Dibawah kedalam tanah 30 meter, sekelompok arkeolog terlihat sedang menggali sebuah terowongan yang sekarang memiliki panjang 100 meter setelah melakukan penggalian selama lebih dari satu bulan secara diam-diam.
Langkah yang diambil oleh para arkeolog tersebut terbilang cukup nekat dan berbahaya. Pasalnya mereka menggali menuju bawah patung Sphinx, dimana hal tersebut melanggar aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Mesir.
Meski sudah mengetahui larangan yang berlaku, para arkeolog tersebut tetap melakukan penggalian ilegal karena sudah muak dengan pemerintah Mesir yang selalu menutupi fakta tersembunyi mengenai sebuah lorong rahasia dibawah patung Sphinx.
Rencana mereka untuk menggali secara diam-diam tentu mendapat dukungan dari beberapa pihak terkait, yang membuat rencana mereka bisa berjalan lancar sampai saat ini tanpa diketahui oleh pihak berwenang.
Kelompok arkeolog ini dipimpin oleh seorang pria berusia 28 tahun bernama Elan. Dia baru bergabung menjadi seorang arkeolog sejak lima tahun lalu dan sudah pernah meneliti beberapa situs terkenal dunia.
"Berapa lama lagi kita menggali sampai menembus dinding itu? Disini terasa sangat panas dan sesak..." Keluh seorang anggota arkeolog pria yang sudah berkeringat banyak sambil mengibaskan pakaian untuk mendapatkan angin segar.
Tidak hanya pria itu saja yang terlihat sudah kelelahan dan mengantuk. Empat anggota arkeolog yang lain juga tampak sudah kelelahan dan tidak mampu melanjutkan lagi penggalian pada malam ini.
Penggalian menuju ruangan rahasia dibawah patung Sphinx sendiri hanya mereka lakukan saat malam hari untuk mengelabui para penjaga. Selain harus menghindari para penjaga di atas, mereka juga harus menahan udara panas didalam terowongan yang terlihat sempit dan minim akan pencahayaan.
Mendengar keluhan anggota arkeolog yang dia pimpin untuk kesekian kalinya, Elan menghentikan pekerjaannya dan meletakkan sejenak alat gali ditangannya lalu melihat kearah rekan yang lain.
"Ayolah teman-teman, kita sebentar lagi akan menembusnya dan membuat semua orang diluar sana terkesan!" Seru Elan sambil menunjukan tablet yang berisi peta hasil pemetaan alat 3 dimensi kepada semua rekan-rekannya.
Sorot mata Elan yang berapi-api dan senyuman cerah pada wajahnya, menunjukan semangat yang dia miliki untuk mencapai ruangan rahasia dibawah patung Sphinx sudah menggebu-gebu.
Melihat semangat dari pemimpin mereka dan ditambah dengan bukti kuat yang menunjukan lokasi ruang rahasia tersebut berada tidak jauh lagi, akhirnya semua anggota tim arkeolog membulatkan tekad untuk segera menyelesaikan pekerjaan mereka.
Kraakkk...!
Tidak berselang lama setelah perdebatan singkat terjadi, ujung alat gali milik Elan dan seorang rekan menembus sebuah dinding yang saat itu juga membuat sebuah celah seukuran orang dewasa.
"Uhuk....Uhuk....Uhuk...."
Debu langsung mengepul sesaat setelah pecahan dinding ambruk ke tanah, hal ini membuat Elan beserta para arkeolog lain terbatuk-batuk dan mengibaskan tangan untuk menghilangkan debu yang menyelimuti mereka.
Setelah debu yang menyelimuti mereka berangsur-angsur menghilang, mata semua orang seketika terpaku dengan pemandangan sebuah altar megah yang selama ini mereka cari.
"Aku tak menyangka Hall Of Record yang dibicarakan oleh semua orang benar-benar nyata!" Ucap seorang arkeolog sambil mengedarkan pandangan kesepenjuru ruang bawah tanah tersebut.
Tanpa sadar dibawah kekaguman mereka akan pemandangan Hall Of Record, semua orang mengangguk pelan atas ucapan salah satu arkeolog tentang penemuan baru ini.
