NovelToon NovelToon

Fearless

Bab 1

Kring! Kring!

Suara alarm membangunkan Calista dari mimpi indahnya. Dan itu membuat Calista sangat kecewa, karena ia merasa liburannya masih kurang.

Ya, hari ini Calista harus masuk sekolah dan tentunya ia sangat malas. Selain itu, di hari ini juga Calista harus melakukan upacara bendera, yang mana itu akan membuat tubuhnya berkeringat.

Karena tak mau dihukum karena kesiangan, akhirnya Calista buru-buru pergi menuju kamar mandi.

Skip

Waktu menunjukkan pukul tujuh dan itu membuat Calista berlari kearah mobilnya sebab ia takut terlambat datang ke sekolah.

"Neng, emang sekolah tidak melarang muridnya untuk mewarnai rambut ya?" tanya Pak Budi.

Calista tersadar bahwa selama liburan ia telah mewarnai rambutnya, jadi ia lupa untuk kembali menyemir rambutnya dengan warna hitam.

Ia menelpon sahabatnya yang bernama Friska, karena memang saat liburan keduanya pergi ke salon untuk mewarnai rambutnya.

Panggilan telepon dari Calista sama sekali tidak dijawab oleh Friska. Alhasil, Calista menelpon Erick.

Calista menelpon Erick karena dia merupakan anak dari pemilik sekolah. Dan tentunya Calista meminta agar Erick mengatakan kepada papahnya supaya murid-murid dibebaskan untuk mewarnai rambutnya.

Skip

Setibanya di sekolah, orang-orang memandang Calista. Ya, Calista tahu bahwa mereka pasti sedang memperhatikan rambut Calista yang warnanya begitu mencolok.

"Kenapa lo lihatin gue?" sinis Calista kepada adik kelas.

Adik kelas tersebut menunduk karena ia takut saat Calista menatapnya dengan tajam.

"Kalau sampai gue lihat lo tatap gue kayak gitu lagi, lo akan tahu akibatnya."

Calista mempercepat langkahnya menuju kelas, karena ia kesal dengan tatapan adik-adik kelas di ajaran baru ini.

Saat masuk kedalam kelas, Calista berpapasan dengan Kevin, sahabatnya yang merupakan idola murid-murid perempuan di sekolah ini.

Wajar saja jika dia diidolakan semua perempuan, karena dia memang sangat tampan, kaya dan juga dia merupakan ketua tim basket.

Tetapi dibalik wajahnya yang tampan, dia merupakan sosok lelaki yang sangat emosional dan juga sangat kasar jika ada yang membuatnya marah.

Calista sering sekali mencoba membuat dia marah. Namun sampai saat ini, Calista belum pernah diperlakukan kasar olehnya.

"Ada bule dari mana nih?" ledek Kevin dan itu membuat Calista menatap datar kearahnya.

Disaat Calista ingin duduk, Kevin terus menjahilinya dengan menghalangi Calista.

"Bisa minggir gak!"

"Gak bisa. Gimana dong?"

Calista mencubit perut Kevin dan itu membuat Kevin meringis.

Calista tertawa kecil dan ia berjalan kearah tempat duduknya.

Rania yang duduk di kursi depan langsung menoleh kearah Calista. "Calista, emang lo gak takut dikedepankan saat upacara?"

"Dia gak akan takut. Tapi dia pasti malu aja," sahut Kevin sambil duduk disebelah Calista.

"Gak malu kok. Lagipula bukan cuma aku yang rambutnya diwarnai."

"Bukan cuma kamu?" tanya Rania memastikan.

Calista mengangguk. "Friska juga warnai rambut kok."

Tak lama, Friska masuk kedalam kelas dan dia menghampiri sahabat-sahabatnya.

"Wah! ada teman buat nanti dihukum nih," kata Friska.

"Kalian kok gak ajak-ajak gue sih kalau mau cat rambut," kata Rania.

"Waktu itu lo kan lagi liburan, jadi ya gue ajak Friska aja."

Kring! Kring!

Bel masuk berbunyi dan semua murid bergegas menuju lapangan.

Disaat semuanya pergi menuju lapangan, Calista, Kevin, Friska dan Rania masih berdiam diri di kelas, dikarenakan mereka masih menunggu Erick yang sampai saat ini belum datang.

