya terbuang secara sia-sia.

Begitu mobil berhenti di depan hotel dimana acara pernikahan Ria Salsabila dan Ardigo Mahendra di adakan, dahi Aska langsung mengernyit tak suka. Deretan para wartawan sudah berbaris rapih di sisi kanan dan kiri dari karpet merah yang digelar lengkap dengan pagar dikedua sisi.

Suara jepretan kamera dan teriakan para fans terdengar menggema seketika saat seorang wanita keluar dari mobil yang berada di depan mobil Gema. Mereka tengah mengantri untuk bergiliran masuk kedalam ballroom.

"Itu mbak Dea"

Suara pekikan wartawan, membuat Aska menurunkan sedikit kaca mobil guna melihat lebih jelas siapa sosok artis yang berada ditengah-tengah jepretan kamera. Sedikit takjub karena bisa-bisanya para selebriti tak berkedip saat blitz lampu kamera memborbardir nya sekaligus. Mata mereka tetap terbuka lebar dengan senyuman yang mengembang.

Senyuman itu palsu. Senyuman wanita bernama Dea yang memang akhir-akhir ini wajahnya sering mondar-mandir di layar televisi itu memang terlihat tulus dimata orang namun palsu dimata Aska.

"Waw. Nggak nyangka dia nekat buat dateng"

Gema nampak mengangguk menyetujui ucapan Aldo. Gema dan Aldo sama-sama terjun di dunia entertainment. Keduanya mendirikan agensi dengan beberapa aktris dan presenter papan atas yang bernaung di Alaska Entertainment. Keduanya tahu berita panas apa yang tengah terjadi di Indonesia. Tak seperti Aska yang hari-harinya diisi dengan tumpukan berkas arsitektur di meja.

"Kenapa?" Aska pura-pura tak peduli saat Gema dan Aldo sama-sama menatap tak percaya mendengar pertanyaan dirinya.

Sebelumnya Aska memang tak tertarik dengan gosip selebriti tanah air yang tengah banyak dibincangkan. Aska bahkan membuat perjanjian denda tiga ratus ribu bagi siapa saja yang bicara mengenai artis saat mereka tengah berkumpul. Bisa dimengerti kenapa Gema dan Aldo menunjukkan wajah terkejut.

"Ardigo mantannya Dea" jawab Gema.

Aldo menepuk bahu Aska semangat. Biang gosip diantara mereka memang Aldo "Gila. Bukan mantan sih, soalnya Dea juga baru tahu diputusin lewat media. Mana mutusinya langsung undangan nikah kesebar. Gila ga tuh, Ardigo masih ngencani anak orang padahal udah tunangan sama cewek lain"

Aska menopang dagunya dengan satu tangan. Tatapannya tertuju kembali ke arah Dea yang tengah menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan para wartawan disana.

Aktris yang berbakat. Aktingnya luar biasa karena bisa tersenyum selebar itu padahal hatinya tengah terluka. Aska mengacungi jempol untuk kemampuan akting artis satu itu.

Satu yang Aska tanyakan dalam hati. Tersenyum terpaksa aja secantik itu, Aska penasaran secantik apa sosok Dea jika senyumnya tulus dari hati.

Tunggu.

Dengan cepat Aska menggelengkan kepalanya. Apa yang barusan ia pikirkan? Secantik apa jika Dea tersenyum tulus?.

"Banyak yang kasihan sama dia. Termasuk gue. Pacaran udah 4 tahun lebih, eh diputusin lewat media. Kampret bener emang"

Tanpa sadar Aska kembali mengamati Dea sambil mendengar celotehan Aldo yang ikut kesal dan prihatin dengan cerita asmara artis itu. Dea itu cantik, tinggi, tubuhnya bagus, manis saat tersenyum, punya lesung pipi, matanya indah dan juga pandai berakting, dibanding dengan Ria Salsabila yang ia lihat di poster besar saat memasuki area hotel, Dea jauh lebih cantik dari wanita itu. Persamaan Dea dan dirinya adalah sama-sama mengenaskan dalam hubungan asmara.