Sementara itu Elan disisi lain saat sedang mengedarkan pandangannya tanpa sengaja melihat sebuah peti batu yang berada di tengah-tengah altar Hall Of Record.
"Apa kalian sudah mengetahui apa yang sedang aku pikirkan saat ini?" Tanya Elan kepada rekan-rekan arkeolog yang lain sambil tetap mengunci pandangannya kearah peti batu di tengah altar.
Tanpa perlu diberitahu oleh Elan, semua arkeolog yang ikut dalam ekspedisi kali ini langsung mengerti dengan apa yang pria itu bicarakan. Untuk kesekian kalinya jiwa petualang mereka kembali membara dan dengan penuh semangat segera memasuki Hall Of Record menuju peti batu tersebut.
Sesampainya di hadapan peti batu, semua orang kembali dibuat terkesima oleh lukisan serta Hieroglif Mesir kuno yang terdapat pada permukaannya. Hal ini tentu saja membuat mata para arkeolog berbinar-binar karena mengetahui seberapa berharganya barang yang tersimpan di dalamnya.
Disisi lain saat para arkeolog tengah terkesima melihat Hieroglif pada permukaan peti batu. Elan dan seorang rekan bernama Daren justru merasa ada sesuatu yang tidak benar disana setelah membaca Hieroglif tersebut.
Perlu diketahui bahwa didalam kelompok arkeolog mereka Elan dan Daren merupakan anggota yang cukup fasih membaca Hieroglif Mesir kuno, dibandingkan anggota lain yang masih memerlukan kamus penerjemah.
Kedua pria itu kemudian saling menatap satu sama lain seolah tengah menyampaikan kekhawatiran di antara mereka. Dari tatapan kedua pria tersebut bisa dilihat bahwa ada sesuatu yang sangat berbahaya akan menimpa mereka semua jika tetap berada di Hall Of Record.
"Teman-teman, bagaimana jika segera kembali setelah mengambil beberapa foto?" Tanya Elan sambil tersenyum dengan terpaksa saat sedang membujuk semua anggota arkeolog untuk kembali menuju permukaan.
Daren mengangguk setuju dengan ucapan Elan, sementara para anggota arkeolog yang lain justru merasa heran dan tampak kesal saat mereka semua diminta untuk segera kembali padahal baru saja sampai disana.
"Apa kau sedang bercanda? Kita baru saja sampai disini setelah menggali seperti tikus tanah selama satu bulan! Sekarang kau meminta kita semua untuk segera kembali dengan tangan kosong, Elan?!"
Jonathan salah satu anggota arkeolog sangat kesal dengan Elan dan mencengkram kerah baju pria itu. Dia merasa seolah sedang dipermainkan oleh pria yang lima tahun lebih muda darinya itu.
Melihat suasana mulai menjadi tidak kondusif, Daren sebagai wakil ketua ekspedisi segera melerai Elan dan Jonathan sebelum mereka terlibat dalam perkelahian yang tidak berguna.
"Sudahlah... Kita semua adalah arkeolog yang berpikir secara rasional dan jangan membuat keributan tidak berguna disini!" Daren menengahi ketegangan di antara Elan dan Jonathan lalu segera memisahkan mereka berdua.
Setelah dipisahkan Jonathan berdecak kesal dan masih belum terima dengan perlakuan dari Elan yang sudah lebih dari satu bulan memerintah. Padahal di antara mereka semua Elan merupakan arkeolog paling muda dan pengetahuannya belum terlalu banyak.
Elan sendiri terlihat tenang meski Jonathan sudah mencengkram kerah baju miliknya dan mengajaknya untuk berkelahi. Hal ini karena dia sadar bahwa sebagai ketua dirinya tidak boleh bertindak gegabah apa lagi saat sedang menghadapi situasi genting.
"Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Dari awal sejak kita sampai disini aku memperhatikan raut wajah kalian berdua terlihat cemas?" Tanya salah satu arkeolog wanita bernama Amber.
Amber sendiri merupakan satu dari tiga arkeolog wanita yang ikut dalam ekspedisi penggalian tersebut. Bukan rahasia lagi di antara mereka jika wanita itu memiliki hubungan khusus dengan Elan.
