Sudah hampir lebih 2 jam Siti mendengar ocehan Sahabatnya itu yang hanya berputar pada itu itu saja. Dia bahkan tidak sempat mencela untuk membagikan pendapatnya pada Gadis itu. Saking cepatnya Gadis itu berbicara. Meli bahkan sudah menghabiskan dua gelas kopi untuk berjaga jaga apabila rasa ngantuk datang melanda.
" Jadi menurut Lo, Gue harus bawa masalah ini ke Hukum atau gak ??? "
" Dua jam mengoceh Lo cuma mau nanya itu ??? " Meli nampak kesal bukan main.
" Sit, Lo tau sendiri kalau Kita selesaiin masalah lewat hukum pasti ribet. Makanya Gue nanya pendapat Lo, Perlu atau gak ??? Melisa Kembali duduk ke kuris di depan Siti. Mereka kini sedang berada di ruang kerja Siti.
" Ya menurut Lo sendiri gimana ??? Kan Lo yang dirugiin. "
Masuk akal, Melisa kembali berpikir berapa kerugian yang Dia terima ketika dirinya mendapatkan fakta bahwa Ibu tirinya berselingkuh dengan Orang di Perusahaannya sendiri lalu menyuruh selingkuhannya untuk menggelapkan uang Perusahaan. Pikirannya buntu. Sudah terlalu banyak uang yang diambil Ibu tirinya itu.
" Banyak bangat !!! Bisa buat beli rumah baru Gue. " kata Melisa saat mengira kira kira total kerugian yang Dia terima.
" Jadi ??? " Siti memijit pelipisnya.
Melisa menghela nafasnya. Ayahnya sedang sakit. Dia tidak ingin membuat Ayahnya jadi tambah banyak pikiran dan semakin khawatir karena masalah itu.
" Kalau Lo mau selesaiin lewat jalur hukum, Gue punya kenalan Pengacara. Dia yang menangani kasus Mas Sean waktu cerai sama Istrinya. " kata Siti membuat mata Melisa berbinar.
" Serius ??? Pengacara ?? yang menangin hak asuh Anak Mas Sean waktu itu ??? "
Siti menganguk.
" Besok Gue kasih tau, Gue harus nanya Mas Sean dulu. "
Melisa mengangguk paham. Kemudian suasana hatinya menjadi sedih lagi. Bagaimana kalau Ayahnya menolak untuk bercerai dengan Ibu Tirinya ??? Bagaimana kalau Ayahnya sudah termakan berbagai rayuan dari Wanita itu.
" Gue khawatir Ayah nolak pas Gue paksa untuk cerai sama si Mak Lampir. Gue takut kalau Papa tau semuanya nanti jantungnya kumat lagi. Gue gak mau kehilangan Ayah. Dia satu satunya yang Gue punya. "
Melisa menggenggam liontin dari kalung yang Dia pakai. Itu adalah hadiah pemberian Ayahnya saat Dia ulang tahun yang ke 17, tujuh tahun yang lalu.
" Bokap Lo pasti ngerti Mel. "
10 taun yang lalu waktu Ibunya meninggal dunia, Ayahnya terkena serangan jantung dan nyaris kehilangan nyawa. Hal itu membuat Melisa takut jika sewaktu waktu jantung Ayahnya kumat lagi ketika harus diminta untuk bercerai dengan Istri keduanya ini.
" Gue balik duluan ya Mel, Nyokap monta jemput nih. "
Siti membuyarkan lamunan Melisa. Gadis itu mengangguk dan membiarkan Siti untuk pergi.
Pikirannya terus terkutat akan hal hal buruk yang bisa saja terjadi karena akibat rencananya ini. Walau Dia takut ini untuk kebaikan semua, tetapi tetap saja akan ada yang melihat dari sisi yang berbeda.
******
Seorang Pria yang sudah memasuki usia senja langsung membukakan pintu rumahnya ketika mendengar suara mobil tiba di halaman. Instingnya kuat, Dia selalu tau kapan Putri semata wayangnya pulang.
