Namaku bahran Randy Rio semua orang memanggilku Randy aku merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Pada dasarnya aku ini anak yang tidak diharapkan entah bagaimana orang tuaku sangat membenciku.
Bisa dibilang dari ku kecil aku tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua, diriku selalu sendiri saja.
Bahkan sekeras aku berusaha mereka tidak pernah memandang ku, saudaraku saja bahkan juga sama walau tidak semua sih.
Karena aku mempunyai seorang kakak perempuan namanya Vina dan dia merupakan anak pertama di keluargaku.
Dia selalu membantuku dan selalu merawatku dengan baik aku bersyukur mempunyai kakak perempuan seperti nya.
Tetapi meski begitu tetap saja hanya satu orang yang peduli padaku, pada dasarnya semua orang membenciku kan.
Begitupun di sekolah aku tidak pernah mempunyai teman satupun, aku selalu saja sendiri dari SD aku sudah seperti ini susah sekali bergaul.
Bahkan orang-orang juga tidak sadar kan akan kehadiran ku, bukan tidak sadar sih mereka saja yang tidak peduli denganku.
Umurku sekarang sudah 17 tahun dan aku sudah memasuki kelas 3 SMA.
Tidak lama lagi aku juga akan lulus, tapi terkadang aku berpikir apa yang akan kulakukan nanti.
Beberapa tahun sudah berlalu sekarang aku sudah kuliah.
Di umur seperti ini aku memutuskan untuk tinggal sendiri, entah karena apa orang tuaku sangat membenciku bahkan mereka cukup senang karena aku pergi.
Mereka tidak pernah menganggap ku seperti anak, setiap kali mereka hanya selalu kesal denganku apakah ada yang salah denganku.
Aku terkadang selalu berpikir seperti itu, apakah aku seorang yang gak diinginkan entahlah.
Di campus sini aku mengambil jurusan bidang animasi karena aku sendiri suka animasi.
Tapi mengambil jurusan ini tidaklah mudah, namun karena aku sudah terbiasa jadi ini semua gak masalah.
Bahkan di kuliah pun aku sama sekali tidak mempunyai teman, lagi-lagi aku hanya sendiri.
Biasanya setelah dari kuliah aku selalu mengerjakan skripsi belajar lebih tentang dunia animasi.
Kadang aku selalu berpikir membuat satu karakter cewek, membuatnya hidup bahagia dibanding diriku ah sungguh menyedihkan.
Aku tidak mempunyai siapa-siapa di hidupku, kadang aku merasa sedih, hidup selalu sendiri gak ada siapa-siapa.
Kadang aku cukup iri dengan orang sekitar, yang mempunyai orang tua yang mendukung anaknya dan selalu berada di anaknya dan menjaganya.
Uh menyebalkan sekali kenapa hidupku selalu seperti ini saja.
Apa hidupku akan terus seperti ini di hari kosong ku selalu hanya bermain games, aku tidak begitu mencolok di kelas manapun.
Bahkan saat aku berpergian sama juga, ini selalu saja sama-sama.
Hari demi hari selalu membosankan hingga akhirnya aku pun memutuskan untuk bermain games dan bergadang.
Lagipula hari ini juga lagi kosong kan, mumpung lagi gak ada perkuliahan.
Tapi saat ku bergadang tanpa sadar ku tertidur bahkan dengan banyak sekali makanan, minuman, sepertinya kamar ku cukup berantakan.
Pagi hari kini sekarang telah tiba aku pun membuka mataku dan aku baru ingat, aku bergadang untuk bermain games.
"Ah iya ampun aku ketiduran aku lupa bahwa aku sedang bermain games" ucapku.
Lalu aku melihat komputer ku untungnya sudah mati, syukurnya seperti itu jadi aku cukup tenang.
Aku pun keluar dari kursiku dan lalu aku membuka jendela, aroma udara pagi memanglah menyejukkan.
Setelah selesai membuka jendela, aku pun berniat untuk menyisir rambutku entah bagaimana rasanya rambutku cukup berantakan.