Tatapan semua anggota ekspedisi kemudian mengarah kepada Elan dan Daren. Mereka tampak mempertanyakan alasan kedua pria tersebut meminta agar segera kembali.
Meski terlihat enggan, diam-diam Jonathan juga tampak menunggu penjelasan dari Elan. Dia sendiri sama seperti anggota lain yang mempertanyakan perintah pria itu sebelumnya.
"Tempat ini terkutuk, apapun yang ada di dalam peti batu itu akan menimbulkan mala petaka...!" Elan menjelaskan dengan singkat sambil menunjuk kearah peti batu yang ada dihadapan mereka semua.
Dengan dibantu oleh Daren, Elan juga mulai menjelaskan tulisan Hieroglif pada permukaan peti batu yang berisi kutukan dari bangsa Mesir kuno kepada semua anggota ekspedisi.
Mendengar jawaban yang diberikan oleh Elan, semua orang seketika langsung menertawakan dirinya. Tidak ada seorangpun dari mereka yang menyangka jika ketua mereka akan mengatakan hal konyol seperti itu.
"Hahaha... Bukankah sebelumnya kau mengatakan jika kita semua harus berpikir secara rasional? Lalu mengapa sekarang kau meminta kepada kami untuk mempercayai takhayul semacam kutukan?"
Jonathan menertawakan Elan sambil menyinggung kembali perkataan dari pria tersebut sebelumnya. Dia kemudian mengajak anggota arkeolog yang lain untuk lanjut membuka peti batu tanpa meminta persetujuan terlebih dulu dari Elan dan Daren.
Sementara para arkeolog lain menertawakan Elan karena mempercayai sebuah kutukan. Amber hanya terdiam sambil menatap aneh kearah pria yang baru-baru ini dia kencani itu.
"Aku mengerti kau suka membuat lelucon, Elan... Tetapi untuk kali ini lelucon yang kau buat aku rasa terlalu berlebihan..." Ucap Amber dengan nada kecewa sebelum berpaling untuk membantu teman-temannya yang sedang kesulitan membuka peti.
Tepat saat Amber ingin membantu teman-temannya, Elan segera meraih lengan dari wanita tersebut dan berusaha menghentikan niatnya. Dia juga mencoba meyakinkan Amber agar mempercayai firasatnya kali ini.
"Ini bukan sebuah lelucon, aku serius... Tolong dengarkan aku kali ini saja, Amber..." Pinta Elan sambil menatap lurus ke arah mata Amber untuk membuat wanita itu percaya dan mengikutinya.
Namun sangat disayangkan Amber langsung menepis tangan Elan dan melenggang pergi begitu saja. Dalam momen tersebut dia juga mengucapkan sebuah kalimat yang membuat hubungan di antara mereka berdua saat itu juga berakhir.
Elan seketika terpaku begitu mendengar kalimat yang baru saja di ucapkan oleh Amber. Dia seolah tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi dimana kepedulian nya justru mendapat penghinaan oleh semua orang.
Melihat Elan yang baru saja diputuskan secara sepihak oleh Amber. Sebagai seorang sahabat Daren lalu menepuk-nepuk pundak pria tersebut hanya untuk sekedar meringankan sedikit bebannya.
"Wanita memang makhluk yang sulit untuk dimengerti. Satu saja kesalahan yang kau buat akan membuat pandangan mereka kepadamu seketika berubah. Jadi jangan terlalu dipikirkan, hal semacam ini sangat sering terjadi..."
Daren memberikan sedikit masukan kepada Elan untuk membuatnya terhibur dan tidak terlalu memikirkan kejadian ini. Disisi lain Daren juga tidak mengerti jalan pikiran Amber yang mencampakkan sahabatnya itu hanya karena berbeda pandangan saja.
Perkataan yang baru saja Daren ucapkan seketika membuat Elan tertawa lirih dan tidak terlarut dalam kesedihan. "Aku rasa saran dari pria yang sudah berumah tangga ada benarnya juga..."
