NovelToon NovelToon

Twins Love Story

Bab 1

Awal mula.

Seseorang pria meringkuk di sudut ruangan dia begitu terpukul setelah apa yang dialaminya kemarin, dia tidak tahu harus berbicara apa atau berpikir apapun yang ada di kepalanya saat ini adalah rasa penyesalan yang begitu besar rasa terpuruk rasa benci badan jijik pada dirinya sendiri.

Ya pria itu tak lain adalah Rio, Rio saat ini sedang mencoba mengingat kejadian yang dialami pada malam itu. Di mana kejadiannya membuat wanita wanita asing hancur pada hari pada hari itu juga.

#Flash back on#

Rio terbangun di tempat yang begitu asing, Rio mengamati sekitar ternyata dia terbangun di salah satu ruangan yang Rio yakini adalah hotel. Kepalanya terasa berat, sambil memegang kepalanya pria berpikir apa yang terjadi sampai dia bisa berada di tempat ini, sekilas bayangan seorang wanita menangis muncul di depannya.

Samar-samar bayangan itu semakin nyata.

Deg...

Tubuhnya terasa membeku, dia menoleh ke samping menatap ke arah sisi ranjang.

Deg....

Benar sesuai dengan dugaannya.

"Tidak mungkin..." Rio mengelengkan kepalanya, dia sungguh tak menyangka bisa menjadi pria yang begitu bejat.

Rio pun turun dari ranjang, menatap nanar ke arah tubuhnya, sungguh Rio masih tak percaya dengan apa yang terjadi.

Dia pun bergegas menuju ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.

Di dalam kamar mandi...

"Ahh..." Rio berteriak marah.

"Hiks hiks hiks hiks hiks hiks hiks, kenapa aku harus mengalami semua ini," racau Rio memukul tembok di dalam kamar mandi.

"Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku katakan sama bunda dan yang lainnya? Apakah mereka akan memaafkan ku," kata Rio begitu terpukul.

"Bodoh..." Maki Rio kepada dirinya sendiri.

"Semua ini gara-gara Renata? aku tidak akan pernah memaafkan mu, gara-gara kamu mengkhianati ku, aku sampai menyentuh minuman sialan itu," Rio meratapi kecerobohannya.

Sedangkan di atas tempat tidur.

Seorang wanita cantik menggeliat, saat dia menggerakkan tubuhnya. Seperti ada rasa sakit yang menjalar dari tubuhnya bagian bawah.

"Sssttt ah sakit," terdengar seperti seseorang sedang merintih kesakitan.

Wanita itu membuka matanya lebar.

Deg...

Wanita itu kaget saat mengetahui dirinya berada di dalam sebuah kamar hotel.

Ingatan nya berputar kemarin malam, saat dia yang sedang berjalan keluar hotel untuk pulang, namun niat itu di urungkan akibat permintaan temannya yang bertugas sebagai resepsionis hotel itu meminta dia untuk membantunya membawa pelanggan hotel yang sedang mabuk.

Dengan mendesah pelan, perempuan itu mengangguk setuju. Setelah tiba di depan kamar, tiba-tiba temannya itu di hubungi oleh rekannya katanya ada 3 pelanggan yang sedang menuggu di depan meja resepsionis, temannya pun meninggalkan tempat itu dengan memelas, sebelum nya dia juga meminta maaf harus pergi namun dia juga meminta tolong untuk membawa penyewa kamar itu masuk.

Naas saat masuk justru wanita itu harus menjalani hal yang di luar bayangannya.

Sekarang dia hanya bisa meratapi nasibnya, nasib buruk nya.

"Hiks hiks hiks hiks hiks hiks hiks, Mama maafkan Nisa," lirih wanita cantik itu menangisi nasibnya.

"Hiks hiks hiks hiks hiks hiks, apa yang harus ku lakukan," lirih wanita cantik itu.

Wanita cantik itu mencoba bangkit, yang ada di pikirannya hanya segera pergi meninggalkan tempat ini.

"Ya aku harus pergi dari sini," guman nya dengan mantap

Wanita itu turun dan berjalan mencari pakaian miliknya yang berserakan di lantai. Dengan segenap kemampuan yang dia miliki, dia pun memakai pakaian miliknya dan berjalan tertatih-tatih menuju pintu kamar.

