NovelToon NovelToon

Sekedar Nikah Kontrak

#01

Pagi gelap seorang wanita paruh baya berangkat kerja dengan sepedanya.

Rinni yang melihat orang yang paling berharga di hidupnya pergi kerja dengan sepeda.

" Bu... Tidak lama lagi ibu yang dirumah dan aku yang akan pergi berkerja."batinnya.

" Ayo semangat " ucap dengan menyemangati dirinya sendiri.

Rinni pun segera mencuci piring kotor sisaan tadi ia dan ibunya sarapan.

setelah itu ia langsung mandi dan bersiap-siap untuk pergi mengirim surat lamaran kerja.

Selesai mengirimkan surat lamaran Rinni memutuskan untuk pulang.

karena sedari tadi entah kenapa perasaannya tidak enak.

Rinni bingung melihat pintu rumahnya terbuka, seingatnya sebelum pergi ia sudah menguncinya.

dan ini baru tengah hari tidak mungkin ibunya sudah pulang.

Ia pun mempercepat langkahnya untuk melihat kenapa pintu rumahnya terbuka.

"Bu.. " panggil Rinni saat melihat sepasang sendal di dalam rumah.

" Ya.. " jawab ibunya (Ratih)

" Ibu kenapa cepat pulang? , ada apa Bu?! , Ibu sakit?!! " Tanya Rinni melihat wajah ibunya pucat.

" Satu-satu Rin tanyanya. " ucap Ibunya dengan suara yng terdengar lemah.

" Permisi... " seseorang memanggil.

"Bentar bu aku kedepan dulu lihat siapa yang datang. "

" Maaf Non , apa anaknya Mbok Atih ada? " tanya seorang pria yang terlihat sudah berumur.

" Ya saya sendiri , ada apa ya? bapak ini siapa?? "

" Oh ya perkenalkan saya Amir, supirnya keluarga Wijaya. " supir memperkenalkan dirinya.

" Oh iya Pak, saya Rinni. " Rinni menjabat tangannya Amir.

" Begini Non, tadi Mbok Atih tiba-tiba merasa sesak dan tidak lama jatuh pingsan,dan kebetulan hal itu diketahui oleh Den Devan dan beliau pun memanggil Dokter langganan keluarga Wijaya. "

" Atas perintah Nyonya besar saya hanya menyampaikan sementara Mbok Atih di berikan cuti dulu dan juga Nyonya besar mau mencari orang yang bisa menggantikan tugas Mbok, apakah ada orang yang mau berkerja sementara di posisinya Mbok Atih?? "

"Bentar ya Pak biar saya coba tanyakan pada ibu saya dulu. " Rinni pergi ke kamar ibunya.

" Bu.. itu ada Pak Amir sopirnya Nyonya Indri. "

" Ya , ada apa Pak Amir kesini? "Tanya Ratih.

Rinni pun menceritakan kedatangan Pak Amir pada ibunya.

" Pak Amir. " panggil Ratih yang berjalan pelan-pelan sambil dipapah Rinni.

" Mbok.. " Pak Amir ikut menuntun Ratih.

" Rin.. Kamu nggak suguhi minuman kasih Pak Amir. " tanya Ratih.

".Oh ya Bu Rinni lupa."

" Tidak apa-apa , aku hanya sebentar. " ucap Pak Amir yang mencegah Rinni pergi buat minuman

" Begini Mbok, maksud kedatangan saya kesini karena perintah Nyonya Indri terus.. " Pak Amir pun menceritakan maksud kedatangannya pada Ratih.

" Begini saja Pak, bagaimana kalau untuk sementara Rinni yang menggantikan posisi saya dulu , memang ada yang mau berkerja tapi harus beberapa hari untuknya sampai disini."

" Apalagi kalau kondisi Nona kecil yang saat ini begitu memperihatinkan." sambung Ratih.

" Tapi Anaknya Mbok apakah mau?! '

Kebetulan Rinni pun datang membawa secangkir teh hangat dan diletakkannya diatas meja.

Mbok pun meminta Rinni untuk duduk.

" Kamu mau Rinn? , gantikan ibu dulu kerja dirumah Nyonya Indri?"