"Mbak Dea, bagaimana perasaan mbak sekarang? Ngeliat teman mbak nikah sama mas Ardigo?"

Aska tak berkedip saat bukan senyuman lagi yang ia lihat dari Dea, melainkan tawa wanita itu yang Aska lihat dan dengar sekarang. Sebuah tawa ramah dimata orang yang lagi dan lagi terdengar mengerikan ditelinganya.

Ah. Aska pernah melakukan hal itu. Saking tak memiliki jawaban yang pasti dan saking takjubnya dengan permainan dunia, Aska hanya memilih tertawa saat melihat sang pacar jalan dengan teman semasa SMA nya. Mungkin perasaan Aska saat itu dengan Dea saat ini adalah sama.

"Hmm, bagaimana ya? Biasa aja sih mbak. Saya mau jawab pertanyaan ini bingung. Soalnya media sosial sekarang ngeri mbak, mas. Bisa aja jawaban saya saat ini diputar balikan fakta nya, warga +62 ngeri bos kalau udah masalah gosip dan patah hati"

Bukan hanya Dea saja yang tertawa dengan para wartawan di sana. Aska juga ikut tersenyum mendengar ucapan Dea. Mungkin bukan Dea saja selebritis yang berani bicara seperti itu, menyindir para pembencinya secara langsung saat wawancara, namun baru Dea yang membuat Aska merasa tertarik untuk terus mendengar suara merdu dan sarat akan kemandirian dari sang pemilik suara. Fix, daya tarik Dea benar-benar kuat untuk menarik perhatiannya. Aska merasa ingin mencari tahu lebih jauh tentang wanita itu.

"Cakep bener. Alamat nih agensi Ardigo pontang-panting buat kasih klarifikasi ucapan aktrisnya" Gema bertepuk tangan bahagia. Siapa yang tidak bahagia jika agensi saingannya di industri ini mendapat masalah? Masalah yang dibuat oleh CEO nya sendiri. Aldo dan Gema melakukan tos, sedangkan Aska masih tersenyum tipis memandangi sosok Dea di sana.

Satu kata yang pasti, Aska tertarik pada Dea.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

yey up cerita baru lagi teman-teman.

mau minta tolong ding share cerita ini ke teman-teman kalian juga yang suka baca fiksi ya.

dan, mau info di awal dulu kalau cerita ini minimal hanya akan 2 kali up dalam 1 minggu (Rabu dan Minggu) tapi sekali up bisa 2 atau 3 bab ya teman-teman*

Bab 2 : Modus Pertama

"Mbak Dea datang karena diundang mbak?"

"Iya. Saya diundang. Dan kebetulan jadwal saya kosong malam ini, jadi bisa hadir"

"Bagaimana hubungan mbak sama mbak Ria? Apa hubungan kalian baik-baik saja?"

"Tentu saja hubungan kami baik"

Kali ini tawa wanita itu tampak tulus dan licik bersamaan. Mungkin akan ada drama yang Dea buat saat acara nanti. Rasa penasaran Aska muncul seketika dan mungkin dirinya akan lebih lama berada di pesta nanti. Aska merasa tersihir saat melihat tawa Dea. Seakan ada magnet besar dari lantunan tawa yang terdengar begitu renyah di telinganya.

Selama berjalan masuk ke dalam gedung acara, pandangan Aska tak pernah lepas memperhatikan Dea kemanapun wanita itu pergi. Aldo sudah melancarkan aksinya mendekati para wanita di sini, sedangkan Gema tengah bicara dengan beberapa aktor yang Aska tahu berada di naungan Alaska Entertainment.

Ngomong-ngomong mengenai nama agensi Gema yang menggunakan nama belakang miliknya, katanya itu dilakukan karena Aska adalah donatur terbesar diawal pendirian agensi itu.