Sebelum pergi meninggalkan tempat itu, wanita itu menoleh ke arah ranjang, dia meneteskan air mata nya.

"Selamat tinggal kenangan pahit,"

Tak lama Rio pun keluar dari kamar mandi, dia menatap ke arah ranjang namun tidak ada siapapun. Dia pun menatap ke seluruh ruangan namun sama saja nihil hasilnya.

"Ahhhh..." Rio menyugar rambutnya frustasi.

"Aku harus mencari wanita itu," kata Rio kepada dirinya sendiri.

#Flash back off#

Rio pun bangkit dari lantai, dia pun masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

10 menit kemudian Rio pun akhirnya selesai dari kamar mandi, Rio merapikan rambut nya setelah dia selesai memakai baju.

" Apa aku harus minta bantuan kak Abraham?" kata Rio kepada dirinya sendiri.

Rio pun akhirnya menghubungi Abraham.

Tut....

Akhirnya sambungan ponsel pun terhubung ke sebrang sana.

Rio: Halo kak...?

Abraham: Ada apa Rio, tumben kamu menghubungi kakak!

Tio mengusap tengkuknya dengan binggung, jujur dia merasa canggung untuk berbicara dengan kakak iparnya itu, berbeda dengan Tio yang setiap hari bertemu dan mengobrol dengan sang kakak ipar karena Tio memilih untuk bekerja di perusahaan milik sang kakak ipar, sedangkan Rio memilih untuk mengembangkan usaha milik Arin.

Abraham: Ehemmm....

Abraham berdehem karena tak mendengar sahutan dari sebrang sana.

Rio: Eh iya kak, emm.... Sebenarnya aku ingin meminta tolong.

Dengan ragu-ragu Rio pun mengutarakan niatnya.

Abraham: Coba katakan, mungkin aku bisa membantu.

Rio: Sebenarnya aku...."

Akhirnya dengan ragu-ragu, Rio mengatakan kejadian yang telah dia alami, mulai dari patah hati berakhir dengan minum alkohol dan mabuk sampai di tempat hotel di mana dia menginap.

Rio pun menjeda ceritanya...

Abraham: Cepat katakan?

Abraham langsung curiga saat adik iparnya itu berhenti bercerita, entahlah Abraham seperti DE JA VU dengan cerita dari Rio.

Abraham: Jangan bilang kamu telah melakukan one night stand dengan perempuan yang tidak kamu kenal, dan sekarang kamu meminta kakak untuk mencari wanita itu.

Rio: I-ya kak.

Deg...

Abraham di sebrang sana menjadi gusar, dia menyugar rambutnya frustasi.

"Kenapa semua ini kembali terjadi lagi," grutu Abraham dengan suara kecil, dia mengingat kejadian yang menimpa dirinya kini kembali menimpa adik iparnya.

Rio: Apa yang kak Abraham bicarakan?

Rio bertanya karena dia tak mendengarkan ucapan dari kakak iparnya itu dengan jelas.

Abraham menghela nafas panjang, sebelum dia melanjutkan ucapannya.

Abraham: Kamu tahu kan bagaimana dulu kak Abraham dan kak Arin, aku takut tidak bisa menemukan wanita itu takutnya dia sama dengan kak Arin, dia menghilang dengan berpindah tempat.

Deg...

Mendengar ucapan dari kak iparnya, tentu ingatan Rio kembali di mana begitu banyak kejadian bertubi-tubi datang sili berganti menyakitkan yang menyerang keluarganya terutama sang kakak, kehamilan kakak nya dulu membuat nya harus kehilangan sang ayah.

Rio mengelengkan kepalanya menepis semua ingatan buruk itu, tentu dia tak ingin kejadian itu tentu Rio tak akan membiarkan semua ini terjadi.

Abraham: Ehemm....!

Deheman Abraham lagi-lagi membuyarkan lamunan Rio saat ini.

Abraham: Kamu tenang saja, biar aku yang mencarinya, mungkin wanita itu cuma menganggap itu kejadian biasa atau cuma cinta satu malam. Kamu tenang saja biar kakak yang urus kalau ada apa-apa cepat kamu hubungi kakak.