"Hanya untuk sementara. "

" Kenapa aku Bu?!! "

" Rinn kamu ingatkan sepupunya bapak mu yang di kampung, kemarin dia meminta ibu mencarikan kerja untuknya.

dan untuk menunggu kedatangan butuh beberapa hari , sedangkan Nyonya mau cepat karena tidak ada yang merawat Cucunya. "

" Terus ibu bagaimana? "

" Ibu bisa sendirian dirumah. "

" Tapi Bu.. "

" Tidak apa-apa Rinn nanti sore kan kamu sudah pulang, ibu akan berdiam diri dirumah, kamu jangan khawatir. "

" Baiklah., " Jawab Rinni dengan lemas.

" Baiklah besok pagi pagi saya datang untuk menjemput Non. . "

" Tidak perlu Pak, aku tahu kok alamat rumah Nyonya Indri. " sambung Rinni

" Baiklah kalau begitu aku pamit dan akan berikan kabar ini pada Nyonya. " ucap Pak Amir.

Rinni pun mengantar ibunya kedalam kamar dan memijit kaki ibunya.

" Bu... sedang memikirkan apa? " tanya Rinni sambil memijat kaki ibunya.

" Ibu berpikir kalau nanti sepupu bapakmu datang, ibu mau berhenti kerja saja Rin, ibu mau pulang ke rumah peninggalan bapak mu. "

" Lalu bagaimana dengan Rinn Bu.. " Tanya Rinni

" Terus kalau ibu pulang siapa yang menjaga ibu?"

" Ibu bisa jaga diri sendiri dan lagian Bulek dan Paklek setiap hari ada diladang dan ibu tidak akan merasa kesepian."

"Kamu mau ikut ibu pulang?" tanya Ratih

" Kalau kamu masih mau disini tidak apa-apa, ibu juga sudah cukup tua Rin .

Ibu hanya ingin menikmati masa tua dikampung halaman saja dan apabila ibu sudah meninggal juga gampang tidak perlu jauh-jauh."

" Bu, jangan bicara seperti itu bu, Rinni cuma punya ibu ." Rinni menangis ketika mendengar ibunya mengatakan soal meninggal nantinya.

" Ibu hanya cuma ngomong saja Rinn. " Ratih tersenyum melihat putrinya yang tertunduk sambil menangis.

" Walaupun cuma ngomong Bu, bersabarlah sebentar lagi ibu tidak perlu berkerja lagi dirumah Bu indri ."

" Tidak apa-apa jangan terlalu mengkhawatirkan Ibu. "

Rinn memeluk ibunya begitu erat, disela sela pelukan Rinn juga membisikkan " Aku sayang ibu."

Pagi-pagi buta Rinn sudah bangun dan berkutat didapur.

ia menyiapkan sarapan pagi untuk Ibunya dan dirinya.

sebelum berangkat kerja ia lebih dahulu sarapan.

" Bu, Rinn pergi dulu ya, kalau ada apa-apa telepon Rinn. " Rinn mendorong sepeda ibunya keluar rumah.

30 menit perjalanan kerumah Indri, sesampainya ia disana sudah disambut hangat oleh seorang satpam yang sudah mengenal dirinya.

Dodi pun mengantar Rinni masuk kedalam rumah tapi tidak dari pintu depan melainkan pintu samping yang memang tersedia untuk Asisten lainnya keluar masuk melalui dari sana.

Seorang wanita paruh baya sedang bersenandung sambil menyapu tanpa ia sadari dua orang memandangnya cukup lama hingga mereka tersenyum sendiri melihatnya.

" Mbok. " panggil dodi

" Ya copot copot copot. " latah Mbok Yuyun, ia terlonjak kaget saat dodi memegang pundaknya

" Kamu ya Dod, suka banget panggil tiba-tiba. " Mbok Yuyun terlihat agak marah.

" Maaf Mbok, soalnya dari tadi aku panggil panggil nggak dijawab!. "

" Ya ada apa kamu panggil-panggil hah, kamu sama siapa Dod? " tanya Mbok Yuyun saat melihat Rinni berdiri disamping dodi.

" Ini Rinni anaknya Mbok Atih menggantikan perkerjaan beliau sementara "jelas Dodi

"Oh.. ini toh anaknya Mbok Atih, cantik banget sih kamu Nak, ayo masuk masuk." Mbok Yuyun memegang tangan Rinni.