Kembali ke Dea, pandangan Aska menyipit saat melihat wanita itu berjalan menjauh dengan senyuman merekah setelah menyalami dua mempelai yang berada di atas pelaminan. Mungkin kondisinya sekarang berbalik, disaat semua orang berpikir jika senyuman Dea sekarang yang nampak cerah itu adalah kepalsuan, Aska malah menangkap sebaliknya. Senyuman itu memiliki makna lain bagi Aska.

Saat melihat Dea tengah berjalan kearahnya, lebih tepatnya ke arah pintu keluar yang memang berada di satu garis lurus tempat Gema dan Aska berdiri, Aska menepuk pundak sahabatnya itu "Gem, ayo absen muka dulu sama pesaing kesayangan lo di atas sana" ajaknya.

Alasan terbesarnya adalah karena Aska ingin melihat wajah Dea lebih dekat, ingin menikmati ekspresi senyum misterius dari wanita yang juga tengah berjalan ke arahnya, ingin tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh wanita anggun yang menggunakan gaun dengan panjang selutut itu. Senyuman Dea lagi dan lagi membuat Aska terasa tertarik.

"Upss. Sorry" ucap Aska saat—dengan sengaja— menabrak Dea. Bahkan ia sedikit menumpahkan koktail yang ada ditangannya hingga mengenai dress warna hitam yang Dea kenakan.

Lihat? Warna hitam. Camkan itu. Sekali lagi, warna HITAM. wanita gila namanya yang datang ke acara pernikahan dengan dress berwarna hitam. Dan Aska tertarik dengan wanita gila didepannya ini yang tengah tersenyum sambil mengangguk.

Tersenyum. Ya. Dea tersenyum sambil membersihkan gaunnya yang terkena tumpahan koktail milik Aska, bukan tumpahan, lebih tepatnya cipratan. Aska tak segila itu untuk melakukan hal itu dengan sadar sesadar sadarnya.

Mengeluarkan kartu nama miliknya, Aska menyodorkannya ke arah Dea "Kamu bisa hubungin saya di sini untuk ganti rugi gaun kamu"

Mulus bener modusnya bung.

"Tidak apa-apa. Lagi pula tak terlalu banyak yang mengenai gaun saya. Masih bisa dicuci"

"Kamu bisa menghubungi nomor saya ke sini untuk biaya laundry nya. Gaun mahal harus diperlakukan dengan mahal juga." Aska kembali menyodorkan kartu namanya yang kali ini diterima oleh Dea.

Sedangkan Gema yang sejak tadi menangkap maksud aneh Aska, hanya bisa menahan senyum nya. Sepertinya bukan hanya Aldo saja yang sudah move on, tapi Aska juga sudah kembali membuka hatinya. Hanya saja sasaran sahabatnya kali ini sedikit sulit. Mendekati wanita yang tengah patah hati jelas tak akan mudah untuk ditaklukan.

"Aska" tak peduli dengan ekspresi tak suka yang ditunjukkan oleh Dea, Aska masih tetap mengulurkan tangannya ke arah wanita itu. Beberapa tamu disekitar mereka yang tengah menjadikan mereka berdua tontonan asik sama sekali tak digubris oleh Aska. Satu yang Aska sadari sekarang saat melihat wajah Dea dari jarak dekat, wanita itu tetap terlihat cantik meski tengah memasang wajah tak nyaman ke arahnya.

"Dea. Saya rasa kamu mengenal nama saya meski kita tak perlu berkenalan"

Sesuai dengan rencananya, Aska tersenyum puas saat mendapat Dea menjabat tangannya. Setidaknya wanita ini cerdas dengan tidak membuat masalah lagi hanya karena tidak menjabat tangan orang lain.

"Saya tak suka hutang dengan orang lain. Jadi saya harap anda—ah mbak Dea bisa menghubungi saya ke nomor itu" yakin Aska lagi. Tangan Dea masih ia genggam erat untuk menahan gadis itu sementara.