Setelah itu panggilan pun terputus.

Rio menghela nafas panjang. "Semoga saja," lirih Rio.

"Aku bisa mencari tahu lewat cctv hotel, ahh kenapa aku bisa lupa," kata Rio menepuk keningnya.

Setelah itu dia pun bergegas turun menuju ke resepsionis hotel terlebih dahulu.

Bersambung....

Bab 2

Mencari tahu.

Rio berlari cepat menuju ke arah resepsionis.

Hos hos hos hos hos hos...

Rio berjongkok mengatur nafasnya sambil memegang meja resepsionis itu.

"Mbak siapa perempuan yang mengantar saya ke kamar kemarin?" Tanya Rio menggebu-gebu membuat perempuan yang menjaga di meja resepsionis itu mengerutkan keningnya.

"Maaf pak, saya tidak tahu," jawab perempuan itu dengan gelisah pasalnya dia baru saja bekerja hari ini mengantikan wanita yang tiba-tiba mengundurkan diri tadi pagi.

Braaakk...

Rio mengebrak meja dengan kesal.

"Bagaimana bisa kamu tidak tahu? Seharusnya kamu tahu karena ini adalah tugasmu berjaga di sini, kalian tahu kan kemarin saya mabuk dan bisa-bisanya anda memberikan izin masuk kepada perempuan untuk membawaku ke dalam kamar, saya bisa menuntut pihak hotel ini karena menyalahi privasi saya," kata Rio dengan begitu marah tatapan matanya seolah mengisyaratkan bahwa saat ini dia tengah kecewa dengan pelayanan hotel di sini.

"Ma-af pak, tetapi kemarin bukan tugas saya untuk berjaga di sini. Saya baru saja bekerja hari ini pak," kata wanita itu dengan sedikit ketakutan saat melihat Rio begitu emosi.

"Jujur saya begitu kecewa dengan pelayan hotel ini. Saya ingin bertemu dengan manager di sini," kata Rio dengan nada begitu tegas membuat wanita di depan nya sedikit gentar melihat aura Rio yang penuh wibawa.

Rio yang biasanya santai pembawaannya, berubah menjadi Tio yang

"Maaf pak, anda tidak bisa bertemu dengan pak Haris karena beliau sedang berada di luar kota untuk meninjau cabang di sana," jelas resepsionis itu dengan sedikit ketakutan.

'Hiks hiks hiks hiks hiks hiks, baru juga sehari bekerja sudah sial begini,' batin wanita itu menangis di dalam hati nya sat ini, apalagi melihat raut wajah pria di depannya yang begitu menyeramkan.

"Baik, aku minta rekaman cctv kemarin. Kalau tidak saya akan buat hotel ini bangkrut hari ini juga," kata Rio meluncur dengan bebas, meskipun Rio tanpa sadar telah mengancam wanita itu.

Wanita di terlihat begitu gelisah, dia meremas ujung baju nya, tatapan matanya melirik ke kanan dan ke kiri seraya meminta pertolongan kepada siapapun yang ada di sekitar sana. Namun di sana sepi tidak ada temannya yang muncul, semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Tak berselang lama, wanita itu tersenyum kala melihat pak satpam yang baru saja datang untuk menanyakan kunci pintu pantry yang tak sengaja di bawa.

"Hei ada apa ini, kenapa anda membuat keributan di sini?" Tanya pak satpam dengan nada binggung.

"Maaf pak... Saya hanya ingin meminta rekaman CCTV hari kemarin." Kata Rio menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke sana.

"Maaf Pak itu adalah privasi dari hotel ini kalau tidak ada hal yang mendesak atau berkepentingan kami tidak bisa memperlihatkan rekaman CCTV itu," jelas pak satpam kepada Rio.

Rio pun memutar otaknya agar dia keinginannya tercapai.