" Kok Ayah belum tidur ?? " tanya Melisa kemudian mencium punggung tangan Ayahnya itu.
" Mana bisa tidur kalau Gadis Ayah belum pulang. " sahutnya membuat Melisa tersenyum.
" Ayo masuk. Ayah sudah makan ??? " Melisa berjalan sambil menggandeng lengan Ayahnya.
" Udah. Kamu udah makan ??? Kok kelihatan lemas bangat, Nak ??? " kata Ayahnya sembari memegang pipi Melisa.
" Udah kok Yah. Melisa mau ngomong sesuatu yang sangat penting sama Papa. " kata Melisa. Dia sendiri pun tidak yakin untuk mengatakan masalah itu saat ini.
" Apa Nak ??? "
Ayah dan Anak itu tengah duduk di sofa ruang keluarga.
" Sebenarnya Karyawan Ayah yang korupsi di kantor itu ....... Selingkuhan Ibu Rita. " Melisa memelankan suaranya saat menyebut nama Ibu tirinya itu.
" Selingkuh ??? " tanya Ayahnya tidak percaya, bahkan suaranya nyaris tidak ada.
" Iya, Yah. Ibu Rita udah selingkuh semenjak setahun yang lalu. " ujar Melisa melanjutkan.
Melisa tidak tega untuk melanjutkannya lebih jauh ceritanya. Raut wajah Ayahnya sudah berubah menjadi sendu. Raut wajah yang Dia lihat 10 tahun yang lalu ketika pemakaman Ibu kandungnya.
" Ayah mau ya bercerai sama Dia. Ini buat kebaikan Kita, Yah. Buat Melisa dan Ayah. " ujar Melisa sambil menggenggam kedua tangan Ayahnya.
Samar samar Melisa melihat gelengan dari Ayahnya. Hatinya terasa pedih, bahkan ketika dikhianati sekalipun Ayahnya masih tetap ingin mempertahankan pernikahan ini.
" Melisa mohon Yah ..... "
Ayah Melisa bangkit dari sofa, Dia berjalan pelan ke arah kamarnya. Namun baru saja memegang gagang pintu suara gaduh terdengar.
" Ayah ???!!"
Ayah Melisa pingsan sembari memegang dadanya. Tempat dimana Dia biasa mengeluh rasa nyeri.
" Ayah bangun !!! "
" Pak Bruno, Ayah pingsan !!! " Melisa berteriak memanggil supir Pribadinya.
Tak lama kemudian Supirnya datang dan membantu Melisa menggotong Ayahnya ke dalam mobil. Pak Bruno langsung menancap gas ke Rumah Sakit tempat biasa majikannya berobat.
Melisa panik setengah mati. Dia mengutuk dirinya sendiri yang sangat teledor memberi tahu masalah berat ini kepada Ayahnya. Melisa tidak berhenti menangis dan memanggil Ayahnya yang masih terpejam. Melisa takut kemungkinan buruk dalam hidupnya terjadi.
Sesampainya di rumah sakit Ayah Melisa langsung ke unit gawat darurat untuk segera mendapatkan pertolongan intensif.
Melisa hanya bisa menunggu di luar. Ditempat para penunggu Pasien lainnya. Dia terduduk lemas dikursi tunggu dan tidak bisa memaafkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi barusan.
Pak Bruno menghampiri Wanita itu.
" Maaf, Non. Mau Saya teleponkan Bu Rita untuk segera pulang dari luar kota ?? " tanyanya.
Pertanyaan itu membuat Melisa mual. Untuk apa dihubungi, Lagipula Wanita tua itu sudah tidak peduli dengan keadaan Ayahnya.
" Tidak perlu. Mulai sekarang jangan kaitkan Ayah, Aku sama Dia. "
Pak Bruno mengangguk paham. Melisa curiga sebenarnya Pak Bruno sudah tahu perbuatan busuk Ibu tirinya itu sejak lama. sebab ada beberapa hal janggal ketika dulu Pak Bruno menjawab pertanyaan dirinya kemana Dia mengantar Rita.
