...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...
Sunjaya, keluarga kaya yang memiliki sejarah panjang. Penuh pengorbanan dan penuh dengan pertarungan.
Keluarga ini dimulai dari seorang pemuda pengembara bernama Sunjaya. Ia hanya seorang pemuda biasa, berkelana ke sana kemari mencari pekerjaan. Sunjaya akan mengerjakan apapun, lalu pulang saat uangnya terkumpul.
Suatu hari, Sunjaya bersama teman-temannya yakni Lamesiuos dan Gelliodes. Ketiganya mendapat berita bahwa di sebuah pulau terdapat harta karun, siapa yang tidak tergiur dengan hal itu? Ketiga pemuda itu lantas memberanikan diri mengunjungi pulau tersebut.
Tidak mudah, banyak rintangan yang harus dilalui ketiganya. Dimulai dari hutan yang penuh dengan binatang buas kemudian masuk ke lembah beracun. Mereka lalui semuanya dengan penuh semangat, mereka bertekad kuat untuk merubah nasib mereka.
Tak ada peta, mereka hanya dibekali alamat oleh sang pembawa kabar. Diketahui harta karun tersebut bersembunyi di sebuah gua setelah melewati lembah beracun, gua tersebut tersembunyi di balik air terjun. Sebuah jembatan batu mengantarkan mereka masuk ke dalam air terjun, mereka mendapatkan gua yang mereka cari.
Saat melangkahkan kaki masuk ke dalam, keadaan gelap. Semakin dalam melangkah, secercah cahaya terlihat, dan mereka berjalan lebih dalam, seketika semua terdiam. Pemandangan indah di depan mereka menghilangkan rasa lelah mereka, perjuangan mereka tak sia-sia.
Mereka menemukannya, sebuah gua yang penuh dengan berlian, kristal dan batu ruby. Mereka saling berpelukan, senang dan terharu. Mereka tidak menyangka akan mendapatkan begitu banyak batu permata.
Mereka menyepakati suatu hal yaitu, Berlian putih melambangkan Sunjaya. Kristal ungu melambangkan Lamesious, dan Ruby merah melambangkan Gelliodes.
Hingga keturunan mereka, dan mereka menggunakan permata tersebut sebagai lambang keluarga mereka. Kejayaan mereka dimulai saat pulang dari gua tersebut, mereka menetapkan gua itu sebagai milik mereka.
Sekian lama mereka mendapatkan kejayaan, suatu hari kehancuran datang. Berbagai pihak mencoba merebut alih pulau tersebut, sebelumnya tak ada yang tau letak harta karun itu. Mereka menyembunyikannya, dan sang pembawa berita itu juga telah menghilang. Namun, mereka keheranan mengapa ada pihak yang mengetahui pulau itu.
Pertarungan terjadi, memperebutkan pulau tersebut. Tiga sekawan bersatu melawan mereka, tentu ketiganya telah mempersiapkan segalanya. Mereka telah menduga akan ada pihak yang mencoba merebut pulau tersebut, maka mereka menciptakan sebuah organisasi gelap. Mafia, itulah sebutannya. Di balik perusahaan yang berjaya, terdapat anggota mafia di dalamnya.
Setelah berhasil mempertahankan pulau, mereka menutup pulau tersebut dengan menyebarkan berita bahwa pulau tersebut berbahaya. Terdapat gas beracun yang disebabkan oleh ledakan nuklir, juga binatang buas telah menggila dan menjadi kuat sehingga mereka takut untuk mengunjungi pulau tersebut.
Hingga saat ini, keberadaan pulau itu masih ada. Namun tak ada yang tau letak pulau tersebut, dan juga tidak ada yang berani mengunjungi pulau itu.
Sejarah Lamesious berakhir, keturunan terakhir yaitu Violet Lamesious ia tinggal bersama dengan Ardiaz Sunjaya namun ia telah lama meninggal dunia. Peninggalan Lamesious disembunyikan di gua yang ada di pulau terlarang itu.
Sementara Gelliodes, mereka masih ada namun hidup bersembunyi. Mereka jarang muncul ke publik, dan menutup identitas mereka.
Yang tersisa hingga saat ini hanya keluarga Sunjaya. Keturunan saat ini yaitu Xander Victor Sunjaya dan Xavier Vijendra Sunjaya.
Mungkin saja kejayaan Sunjaya akan berakhir, mungkin ....
...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...
Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan like, vote dan komen ya^^
...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...
"Aku tidak bisa mengatakan betapa aku mencintaimu, tapi aku bisa menunjukkan cintaku dengan mudah."
- Xander Victor Sunjaya
"Seribu kali bahkan berjuta-juta kali akan aku katakan bahwa aku sangat mencintaimu, mudah bagiku untuk mengatakan dan menunjukkan cintaku."
- Xavier Vijendra Sunjaya
...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...
"Yuk bro, kita ma'em!" ajak Arka.
"Kiw lah, laper gue," jawab Vian.
Lantas mereka semua pergi menuju kantin sekolah, saat tiba suasana kantin begitu ramai. Namun mereka tidak kehabisan tempat, karena tempat mereka tidak pernah ada yang mendudukinya.
Mereka berjalan menuju meja mereka, mereka duduk di kursi masing-masing.
"Kalean mau makan opo?" tanya Vian.
"Kayak biasa aja lah," jawab Nean.
"Oh, okelah. Vier! Bantuin gue yok!" ajak Vian.
"Ogah,"
"Eh, bego! Hari ini bagian lo yang mesen!" marah Nean.
"Iye, iye. Bawel bet," jawab Xavier.
Xavier bangun dari duduknya lalu melangkahkan kaki menuju stand makanan, Vian, Nean, dan Arka tertawa terbahak-bahak. Sementara Xander melirik dengan aneh ketiga temannya, lalu dia mengikuti arah pandang ketiganya. Xander menahan tawanya dengan menggelengkan kepala.
"Woy Xavier!" panggil Arka.
"Apaan?" Xavier berbalik.
"Lo ngompol?" tanyanya dengan diiringi tawa kedua temannya.
"Hah? Gue kagak ngompol," ucap Xavier dengan tangan yang memeriksa bagian belakangnya.
Seketika Kedua matanya membulat seperti akan keluar. "Sialan," umpatnya.
"HAHAHAHA!!" ketiga temannya tertawa brutal.
"Rasain lo! Makanya jangan macem-macem ama gue!" ujar Kanaya yang tak jauh dari keberadaan The Dark Boy.
Tania ikut tertawa melihat Xavier. "Lo emang gila Kana, berani bener lo!" ujar Tania.
...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...
"Jangan kejar gue, plis!" mohon Kanaya dengan tetap berlari.
"Ogah!" jawab Xavier.
DRAP
DRAP
DRAP
DUG
GREP!
Kanaya berlari sambil melihat ke belakang tanpa tahu siapa di depannya, Kanaya menabrak Xander alhasil Xander memeluk Kanaya.
"Ugh ...." Kanaya mendongak.
"Lo?!" pekik Kanaya kaget.
"Woy Kanaya!" Xavier tiba di depan keduanya dengan nafas terengah. "Xan, kasih Kanaya ke gue!" ucapnya.
Xander mengangkat sebelah alisnya lalu tersenyum samar. Xander menekan kepala Kanaya ke dadanya, membuat pasang mata di sekitar melotot kaget.
Wangi ... what? Apa yang gue pikirin?! Batin Kanaya.
"Lepasin gue!" Kanaya mencoba melepaskan diri, namun pelukan Xander begitu kuat.
"Lo pergi aja, biar gue yang hukum cewek ini!" ujar Xander.
Gila! Kalo dia yang ambil alih, bisa mati gue! batin Kanaya.
"Lo? Hukum dia?" tanya Xavier ragu.
"Kenapa?" tanya balik Xander.
"Kagak, yodah lah. Ambil aja, gue capek mau ke kelas," ucap Xavier. "Tolong, Ya Xan!" Setelahnya Xavier berbalik pergi dari keduanya.
"Lepas!"
Xander melepaskan Kanaya dari dekapannya.
"Lo mau bikin gue mati, ya?" pekik Kanaya marah. Kanaya menghela nafas panjang. "Oke, gue nyerah! Sekarang, lo mau gue ngapain?"
"Hmm?" Xander mengangkat alisnya, ia berjalan mendekati Kanaya.
"A-apa?" tanya Kanaya, melangkah mundur.
"Seandainya gue nyuruh lo untuk lompat dari gedung sekolah sebagai hukuman, apa lo bakal lakuin itu?" tanya Xander penuh intimidasi.
"L-lo gila? Lo nyuruh gue bunuh diri?" tanya Kanaya kesal.