"Maaf pak, tetapi ini mengenai masalah pribadi karena kemarin saya pulang dalam keadaan mabuk dan tiba-tiba diantar oleh orang asing ke kamar, dan tadi pagi saya kehilangan barang saya yang berharga dan saya ingin menanyakan kepada mbak ini siapa yang telah membawa saya kemarin, namun mbak ini mengatakan kalau dia tidak tahu. Jujur saya kecewa dengan pelayanan hotel ini, kalau kalian tidak boleh memperlihatkan rekaman CCTV kemarin malam maka saya bawa kasus ini karena hukum" kata Rio gitu meyakinkan namun penuh ancaman.

Dengan berat hati pak satpam pun mengajak Rio ke dalam ruang keamanan, di sana ada beberapa senior yang bertugas memantau cctv hotel dan keamanan.

Pak satpam pun menjelaskan semua yang di katakan Rio tadi. Seorang pria membawa Rio ke depan laptop dan mencari rekaman kemarin.

Akhirnya Rio pun tersenyum kala berhasil, dengan teliti Rio menatap satu persatu kejadian itu.

Deg....

"Mas tolong itu di pause dulu, saya ingin melihat wajahnya, " pinta Rio dan pria itu menuruti.

'Oh dia terlihat masih muda, apa dia bekerja di sini?' batin Rio penasaran.

"Oh ya, minta rekaman keesokan harinya nya. Emmm.... Sekitar jam 8 sampai jam 9," pinta Rio sekali lagi.

Pria itu menatap Rio dengan kening mengerut namun pria itu mengangguk. Tangan pria itu dengan lincah mengotak-atik laptop di depan nya.

Deg....

Melihat tampilan wanita itu yang kacau, Rio tahu apa yang dialaminya kemarin itu nyata.

"Tolong ya pak nanti pas yang itu di perbesar, saya ingin melihat wajah perempuan itu," pinta Rio.

Cekrek...

Rio mengambil ponselnya dan memfoto perempuan itu untuk di kirimkan kepada Abraham.

"Oh ya pak sepertinya perempuan itu nampak kenal seluk beluk hotel ini," kata Rio memancing orang di depannya untuk berbicara.

"Itu seperti mbak Nisa deh, hmm... Benar itu mbak Nisa saya yakin," kata pria itu.

"Oh, bapak kenal?" Lanjut Rio mengorek informasi lebih lanjut lagi.

"Iya, dia itu bekerja di sini juga sebagai resepsionis, nah kalau yang tadi itu temannya juga," kata pria itu menunjukkan ke arah laptop.

"Oh, terus dia sekarang di mana, kok tidak kelihatan?" Tanya Rio.

"Lho mas nya kehilangan apa? Mungkin mas lupa menaruh atau terselip di mana, soalnya setahu saya mbak Nisa itu baik meskipun dia dari desa namun dia itu orangnya suka membantu, ramah juga orangnya," jelas pria di depannya mengatakan bagaimana watak maupun nama nya.

"Em... Itu pak jam, ya jam tangan," jawab Rio gelagapan.

"Tetapi kok aneh ya pak, harusnya mbak Nisa langsung pulang saja setelah mengantar bapak? Kenapa harus menunggu sampai pagi?" Tanya pria itu dengan nada penasaran.

"Mana saya tahu, mungkin wanita itu ketiduran saat mau pergi," jawab Rio mengelak berusaha acuh dengan nada di buat tenang.

"Bapak tahu alamat nya?" Tanya Rio menatap laki-laki di depan nya dengan memohon.

"Maaf pak! Setahu saya mbak Nisa itu ngekos di sekitar sini. Bapak bisa tanyakan saja sama mbak Tami teman dekat nya, tuh yang tadi ikut membawa bapak terus kembali ke meja resepsionis," jelas pria di depannya.

"Oh, kapan perempuan yang bernama Tami itu datang," tanya Rio.

"Em mungkin nanti sore pak," jawabnya.

Setelah itu Rio mengucapkan terima kasih tak lupa memberikan uang beberapa lembar sebagai bentuk terimakasih nya saat ini.

Rio dengan wajah sumringah keluar dari ruangan itu. Sedangkan pria itu menatap Rio dengan penuh penasaran.

"Apa yang di cari tuan itu? Ah sudahlah bukan urusan ku," kata pria itu tak mau ikut campur.