Melisa tidak tahu lagi harus menghubungi siapa lagi. Dia segera menekan nomor Siti dan meminta Wanita itu datang menemaninya. Siti adalah sahabat terbaik Dirinya dari 10 tahun yang lalu. Wanita itu tak pernah menolak datang dikala keadaannya sedang berduka sekalipun.
" Keluarga Bapak Andre Wirawan??? " panggil Seorang Perawat.
Melisa langsung bangkit ketika nama Ayahnya di panggil.
" Saya Suster. Ayah Saya gimana ??? "
" Beliau butuh perawatan yang lebih intensif. Maka harus dirawat inap untuk beberapa hari. kondisinya cukup serius. "
Kaki Melisa melemas. Terakhir Ayahnya menginap di rumah sakit dua tahun yang lalu ketika Ayahnya tidak sengaja menabrak mobil Orang lain sewaktu menjemput dirinya dulu.
" Kalau begitu silahkan diisi data diri Bapak Andre kemudian diserahkan ke kasih untuk langsung segera membayar biaya Administrasi terlebih dulu. " Perawat itu memberi sebuah map berisi kertas yang harus diisi oleh Melisa.
" Makasih Sus. "
Melisa segera membawa map itu ke bagian administrasi dan mengisi dengan cepat agar Ayahnya cepat mendapat pertolongan. Selesai mengurus administrasi, Melisa kembali menuju ruang UGD untuk melihat kondisi Ayahnya.
" Gimana keadaan Om Andre ?? " tanya Siti yang datang setengah jam kemudian. Wanita itu tidak bisa menyembunyikan khawatir dari raut wajahnya.
Melisa sedikit terkejut. Karena sedari tadi Dia hanya memikirkan hal hal bodoh.
" Harus dirawat inap. " jawabnya pelan.
" Sabar Sit, Lo harus kuat. Ini resiko dari permasalahan Lo dan percayalah akhirnya nanti pasti akan membuat Lo bahagia. "
Siti memeluk Melisa seerat mungkin. Dia sangat beruntung masih memiliki Orang Tua lengkap dan sangat menyayanginya.
" Ya udah sekarang Lo masuk duli. Gue tunggu disini. " kata Siti.
" Iya Sit. "
Ayahnya mendapat tempat paling pojok diantara yang lain. Jarum infus terpasang di punggung tangan kanan Ayahnya dan oksigen diantara hidung dan mulutnya.
Air mata Melisa mulai mengalir. Dia langsung mencium tangan Ayahnya yang tak tertusuk jarum infus itu.
" Maafin Melisa Ayah. " katanya sambil tersedu.
" Melisa sayang Ayah. "
********
3 pesan masuk dari Siti. Melisa mengucek matanya ketika getaran ponselnya membuatnya sedikit terkejut. Dia tertidur di sofa karena sudah lelah menangis.
" Ini nomor Pengacara yang kemarin Gue omongin, Mel. Btw, Cepat sembuh buat Om Andre ya. " isi pesan dari Siti.
Melisa tersenyum membaca pesan akhir dari Siti. Dia juga langsung menyimpan nomor Pengacara yang direkomendasikan Siti di kontak ponselnya.
Pikirannya terbayang insiden tadi malam. Jika Ayahnya saja pingsan hanya mendengar atas permintaan dirinya untuk perceraian itu, Bagaimana dengan melaporkan Wanita tua itu ke Polisi ???
Tugasnya semakin bertambah. Dia dilanda dengan pilihan yang cukup sulit.
*******
Kemarin, Melisa mendapat laporan dari Orang suruhannya. Orang itu bilang jika Rita sedang menikmati liburan dengan selingkuhannya di luar kota.
Kata kata kasar tak terhindari dari mulut manisnya untuk memaki maki Wanita tua itu.