Elan seketika mengingat kembali momen disaat mengunjungi rumah Daren untuk menghadiri acara ulang tahun anak perempuan sahabatnya itu yang menginjak usia 5 tahun beberapa bulan lalu.
Acara ulang tahun yang seharusnya menjadi momen indah sayangnya harus terjadi sedikit masalah. Daren yang saat itu tengah membawa kue ulang tahun tidak sengaja terpeleset dan membuat kue ulang tahun yang dia bawa hancur berantakan.
Beruntung Elan saat itu membawa kue cadangan karena sudah menduga kejadian semacam ini akan terjadi, mengingat sikap Daren yang terkenal sangat ceroboh ketika mereka berada dalam satu asrama pada masa sekolah menengah atas.
Acara ulang tahun saat itu akhirnya bisa berjalan dengan lancar meski sempat terjadi kendala. Tetapi setelah acara selesai, Elan yang sedang menemani Putri sahabatnya membuka kado diruang tengah tidak sengaja menyaksikan pemandangan di dapur yang membuatnya prihatin.
Elan melihat Daren hanya bisa bertekuk lutut di lantai saat menerima cambukan ikat pinggang dari istrinya. Perlu diketahui jika istri Daren merupakan adik kandung dari seorang ketua geng motor di kawasan tersebut.
Sampai sekarang masih menjadi pertanyaan besar bagi Elan tentang bagaimana bisa pria kutu buku seperti Daren mendapatkan istri yang merupakan adik kandung ketua geng motor.
Ketika Elan mulai membahas kejadian ulang tahun beberapa bulan lalu. Raut wajah Daren seketika memerah karena merasa malu dan dengan cepat membungkam mulut sahabatnya itu.
Untuk sejenak momen tersebut membuat suasana menjadi lebih cair. Elan mulai sedikit membaik dan tidak terlalu terpuruk lagi, membuat Daren menjadi lega saat melihatnya.
"Aku harap firasat buruk yang aku rasakan salah..." Gumam Elan sambil memperhatikan empat buah patung dari salah satu Dewa kepercayaan bangsa Mesir kuno, yang memiliki tinggi enam meter dibeberapa sudut ruangan.
Daren mengangguk setuju dengan perkataan Elan dan kemudian memperhatikan empat patung berkepala jakal yang ada di ruangan tersebut. Dia sendiri sudah bisa menebak jika tempat tersebut bukanlah Hall Of Record yang selama ini mereka cari, melainkan sebuah tempat persembahan.
Tidak berlangsung lama sejak Jonathan, Amber, dan beberapa anggota ekspedisi melakukan proses pembongkaran peti batu. Mereka akhirnya menemukan seorang mumi yang dibalut menggunakan kain linen di dalamnya.
Ada dua hal berbeda dari mumi di hadapan para arkeolog tersebut dengan mumi-mumi yang pernah mereka lihat sebelumnya. Dimana kain linen yang digunakan oleh mumi kali ini memiliki tulisan Hieroglif aneh, dan sebuah piagam emas dengan satu kristal berwarna merah gelap yang terdapat di atas dadanya.
Melihat piagam emas dengan satu kristal berwarna merah gelap membuat Jonathan tertarik. Tanpa menggunakan alat pelindung diri terlebih dulu, pria itu langsung meraih piagam dari tangan mumi yang diperkirakan sudah berusia 2300 tahun.
Tim ekspedisi segera mendekati Jonathan begitupun dengan Amber untuk melihat lebih dekat piagam emas yang sudah bisa dipastikan akan memiliki nilai jual sangat tinggi jika dibawa menuju pelelangan.
Sementara itu Elan dan Daren justru mulai merasa ketakutan saat melihat piagam emas yang berada ditangan Jonathan. Mereka berdua sekarang sudah benar-benar yakin sudah memasuki tempat yang salah.
"Teman-teman ini peringatan terakhir... Cepat letakan piagam itu kembali dan perbaikan makam ke kondisi semula..." Elan memberikan peringatan kepada teman-temannya sambil memperhatikan area di sekitarnya dengan waspada.