Lima menit kemudian, Erick masuk kedalam kelas dan dia langsung melemparkan tasnya ke meja.

"Rick, rambut lo diwarnai juga?"

"Iya," jawab Erick sambil nyengir.

"Terus kenapa tadi ditelepon gak bilang kalau lo diwarnai juga?"

"Ya karena biar lo ketakutan," jawab Erick.

Tanpa basa-basi, Calista mengatakan apakah mereka bertiga akan dihukum atau tidak. Lalu Erick dengan santai menjawab bahwa mereka tidak akan dihukum.

Wajar saja, dikarenakan pemilik sekolah ini adalah Papah Erick, jadi tentu saja tidak akan ada guru yang berani menegur Erick.

"Ya udah ayo ke lapangan!" ajak Rania.

Akhirnya mereka pergi menuju lapangan karena sepertinya upacara telah dimulai.

...****************...

Selama berbaris, Calista merasa risih karena banyak sekali yang menatapnya. Ia tahu pasti banyak sekali yang sedang membicarakannya.

Dibandingkan Friska dan Erick, memang rambut Calista lah yang paling terang. Jadi tak heran jika semua pandangan mengarah kepada Calista.

Calista menepuk pundak Kevin yang berada didepannya dan itu membuat Kevin spontan menoleh kearah Calista.

"Ada apa?" tanya Kevin.

"Rambut gue aneh banget ya?"

"Enggak kok. Malah tambah cantik kalau pakai warna itu," jelas Kevin.

Mendengar pujian Kevin, membuat Calista merasa percaya diri, dan dengan itu Calista akan mengabaikan tatapan semua orang.

Tiba-tiba, seorang guru datang menghampiri Calista. "Kenapa diwarnai rambutnya?"

"Anak pemilik sekolah juga rambutnya diwarnai, Bu. Jadi, emang saya gak boleh cat rambut saya?"

Guru itu menoleh kearah Erick, setelah itu dia pergi karena tidak berani menegur anak pemilik sekolah.

Calista dan Erick bertatapan dan mereka tersenyum karena telah memenangkan perdebatan yang sangat pendek itu.

"Guys, nanti istirahat kita makan di rooftop yuk!" ajak Friska.

"Terus yang beli makanan siapa?" tanya Rania.

"Ya suruh orang aja."

Dug!

Tiba-tiba saja ada orang yang pingsan dibarisan sebelah dan itu membuat perhatian semuanya tertuju pada orang itu.

Petugas PMR datang dan dia membawa murid yang pingsan itu dengan menggunakan tandu.

"Kira-kira kalau gue yang pingsan akan ada yang tolongin gue gak ya?"

"Ada. Nanti gue yang tolongin lo, habis itu gue buang lo ke tempat sampah," kata Kevin sambil tertawa kecil.

"Dasar sahabat gak ada akhlak!"

Rania menepuk pundak Calista, lalu dia membisikkan sesuatu. Sontak mata Calista membulat sempurna sebab ia terkejut karena ternyata orang yang tadi pingsan pernah dirumorkan berpacaran dengan salah satu guru.

"Dirumorkan sama siapa?"

"Dirumorkan sama pak Surya," kata Rania.

"Rumornya benar atau tidak?"

"Gue gak tahu. Soalnya gue kan belum pernah lihat mereka secara terang-terangan," kata Rania.

Pembicaraan keduanya membuat Friska, Kevin dan Erick jadi penasaran, karena mereka tidak tahu rumor mengenai pak Surya.

"Pak Surya kenapa?" tanya Friska, lalu Calista memberitahu sesuai dengan yang tadi Rania ucapkan.

"Ya ampun, kenapa harus sama pak Surya. Padahal kan lebih ganteng pak Fauzan daripada pak Surya," kata Friska.

Karena upacara masih belum selesai, akhirnya Calista meminta ijin pergi ke toilet. Bukan untuk buang air, melainkan ia ke toilet karena ingin bersantai sambil bermain ponselnya.

Setelah sampai di toilet, Calista memandang kesekitar karena ia takut jika ada orang disekitarnya. Karena dirasa tidak ada, jadi ia memutuskan untuk pergi menuju tempat yang berada dibelakang toilet.

Beberapa menit kemudian, Calista mendengar suara langkah kaki yang menuju kearahnya dan itu membuat Calista panik. Tapi setelah diintip, ternyata orang itu adalah Friska.