Setelah seminggu berlalu sejak kejadian insiden itu, Melisa memutuskan untuk mengambil jalur hukum. Walau Ayahnya tetap tidak mau bercerai tetapi Melisa tetap melaporkan perbuatan buruk Rita dan selingkuhannya tentang penggelapan dana kantor.
Kini di sebuah kafe kecil dikawasan ibukota Melisa berada, Dia sedang menunggu Pengacara yang akan membantunya untuk masalah itu.
" Halo, Maaf sudah menunggu lama. "
Melisa mengangkat pandangannya dari layar ponselnya untuk melihat Pria bertubuh gagah dan tampan serta berwibawa di depannya itu.
" Saya Zein Wirawan, Pengacara yang Kamu hubungin kemarin. " kata Zein memperkenalkan diri sebelum Melisa bertanya.
" Oh, Iya silahkan duduk. "
Zein duduk di di kursi depan Melisa. Seorang pelayan kafe menghampiri Mereka dan memberikan daftar menu makanan.
" Mango Float. " kata Mereka berbarengan.
Melisa dan Zein saling tatap dan tidak lama kemudian Mereka berdua tertawa. Tawa Zein yang renyah membuat Melisa tidak bisa membendung dan menahan ketawanya juga.
" Mango Float Dua ya, Mbak. "
Pelayan itu langsung mencatat menu yang dipesan Zein lalu pergi.
" Tadi ada rapat mendadak dengan klien Saya yang lain makanya agak telat, Maaf ya Melisa. " kata Zein.
" Gak apa apa. Saya juga belum lama disini. Hm, Bisa Kita langsung mulai ??? " tanya Melisa yang enggan berbasa basi lama karena harus pulang dan menemani Ayahnya.
" Tentu. ''
Melisa menceritakan kronologi permasalahannya dengan jelas. Tak sedikitpun yang Dia lewatkan dan semua bukti yang Dia miliki walaupun bukan dari tangannya sendiri. Bahkan masalah perselingkuhan Rita pun tetap Melisa ceritakan.
" Cukup berat masalah Kamu. Ditambah Ayah Kamu juga gak mau cerai dari Istrinya. " komentar Zein, setelah mendengar cerita Melisa.
" Tapi Saya ingin melaporkan Dia tentang korupsi yang Dia lakukan di kantor Ayah Saya. Saya gak peduli soal skandal perselingkuhannya yang sudah Dia lakukan. Kamu bisa bantu Saya ??? "
" Saya usahakan Melisa. Selama Saya di pihak yang benar, Maka kemungkinan Saya kalah sangat kecil. Saya perlu banyak bukti dan data data hasil korupsi yang dilakukan Beliau. Baru Kita ajukan laporan ke Polisi. " jawab Zein dengan mantap dan tegas.
Masalah korupsi dan pencucian uang lainnya sudah sering ditangani Pria itu. Bahkan Dia pernah menangani kasus besar di Indonesia tentang Pengusaha yang mengambil uang yang bukan miliknya dan berakhir menang. Pengusaha itu dijatuhkan hukuman yang seberat beratnya.
Zein juga pernah menangani kasus pencurian barang berharga senilai ratusan juta yang dilakukan oleh sekelompok pencuri andal. Seperti yang selalu Dia katakan pada kliennya, Jika Dia ada di pihak yang benar maka kemungkinan untuk kalah sangatlah kecil, yang artinya Dia selalu menang apabila membela Orang yang benar. Pencuri itu bernasib sama dengan Pengusaha tadi.
" Kalau begitu kapan bukti bukti itu bisa Saya serahkan kepada Kamu ??? "
" Secepatnya, Agar bisa Saya pelajari dan laporkan. "
" Lusa ??? Kita ketemu di kafe ini lagi ??? Bagaimana ??? " tanya Melisa.
" Boleh, Tapi malam. Saya gak bisa kalau pagi, siang atau sore. " jawab Zein.
Melisa terkekeh.