Bahkan terlihat Elan dan Daren perlahan mulai berjalan mundur dari area makam menuju pintu masuk yang sebelumnya sudah mereka buat saat memasuki ruangan bawah tanah tersebut.
"Blablabla... Kalian berdua sepertinya sudah tidak waras lagi sampai sebegitu percayanya kepada takhayul. Lebih baik kalian tunggu saja diluar sana dengan catatan jatah yang akan kalian terima jauh lebih sedikit dari kami...!"
Jonathan menolak untuk mendengarkan peringatan terakhir dari Elan begitupun dengan Amber dan anggota ekspedisi yang lain. Mereka lebih memilih tetap berada disana dan menjelajahi ruangan tersebut untuk mencari harta selanjutnya.
Apa yang ditakutkan oleh Elan dan Daren akhirnya benar-benar terjadi. Tidak berselang lama setelah penolakan dari Jonathan dan anggota ekspedisi yang lain. Tiba-tiba terjadi sebuah gempa yang membuat ruangan bawah tanah tersebut berguncang hebat.
Bebatuan dan pasir mulai berjatuhan dari langit-langit membuat semua panik menyelamatkan diri masing-masing. Suasana menjadi lebih tegang di saat penampakan mengejutkan muncul dihadapan mereka.
Saat guncangan mulai mereda, seorang anggota ekspedisi mencoba untuk memeriksa kondisi mumi. Tetapi saat anggota tersebut menundukan kepala, tiba-tiba sebuah tangan mengunci pergerakannya.
Sesaat kemudian tubuh anggota tersebut jatuh disamping peti batu dengan kondisi mengering dan sudah dapat dipastikan jika dia tewas dengan cara yang sangat tidak wajar.
Kejadian tersebut disaksikan langsung oleh semua orang yang membuat mereka kebingungan sebab ini berada jauh di luar logika manusia modern. Kejutan selanjutnya kembali muncul saat mumi di dalam peti batu bangkit dan melihat kearah para arkeolog dengan tatapan dingin.
Mumi yang kembali bangkit di hadapan para arkeolog tidak lain merupakan tokoh terkemuka bagi bangsa Mesir kuno pada masanya. Dia tidak lain adalah Imam Agung Amun yang terkenal memiliki kemampuan untuk menyembuhkan orang sakit.
Artinya ruang bawah tanah yang dimasuki oleh para arkeolog merupakan kompleks pemakaman untuk Imam Agung Amun. Tempat ini tentu saja sangat dirahasiakan bahkan tidak ada satupun catatan sejarah yang membahasnya.
Semua orang hanya bisa terkulai lemas di tanah seolah-olah terdapat sebuah gravitasi bumi yang sangat kuat ditempat tersebut, pada saat kebangkitan Imam Agung Amun.
Jonathan, Amber, dan anggota arkeolog yang tersisa tidak mengetahui sosok mumi tersebut. Mereka semua hanya bisa bergidik ketakutan saat melihat seorang mumi bangkit kembali dari alam kematian.
Pandangan dingin dari Imam Agung menyapu semua anggota ekspedisi sebelum akhirnya terkunci kearah dua orang pria yang terlihat berlari menuju lubang galian dengan terburu-buru.
"Kalian semua sudah membuat kesalahan besar dan bertindak tidak pantas dengan mengganggu makam Imam Agung ini..." Suara dari Imam Agung Amun menggema kesepenjuru ruangan, membuat semua orang mulai berkeringat dingin.
Semua orang yang berdekatan dengan lokasi makam benar-benar dibuat tidak bisa bergeming. Mereka hanya bisa tertunduk tidak berdaya di hadapan sosok mumi berusia 2000 tahun lebih itu.
Melihat empat orang bertekuk lutut dihadapannya membuat Imam Agung Amun teringat dengan jemaatnya dulu. Hal ini seperti nostalgia tersendiri yang membuatnya sedikit terhibur karena sudah lebih dari 2000 tahun tidak ada yang pernah mengunjungi makamnya.
"Aku akan memberi kalian keringanan. Pilihlah salah satu di antara kalian untuk menjalani hukuman sebelum aku berubah pikiran..." Suara dari Imam Agung Amun seolah membuat cahaya harapan hidup untuk semua orang akhirnya muncul.