"Lo ngapain kesini?"

"Di lapangan panas banget, makanya gue kesini," jelas Friska.

Bab 2

Semua orang merapihkan alat-alat tulisnya, karena sekarang waktunya mereka untuk beristirahat.

"Gendut!" panggil Calista kepada teman sekelasnya.

Karena orang itu merasa terpanggil karena disebut gendut, akhirnya dia menghampiri Calista.

"Ada apa?" tanyanya dengan posisi wajah yang agak ditundukkan.

"Gue sama teman-teman gue titip makanan sama minuman."

Calista menyobek kertas dan menuliskan pesanannya dan juga pesanan teman-temannya.

Setelah itu, ia memberikan kertas dan juga uang kepada orang itu.

"Nanti tolong antar makanan dan minumannya ke rooftop ya."

Perempuan gendut itu mengangguk dan ia segera pergi.

Kemudian, Calista dan sahabat-sahabatnya bergegas menuju rooftop. Biasanya saat di rooftop mereka sering menonton film bersama, atau bahkan berfoto-foto.

Tiba di rooftop, Calista langsung memisahkan diri. Bukan karena ia ingin menjauh dari sahabatnya, melainkan ia ingin menelepon kekasihnya yang sampai saat ini masih belum ada jawaban.

Tiba-tiba Kevin duduk disebelah Calista dan dia merangkul pundak Calista dan itu membuat Calista jadi memperhatikan Kevin yang sedang merokok. Lalu, ia membayangkan jika dirinya merokok, pastinya dia akan terlihat sangat keren.

"Gue mau rokok dong."

Kevin menatap Calista. "Sejak kapan lo merokok?"

"Sebenarnya gue gak merokok. Tapi sekarang gue ingin coba."

"Gak boleh! lo itu cewek."

Calista mengerucutkan bibirnya seraya kesal karena perkataan Kevin.

"Padahal banyak kok cewek yang merokok."

"Ya udah nih." Kevin memberikan rokoknya kepada Calista.

"Rokok bekas lo?"

"Kalau gak mau gak apa-apa."

Calista buru-buru mengambil rokok milik Kevin. Lalu, ia menghisap rokok itu.

Uhuk! Uhuk!

Kevin menertawakan Calista, lalu dia mengambil rokoknya. "Gimana rasanya?"

"Gak enak."

Kevin mengacak-acak pelan rambut Calista karena ia merasa sangat gemas.

"Vin, lo suka ya sama Calista?" tuduh Friska.

"Ya enggak lah, dia kan sahabat gue" bantah Kevin.

"Lo kok bisa menuduh Kevin suka sama gue," heran Calista.

"Habisnya gue lihat kayaknya Kevin gak pernah marah sama lo."

Kevin langsung memberitahu bahwa dia tidak pernah marah kepada Calista karena wajah Calista terlihat sangat menyedihkan, makanya Kevin tidak tega jika memarahi Calista.

"Menyedihkan? emangnya gue pengemis," sewot Calista.

Beberapa menit kemudian, mereka merasa kelaparan karena sampai saat ini pesanannya belum juga datang.

"Mana sih? kok lama banget."

"Wajar, dia kan cuma sendiri. Jadi pantas aja kalau lama," kata Rania.

Tak lama, teman sekelasnya datang membawa pesanan mereka berlima.

"Maaf ya kelamaan, soalnya tadi antri nya lama."

Bukannya berterima kasih, kelimanya langsung mengambil pesanan masing-masing.

"Ya udah sana!" usir Calista, lalu orang itu segera pergi.

Setelah orang itu pergi, Erick langsung tertawa dan itu membuat yang lainnya menoleh kearahnya.

"Kenapa ketawa?" bingung Friska.

"Gue jadi membayangkan gimana ribetnya dia memesan makanan dan minuman di warung yang berbeda," kata Erick.

Disaat mereka semua hendak menikmati pesanannya, tiba-tiba Rania menyuruh agar mereka kembali meletakkan makanan dan minuman masing-masing.

Calista, Friska, Kevin dan Erick hanya menatap datar kearah Rania. Mereka pikir ada yang aneh dengan makanan dan minumannya, tetapi ternyata Rania ingin memotret pesanan mereka.