" Saya tau. Kamu memang Pengacara hebat yang sibuknya pasti gila gilaan. "
" Cita cita Saya mau seperti Hotman Paris. " jawab Zein sambil tertawa kecil.
" Kayaknya nanti Hotman Paris deh yang mau seperti Kamu. " kata Melisa tertawa.
Zein tertawa lepas, kedua matanya tenggelam mungkin karena sipit.
" Melisa, Kamu jangan mikirin masalah ini terus menerus. Percayakan sama Saya. Saya gak akan mengecewakan Kamu. " ujar Zein.
Melisa sedikit bingung kenapa Zein bisa mengatakan itu. Melisa hanya membalas dengan seulas senyuman.
" Kamu kelihatan lelah, Saya tau dari mata Kamu. Tanda tanda Klien yang sedang pusing setengah mati. Tawa Kamu jauh lebih cantik dari raut wajah Kamu saat ini. "
Tawa Melisa kembali pecah, begitu juga dengan Zein. Melisa menemukan satu fakta, selain hebat Pengacara ini juga ternyata humoris.
*******
" Mbak, Melisa. Semua bukti sudah Saya cetak termasuk potongan gambar dari CCTV. " kata Hendra, Karyawan kepercayaan Melisa. Dia memberikan sebuah amplop coklat besar yang lumayan sedikit tebal.
" Oke. Makasih Mas, Hendra. Saya jalan dulu ya. ''
" Semoga segera kelar dan dapat hasil baik, Mbak. " jawab Hendra sembari mengangguk.
Melisa membalas dengan senyuman. Dia tidak salah memohon kepada Ayahnya lima tahun lalu untuk memperkerjakan dan menyekolahkan Hendra di kantor Ayahnya. Sekarang sudah terbukti, Hendra sangat bekerja dengan baik dan bertanggung jawab dan sedang membantu Melisa untuk menstabilkan kembali penghasilan kantor yang tadinya terus menerus menurun. Melisa juga sangat bersyukur karena Hendra tidak pernah meninggalkannya dalam keadaan apapun.
Selama perjalanan, pikiran Melisa terfokus pada dua hal yaitu jalan raya dan masalah saat ini yang tengah Dia hadapi. Seumur hidupnya, Ini pertama kali bagi Melisa untuk berurusan dengan hukum, bahkan Dia juag tidak pernah ditilang Polisi di jalan raya.
Setengah jam kemudian Melisa di kafe yang sudah di janjikan dengan Zein. Dia sudah tidak sabat untuk memproses masalah ini agar cepat selesai dan benalu dalam hidupnya cepat pergi.
Melisa segera menyerahkan amplop coklat itu pada Zein. Pria itu memeriksa beberapa saat, hanya sekedar melihat kemudian menutup kembali. Dia juga berjanji pada Melisa agar Dia tidak terlalu khawatir.
" Kamu suka minum apa ??? " pertanyaan itu terlontar begitu ....
" Kamu suka minum apa ??? " pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut si Pengacara itu ketika meeting Mereka selesai.
Melisa terlihat berpikir sebentar, '' Jus atau kopi mungkin ??? "
" Kalau gitu, Kita harus cari Jus atau Kopi yang enak biar suasana hati Kamu lebih lega. " jawab Zein.
Melisa berpikir Zein bercanda tapi ternyata tidak. Pria itu sungguh sungguh ketika mengajak Melisa untuk mecari minuman favorite Gadis itu.
" Heh ?? kemana ??? " tanya Melisa sedikit terkejut ketika Zein mengulurkan tangannya.
" Cari tempat atau kafe yang seru. Kamu suntuk dengan masalah Kamu, Saya juga. " jawab Zein realistis.
" Tapi muka Kamu gak kelihatan suntuk ??? " tukas Melisa.
" Pikiran Saya hang suntuk. " kata Zein, sambil salah satu tangannya memegang dahi. Membuat Melisa tertawa kecil.