Jonathan, Amber, dan dua anggota ekspedisi menatap satu sama lain sebelum mereka mengalihkan pandangan ke arah Elan serta Daren yang sudah hampir sampai menuju pintu keluar.
"Yang mulia... Mereka berdua adalah orang yang sudah merencanakan ekspedisi makam ini. Kami memilih salah satu di antara mereka untuk membayarnya..." Jonathan memberikan pendapat kepada Imam Agung Amun sambil menyeringai kearah Elan dan Daren.
Imam Agung Amun yang mendengar pendapat dari Jonathan kemudian kembali mengarahkan pandangan ke arah Elan dan Daren. Dari tangannya kemudian muncul ribuan serangga berwarna hitam yang langsung terbang ke arah dua pria tersebut.
Disisi lain Elan dan Daren mulai panik saat ada ribuan ekor serangga terbang ke arah mereka. Keduanya lalu mempercepat langkah untuk mencapai tempat galian yang sudah berada tidak jauh lagi.
Sesampainya di depan mulut terowongan, Elan meminta Daren naik terlebih dulu dengan dirinya yang akan menjadi pijakan kaki untuk sahabatnya tersebut mengingat lokasinya cukup tinggi.
Tanpa ada rasa curiga Daren menuruti perintah dari Elan dan segera masuk ke dalam terowongan terlebih dulu. Namun saat sudah berada di atas tiba-tiba menghancurkan mulut terowongan menggunakan alat galian yang ada di sana.
Hal ini sengaja Elan lakukan untuk menghambat pergerakan dari ribuan serangga. Pria itu juga sudah menyadari jika mereka berdua sudah pasti akan terkejar mengingat kecepatan terbang serangga terbang yang sangat cepat.
"Hei Elan...! Apa yang sedang kau coba lakukan bodoh!?" Menyadari niat dari sahabatnya, Daren berusaha membuka kembali mulut terowongan yang sudah tertimbun bebatuan menggunakan tangannya.
Namun sekeras apapun Daren mencoba membuka mulut terowongan, tenaga yang dia miliki sekarang tidak cukup untuk melakukannya. Pria itu sekarang benar-benar merasa putus asa jika harus kehilangan sahabat satu-satunya yang dia miliki.
"Salah satu dari kita harus selamat... Kau masih memiliki keluarga di atas sana Daren... Jaga dirimu baik-baik mulai sekarang dan terimakasih sudah membawaku berpetualang selama ini... Selamat tinggal saudaraku..."
Elan memberikan salam perpisahan kepada Daren dari balik reruntuhan. Dia kemudian membalik badan melihat ke arah ribuan ekor ekor serangga yang sudah siap untuk mengerumuni tubuhnya hidup-hidup.
Pria itu tentu tidak akan menyerahkan nyawanya begitu saja dan menjadi santapan koloni serangga tanpa sebuah perlawanan. Meski sadar jika pada akhirnya dirinya akan tetap kalah, Elan mengambil sebuah obor untuk melawan kawanan serangga tersebut.
Daren hanya bisa bertekuk lutut dengan air mata yang membanjiri wajahnya. Pria itu akhirnya hanya bisa menuruti permintaan terakhir dari Elan dan segera meninggalkan tempat tersebut tanpa bisa melakukan apa-apa.
Ribuan ekor serangga langsung berpencar saat Elan mulai mengayunkan obor ditangannya. Cara tersebut tampaknya cukup efektif untuk mengusir serangga yang sangat lemah terhadap api.
Namun saat Elan sedang fokus mengurus kawanan serangga yang ada disekitarnya. Tiba-tiba saja tanpa diduga dari belakang Jonathan memukul kepala bagian belakangnya menggunakan sebuah tongkat kayu.
Brakkkk...!!!
Elan seketika jatuh tersungkur ke tanah sambil memegangi kepala bagian belakang yang mulai berlumuran darah. Pandangan pria itu mulai menjadi kabur tetapi dia masih bisa mempertahankan kesadarannya.