Tapi sebelum itu mungkin aku akan cuci muka terlebih dahulu.
Aku pun pergi ke kamar mandi dan menyalakan wastafel, lalu membasuh air ke mukaku.
Dan melihat cermin namun sesuatu yang aneh terjadi disini, aku melihat cermin tapi itu bukan seakan diriku.
Aku hanya bingung apa yang terjadi, aku melihat diriku dan mencoba untuk menyentuh pipiku.
Menamparnya dan itu sangat sakit, dan aku memegang dadaku rasanya sangat beda.
Dan aku baru sadar, saat kupegang cukup empuk, dan bagian bawahku.
Tidak ada, sepertinya aku terlalu banyak bermain games sampai-sampai aku bermimpi.
Aku hanya berpikir seperti itu, tapi jika ini mimpi kenapa saat ku tampar diriku aku merasakan sakit aku jadi bingung.
"Apa yang sebenarnya terjadi ini mimpi pasti ini mimpi gak mungkin aku seperti ini, pasti cermin ini hanya menipuku aku pasti berkhayal" ucapku tidak percaya dengan apa yang terjadi pada tubuhku.
"Tapi kenapa iya ini sangat aneh, aku merasa semua ini nyata seperti bukan mimpi" tambahku.
Aku pun mencoba untuk menggoyangkan dadaku, rasanya sangat aneh dan aku bisa merasakan nya juga.
Dan aku juga baru sadar suaraku cukup berbeda.
Aku lalu melihat ini ke cermin dan aku terkejut saat melihatnya.
"Gak-gak ini gak mungkin ayolah bangun Randy jangan terlalu banyak berkhayal ok, ini semua cuman ilusi kan aku pasti terjebak di alam mimpi iya kan" kataku masih Tidak percaya dengan apa yang terjadi.
Aku pun melihat ke bawah diriku, dan itu benar-benar badanku benar mirip seperti di cermin.
Dan satu hal yang membuatku memastikan apakah aku benar-benar berubah.
Jadi aku membuka celanaku sedikit dan melihatnya saat ku lihat sesuatu yang tidak kuinginkan terjadi.
Itu benar-benar nyata ini semua benar aku benar-benar berubah.
Panik Aku pun melihat ke arah cermin, dan tetap sama dan ini semua nyata.
"Aku telah berubah menjadi perempuan!" teriakku.
Karena Masih tidak percaya dengan semua ini aku pun terus memukul mukaku, beharap aku bisa sadar.
Berharap untuk terbangun dari semua ini tapi percuma aku malah membuat luka diriku sendiri.
Aku pun berhenti dari memukul mukaku, aku tidak bisa membantah ini semua nyata.
Aku benar-benar berubah sekarang dan aku tidak bisa membantah ini semua, tapi bagaimana bisa aku menjadi seperti ini.
Diriku masih sangat bingung dengan apa yang terjadi dengan kondisi seperti ini, tidak mungkin aku bisa melanjutkan kuliahku.
Satu-satunya cara aku harus mendaftar sebagai orang baru dan mengikuti tes.
Melihat ini aku pun menyalakan komputer ku, dan mendaftar kan diri di kuliah.
Mau tidak mau aku harus mendaftarkan diriku di tempat universitas baru, tapi saat akan mendaftar aku tidak mungkin untuk menulis nama asliku.
Dengan wujud seperti ini akan mustahil pakai nama asliku, jadi aku pun memakai nama baru untuk diriku ini.
Dan setelah selesai aku pun langsung membuat surat mengundurkan diri.
Jadi aku berdiskusi dengan dosenku, walau sangat sulit karena aku harus berhenti kuliah.
Hingga akhirnya selesai walau cukup lama, setelah semua selesai yang kuperlukan sekarang apa.
Karena untuk mengikuti ujian tertulis itu cukup lama dan itu membutuhkan beberapa hari.
Karena yang mengikuti tes ini juga banyak, kalau hoki mungkin aku bisa keterima.
Memakai baju apa tapi dan entah kenapa dadaku cukup sakit, aku baru ingat aku sekarang perempuan.