" Oke oke. "
Akhirnya Wanita itu menyetujui dan Mereka benar benar mencari tempat yang cocok
Melisa tidak banyak bicara saat di perjalanan. Dia percaya sama Zein. Zein sudah memberi kesan yang baik saat pertemuan pertama Mereka. Maka tidak perlu banyak cara untuk bisa mendapatkan sikap ramah tamah dari seorang Melisa.
Cloires Cafe
Zein membawa Melisa ke sebuah kafe ala Prancis langganan Dirinya saat melepas penat.
Sebenarnya Zein sedikit ragu mengajak Melisa ke tempat kesukaannya itu, karena semua yang di jual disana adalah minuman beralkohol favoritenya. Namun jika dilihat dari kondisi Melisa, sepertinya Wanita itu butuh tempat yang sedikit berbeda.
" Yuk. " kata Zein sembari melepas seat belt.
" Saya mau yang no smooking area ya. " kata Melisa mengingatkan. Zein mengangguk.
" Santai, Saya juga bukan perokok, kok. " jawaban Zein itu membuat Melisa lega. Setidaknya Dia tidak harus berurusan dengan asap kematian yang sangat Dia benci sejak dulu. Asap sialan yang bisa membuatnya sesak nafas.
" Kamu mau apa ??? " tanya Zein sembari menyodorkan buku menu ke Melisa.
" Strawberry Milkshake. " jawab Melisa cepat ketika membaca ada menu itu disana , Dia langsung senang karena itu minuman favoritenya.
" Miss, Strawberry Milkshake dan wine. " kata Zein ke salah satu Pelayan.
Ternyata ruangan tempat Mereka berada jauh dari apa yang dipikirkan oleh Melisa. Awalnya, Dia skeptis pada tempat ini. Namun setelah masuk dan merasakan suasananya, sepertinya Melisa akan menyukai tempat ini. Dengan alunan musik klasik dan pengharum ruangan beraroma lavender favoritnya.
" Saya tau kenapa Kamu sangat menyukai tempat ini. " kata Melisa sembari melihat ke sekelilingnya.
" Kenapa ??? " Zein menoleh.
" Tempat ini tenang. Seorang Pengacara pasti butuh tempat dan suasana tenang agar pikirannya tetap stabil saat memeriksa dokumen kliennya. " kata Melisa santai.
" Betul sekali, Kok Kamu tau ???" tanya Zein sembari memberikan minuman yang dipesan Melisa yang sudah diantarkan oleh Pelayan sekaligus menuang wine pada gelasnya.
" Nebak ajah. " jawab Melisa singkat.
Alunan musik klasik kembali mengambil alih diantara Mereka. Baik Melisa maupun Zein sama sama terdiam, hanyut dalam pikirannya masing masing.
" Kamu merasa hidup Kamu terlalu datar gak ?? " tanya Zein ketika memikirkan topik apa yang akan dibahas dan hanya pertanyaan itu hang terpikir dan keluar dalam pikirannya.
" Sometimes " jawab Melisa setelah bepikir beberapa saat.
Siti bahkan pernah mengatakan hidupnya Melisa sangat santai.
" Kelihatan dari wajah Kamu. Terus cara Kamu mensiasati kedataran itu ?? " tanya Zein lagi.
" Hm, I dont know, Maybe read a book or hunting milkshake yang ada dijabodetak ini ?? " jawab Melisa disusul tawa dari kedua insan itu.
" Kamu unik juga. Andai masalah bisa terlupakan hanya dengan minum milkshake atau wine .... " kata Zein tak dapat menahan ketawanya.
" Mungkin Aku gak akan pernah ketemu Kamu. " jawab Melisa.
Zein tersenyum. " Mel, Kamu pernah having *** ??? "
Melisa terkejut. Memang benar, Pria manapun otaknya tidak akan pernah jauh dari mesum. Astaga, ingin sekali Melisa tampar pipi Pengacara itu dengan botol winenya. Melihat ekpresi Melisa yang berubah datar membuag Zein cepat cepat mengklarifikasi ucapannya itu.