Selesai memotret makanan dan minuman, Rania mempersilahkan mereka untuk menikmati makanan masing-masing.

"Pulang sekolah main ke rumah gue yuk!" ajak Erick.

"Gak bisa, soalnya gue udah chat Reyhan buat jemput gue."

"Padahal tadinya gue mau ajak kalian main ke rumah. Tapi karena Calista mau main sama pacarnya, jadi mainnya nanti lagi aja deh," kata Erick.

"Ya udah main berempat aja," kata Kevin.

Calista yang tadinya bahagia, kini menjadi kecewa karena mereka akan pergi ke rumah Erick.

"Kalian kok tega banget sih."

"Ya udah kalau gitu lo pilih main sama pacar lo atau main sama kita?" tanya Kevin.

Calista menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia bingung memilih antara main dengan pacar atau main dengan sahabat.

"Bisa gak mainnya diganti jadi besok aja?"

"Gak bisa!" kata Kevin, padahal yang mengajak main adalah Erick.

"Ya udah kalau gitu gue gak ikut aja."

"Gak solidaritas banget sih!" sindir Kevin.

Erick, Friska dan Rania hanya tertawa mendengar pembicaraan antara Calista dan Kevin.

Meskipun mereka berkata tidak apa-apa, namun Calista merasa tidak enak kepada Kevin. Karena terlihat dari wajahnya kalau dia sedang kesal karena Calista lebih memilih pacarnya dibandingkan dengan sahabat-sahabatnya.

"Jangan marah dong." Calista menyenggol lengan Kevin.

"Gue gak marah kok."

"Terus kenapa wajah lo kelihatan kesal?"

"Enggak kok." Kini raut wajah Kevin kembali seperti biasanya.

Tap! Tap!

Terdengar suara langkah kaki menuju rooftop dan itu membuat Calista, Friska, Rania, Kevin dan Erick menoleh kearah pintu untuk mengetahui siapa yang datang.

Saat orang itu sudah sampai rooftop, dia hendak pergi lagi karena di rooftop ada Calista dan kawan-kawan.

"Tunggu!" teriak Calista.

Perempuan itu menengok kearah Calista. "Ada apa, Kak?"

"Sini dulu!"

Perempuan itu menghampiri Calista dan gengnya.

"Nama lo siapa?"

"Namaku Dewi, Kak," kata Dewi.

Calista menyuruh Dewi untuk duduk disampingnya, lalu Dewi menuruti perkataan Calista.

"Kamu tahu kita berlima gak?"

Dewi mengangguk, karena seluruh murid di SMA ini pasti mengenal mereka berlima.

"Oh iya, Kevin katanya naksir sama lo. Lo mau gak jadi pacar dia?"

"Apaan sih lo! gak lucu tahu gak!" sahut Kevin.

Kring! Kring!

"Dewi, tolong buang sampah-sampah ini ya."

Dewi mengangguk, karena jika menolak bisa-bisa dia menjadi target mereka berlima.

Lalu, Calista dan sahabat-sahabatnya bergegas menuju kelas.

"Lo apaan sih, Ta! kalau dia mengira kalau gue suka beneran sama dia gimana coba?" kata Kevin.

"Gak apa-apa lah. Justru itu yang gue mau, soalnya kapan lagi bisa buat orang jadi salah tingkah."

"Kevin, lo harus tanggung jawab karena udah membuat cewek itu baper," canda Erick.

"Ogah!" kesal Kevin, lalu dia mempercepat langkahnya menuju kelas.

Bukannya merasa bersalah, Calista justru sangat senang karena akhirnya dia sudah berhasil membuat Kevin marah.

Tetapi meskipun Kevin marah kepada Calista, pastinya marahnya tidak akan lama.

Tiba di kelas, Calista langsung duduk disebelah Kevin. "Vin, lo marah ya sama gue?"

"Pikir aja sendiri," ujar Kevin tanpa menatap kearah Calista.

"Oh gak marah, gue pikir lo marah."

Kevin menatap tajam kearah Calista. Sudah jelas-jelas Kevin marah kepadanya, tetapi Calista justru menganggap Kevin tidak marah.

"Jangan melotot kayak gitu, soalnya lo sama sekali gak seram," ujar Calista, padahal sejujurnya ia merasa ketakutan.

Calista buru-buru duduk di kursinya, karena ia merasa bahwa saat ini Kevin benar-benar sangat marah kepadanya.