Tapi jika aku membeli itu aku akan menjatuhkan harga diriku.
Kenapa bisa seperti ini dengan diriku, tapi mau bagaimana pun aku tiada pilihan.
Jadi aku pun segera pergi dari kosanku, dan pergi ke toko baju.
Untungnya tokoh baju ini tidak cukup jauh jadi aku bisa sampai kesan dengan cepat.
Sesampainya di tokoh baju, di tempat bagian ceweknya banyak sekali bra dan baju cewek disini.
Rasanya sangat aneh aku kemari ke sini.
"Uhh apakah aku harus melakukan ini, rasanya sangat aneh walau aku sudah berwujud seperti ini" batinku.
Dan melihat beberapa baju dan bra.
Tiba-tiba aku merasakan ada tangan, yang di pundakku.
Aku melihat ini cukup gemetar, apakah dia pikir aku.
"Tidak aku tidak mesum aku tidak benar-benar berniat melakukan apapun sumpah" kataku.
Aku memalingkan mukaku dan melihat sekilas orang itu, rupanya dia cewek dan sepertinya dia pemilik dari restoran atau karyawan disini.
"Haha kau ini kenapa sih, aku tidak berpikir kamu mesum ya ampun gak perlu sampai terkejut begitulah" balasnya dan tertawa.
"Oh maaf aku tidak bermaksud mengatakan itu, aku hanya bingung saja untuk memilih baju disini dan juga bra" ucapku dengan malu.
"Begitu rupanya tenang saja tidak perlu sampai segugup itu santai saja, bagaimana jika aku membantumu hitung-hitung itu akan memudahkannya kan" jawab karyawan itu.
"Membantuku iya hmm boleh saja, kebetulan aku cukup kesulitan" balasku dengan malu.
Karyawan itu hanya tersenyum, aku cukup bingung dengan apa yang dia pikirkan.
"Kau tidak perlu sampai memalingkan mukamu seperti itu tenang saja gak usah malu ok" jawabnya.
"Baiklah gimana kalau kamu ikut aku saja ke ruang ganti pakaian, mari kita coba beberapa baju dan yang lainnya yang cocok untukmu" tambahnya.
"Uh baiklah" balasku.
Aku pun mengikutinya ke ruang ganti, di dalam dia mengukur diriku jujur saja ini sangat aneh.
Hingga aku harus memilih dan mencoba yang cocok untukku, dan tidak hanya lebih dari satu yang lain juga ada.
Aku juga mencoba beberapa baju lain juga seperti dress, blouse, setelan, kemeja, distro, kaos, jumpsuit dan lainnya.
Mencoba satu persatu dan setiap penampilan ku cukup berbeda, entah bagaimana setiap ku coba semua baju ini dan melihatnya rasanya cukup aneh.
Dengan rambutku bewarna coklat dan panjang, mataku berwana abu-abu, dan juga kelihatan ini semua cocok.
Jadi aku beli beberapa semua baju itu, setelah selesai aku pergi.
"Terima kasih sampai bertemu lagi ok" ucap karyawan itu.
"Iya" balasku.
Setelah aku keluar dari tokoh ini apa hal yang ingin ku lakukan selanjutnya aku cukup bingung.
Karena itu aku berkunjung di beberapa tokoh, seperti tokoh bunga, hewan peliharaan, aksesoris dan lainnya.
Aku tidak membeli semuanya hanya membeli beberapa karena aku tidak ingin menghabiskan duitmu terlalu banyak.
Sesampainya di rumah, aku mencoba beberapa baju ku.
Dan aku melihat ke arah cermin.
Yang pertama ku coba adalah dress.
"Jadi ini yang namanya gaun hmm rasanya cukup beda sih, tapi agak nyaman" ucapku.
Yang kedua Hoodie.
"Dengan Hoodie seperti ini tidak ada bedanya dengan punya ku yang dulu, hanya saja dengan memakai rok cukup berbeda gerakanku jadi leluasa dibanding pakai celana" ucapku.