"Lumayan buat beli kopi dan jajan bocah nanti di rumah," kata nya berbinar menatap 3 lembar uang berwarna merah setelah itu mencium nya dengan perasaan bahagia.

Bersambung...

Bab 3

Keputusan Nisa.

Rio mengambil ponselnya, dia menatap foto Nisa yang ada di dalamnya.

"Ck kenapa gambarnya burem begini, masa aku balik lagi sih. Tidak apa-apa sih yang penting kelihatan meskipun wajahnya saja gak terlalu jelas," kata Rio menyakinkan dirinya sendiri.

"Biarlah, aku harus segera mengirimkan foto ini kepada kak Abraham," guman Rio dengan cepat mengirimkan pesan gambar itu dengan cepat ke pada kakak iparnya yang tak lain adalah Abraham.

Tring....

Tring....

Terdengar bunyi yang menandakan kalau pesan itu sudah sampai kepada Abraham.

Rio tersenyum sesaat namun senyum itu redup saat dia mengingat kejadian kemarin malam.

"Eh apa benar aku sudah merebut mahkota dia, tetapi kenapa aku tidak menemukan darah ya, kenapa kemarin juga aku tidak merasakan apa-apa ya? Atau jangan-jangan dia sudah tidak..." Rio tak melanjutkan ucapannya itu karena pikirannya saat ini sedang berkecamuk binggung.

Rio berfikir kalau dia bukan yang pertama untuk wanita itu dan anehnya Rio tak merasakan apapun tadi malam. Entahlah....

"Ah sudahlah, yang penting aku harus temukan dia secepatnya agar semua ini cepat selesai dan tidak membuat masalah di kemudian hari nantinya," kata Rio penuh keyakinan.

*****

Kembali setelah kejadian Nisa keluar dari kamar hotel Rio saat itu.

Nisa menatap nanar ke arah sang temannya berada.

Sedangkan merasa ada yang menatapnya, wanita yang bernama Lilis itu menoleh dan mendapati temannya dalam keadaan berantakan.

Lilis pun menghampiri Nisa yang termangu menatap nya saat ini.

"Hei Nisa! Apa yang terjadi dengan mu?" Tanya Lilis penuh rasa khawatir.

Sedangkan yang di tanya begitu berat untuk menjawab saat ini. Justru air mata Nisa mengalir deras.

"Hiks hiks hiks hiks hiks, kenapa kamu tinggalkan aku sendiri kemarin malam," lirih Nisa langsung berhambur memeluk Lilis yang menatapnya binggung dan penuh dengan rasa khawatir namun dia memperhatikan kondisi temannya itu dengan hati yang bimbang dan pikiran yang penuh pertanyaan namun niat itu dia urungkan.

"Maaf..." Hanya kata itu yang mampu Lilis ucapkan saat ini sebagai jawaban karena dia binggung dengan keadaan temannya itu.

"Apa yang terjadi?" Tanya Lilis memberanikan untuk bertanya kemudian saat melihat kondisi temannya itu sedang tak baik-baik saja saat ini.

"A-ku hiks hiks hiks hiks hiks," Nisa tak bisa berkata-kata, dia hanya bisa menatap Lilis dengan tatapan sayu.

Tenggorokan Lilis tercekat, "Apa pria itu?" Tanya Lilis seraya menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang di pikirkan saat ini.

Puk puk puk puk

Lilis hanya menepuk pelan sambil mengelus punggung sang teman dengan rasa iba, entahlah apa yang dialami temannya saat ini.

"Ya sudah aku antar kamu pulang ya? Atau kamu ingin apa? Tanya Lilis berhati-hati saat ini.

"A-ku ingin minta tolong, pinjamkan aku kertas dan bolpoin," pinta Nisa saat ini.

"Eh...." Meskipun dalam kebingungannya, Lilis pun memberikan apa yang di minta oleh Nisa saat ini.

Nisa penerimaan itu dengan senang hati, dia pun menuliskan sesuatu dan memasukkan nya ke dalam amplop.

"Tolong berikan ini kepada pak Dirga, ini surat pengunduran diri ku," pinta Nisa membuat Lilis terbelalak matanya, dia tak menyangka Nisa melakukan hal demikian.