Xander mengangguk kecil.
Xander terus melangkah maju, sementara Kanaya melangkah mundur. Kanaya tidak menyadari adanya lubang kecil, dengan pilar dibelakangnya.
"L-lo ngapain deketin gue? Cepetan ngomong, apa mau lo?!" kesal Kanaya.
"Lo cowok an-" Kanaya menginjak lubang itu hingga membuatnya kehilangan keseimbangan. Kanaya terjatuh ke belakang dan Kanaya tidak menyadari kehadiran sebuah pilar.
"Ahh ...."
Xander menarik tangan Kanaya, mendekapnya dengan erat, melindungi kepalanya dengan tangan agar tak terbentur pilar.
Kanaya memejamkan mata, aroma parfum Xander membuatnya membuka mata.
"Hati-hati," bisik Xander.
...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...
...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...
06.00 WIB
Jakarta, Kediaman Sunjaya.
TOK
TOK
TOK
"Vier? Kamu udah bangun belum?" panggil seorang ibu.
Karena tak mendapat jawaban, sang ibu memilih masuk ke kamar. Betapa terkejutnya ia melihat kamar sang putra yang berantakan, ia juga melihat putranya tidur dengan tak menentu arah. Bantal di kaki, sementara kepala berada di ujung kasur, jangan tanya selimutnya karena sudah jelas berada di bawah.
"Astaga anak ini, Xavier bangun! Udah siang ini, kamu bisa telat ke sekolah!" ujar sang ibu sambil menggoyang pelan tubuh putranya.
"Emmhh ...." Xavier menggeliat. "Bentar lagi Mi, nanggung nih!" ucapnya.
"Mau sampai kapan, hm?"
"5 menit lagi Mi," jawabnya.
"Gak! Cepet bangun, nanti kamu telat!"
Sang ibu berjalan ke jendela untuk membuka tirai, membiarkan cahaya masuk mengganggu tidur Xavier.
"Bangun Xavier!"
"Iya, iya. Xavier bangun!" pemuda itu lantas duduk di atas kasur.
"Sana mandi, abis itu sarapan! Mami mau bangunin kakak kamu dulu,"
"Iya, Mami-ku tersayang."
Sang ibu menggeleng pelan, lantas melangkahkan kaki keluar dari kamar Xavier.
Langkah kakinya berhenti di depan kamar sang putra pertama, ia mengetuk pintu seperti sebelumnya.
"Ander? Kamu udah bangun, sayang?" panggilnya.
Tidak ada jawaban, sama seperti Xavier. Maka ia melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar putranya itu. Saat masuk, aroma wangi segar menyeruak masuk kedalam indra penciuman sang ibu.
Kamar putra pertamanya itu terlihat rapi dan wangi, sang ibu tersenyum. Ia melangkah menuju jendela, membuka tirai jendela. Terdengar rincikan air dari dalam kamar mandi, sang ibu menunggu sembari menatap keluar jendela.
KLAK
"Ma? Mama di sini?" ujar sang putra saat ia keluar dari dalam kamar mandi.
Ibundanya menoleh, melihat penampilan putranya yang rapi memakai seragam sekolah. Rambutnya masih basah, ia mengusapnya dengan handuk kecil.
"Anak Mama udah siap," ujarnya membantu sang putra mengeringkan rambut.
"Ma," sang putra menghentikan lengan ibunya. "Xander bukan anak kecil lagi, Xander bisa lakuin itu sendiri!" ujar sang putra.
"Bagi Mama, kamu sama Xavier tetap anak kecil!" jawabnya. "Ya sudah, kalo kamu udah selesai siap-siap, nanti pergi sarapan. Oke?" Yunda menurunkan lengannya dari kepala Xander.
"Iya Ma," jawab Xander.
Sang ibu hendak meninggalkan kamar Xander, namun tiba-tiba Xavier masuk ke dalam dengan terburu-buru.
"Xan! Pinjem parfum!" ucapnya cepat tanpa menyadari kehadiran sang ibu.
"Minjem atau minta lo?" sahut Xavier.
"Sama aja lah!" Xavier bergegas menuju meja kecil yang terdapat botol parfum.
Ia menyemprotkan dengan begitu banyak hingga menusuk hidung.
"Xavier, jangan banyak-banyak. Bukannya wangi malah jadi bau nanti," ujar sang ibu dengan menutup hidung.