Ketiga kemeja
"Memakai kemeja ini cukup rapih, dan ini terlihat sangat sopan mungkin ini akan cocok untuk kupakai kuliah nanti" kataku dengan senang.
Dan baju yang lainnya aku mencoba juga, setelah selesai aku merapikannya yang sudah kupakai aku ingin cuci nanti.
Mengingat hidupku sekarang seperti ini rasanya sangat aneh, memakai dress cukup enak sejujurnya cuman pergerakan jadi cukup terbatas.
Agak sulit untuk berjalan sejujurnya, setelan juga bagus sih, gak nyangka baju perempuan banyak variasinya.
Setelah mencoba dengan beberapa baju, aku mencoba memakai kalung dan aku melihatkan dengan cermin.
Aku berpenampilan dengan kaos dan kalung seperti ini, dengan celana pendek.
"Oh wow begini diriku sekarang benar-benar berbeda hahaha tapi aku terlihat cocok, aku ini kenapa sih ngapain aku malah senang di tubuh seperti ini!" lesu ku.
Bagaimanapun aku ini tetap Randy, dan aku tidak boleh larut dalam perubahan ini.
Aku harus tetap bisa menjaga diriku karena ini jati diriku seorang harus kuat kepada pendirian.
Meski aku bilang begitu, tapi aku malah larut dalam perubahan ini aku memeluk boneka, mencoba make up cewek.
Kadang aku bingung aku ini kenapa, tapi seiring aku menggunakan tubuh ini aku juga sudah cukup terbiasa.
Begitulah walau aku belum begitu lama pakai tubuh ini, bagaimana pun bentuknya ini tetap tubuhku.
Hingga waktunya tiba aku pun mandi dan bagian ini yang membuatku takut karena aku harus membuka baju dan celana dan lainnya.
Dari aset semua yang kupakai saat, aku membuka bra ku, dan membuka celana dalamku.
Aku hampir terangsang dengan tubuhku sendiri namun aku harus menahannya.
Aku terus mandi, keramas rambutku, membersihkan setiap celah dari tubuhku.
Ah jujur saja ini aneh karena harus melakukan ini semua, terlebih lagi dengan diriku saat memegang iniku.
Cukup lama hingga akhirnya aku selesai, entah kenapa aku hampir tidak kuat karena harus mandi dengan tubuh ini melihat diriku di cermin sekarang.
Jika boleh jujur aku cukup cantik, dari rambutku yang panjang ini, tubuhku, dan mataku cukup bersinar.
Tapi aku tidak bisa memandang diriku terus, jadi aku mengambil handuk.
Dan mengelap tubuhku, sesampainya di kamar aku pun memakai baju untuk tidur.
Sweater seperti biasa ini cukup menghangatkan.
Mempunyai dada seperti ini cukup merepotkan namun harus kulakukan, setelah semua rapih aku menggunakan hair dryer untuk mengeringkan rambutku.
Mempunyai rambut panjang itu sangat susah sekali dirapihkan aku harus benar-benar mengeluarkan tenaga untuk membuat rambut ini halus.
Dan setelah itu aku naik ke atas kasur dan memutuskan untuk tidur, di tengah ini semua aku berpikir.
"Apakah hidupku akan berubah karena aku seperti ini rasanya, aku cukup berbeda sekarang" pikirku sambil melihat tanganku.
"Ya mungkin akan tetap sama saja saja hahaha" gumamku dengan sedih.
Meski aku tertawa seperti ini selama ini aku hanya menyembunyikan kesedihanku, jujur saja aku cukup kesepian dan bahkan aku tidak punya siapa-siapa lagi di sekitar.
Air mata mengalir dari kelopak mataku, namun aku tidak mempedulikan itu aku menutup mataku dan tidur.
Apa yang terjadi dengan kedepan harinya aku tidak tau.
Beberapa hari sudah berlalu aku juga sudah mulai terbiasa dengan tubuhku sekarang.
Aku mengikuti ujian test universitas dan beruntungnya aku bisa lolos ujian itu.
Walau lawan yang ku hadapi cukup susah, karena melawan peserta lain itu tidak lah mudah.