Bab 3

Sepulang sekolah, Calista menunggu Reyhan di gerbang sekolah. Sambil menunggunya, Calista duduk didepan pos satpam sambil memainkan ponselnya.

Tin! Tin!

Calista menoleh kearah seseorang yang membunyikan klakson mobil dan ia melihat Kevin yang bersama Rania didalam mobil.

Rania melambaikan tangannya kearah Calista. "Kita pulang duluan ya."

"Iya hati- hati."

Kemudian Kevin langsung melajukan mobilnya.

Sama seperti sebelumnya, sikap Kevin kembali seperti biasa, padahal tadi Calista telah membuatnya marah.

"Calista!" teriak Reyhan dan otomatis Calista menghampiri kekasihnya itu. Kemudian, keduanya sedang masuk kedalam mobil.

"Ini buat kamu." Reyhan memberikan buket bunga kepada Calista.

"Makasih." Calista mengambil bunga itu, lalu ia mencium pipi Reyhan sekilas.

"Kamu kok tumben kasih bunga," ujar Calista, karena tidak biasanya Reyhan memberikan bunga.

"Loh! bukannya hari ini hari jadi kita yang ke 8 bulan ya?"

Mood Calista seketika memburuk ketika mendengar perkataan kekasihnya. Pasalnya hari jadi mereka berdua itu dua bulan lagi.

"Aku salah ya? maaf ya, soalnya aku pelupa orangnya."

Calista menghela nafasnya. "Iya, gak apa-apa kok."

Skip

Calista tidak nafsu makan sebab kejadian tadi. Meskipun Reyhan sudah meminta maaf, tetap saja Calista merasa kecewa dengannya.

"Kenapa gak dilanjut makannya? apa makanannya gak enak ya?" tanya Reyhan.

"Enak kok. Cuma aku udah gak lapar."

Trining! Trining!

Ponsel Reyhan berdering dan dengan cepat Reyhan mengambil ponselnya yang ada di meja. "Aku ke toilet dulu."

"Kenapa gak disini aja?"

"Soalnya disini berisik." Reyhan bergegas pergi ke toilet.

Lima menit kemudian, Reyhan kembali menghampiri Calista.

"Telepon dari siapa?"

"Teman aku. Tadi dia bertanya tentang tugas sekolah."

"Rey, aku mau pulang."

"Ya udah ayo aku antar."

Calista terdiam sejenak, ia mengira jika kekasihnya akan mencegahnya untuk pulang. Namun kenyataannya dia justru membiarkan Calista pulang.

"Ayo! katanya mau pulang."

"Aku mau pulang naik taksi aja."

"Kamu marah ya sama aku?"

"Enggak kok."

Tanpa banyak basa-basi, Calista pamit kepada Reyhan.

...****************...

Bukannya pulang ke rumah, Calista justru pergi menuju rumah Erick, karena katanya sahabat-sahabatnya sedang di rumah Erick.

Ketika Calista menekan bel rumah Erick, dengan cepat pagar rumahnya dibuka oleh satpam.

"Erick nya ada, Pak?" tanya Calista basa-basi, padahal ia tahu bahwa Erick sedang berada di rumah.

"Ada kok. Silahkan masuk!" ujar Pak satpam sambil mengantarkan Calista menuju kamar Erick.

Sesudah sampai, Pak satpam kembali pergi keluar.

Tok! Tok!

Calista mengetuk pintu kamar Erick, tak lama pintu dibuka oleh Kevin.

"Kok lo kesini? bukannya lo mau main sama pacar lo ya?" heran Kevin.

Calista masuk kedalam kamar dan ia duduk di sofa bersama Erick. "Iya, tadi gue emang pergi sama pacar gue. Tapi karena gue kesal sama dia, jadi gue lebih memilih pergi."

"Btw, Rania sama Friska mana?"

"Friska emang gak kesini. Kalau Rania, dia baru aja pulang. Soalnya gak seru katanya kalau gak ada lo sama Friska," jelas Erick.

Calista meminum minuman yang ada di meja. Entah itu punya siapa, tapi yang jelas dia meminum itu karena merasa haus.

"Punya gue itu," kata Kevin.

"Yah habis, gimana dong?"

"Ya udah gak apa-apa. Lagian itu juga dari Erick."