"Eh? Mami disini," Xavier menoleh lalu bergegas menghampiri.
"Vier nggak liat Mami tadi, maaf ya." Xavier memeluk ibundanya itu.
"Vier lepasin Mami, baju kamu bau banget. Bikin Mami sesak, tau!"
Xavier melepaskan pelukannya lalu menyeringai, menunjukan barisan gigi putihnya.
"Sorry Mom!"
"Kamu ini, mau sekolah atau kemana sih pake parfum sebanyak itu?" tanya Yunda.
"Biasa Ma, dia mau godain cewek-cewek disana," jawab Xander sambil menyemprotkan parfum pada area lengan.
"Dasar! Sebenernya kamu keturunan siapa sih? Kok beda jauh sama Papi kamu!" omel sang ibu.
"Mami, sifat Vier udah gini dari dulu. Mungkin karena ajaran sesatnya om Jarvis!" jawab Xavier.
"Dasar! Udah, sekarang kalian pergi ke meja makan, kita sarapan bareng!" uang ibu berjalan duluan keluar dari kamar Xander.
Xavier menyusul ibunya, lalu diikuti Xander.
Xavier dan Xander adalah saudara kembar, Xavier hanya berbeda 10 menit dari Xander. Meskipun mereka kembar, namun sifat mereka jauh berbeda.
Xander Victor Sunjaya, memiliki sifat dingin seperti ayahnya.
Xavier Vijendra Sunjaya, memiliki sifat jahil, bobrok, dan suka menggoda wanita. Tidak ada yang tahu dari siapa sifatnya itu, yang jelas ajaran Jarvis (asisten papa-nya) lah penyebabnya.
...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...
Sesampainya di meja makan, Xander dan Xavier duduk berdampingan. Xander di sebelah kiri kursi utama, sementara Xavier duduk di samping Xander.
"Ma, dimana papa?" tanya Xander.
"Papa kamu pergi pagi-pagi," jawab Sang ibu.
"Kemana Mi?" tanya Xavier.
"Ke luar negeri,"
"Ngapain papi ke luar negeri?"
"Mami juga gak tahu, katanya sih dia ada urusan di sana," jawab sang ibu.
Ibu Xander dan Xavier, yaitu Ayunda duduk di kursinya dengan wajah murung. Ia tengah memikirkan suaminya, karena ditinggal mendadak ke luar negeri. Yunda berdoa semoga suaminya baik-baik saja.
"Ma, jangan pikirin papa. Dia pasti baik-baik aja," ucap Xander.
"Bener tuh Mi, Mami jangan pikirin papi terus. Kalo Mami pikirin papi, entar papi malah gak tenang di sana," sahut Xavier.
Yunda tersenyum. "Iya, sayang. Anak-anak Mama memang anak yang baik,"
Selesai sarapan, Xander dan Xavier pamitan pada Yunda untuk pergi sekolah. Xander mengendarai mobil sport berwarna biru tua, sementara Xavier mengendarai motor besar berwarna hitam miliknya.
Kedua kendaraan itu melaju di jalanan kota dengan leluasa, saat hendak tiba di gerbang sekolah, muncul sebuah mobil melaju menjajarkan posisinya dengan Xander. Lalu, dua buah motor besar ikut melaju menjajarkan posisinya dengan motor Xavier.
Kelima kendaraan itu memasuki wilayah sekolah, membuat semua pasang mata memandang mereka. Para wanita bersorak gembira, mereka berteriak-teriak memanggil-manggil nama mereka. Sementara para pria, menatap iri kelima kendaraan itu, tentu pada si pemilik kendaraan.
"Mereka lagi," gumam seorang gadis.
"Kenapa? Mereka pantes kok diteriakin gitu," sahut temannya.
"Ya pantes sih, cuma salah satu dari mereka selalu bikin ribut sama gue!" ucap gadis itu.
Kanaya Zyva Trivara. Seorang gadis cantik yang berasal dari keluarga kaya, Trivara. Dan teman yang bersamanya yaitu Tania Alzahra.
Kana dan Tania berada di koridor atas gedung, melihat gerombolan siswi keluar dari gedung kelas untuk melihat kelima Most Wanted itu.
Kelima kendaraan itu berhenti di parkiran, Xander keluar dari mobil dengan tas yang ia sandang di bahu. Kemudian seorang pria keluar dari mobil merahnya, ia adalah Savian Alteza, pewaris tunggal keluarga Alteza.