Butuh perjuangan hanya untuk mendapatkan universitas dengan bidang yang kuinginkan.
Aku mengambil bidang yang sama lu lakukan di kuliah ku sebelumnya, yaitu bidang animasi.
Diriku sudah cukup belajar banyak animasi jadi aku tau beberapa, ada beberapa penyampaian materi lain dari informatika komputer dan lainnya.
Coding itu cukup susah jadi aku agak sulit mengerti, tapi aku tetap terus berusaha.
Baik di kuliah sini mau dimanapun aku tetap selalu sendiri, karena memang sudah takdirku kan.
Di kantin aku beristirahat memakan sesuatu, dan hanya sendirian.
Tidak ada siapa-siapa sementara aku dapat melihat orang lain, mempunyai banyak teman jujur saja aku cukup iri dengan mereka.
Hingga tiba-tiba ada seseorang yang menghampiriku dan dia bertanya.
"Uh maaf jika aku mengganggumu apakah aku boleh duduk di sampingmu, kantin ini sangat ramai aku hampir tidak kebagian tempat haha" ucapnya.
"Oh tentu boleh saja jika kau ingin duduk silahkan" tawarku kepadanya.
"Terima kasih" ucapnya dan tersenyum dia pun duduk di sampingku.
Jujur saja ini sangat aneh karena untuk pertama kalinya aku duduk dengan orang lain di sampingku lagi, terlebih lagi dia perempuan walau aku juga sama perempuan sih.
"Ya memang kalau istirahat tuh paling enak kalau memakan sandwich" katanya.
"Uh" kataku dan mengangguk.
"Hei-hei kulihat kau selalu duduk sendiri, sewaktu di kantin kenapa memangnya kau tidak kumpul dengan yang lain kurang enak loh kalau makan sendiri" ucapnya.
"Tidak apa-apa kok aku hanya suka makan sendiri saja" balasku dan memakan rotiku.
"Eh kau suka makan sendiri, benar-benar aneh padahal sendiri itu tidak enak loh kau akan cukup kesepian, dan kau tidak akan merasakan momen bersama bersenang jujur aja tidak enak" balasnya dan memakan sandwich.
Apa yang dia katakan benar jujur saja sendirian itu tidak enak, tapi mau bagaimana lagi aku ini kan susah bergaul dari dulu.
"Oh iya kalau aku boleh tau namamu siapa?" tanyanya.
"Eh namaku?" bingungku.
"Iya namamu kau mengambil jurusan animasi juga kan, aku juga sama loh seperti mu" tambahnya.
"Begitu rupanya iya aku tidak tau kalau kau ambil jurusan animasi juga" balasku.
"Kau selalu sendirian sih sampai kau saja tidak perhatikan teman di sekitar kelasmu, bagaimana begini saja kalau aku yang perkenalkan diriku terlebih dahulu aku Sivia Azizah kau bisa panggil saja aku Sivia" balasnya.
"Uh baiklah" balasku.
"Nah aku kan sudah memperkenalkan diri nih, sekarang gantian kamu" balas Sivia.
"Namaku Risa Melfissa Putri kau bisa panggil saja aku Risa" balasku.
"Risa?" ucapnya.
"Ada apa?" bingungku.
Aku melihat dia yang bingung dan cukup heran apakah Risa nama yang cukup aneh bagi orang-orang disini.
Harusnya tidak kan, karena aku memakai nama ini hanya kebalikan nama asliku saja dan kuubah sedikit.
"Tidak apa-apa kok namamu bagus kok" tambahnya.
"Uh begitu iya" balasku.
"Hehe senang berkenalan denganmu Risa" balasnya.
"mph senang berkenalan denganmu juga Sivia" balasku.
Kami pun saling berjabat tangan, untuk pertama kalinya aku bisa melakukan ini dengan orang lain.
Jadi ini yang dinamakan perkenalan, tidak lama setelah itu kami pun melepaskan jabatan tangan kami berdua.
"Maaf tunggu sebentar Risa" ucapnya dan mengambil hpnya dari kantung celananya.