Mbok Yuyun pun menjelaskan perkerjaan yang harus Rinni kerjakan, walaupun sebelum datang ia sudah dijelaskan oleh ibunya.

" Bisa kan ? pasti bisa lah ya soalnya kerjaannya gampang saja kok cuma ngurus nona kecil saja. " ucap Mbok Yuyun

Pukul 6 :30 sebagian anggota keluarga Wijaya sudah berkumpul dan duduk di kursi.

Rinni membantu Mbok Yuyun menghidangkan sarapan pagi pada anggota yang hadir.

Wijaya memiliki 3 orang anak, 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan yaitu Devan, Dina dan Davan.

Devan anak tertua dan sudah memiliki satu anak juga begitu dengan Dina yang sudah menikah dan memiliki sepasang anak.

dan si bungsu masih singel, dia berbeda dengan kedua kakaknya.

Davan tidak pernah memikirkan untuk menikah walaupun dia sering di tuntut untuk cepat-cepat menikah.

" Rinn ini biar Mbok yang kerjakan, sekarang kamu ke kamar Non Jessy lihat dia apakah sudah selesai siap siapnya apa belum."

" Nanti kamu naik ke lantai 2 terus nanti.... " Mbok Yuyun menjelaskan letak kamar Jessy.

...****************...

#02

Tokk... tokk...

" Masuk Mbok " jawab Jessy.

" Permisi.. "

" Kakak siapa? " Sela Jessy sambil menatap Rinni

" Aa... Saya Anaknya Mbok Atih dan sementara saya yang akan membantu Non. " ucap Rinni

" Mbok Atih kenapa? , Sakit? " tanya Jessy.

" Iya dan butuh istirahat. " jawab Rinni

lama keduanya

" Kak.. boleh minta tolong ambilkan sepatu aku? "

" Ya Non " Rinni pun mengambil sepatu dan menghampiri Jessy yang sedang duduk di atas tempat tidur.

" Ini Non. " Rinni meletakkan sepatunya di lantai

Tokk... tokk...

" Sudah selesai sayang? " tanya Indri yang berpakaian rapi dan riasan yang natural.

" Oh.. kamu sudah datang Rinn.? " sapa Indri

" Iya ." ucap Rinni

" Kursi roda mu mana sayang? "tanya Indri

" Disana Omah " tunjuk Jessy ke sudut kamarnya.

Pupil mata Rinni membesar saat ia melihat kursi roda yang ada di sudut ruang kamar.

" Maaf, bisa tolong ambilkan kursi roda nya? " Indri memakaikan sepatu pada cucunya.

" Kok rambutnya belum diikat? " tanya Indri pada Cucunya

"Sini Omah ikat rambutnya" Indri menyisir rambut Jessy.

Indri terlihat kesusahan mengikat rambut Jessy.

Jessy sangat suka rambutnya dikepang dan hal itu sangat susah bagi Indri.

sebagian helai rambut jessy tergerai.

" Maaf Nyonya kalau boleh biar saya saja yang ikatkan rambutnya Non Jessy boleh?"

" Oh kamu bisa? " ujar Indri

" Bisa Nya"

Indri pun memberikan ruang pada Rinni.

seolah sudah terbiasa melakukan itu, Indri yang melihat pun tersenyum kala ia melihat cucunya tersenyum melihat rambutnya dikepang sesuai keinginannya.

" Sudah selesai, bilang apa sama Kak Rinn?. "

" Terimakasih Kak " ucap Jessy

" Sama-sama " balas Rinni.

Indri pun mendorong kursi roda Jessy keluar dari kamar.

sedangkan Rinni mengambil tas sekolahnya.

tepat saat saat akan menurunkan tangga seseorang menghampiri mereka.

" Hai.. cantik banget putrinya Papa hari ini. "Puji Devan.

" Cantik ya Pah? , kak Rinni yang ikat rambut Jeje Pah. " Jessy tersenyum

Devan melirik ke arah seorang wanita yang berdiri di belakang maminya.

lalu menatap maminya seolah minta penjelasan.

" Ini anaknya Mbok Atih Dev, karena Mbok sedang sakit dia yang mengantikan tugasnya." jelas Indri.

" Baiklah sekarang kita sarapan dulu , sebentar lagi Opah akan memanggil kita." ujar Devan lalu menggendong putrinya.