"Bunga dari siapa itu?" tunjuk Erick, lalu Calista menjawab bahwa bunga itu pemberian dari Reyhan.

Calista mengambil ponselnya dan ia memotret bunga tersebut. Setelah itu, ia posting foto tersebut ke story instagram miliknya.

Tujuannya memposting foto tersebut agar semua pengikutnya iri terhadap Calista dan juga Calista ingin semua orang merasa bahwa Calista sangat beruntung karena dicintai oleh Reyhan.

Tetapi kenyataannya, Calista sedikit kecewa dengan Reyhan. Bisa-bisanya dia mengira bahwa hari ini adalah hari jadiannya dengan Calista.

"Oh iya, tadi katanya kesal sama pacar lo. Emang kesalnya karena apa?" tanya Kevin yang penasaran, lalu Calista menjelaskan semuanya kepada Kevin dan Erick.

"Aneh banget, masa lupa sama tanggal jadian," heran Erick.

"Itu bukan lupa. Tapi mungkin itu emang tanggal jadiannya sama cewek yang lain." Kevin memanas-manasi.

Calista memukul tangan Kevin, ia tidak terima jika pacarnya dituduh selingkuh.

"Pacar gue gak mungkin selingkuh." Calista mempertegas.

"Sifat orang kan gak ada yang tahu. Yang kelihatan baik, belum tentu dia baik beneran dan begitupun sebaliknya," kata Kevin.

Calista terdiam sejenak, ia takut jika ucapan Kevin benar.

Ting!

Ponsel Kevin berbunyi, lalu dia membuka pesan tersebut.

"Sialan!" umpat Kevin.

Calista dan Erick menoleh kearah Kevin karena ia heran mengapa Kevin sangat mengumpat seperti itu.

"Ada apa?" tanya Erick.

"Cewek yang tadi ke rooftop chat gue, katanya dia minta agar gue save nomer dia," jelas Kevin.

Calista dan Erick tertawa terbahak-bahak mendengar penjelasan dari Kevin. Calista tidak menyangka bahwa perempuan itu benar-benar terbawa perasaan.

Meskipun sikap Kevin dicap sangat buruk, namun entah mengapa banyak sekali perempuan yang jatuh cinta dengannya.

"Gara-gara lo sih, dia jadi baper kan sama gue," kata Kevin.

"Gak apa-apa. Anggap aja fans lo bertambah satu."

"Gue heran deh sama lo, Vin. Lo kan banyak ditaksir cewek, tapi kok gak ada yang lo suka," kata Erick.

"Selera gue terlalu tinggi, makanya gue gak suka sama mereka," jelas Kevin.

Dengan Kevin berkata seperti itu, Erick jadi tahu kalau semua cewek yang mendekatinya itu rendahan. Entah itu karena sikap cewek-cewek itu yang terlalu agresif ataupun kecantikan mereka yang dibawah rata-rata.

"Emang selera cewek lo kayak gimana, Vin?"

"Gue suka sama cewek yang gak suka sama gue," jelas Kevin.

"Aneh banget lo."

"Guys, tunggu sebentar ya." Erick pergi meninggalkan Calista dan Kevin.

Karena Calista sangat haus, ia membuka kulkas yang ada di kamar Erick. Bukannya tidak sopan, tetapi Erick memang sering menyuruh Calista dan yang lainnya untuk langsung saja mengambil minum atau makan di rumahnya.

Calista mengambil minuman bersoda, lalu ia kembali duduk disebelah Kevin.

Saat Calista hendak membuka botol minuman, Kevin lebih dulu mengambil dan membukakan botol minuman tersebut. Setelah itu, dia mengembalikan minuman itu kepada Calista.

"Kayaknya yang jadi cewek lo beruntung banget deh," ujar Calista, lalu ia meminum minumannya.

"Beruntung? maksudnya?"

"Karena lo peka orangnya. Jadi nanti yang jadi pacar lo pasti beruntung banget."

Kevin hanya tersenyum saat mendengar perkataan Calista.

"Sebenarnya lo suka sama cewek gak sih?" tanya Calista, karena ia belum pernah mendengar Kevin membicarakan tentang perempuan yang dia suka.

Kevin mendekatkan wajahnya ke wajah Calista. "Kenapa mempertanyakan hal itu? emang lo pikir gue gay gitu?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!