"Tenang saja. Ini bukan endorse, jadi anda tak perlu repot-repot untuk ganti rugi."

"Tapi sa—"

Alunan musik di ballroom ini yang sebelumnya berputar kini berhenti seketika. Aska yang merasakan Dea berusaha untuk melepaskan tangannya, malah semakin Aska genggam erat tangan mungil wanita itu. Melirik ke arah Dea, Aska menemukan ekspresi kesal wanita ini sekarang. Menurut Aska, menonton drama dengan sutradaranya langsung jelas lebih menyenangkan.

Layar proyektor yang sebelumnya memutar video prewed kedua mempelai kini tiba-tiba mati. Hanya sebentar saja sebelum digantikan dengan foto kedua mempelai yang sering bertemu di diskotik lengkap dengan tanggal dan jam yang tertera di foto, lalu berganti dengan foto USG yang menunjukkan jelas gambar bayi disana. Dari foto USG berubah menjadi video yang sontak membuat para tamu yang datang memekik seketika. Meski di blur, namun semua orang jelas tahu video apa yang tengah diputar sekarang, terlebih di tutup dengan foto Ria yang terlelap dalam pelukan Ardigo.

Gema menepuk punggung Aska saat mendapati temannya itu tersenyum tipis. Dari melirik ke arah Gema, Aska kini menatap lurus ke arah Dea yang langsung berjalan menjauh setelah Aska melepaskan tangan wanita itu. Menatap punggung Dea yang semakin menjauh, meski langkahnya masih nampak anggun dari arah belakang, Aska tahu setiap ketukan dari heels yang Dea kenakan terdengar begitu kesal, mungkin Dea tengah mengumpatinya tanpa suara.

Satu yang Aska janjikan. Wanita itu tak akan pernah Aska izinkan keluar dari orbit miliknya.

Bab 3 : Dea Aliska Rahayu

Dea pikir, menjadi seorang selebritis terkenal setelah nekat keluar dari rumah kedua orang tuanya yang menginginkan Dea menjadi penerus perusahaan keluarga alih-alih menggapai cita-citanya, akan membuat hidupnya lebih berharga.

Memiliki uang yang banyak, dikenal banyak orang, mempunyai pacar kaya yang pengertian, dan membuat para wanita tanah air iri padanya memang berhasil Dea raih  diusianya yang baru saja menginjak 24 tahun. Namun ada satu hal yang membuat Dea sadar, cinta tak bisa dibeli dengan uang, dan uang tak bisa memastikan seseorang akan setia terhadapnya.

Contohnya saja sosok laki-laki bernama Ardigo, pacarnya selama 4 tahun terakhir sekaligus CEO dari agensi tempatnya bernaung. Laki-laki  yang memutuskannya sepihak bahkan lewat media.

Pernikahan Ardigo dan aktris Ria Salsabila yang akan digelar 1 minggu ke depan. Bagaimana nasib Dea Aliska Rahayu?

Dea mengumpat habis-habisan saat melihat berita trending ini tadi sore. Dari kabar Arin—managernya yang kala itu tengah pulang ke rumah untuk mengambil script naskah film yang tertinggal di rumah, para wartawan langsung mendatangi rumahnya dan kini mereka malah berkemah seenak jidad di sana menunggu kedatangan Dea.

Tangan Dea mengepal erat saat pintu restoran ruang VVIP yang ia pesan terbuka dan sosok Ardigo masuk dari sana. Ada umpatan yang sebaik mungkin Dea tahan sekarang. Jika saja Ardigo bukan CEO dari agensi tempatnya bernaung, mungkin akan ada gelas yang melayang dan namannya semakin melambung di udara karena terjerat kasus kekerasan.