Seluruh anggota keluarga Wijaya sudah duduk berkumpul diruang makan.

semuanya sibuk dengan makannya masing masing.

" Dimana Davan ? " tanya Danny Wijaya

" Mungkin masih lari pagi dia Pih. " jawab Dina.

" Dia terlalu sibuk dengan hobbynya." cibir Danny.

" Hai Mbok.. bisa tolong tuangkan ini ke wadah? " Davan menyerah sebungkus jajanan

" Baik Den. " jawab Mbok Yuyun.

Davan pun duduk di samping Jeje , sesekali Davan terlihat menjahili ponakannya hingga berujung dengan pengaduan.

" Pah... lihat Om Dav. " adu Jessy.

" Dav... hentikan itu, nanti dia akan terlambat sekolah. "

" Bekal sekolah Jeje sudah siap Mbok? "Tanya Devan pada Mbok Yuyun.

" Sudah selesai Den, non Jeje sudah mau berangkat? , Sebentar aku akan memanggil Rinni. " ucap Mbok stelah meletakkan makanan yang di beli Davan.

"Rinni? ada asisten baru Mih? Mbok Atih kemana? " tanya Davan.

" Mbok sakit dan... "

" Mih, aku pergi dulu. " Devan cipika-cipiki pada Indri setelah dia pamit pada Danny.

" Omah, Jeje kesekolah dulu. " pamit Jessy.

" Hati-hati dijalan ya, belajar bagus ya sayang di sekolah " ucap Danny pda sang cucu.

" Rinni." panggil Davan saat melihat Rinni keluar dari dapur.

Rinni menoleh ke samping dan bola matanya membola saat melihat orang yang memanggilnya ternyata adalah orang yang dia idolakan saat masih sekolah hingga saat ini.

" Kamu ngapain disini? " tanya Davan yang sudah berdiri dihadapannya.

" Aku... kerja disni. " jawab Rinni

" Kerja? " Davan menoleh ke arah Mamihnya.

" Ehem.. " Devan memberi kode.

" Maaf, aku harus pergi. " pamit Rinni yang langsung berjalan cepat menghampiri Devan.

" Kamu kenal dengan Rinni dek? " tanya Dian.

" Rinni tuh adek kelas ku dulu di SMA xxxx " jawabnya.

" Rinni tuh anaknya Mbok Atih, karena Mbok sakit dan tidak ada yang bisa menggantikan tugasnya sementara Rinni lah yang melakukannya. " jelas Indri.

" Papih pergi dulu. " pamit Danny.

" Dav, penawaran untuk kerja di kantor Papih sudah kau putuskan? "tanya Danny.

" Pih, Dav tidak bisa berkerja di kantor Papih. " jawabnya.

" Dav.. " panggil Indri

" Dav tidak bisa, saat ini aku sedang mencari lokasi untuk buka restoran Mih. " ujar Davan.

" Cih... " Danny langsung melenggang pergi.

Indri pun langsung berjalan cepat untuk menyusul suaminya.

" kamu ini ya pagi-pagi sudah membangunkan harimau yang sedang tidur. " sindir Dina.

" Salah lagi. " gumamnya sambil menyuapkan sarapan ke mulutnya.

Davan menghela nafas dengan kasar, pasalnya ia keberatan dengan tawaran dari Papih.

sejak awal dia lulus sekolah Danny sudah mulai melibatkan dirinya dengan urusan perusahaan.

Di depan rumah Devan menggendong putrinya masuk kedalam mobil.

dan sebelum supir membawa mengantar Jejen kesekolah Devan pun memanggil Rinni untuk berbicara berdua.

" Berikan nomor ponsel mu. " ucap Devan dengan dingin.

" Untuk apa Den?. " tanya Rinni

" Ya untuk mengetahui apa yang dilakukan putriku selama kau jadi pengasuhnya." ucap Devan.

Rinni pun mengetikkan nomor ponselnya di ponsel Devan.

setelah mendapat nomor ponsel Rinni, Devan memberitahu apa yang tidak boleh Jeje lakukan dan yang boleh Jeje lakuka.

Rinni hanya menjawabnya dengan anggukkan kepala, karena apa yang dikatakan Devan sudah ia dengar dari Ibunya saat tadi pagi akan datang berkerja.

" Baiklah aku harap kau mengerti dan tidak melupakannya. " ucap Devan.