Dia pun membuka hpnya dan melihat sesuatu sepertinya ada seperti sebuah pesan.
"Ada apa Sivia apakah ada sesuatu?". tanyaku.
"Uh begini Risa kupikir sudah waktunya kita kembali ke kelas dosen sudah memanggil" balasnya.
"Benarkah?" aku pun mengecek ponsel ku.
Dan apa yang dikatakan Sivia benar dosen sudah memanggil kami pun akhirnya kembali ke kelas.
Beberapa menit sudah selesai, dan kini kuliah pagi sudah selesai kami bisa kembali ke rumah sana istirahat.
Berharap sih tidak ada kuliah sore, soalnya terkadang pasti dosen minta kami kumpul ke kelas sore nanti.
Kalau bisa besok aja seperti itu jangan sekarang, aku berjalan dan keluar dari kampus ini.
Di gerbang, aku mencoba untuk memesan Drive ya aku masih ada sedikit uang untuk Drive ini.
Hingga tiba-tiba saat aku ingin memesan entah bagaimana aku merasa, ada seseorang yang menghampiriku.
"Risa" panggil Seseorang.
Dari suara ini aku bisa mendengar suara tidak asing aku pun melihat ke belakang dan membatalkan pesanan Drive ku.
Saat ku lihat belakang aku terkejut rupanya dia.
Dia pun langsung memelukku.
"Wah hei Sivia apa yang kau lakukan?" bingungku.
Dia pun melepaskan pelukannya dariku, lalu dia merangkulku.
"Tidak apa-apa aku hanya ingin mengajakmu saja untuk pergi ke cafe" balasnya.
"Cafe?" jawabku.
"Iya cafe kau tau karena sekarang kita sudah pulang, atau bisa dibilang istirahat jadi kita ke cafe, bagus loh buat nenangin diri dari tugas" balasnya.
"Mungkin lain kali saja aku lagi tidak bisa" balasku.
"Tidak bisa memangnya kenapa?" tanyanya.
"Lagi gak bisa aja, sudah ok aku ingin kembali ke rumah dah" balasku dan melepaskan rangkulannya dariku.
Aku pun melanjutkan perjalanan kembali ke rumah, namun tiba-tiba ada sebuah tangan yang menahan ku.
Ini sudah jelas kalau Sivia yang menahan ku,
Aku pun menghadap ke belakang dan seperti kuduga itu memang dia aku sudah tau itu, seperti nya aku tidak bisa kabur.
"Kalau kau lagi tidak bisa, kasih alasan yang jelas jangan malah lari" ucapnya dengan sinis.
Melihatnya seperti itu mau tidak mau aku harus jujur, ah.
"Baik-baik sebenarnya aku lagi tidak bisa karena malas saja, aku ingin istirahat di rumah bukan malah nongkrong di cafe" balasku.
"Hmm ya ampun kau ini Risa, memang suka banget menyendiri iya padahal kalau nongkrong bareng teman itu bagus dibanding kau di rumah" balasku.
"Tunggu kau bilang kita teman?" bingungku mendengar jawaban Risa.
"Yap memangnya kenapa?" jawabnya.
"Yang benar saja hei siv kita ini belum kenal lama loh, akrab aja kek juga belum dan kau sudah menganggap ku teman kau pasti bercanda kan?" ucapku.
"Untuk apa aku bercanda hei Risa, seorang teman itu gak harus akrab juga, memang sih aku tau teman itu gak harus akrab, teman itu orang yang selalu mendampingi mu bahkan di saat kita baru berkenalan seperti ini" jawabku.
"Sejujurnya aku tidak begitu tau apa pengertian dari pertemanan itu, karena istilah teman itu berbeda-beda kan banyak orang yang mengartikannya cukup berbeda pendapat, tidak semua orang punya pendapat sama kan?" tambahnya.
"Memang sih tidak semua orang punya pendapat yang sama, tapi tetap saja ini aneh memangnya kau mau berteman denganku, aku ini kan pendiam jarang sekali berbicara, udah gitu orangnya gak asik aku takut kau akan menyesal" balasku.