" Maksud Aku, Kita kan sudah sama sama Dewasa. Jadi Aku pikir pembahasan yang tepat untuk Kita adalah itu. Sorry to say this, Mel. " Zein jadi merasa canggung luar biasa. Ingin sekali Dia terjun langsung dari gedung itu.
Melisa diam. Tidak ada salahnya memang membahas hal seperti itu. Toh, apa yang dikatakan Zein itu benar, Mereka sudah sama sama Dewasa dan pantas membicarakan itu.
Lagipula Sahabatnya, Siti juga selalu berkata untuk jangan terlalu terkejut ketika mendapati pembahasan seperti itu.
Mungkin benar apa yang selalu Siti katakan, Dirinya terlalu datar. Terlalu takut keluar dari zona nyamannya sehingga selalu saja ada alasan untuk mencoba hal hal baru. Mencoba menikmati masa masa lajang diusianya mudanya ini.
Dan apakah having *** salah satunya ??? Memang tidak semua Orang dewasa melakukan itu. Tapi dalam lingkungan Melisa tak jarang Mereka melakukan itu dan tak malu mengakuinya pada Orang lain.
" Kamu mau milkshake lagi ??? " tanya Zein kembali. Dia takut Melisa tersinggung karena tak kunjung menjawabnya.
" Ah, Gak perlu. Terima kasih. Dan untuk tadi Kamu tidak perlu minta maaf. Kamu kan bicara begitu sama Wanita 24 tahun bukan 14 tahun, jadi sah sah saja. " jawab Melisa, yang merasa tidak enak karena telah membuat suasana menjadi canggung.
" Oke. " Zein tersenyum.
Selalu saja. Selalu saja Melisa terbuai dengan senyum manis Seseorang. Entah itu Pria atau Wanita. Zein salah satunya, Pria pemilik senyum manis yang masuk dalam kategori Melisa.
" Kamu sudah pernah ??? " tanya Melisa cukup rancu, tapi Zein berhasil menangkap maksud Wanita itu.
" Hm .... Pernah. Waktu punya pacar. " jawab Zein.
Ya. Untuk pertama kalinya Dia melakukan hal itu saat Dia masih duduk di bangku kuliah dan tentu saja saat Dia masih memiliki Seorang Pacar.
Dia bukan tipe Pria yang mau tidur sama siapa saja hanya demi kepuasan di luar akal sehat itu.
" Sekarang gak ada ??? " tanya Melisa yang sangat tertarik ingin mengetahuinya lebih dalam.
" Belum. " jawabnya menggeleng pelan.
" Gak coba Aplikasi pencari jodoh ??? Temanku banyak juga melakukan itu disaat Mereka gak ada pasangan. "
Melisa mengambil contoh salah satu Sahabat Prianya, Glenn. Pria itu suka sekali menghabiskan waktu sebagai Seorang single.dwngan one night stand.
Zein kembali menggeleng.
" Kemungkinan terkena penyakit kelamin akan lebih besar. Aku gak mau. Lagipula, Aku cuma ingin berhubungan dengan Orang yang benar benar Aku kenal, bukan sebatas hanya pemuas hasrat disaat ingin saja. Aku ngerasa akan jadi sangat murahan jika melakukan Aplikasi pencari jodoh walaupun Aku Pria. "
" Aku juga gak ingin kalau suatu hari Istriku tahu kalau Suaminya bekas penidur banyak Wanita. Apalagi sampai Istriku kenal dengan siapa saja Wanita yang Aku tiduri, Bisa kacau kan ??? " lanjut Zein dengan nada guraunya seperti biasa.
Melisa mengangguk sembari menunjukkan senyum setuju. Melisa rasa, Glenn harus mendengarkan ucapan Zein barusan, kecuali Pria itu memilih menjadi single selama hidupnya.
" Mel, Kamu pernah dengar istilah Friends with benefit ??? "
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!