"Ayo kita putus"

Tawa Dea menggema seketika. Setelah diputusi lewat media secara sepihak, Ardigo mengulangi kalimat itu dengan nada yang tak bersalah sama sekali. Well, ternyata diputusin secara sepihak begini rasanya tak begitu menyakitkan. Apalagi jika yang perlu dilepas dan dihempaskan ke liang lahat adalah sosok laki-laki rendahan seperti Ardigo.

"Hanya itu yang ingin aku katakan ke kamu. Aku ingin putus dan berharap kamu setuju"

Bolehkan ia menampar pria di depannya ini sekarang?. Ah atau mungkin perlu ia telfon abang gali kubur untuk mempersiapkan tempat indah bagi Ardigo?

"Awalnya aku nggak ingin putus karena aku masih sayang sama kamu. Tapi ternyata Ria hamil setelah kami melakukannya sekali. Dia hamil anak ku, jadi kita harus putus karena aku harus bertanggung jawab"

Jadi, kalau Ria nggak hamil Ardigo akan tetap mengencaninya? Memacari dua wanita sekaligus. Kampret emang ini orang.

"Ini juga semua salah kamu. Coba saja kamu nggak menghindar setiap kali aku ingin sentuh kamu, aku nggak akan mencari wanita lain"

Tawa Dea yang tengah menggema berhenti seketika. Tatapannya menatap lurus ke arah Ardigo yang kini tengah seolah-olah menjadikan dirinya turut andil dalam hancurnya hubungan ini.

Dia bilang apa? Hanya karena menolak disentuh, Ardigo mencari wanita lain? Wanita yang tak lebih adalah sahabat Dea sendiri?.

"Karena aku nggak mau kamu sentuh saat kamu ingin, jadi kamu memacari Ria? Menghamili dia?" sebaik mungkin Dea menjaga emosinya agar tak meledak. Meski rasanya ingin sekali ia menjambak rambut hitam laki-laki ini sekarang.

"Iya. Kamu tahu De? Kamu terlalu jual mahal? Ingin tetap perawan sebelum menikah? Di kota metropolitan seperti ini? Di industri seperti ini? Bullshit De. Kamu tinggal aja di pesantren jika ingin menjaga kehormatanmu sampai nikah nanti"

"Jadi segitu besarannya kamu menginginkan hal itu? Kenapa nggak ke diskotik saja? Banyak wanita yang bersedia di sana!!, aku udah bilang kan, kalau kamu mau hal itu cari di sana. Aku nggak masalah sama sekali"

Ardigo tampak menganggukkan kepalanya dengan seringai yang menurut Dea begitu menyebalkan. "Sesuai saran kamu, aku cari di sana. Aku bahkan melakukannya di sana. Dengan Ria"

Sungguh, bagaimana bisa ada makhluk yang tak sadar diri seperti ini? Dan dari banyaknya orang di dunia, kenapa harus dirinya yang bertemu dengan pria macam seperti Ardigo.

Dea sudah tak bisa lagi menahan amarahnya. Diambilnya gelas miliknya yang masih berisi penuh air putih lalu ia siramkan kepada Ardigo.

Dea kalah, Dea kalah menjaga emosinya agar tak marah. Karena seperti tebakannya, Ardigo tak marah namun merasa puas karena Dea tersulut emosi. Dengan begini Ardigo pasti sudah merasa setimpal. Ia menyakiti Dea dan Dea membalasnya dengan menyiramkan air.

"Kita setimpal sekarang ya De. Aku harap kamu akan selalu bertemu dengan pria yang menginginkan dirimu sebelum pernikahan"

Lihat? Emang rada sinting ini orang!

Bersaman dengan Ardigo yang hendak keluar dari ruangan, Dea langsung berdiri sambil menyiramkan lagi air ke wajah laki-laki itu. Setelahnya ia langsung keluar terlebih dahulu dari Ardigo yang langsung mendapat pekikan keras laki-laki itu. Berpacaran 4 tahun, Dea tahu Ardigo paling tak suka jika ia ditinggal saat sedang bertengkar. Pria itu biasanya akan pergi lebih dahulu, meninggalkan bukan ditinggal.