Sementara itu, Xavier membuka helmnya lalu turun dari motor. Ia mengibaskan rambutnya, menyisirnya ke belakang membuat para wanita semakin berteriak heboh.
Lalu kedua pria di sampingnya melakukan hal yang sama. Mereka adalah Neandro Sabian dan Arka Revano. Nean berasal dari keluarga mata-mata terkenal, sementara Arka ia merupakan keturunan dari keluarga Jepang.
Kelima pria tampan itu selalu bersama dimana-mana, mereka disebut sebagai The Dark Boy.
"Oy bro!" Savian mengangkat lengan.
"Hey bro!" Neandro menyambut lengan Savian, keduanya ber-tos ria.
"Gilak sih, masih banyak juga yang suka ama kita!" ujar Arka tak percaya.
"Gimana nggak? Kita punya ketua kayak Xander," jawab Nean.
"Eh bro! Mereka bukan neriakin Xander," Xavier merangkul Nean dan Vian. "Mereka neriakin gue!" lanjutnya dengan bangga.
Xander menggelengkan kepalanya.
"Vier! Lo jangan kepedean jadi orang!" ucap Arka sambil menepuk bahu Xander.
"Denger teriakan mereka,"
"XANDER!!"
"XANDER I LOVE YOU!!"
"XANDER PACAR GUE!!"
"Eh, lo! Jangan ngaku-ngaku lo, ya!" ujar salah siswi tak suka.
"Biarin, suka-suka gue lah!" jawabnya
"Xander, aku padamu!" ucapnya lagi sambil menunjukan hati dengan tangannya.
"Eh! Xander milik gue!" ujar yang lain.
"Enak aja! Xander itu milik gue!"
Mereka terus berebut hingga bertengkar sampai saling menjambak rambut.
"Gila! Fans lo banyak bener Xan!" ujar Vian merasa ngeri sendiri.
"Yaelah, banyakan fans gue kali!" sahut Xavier tak terima.
"Gue gak peduli," ucap Xander lalu berjalan mendahului teman-temannya.
"Oy! Tungguin ngapa!" ucap Nean.
Lantas semua temannya menyusul Xander menuju kelas.
Jam pelajaran dimulai, namun tak ada guru yang masuk hari ini, maka dari itu seluruh murid kelas ribut tak terkendali. Xander duduk diam sambil memperhatikan ponselnya.
Hingga bel istirahat berbunyi, semua kelas bersorak gembira lalu berhamburan keluar kelas menuju kantin.
"Yuk bro, kita ma'em!" ajak Arka.
"Kiw lah, laper gue." Jawab Vian.
Lantas kelima pria tampan itu pergi menuju kantin sekolah, saat tiba suasana kantin begitu ramai. Namun mereka tidak kehabisan tempat, karena tempat mereka tidak pernah ada yang mendudukinya.
Mereka berjalan menuju meja mereka, mereka duduk di kursi masing-masing.
"Kalean mau makan opo?" tanya Vian.
"Kayak biasa aja lah," jawab Nean.
"Oh, okelah."
"Vier! Bantuin gue yok!" ajak Vian.
"Ogah,"
"Eh, bego! Hari ini bagian lo yang mesen!" marah Nean.
"Iye, iye. Bawel bet," jawab Xavier.
Xavier bangun dari duduknya lalu melangkahkan kaki menuju stand makanan, Vian, Nean, dan Arka tertawa terbahak-bahak. Sementara Xander melirik dengan aneh ketiga temannya, lalu dia mengikuti arah pandang ketiganya. Xander menahan tawanya dengan menggelengkan kepala.
"Woy Xavier!" panggil Arka.
"Paan?" Xavier berbalik.
"Lo ngompol?" tanyanya dengan diiringi tawa kedua temannya.
"Hah? Gue kagak ngompol," ucap Xavier dengan tangan yang memeriksa bagian belakangnya.
Kedua matanya membulat seperti akan keluar, "sialan!" umpatnya.
"HAHAHAHA!!" ketiga temannya tertawa brutal.
"Rasain lo! Makanya jangan macem-macem ama gue!" ujar Kanaya yang tak jauh dari keberadaan The Dark Boy.
Tania ikut tertawa melihat Xavier.
"Lo emang gila, Kana. Berani banget dah," ucap Tania salut.
...❖━━━━━▷◆❃◆◁━━━━━❖...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!