"Dasar berengsek...! Berani-beraninya kau menghancurkan pintu keluar yang sudah kami bangun, sialan!" Jonathan berdecak kesal dan langsung mengarahkan sebuah tendangan keras yang tepat mengenai bagian perut milik Elan.
Dari tatapan mata Jonathan sudah bisa dipastikan dia sekarang benar-benar memiliki niat untuk membunuh Elan dan meluapkan semua kekesalannya selama ini kepada pria tersebut.
"Uhuk...! Uhuk...! Uhuk...."
Elan mengerang kesakitan sambil memegang perutnya yang terasa sangat sakit setelah ditendang oleh Jonathan dengan keras. Pria itu mulai batuk darah dan cara nafasnya menjadi tidak beraturan.
Saat itu seseorang tiba-tiba berdiri tepat di hadapan Elan. Ketika mengangkat wajah untuk melihat sosok tersebut, dia menemukan sosok Amber yang sedang menatapnya dengan tatapan dingin.
Tanpa rasa belas kasih Amber yang sudah muak terhadap Elan karena menganggap pria itu membawanya ke dalam posisi sulit langsung menginjak wajah pria tersebut.
Akibat tindakan Amber kepala bagian belakang Elan membentur permukaan tanah dengan sangat keras. Hal ini membuat pria itu terkulai tidak berdaya dan menerima cidera kepala yang cukup serius.
Seolah tidak mau ketinggalan, dua anggota ekspedisi yang merasa kesal kepada Elan karena sudah membuat mereka terjebak di dalam sana langsung ikut menendang pria tersebut seperti sebuah samsak.
Imam Agung Amun dari kejauhan hanya tersenyum tipis melihat sebuah pemandangan yang sangat miris. Dia kemudian segera meminta kepada para arkeolog itu untuk membawa Elan yang sudah tidak berdaya kehadapannya.
Dari ruang hampa Imam Agung Amun mengeluarkan kain linen dan meminta kepada Jonathan serta teman-temannya untuk membungkus tubuh Elan hidup-hidup untuk dijadikan mumi.
Karena tidak ingin mendapat masalah dari sosok mumi berusia 2000 tahun tersebut. Jonathan, Amber, dan dua anggota arkeolog yang tersisa tanpa ragu membuang sisi kemanusiaan mereka lalu mulai membungkus tubuh Elan.
Elan yang masih memiliki sedikit kesadaran mencoba untuk melepaskan diri saat akan di mumifikasi. Sayangnya usaha dari pria itu sia-sia karena harus melawan tenaga empat orang dewasa sekaligus.
Setelah tubuh Elan sudah terbungkus sepenuhnya, dia kemudian dimasukan ke dalam peti batu. Imam Agung Amun lalu meletakan piagam emas yang sebelumnya sudah di ambil oleh Jonathan dan meletakan di atas tubuh Elan.
Ribuan serangga kemudian masuk ke dalam peti batu sebelum ditutup rapat-rapat. Tidak lama kemudian terdengar suara teriakan teredam dari dalam peti yang membuat semua orang bergidik ketakutan.
Jonathan, Amber, dan dua anggota arkeolog yang tersisa kemudian menagih janji Imam Agung Amun untuk membebaskan mereka. Tetapi apa yang mereka terima justru sesuatu yang tidak terduga.
Imam Agun Amun tertawa lirih sebelum menarik esensi kehidupan yang dimiliki oleh para arkeolog tersebut dan membuat tubuh mereka mengering seketika menyisakan kulit serta tulang saja.
"Setelah ribuan tahun akhirnya aku bisa bebas... Terimakasih atas pengampunan dosa yang sudah anda yang berikan Yang Mulia..." Ucap Imam Agung Amun sambil tersenyum kearah patung berkepala jakal.
Tubuh Imam Agung Amun perlahan mulai memudar menjadi butiran pasir menandakan bahwa dirinya sekarang sudah terbebas dari kutukan dan bisa menuju alam baka setelah ribuan tahun.
Setelah kepergian Imam Agung Amun. Tiba-tiba mata patung berkepala jakal menyala berwarna merah dan tidak lama muncul kembali gempa yang meluluhlantakkan seluruh tempat tersebut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!