" Iya Den. "

" Sudah sekarang masuk lah ke mobil Jeje akan terlambat kesekolah. "ucap Devan

" Sayang, nanti pulangnya sama pak Amir ya hari ini Papah ada rapat, " jelas Devan.

" Ya sudah pak berangkat sekarang. " titah Devan.

" Baik Den, kami berangkat dulu kalau begitu. " pak Amir pun menjalankan mobilnya.

Devan menatap mobil yang membawa putrinya, hingga terdengar suara percakapan kedua orang tuanya Devan pun masuk kedalam mobilnya dan mulai melakukan mobilnya.

" Papih pagi-pagi jangan marah-marah, nanti aku akan coba membujuk Davan agar dia mau kerja diperusahaan Papih. " Indri coba meredam emosi suaminya.

" Mau bujuk seperti apa? , kenapa punya 3 anak tidak ada satupun yang bisa diatur . " ngeluh Danny lalu berpamitan pada istrinya.

" Hati-hati Papih , jangan marah marah terus. " pesan Indri sebelum suaminya masuk kedalam mobil.

Danny tersenyum pada sang istri sebelum masuk kedalam mobil.

di umur yang hampir 60 dia berharap Davan bisa menganti dirinya sebagai direktur perusahaan.

tapi apa daya, seberapa besar pun kemauannya tetap saja sang anak bungsu menolak.

Devan yang di umurnya 30 tahun sudah punya perusahaan sendiri walaupun saat ini sudah lumayan berkembang.

sejak awal Dev sudah mulai mendirikan perusahaannya sendiri, dan saat ia ditawarkan untuk berkerja di perusahaan Danny, Devan sudah lebih dulu mengumumkan kalau dia saat ini sudah memiliki perusahaan tersendiri hingga niatnya untuk meminta Devan berkerja di perushaannya harus dibatalkan.

...****************...

#03

Devan tiba di kantornya tepat pukul 8 pagi.

setibanya Devan hampir seluruh karyawan menyapanya.

namun hanya dibalas olehnya dengan anggukkan dan mimik wajah yang tak kalah dingin.

Sesampainya didalam ruangannya diatas meja kerjanya sudah tertata rapi dan sebelum dia masuk kedalam ruangannya sudah ada seorang wanita berpakaian blouse dengan rok span pendek yang sampingnya terbelah sampai atas lutut.

" Selamat pagi Pak." Sapa Karlina dengan suara lembut yang dibuatnya.

" Hmm.. " Balas Devan.

" Karlin , apa schedule ku hari ini ?" tanya Devan sambil memeriksa file yang ada diatas meja kerjanya.

" Hari ini schedule Anda tidak begitu padat, hanya saja nanti siang akan ada meeting di luar serta makan siang bersama kolega kita, Pak William, " jelas Karlina

" Baiklah, apakah tadi ada yang menelepon atau menitipkan pesan? " Devan memberikan file pada Karlina.

" Tidak ada Pak. "jawab Karlina

" Kau boleh keluar. " ucap Devan.

Karlina pun berjalan keluar dari ruangan Devan dengan wajah yang ditekuk.

sia-sia ia selalu tampil cantik dan berpakaian menarik di depan boss agar bisa menggoyahkan hatinya.

" Sebenarnya dia itu normal tidak sih. " cibir Karlina setelah menutup pintu ruangan Devan.

Beberapa anak sekolah berlari menghampiri orang tua mereka, ada yang berjalan santai.

Rinni yang melihat beberapa murid sekolah telah keluar membuatnya bangkit dari duduknya dan mencari Jeje.

dilihatnya Jeje yang sedang duduk di kursi roda sambil didorong oleh seorang wanita berpakaian rapi yang terlihat seperti seorang guru.

" Jess, Dimana Papah kamu kok belum jemput? ' tanya Tasya seorang guru yang mengajar di ruang kelas jessy.

" Hari ini Papah tidak datang, hari Kak Rinni yang datang jemput" Jawab Jessy.

" Kak Rinni? , " Tasya bingung , pasalnya hampir semua anggota keluarga Wijaya ia kenal.

" Itu miss Kak Rinni. " tunjuk Jessy sambil berteriak memanggil Rinni.

" Selamat siang, kalau boleh tahu ini dengan siapanya Jessy ? " tanya Tasya yang saat ini sudah berdiri berhadapan dengan Rinni.