"Apa masalahnya aku tidak menyesal kok, hei Risa baik dirimu pendiam atau apapun itu kau tetaplah kau, seharusnya kau bangga pada dirimu sendiri" balasnya dan menepuk pundakku.
"Bangga pada diriku sendiri, memangnya apa yang bisa kubanggakan dari diriku?" bingungku.
"Iya itu hanya kau bisa menemukan nya, aku tidak bisa membantumu untuk menemukan itu karena hanya dirimu sendiri yang tau" jawabnya.
"Begitu rupanya sayang sekali" gumamku.
"Sudahlah jadi kau mau ikut atau tidak ke cafe, bersama ku kalau tidak gapapa kok aku juga gak maksa kalau kamu memang tidak bisa ataupun gak mau" balasnya.
Kalau boleh jujur aku ingin sekali untuk pergi ke cafe, apalagi bersama teman.
Dari ku kecil aku tidak bisa merasakan apa itu pertemanan, itulah kenapa aku tidak tau bagaimana rasanya.
Dan untuk pertama kali nya ada seseorang yang menganggap ku sebagai teman, tanpa sadar aku pun tersenyum.
"Uh Risa kenapa kau tersenyum seperti itu?" bingung Sivia.
"Uh tidak apa-apa kok, uh aku ikut aku rasa kau benar jika aku di rumah doang itu cukup membosankan, mungkin nongkrong di sana dan mengobrol itu cukup menyenangkan" balasku.
"Begitu rupanya ok deh kalau gitu yasudah Risa, kau ikuti aku saja cafe agak cukup jauh sih dari campus" balasnya.
"Cukup jauh tapi gak jauh banget kan, soalnya aku cukup malas kalau jauh banget" balasku.
"Enggak kok gak jauh amat kau ikut saja aku ok" jawabnya.
"Baiklah" balasku.
Sesuai apa yang diminta Sivia aku pun hanya mengikutinya, jujur saja aku juga ngikutin perkataannya dia karena aku tidak tau di cafe mana.
Di perjalanan, lewat lapangan, jalan raya, dan lainnya kalau dilihat-lihat yang dikatakan Sivia memang benar cafe ini cukup jauh.
Bahkan sampai kami melewati gang, entah sampai kapan kami sampai.
Setelah beberapa menit akhirnya kami sampai di cafe tersebut.
"Yap kita sudah sampai" kata sivia.
"Bagaimana Risa gak jauh banget kan?" tanyanya.
"Kata siapa gak jauh banget, ini tuh jauh banget tau uh rasanya aku mau pingsan" kataku dan langsung terjatuh.
"Hei Risa jangan tidur di jalan seperti itu" balasnya.
"Aku capek tau, kita pergi lumayan jauh hanya untuk pergi ke cafe hampir kelelahan tulang kakiku tau tidak" balasku.
"Tapi gak harus kau tidur seperti itu di jalanan seperti ini juga Risa, kalau kau capek kau bisa duduk saja di cafe nanti atau di bangku sana kan lebih baik" balasnya dan menunjuk bangku di sana.
Aku pun melihat bangku yang ditunjukkan oleh Sivia, gak jauh amat sih itu bangku dekat taman sini aku baru tau kalau di seberang cafe ini ada taman.
"Kau benar sih memang lebih baik duduk di bangku sana" balasku.
"Iya kan jadi sampai kapan kau tidur di jalan seperti ini" balasnya.
Sivia pun mengulurkan tangannya.
"Iya sih aku gak bisa lama terus disini apalagi ini cukup memalukan" balasku dan meraih tangannya.
Dan tidak lama setelah itu aku berdiri, dan saat kulihat bagian belakang bajuku cukup kotor jadi aku pun menepuk bagian belakang ku dan membersihkannya.
"Ya ampun bajuku cukup kotor seperti ini, ah aku setelah balik aku harus mencucinya nih" kataku.
"Salah kau sendiri pakai tidur di jalan segala sudahlah, lagipula tidak kotor amat kan itu udah lumayan bersih kok ayo kita masuk ke dalam" balasnya.