Dea tersenyum miring sambil menatap pantulannya di cermin, itu adalah pertemuan terakhir mereka 1 minggu yang lalu. Dan hari ini, malam ini lebih tepatnya, beberapa jam lagi akan ada hadiah pernikahan spesial yang Dea berikan pada sang mantan kekasih. 1 minggu penuh Dea mempersiapkannya, maka dari itu malam ini jelas tak boleh gagal sama sekali.

Bukan hanya Ardigo saja hadiah ini akan Dea persembahkan, namun kepada Ria, sahabat yang nyatanya menikungnya dari belakang.

"Fix setelah gue pikir-pikir 3 hari ini. Mending lo nggak usah dateng De"

Dari pantulan cermin, Dea menyeringai ke arah Arin yang berdiri di belakangnya. Awalnya managernya itu mendukung semua rencana yang Dea siapkan, namun 3 hari belakangan sikap Arin berubah total. Wanita itu mati-matian membujuk Dea agar membatalkan saja rencana yang telah di susun.

"Karir lo yang bakal hancur setelah ini. Emang lo yang sekarang menghasilkan paling banyak untuk agensi, tapi tidak menutup kemungkinan lo juga bakal dikeluarkan dari perusahaan kalau rencana lo malam ini masih diterusin"

Duduk di sofa yang berada dekat dengannya, Dea menyilangkan kakinya sambil melipat tangan di depan dada. Mundur tanpa balas dendam? Oh tentu saja hal itu tak mungkin terjadi pada Dea. Sekali ada yang menghancurkan hatinya, maka siap-siap mendapat balasan yang lebih parah dari itu oleh Dea "Perusahaan bakal bangkrut kalau mutusin kontrak sama gue"

Arin tak habis pikir dengan jalan pikiran artisnya itu. Tingkat percaya diri yang Dea milik terkadang membuat Arin takut hal itu yang malah akan menghancurkan Dea sendiri. Duduk di samping Dea, Arin mencubit lengan Dea, kesal "Asal lo tahu. Kemarin gue disuruh jadi manager Alika. Alasannya karena beberapa minggu ke depan lo nggak punya tawaran apapun."

Sudah ditebak. Dea sudah menebaknya sejak ia meninggalkan Ardigo di restoran malam itu. Baguslah, jika seperti ini dia bisa berlibur keluar negeri setelah acara malam ini berhasil. Berbelanja sesuka hati, tidur seharian penuh atau memanjakan dirinya dengan seharian ditempat spa. Oh, Dea menantikan hal itu terjadi.

Lagi pula, Dea yakin agensi tak akan terlalu lama mengosongkan jadwal dirinya. Bisa bangkrut beneran kalau Dea—sang dewi pemasukan terbanyak untuk agensi tak menerima tawaran apapun.

"De, gue serius sekarang. Karier lo benarkan bakal hancur kalau lo ngelakuin hal ini."

Dea menggoda Arin dengan menganggukkan kepala berulang kali. "Tenang aja. Gue juga nggak akan segila itu buat lakuin blak-blakan. Sebelum itu video di puter, gue bakal pergi dari pesta dan kita ngerayain ulang tahun lo di kafe biasa. Jadi kalau banyak orang yang nebak kalau gue pelakunya, gue punya alibi ngerayain ulang tahu lo dan nggak tahu apapun. Sedangkan kalau masalah IP yang mungkin bisa dilacak, temen gue pinter, jadi nggak mungkin bakal ketahuan"

"Emang gila semua artis gue!!" geram Arin yang malah mengundang gelak tawa Dea.

"Jadi, lo tenang aja ya. Cinta ku, manis ku" Dea mencium pipi kanan dan pipi kiri Arin sebelum akhirnya bangkit dan berjalan keluar dari salon langganannya.

Permainan, di mulai!!.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya kawan 😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!