"Tetapi...." Lilis ingin menolak karena jujur dia saat ini cukup terkejut dengan keputusan yang Nisa lakukan saat ini.

"Please ku mohon,'' pinta Nisa mengiba.

Dengan berat hati, Lilis pun menyahuti.

"Bagaimana kalau ku antar pulang ke kontrakan, hari ini aku masuk siang. Tetapi tunggu sebentar aku mau taruh ini di meja pak Dirga dulu," kata Lilis membuat Nisa mengangguk.

Sepeninggal Lilis pergi, Nisa pun melihat buku catatan yang berisi daftar tamu.

Nisa yang penasaran, pun mencari informasi kamar yang tadi malam dia masuki.

"Kamar 408," lirih Nisa.

Deg...

"Jadi nama nya Tio," guman Nisa dengan suara bergetar.

( Yang tahu cerita benih tuan muda kejam, ada part di mana Rio salah mengambil dompet Tio yang tak lain adalah kembarannya. Nah jadi Rio sewa hotel pakai nama Tio ya gaes)

Nisa pun mengambil ponselnya dan memotret foto copy KTP milik Tio saat ini.

...----------------...

Kembali ke saat ini.

Kring....

Ponsel Rio berdering, di saat dirinya sedang kebingungan dia dikagetkan dengan panggilan dari saudara kembarnya yang tak lain adalah Tio.

Tutt.....

Sambungan ponsel pun terhubung....

Rio: Halo...! Kenapa? Kangeeen...?" Tanya Rio seraya menggoda kembarannya.

Tio: Ck siapa yang kangen. Mana KTP ku kapan kamu balikin,"

Rio menepuk keningnya pelan, dia melupakan sesuatu yang penting.

Tio : Jangan bilang kalau kamu lupa.

Terdengar nada kesal dari suara di sebrang.

Rio: He he he he he he, tahu saja aku ini pelupa,"

Rio melupakan kalau saat ini kalau dia tanpa sengaja membawa dompet kembarannya saat itu, setelah insiden penghianatan kekasihnya itu, dia sempat curhat dengan Tio yang tak lain adalah saudara kembarnya, dia pun menginap di kamar kembarannya. Pagi-pagi dia harus berangkat ke luar negeri karena ada urusan mendadak membuatnya salah mengambil dompet.

Rio baru tahu saat dirinya salah membawa dompet Tio, saat dirinya sudah berada di depan resepsionis lebih tepatnya saat dia hendak menyewa kamar hotel.

Rio: Iya iya nanti kalau aku pulang ku kembalikan.

Tio: Aku harus urus surat buat ke KUA, masa pakai KTP kamu enak saja, cepat pulang atau kirim saja dompetku.

Kata Tio terdengar putus asa bercampur kesal.

Rio: Gak sabaran banget sih, besok aku pulang jadi tidak perlu kirim KTP ni takutnya malah hilang.

Jawab Rio menghela nafas kasar, mau tidak mau Rio harus pulang dan menyerahkan semua ini kepada Abraham sang kakak ipar.

Tio: Ha ha ha ha ha ha, soalnya aku tidak ingin menunda pernikahan ku dengan Amanda lebih lama lagi, entahlah hati ku akhir-akhir ini merasa gelisah seperti akan ada sesuatu yang penting akan terjadi.

Tio menjelaskan kegundahan yang tengah menyelimuti hati nya beberapa hari ini.

Rio: Sudah jangan berfikir macam-macam, semua akan baik-baik saja.

Tio: Hmmm.... Semoga saja. Sudah dulu ya, aku harus pergi menjemput Amanda.

Rio: Ok, hati-hati dan jangan lupa titip salam buat Amanda.

Tut...

Setelah itu panggilan pun terputus.

Rio menatap nanar ke arah langit yang berubah mendung.

"Semoga saja firasat mu kali ini salah Tio, jujur aku takut bunda dan kak Arin tahu masalah ku di sini. Aku takut mereka pasti kecewa dan sedih dengan apa yang tengah ku alami saat ini meskipun aku melakukan semua itu di luar kesadaran ku," lirih Rio dengan suara seraknya.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!