"Ok" jawabku.
Aku pun dan Sivia masuk ke dalam cafe, itu sesampainya di dalam cafe aku melihat cafe disini cukup luas.
Tidak cukup ramai sih di cafe sini, sama saja seperti cafe seperti umumnya mungkin karena hari biasa kali iya makanya sepi.
Aku sempat berpikir seperti itu sih.
"Uh jadi kita akan duduk di mana?". tanyaku.
"Itu di meja 11" jawab Sivia dan menunjuk meja di sana.
Iya cukup di ujung sih tapi justru ini yang kusukai karena tidak terlalu mencolok juga.
"Oh ok" ucapku.
Kami pun pergi ke meja sana, sesampai nya di meja sini aku pun langsung segera duduk, begitupun Sivia.
Rasanya cukup aneh sih di cafe, ini terlebih lagi dengan seorang cewek seperti Sivia ini.
Meski wujudmu berubah tetap saja aku adalah aku, namun di samping itu fakta aku bisa ke cafe bersama seseorang itu hal gak disangka juga.
"Baiklah uh Risa kau ingin memesan apa?" tanya Sivia.
"Aku hmm kopi hitam saja deh" ucapku.
"Oh begitu rupanya baiklah, kalau begitu Mba" panggil Sivia ke mbak cafe.
Mbak tokoh cafe pun menghampiri meja kami.
"Uh iya kalian ingin memesan apa?" tanya mbak cafe itu.
"Kopi hitam dua, sama roti bakarnya satu itu saja" balasnya.
Mbak tokoh cafe itu pun mencatat pesanan kami, entah bagaimana melihat mba cafe seperti ini rasanya cukup aneh mungkin karena aku jarang keluar rumah.
"Baik dua kopi hitam, dan satu roti bakar akan disiapkan" jawab mbak itu dan pergi.
"Uh roti bakar memangnya untuk apa?" tanyaku ke Sivia.
"Hmm itu tentu saja buat cemilan saja, meminum kopi dan mengemil roti bakar lumayan enak loh" jawab Sivia.
"Benarkah?" kataku dengan tidak yakin.
"Tidak juga sih pendapat orang kan berbeda-beda ini kan pendapatku sendiri saja, ngomong-ngomong aku tidak menyangka Risa kalau kamu menyukai kopi hitam, padahal pahit loh" balasnya.
"Walau pahit itu justru cita rasa yang kusuka dari kopi hitam, terlebih lagi dengan harumnya, biasanya ya kalau kita meminum kopi itu bisa menenangkan diri" balasku.
"Eh begitukah?, hmm harus aku akui sih minum kopi bisa membuat tenang" jawab Sivia.
"Nah kan kopi itu memanglah hal yang membuat kita bisa rileks, tapi meski begitu jangan sampai meminum kopi di malam hari" balasku.
"Itu semua orang juga tau sih karena pengaruh kopi bisa membuat mata kita melek dan mungkin kita tidak akan bisa tidur dan malahan jadi bergadang" balasnya.
"Hehe begitulah" jawabku.
Kami pun saling mengobrol satu sama lain, jujur saja entah kenapa ini semua menyenangkan.
Waktu pas kami ngobrol juga tidak terasa, sampai pesanan itu datang.
Mbak cafe itu meletakkan pesanan di meja kami.
"Terima kasih" ucap Sivia.
Setelah Sivia mengucapkan itu mbak itu langsung pergi dari meja kami.
Aku pun mengambil kopi hitam ku dan menyeruputnya.
"Eh kau tidak diaduk dulu apa?" tanya Sivia melihat ku menyeruput kopi
Aku pun melepas seruput dari kopi ini, dan menaruh gelas kembali di meja.
"Uh memangnya wajib diaduk?" tanyaku.
"Gak sih" balasnya.
"Nah kan gak wajib kan, jadi apa masalahnya lagipula kalau diaduk menurutku citra rasanya cukup berbeda, tapi ini menurut pendapat ku saja" balasku.
"Uh ok" jawabnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!