" Oh saya Anaknya asisten...

" Anaknya Mbok Atih Miss. " sela Jessy

Tasya tersenyum padanya lalu kembali lanjut bertanya pada Rinni.

" Maaf kalau boleh tunggu sebentar , biar saya telepon orang tua murid dulu karena ini sudah peraturan dari pihak sekolah. "

Tasya pun menghubungi Indri dan bertanya siapa orang yang menjemput Jessy.

mendengar penjelasan darin Indri , Tasya pun menutup teleponnya.

" Maaf atas ketidaknyamanannya, baiklah sekarang anda diperbolehkan untuk membawa Jessy., " ucap Tasya

" Tidak apa-apa Bu guru kalau begitu kami pamit pulang dulu, selamat siang." Rinni pun mendorong kursi roda Jessy pergi.

" Andaikan Miss bisa menikah dengan papah mu pasti kamu pulangnya miss anter. " gumamnya sambil menatap Jessy.

Tidak terasa pukul 4 sore pun tiba, Rinni yang sudah selesai mengurus Jeje pun menghampiri Indri yang berada di teras rumah sedang menyiram tanamannya.

" Nyonya, saya mau pamit pulang dulu. " ucap Rinni

" Oh ya, tunggu sebentar disini " Indri bejalan masuk kedalam rumah.

Sebuah mobil hitam tiba di depan rumah yang sepertinya menunggu dibukakan pintu gerbang Rinni melihat di pos satpam yang tidak ada siapa-siapa , Rinni pun berjalan cepat-cepat untuk membuka pintu gerbang.

" Kemana anak itu? " gumam Indri mencari keberadaan Rinni.

" Loh Dev, kok cepat sekali kamu pulang, katanya hari ini kamu ada meeting? " tanya Indri.

" Iya Mih meetingnya dibatalkan , Mendadak orang itu ada hal mendadak jadi meeting dibatalkan. " Jelas Devan sambil melirik Rinni yang berjalan ke arahnya dengan tertunduk.

" Rinn.. ini buat Ibu kamu ya dan titip salam Semoga lekas sembuh ya. " ucap Indri

" Terimakasih Nyonya, saya pamit pulang dulu kalau begitu permisi Den " Rinni menerima sekeranjang buah-buahan yang diberikan Indri padanya.

Rinni tampak kesusahan membuka pintu gerbang, ia pun meletakkan buahnya di pos satpam lalu membuka gerbangnya dan mendorong sepedanya keluar.

saat ia akan mengambil sekeranjang buah yang tadi diletakkan di pos satpam dengan seketika seseorang telah mengambil lebih dulu.

" Aku anterin . " ucap Davan

" Tidak perlu Den... "

" Tidak ada penolakan, aku ambil motor ku dulu." Davan masuk kedalam garasi sambil membawa parcel buah.

Indri menggelengkan kepalanya ketika melihat kelakuan putra bungsunya.

Devan yang tadi masih berdiri dengan maminya sudah lebih dulu masuk kedalam rumah.

Tok... tok...

" Boleh Papa masuk? " tnya Devan

" Masuk Pah. " jawab Jessy.

Devan pun membuka pintu kamar lalu masuk.

Jessy sedang duduk di tempat tidurnya dengan menyandarkan punggungnya ke divan.

tatapan matanya masih lurus ke layar televisi.

" Pantesan wanginya sampai keluar kamar, Papa kirain wangi apa ternyata anaknya Papa sudah selesai mandi. "

" Sedang nonton apa sih serius sekali. " tanya Devan.

" ini Pah lagi nonton kartun tentang 2 bakteri yang berwarna merah dan kuning.

" Oh... kamu sudah mengerjakan tugas sekolah sayang? "

" Sudah Pah. "

Devan memeriksa tugas sekolah Jessy lalu kembali memasukkan buku anaknya kedalam tas.

" Tadi Kak Rinni yang ajarin. " sambung Jessy.

" Baiklah, jangan terlalu lama menonton sebentar lagi makan malam. "

" Jeje sudah makan Pah, tadi sebelum Kak Rinni pulang Jeje sudah disuapin." ujar Jessy.

" Baiklah Papah mau mandi dulu."

Devan berjalan keluar dan langkah kakinya berhenti, kemudian dia berjalan ke arah jendela yang tepat mengarah ke pintu gerbang.

ternyata saat Devan masuk kedalam rumah dia merasa sedari tadi tidak mendengar suara motor Davan dan ternyata benar mereka belum berangkat.

terlihat dari atas Indri, Davan dan Rinni sedang berbicara tapi entah membicarakan apa tapi Devan terus menatap Rinni.

Devan tersenyum sendiri saat melihat Rinni.

entah apa yang dipikirkan hingga bisa membuatnya ketawa sendiri.

" Terimakasih Kak sudah mengantar ku, maaf membuat Kakak kerepotan." ucap Rinni yang sudah tiba di rumah.

" Tidak apa-apa jangan bicara seperti itu. "

" Baiklah aku pulang dulu ya , titip salam pada Mbok Atih. "

" Iya Kak " jawab Rinni.

Davan pun melajukan motornya dengan dengan pelan, karena dia sadar saat ini sedang dimana.

terlebih lagi suara knalpot motor racing nya yang berisik.

melihat Davan sudah pergi jauh Rinni pun masuk ke dalam rumah.

Diletakkan parcel buah yang diberikan Indri di atas meja , lalu ia langsung berjalan ke dapur mencuci tangan dan kaki.

saat hendak berjalan ke dapur ia terlebih dulu membuka pintu kamar dan mengintip Ibunya yang sedang beristirahat.

Rinni mengernyitkan keningnya saat melihat ada tudung saji di atas meja.

" Ibu masak? " gumam Rinni setelah membuka tudung saji.

ia pun menghampiri Ibunya tapi diurungkan karena ia berpapasan dengan bulek nya yang masuk kedalam rumah dengan membawa keranjang belanjaan.

" Bulek... " sapa Rinni

"Kamu sudah pulang Rin.. Bulek kirain belum karena tidak melihat sepeda mu. " ucap Bulek Irma.

" Iya, tadi Rinn pulangnya diantar, Bulek kapan datangnya? " tanya Rinni

" Tadi siang, Ibumu telepon Bulek nyuruh kesini jemput dia. "

" Jemput Ibu? "

"Iyo , Jarene pengen bali nang kampung halamane (katanya pengen balik kampung) makanya Bulek disuruh datang. "

" Kapan baliknya Bulek ? "

" Sesuk sore kowe bali, amarga Paklek sibuk ora ana sing nulingi (besok sore bulek balik, karena Paklek sibuk tidak ada yang bantuin.). "

" Jangan khawatir, disana juga Bulek mu lainnya biarkan ibu pulang dulu siapa tahu dia juga butuh ripresing"

" Refreshing Bulek. "

" Ha.. itulah pokoknya, kamu sudah makan?, kalau ayo barengan Bulek juga belum makan. "

Keesokan pagi harinya Rinni yang sudah selesai sarapan dan berpamitan pada Ibu juga Buleknya.

terdengar suara ketukan pintu.

Rinni dan ibunya serta Buleknya yang sedang berada di dapur saling melihat.

" Biar Rinn lihat. "

" Kak Davan? " ucap Rinni

" Siapa Rinn..." tanya ibunya

" I... ini Bu ada Den Davan, silahkan duduk Den "

Davan pun masuk, saat melihat Mbok Atih dan Buleknya Davan pun menghampiri keduanya dan menyalim tangan mereka.

" Apa Kabar Mbok.. sudah baikkan ? " tanya Davan.

" Baik Den, sudah baik kok Den sendiri apa kabar? " Mbok Atih dan pun duduk berhadapan dengan Davan.

" Ada apa Den kemari. " tanya Bulek Irma.

" Mau jemput Rinn, soalnya disuruh Mamih kesini katanya sepeda Rinni kan tinggal dirumah jadi gimana datangnya" jelas Davan.

" Oalah... tidak apa-apa nanti kan bisa naik ojek. " ucap Mbok Atih

" Tidak apa-apa Mbok, kalau begitu pamit dulu ya Mbok , ... " Davan berhenti bicara saat akan menyalim tangan Irma.

" Panggil saja Bulek. "

" Ya Bulek, pamit dulu ya." ucap Davan.

Rinni dan Davan pun pergi bersama setelah berpamitan pada Atih dan Bulek Irma.

...****************...

。・:*:・(✿◕3◕)❤

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!