NovelToon NovelToon

Suddenly We Got Married [ Zhong Chenle ]

Unexpected Boss

"Mel..."

Karamel baru saja akan menyuapkan nasi goreng ke mulutnya ketika Chenle menggedor pintu apartemen nya dengan tidak etis.

Gadis itu mendengus, ingin sekali mengabaikan bos nya itu tapi karena dia masih menyayangi pekerjaannya akhirnya mau tidak mau dia meninggalkan meja makan.

"Ini masih pagi Zhong Chen... HEY KAU GILA??" Karamel melotot melihat penampilan Chenle. Lelaki itu berdiri di depan pintu apartemennya dengan hanya mengenakan selembar handuk untuk menutup area bawahnya.

"Ikut aku." Kata Chenle.

Lelaki itu menarik tangan Karamel dan masuk ke unit sebelah. Ya, mereka bertetangga.

"Kenapa?"

"Yue ngga mau mandi denganku. Dia maunya kamu yang mandiin."

'Astaga selalu saja begini.'

"Ga ikut bikin anak tapi ikutan repot." Karamel menggerutu.

"Ga usah ngomel, kalau kamu mau anak dari aku besok kita bikin."

"Oww..ow.. sorry Presdir Zhong yang terhormat. I'm single and very happy." 

Chenle tersenyum tipis. Melihat Karamel yang berjalan ke arah kamar mandinya dan memeluk Chenyue yang menangis. Jika dipikir-pikir Bocah itu semakin lama semakin membangkang pada Chenle. Tapi sebaliknya dia sangat menurut pada Karamel.

Chenle menghela nafas panjang. Awalnya hidupnya tak serumit ini. Dia memiliki istri yang cantik dan pernikahan yang bahagia, bahkan kebahagiaan mereka hampir lengkap ketika mereka dikaruniai seorang putra.

Namun sayang, di hari yang sama dengan lahirnya Chenyue, istri Chenle meninggal. Pre-eklamsia penyebabnya.

Itu adalah hari dimana hidup Chenle mulai hancur.

4 tahun lamanya dia menduda dan menolak berhubungan dengan wanita. Chenle lebih mempriotaskan Yue dibanding apapun. Terlebih lagi Yue itu tidak suka pada wanita manapun yang berusaha mendekati papanya.

Mm.. yah... Kecuali Karamel Suh. Seorang gadis muda yang sudah 2 tahun menjadi sekertaris Chenle. Entah aura apa yang dimiliki gadis itu hingga bisa mengambil hati Yue yang kaku.

Bukan hanya itu saja, Chenle yang sudah menutup hatinya sejak kepergian istrinya akhirnya bisa kembali berteman baik dengan makhluk berjenis kelamin wanita.

Karamel orangnya asik, terutama saat di ajak berdebat. Itu adalah pendapat pribadi Chenle.

"Kenapa belum pakai baju?" Karamel keluar dari kamar mandi dengan menggendong Yue yang berbalut handuk.

"Mm.. iya." Seolah baru tersadar dari lamunannya, Chenle berjalan ke kamarnya sendiri untuk ganti baju.

Beberapa saat kemudian Chenle kembali dengan setelan jas formal yang biasa dia pakai, lelaki itu berjalan ke dapur untuk membuat kopi.

Karamel keluar tidak lama kemudian dengan menggandeng Yue.

"Papa, Yue ga mau sekolah." Bocah laki-laki berusia 4 tahunan itu duduk di pangkuan Karamel saat di meja makan.

"Ga boleh begitu, Yue harus sekolah."

"Yue maunya main sama Mama aja." Ketus bocah itu.

Karamel mengerutkan dahi, Yue memang sering memanggilnya dengan sebutan 'mama' tapi tetap saja itu membuatnya geli.

"Mama harus kerja Yue, nanti pulang sekolah Yue bisa main sepuasnya." Chenle mengambil sesuatu dari kulkasnya dan mulai menyalakan kompor.

Karamel memperhatikan itu. Ini bukan pertama kalinya dia melihat bos nya memasak tapi sampai saat ini dia masih merasa takjub. Dia saja yang perempuan tidak bisa memasak sehebat Chenle.

"Papa.."

"Hmm???" Chenle hanya bergumam ketika konsentrasinya hanya tertuju pada penggorengan.

"Boleh kan mama Mel tidur disini nanti malam."

"Hey... Yue.." Karamel mencoba memotong tapi Chenle langsung menyahuti.

"Boleh."

"Asiiik...."

"Tapikan.... Tapi... Tapi.."

"Turuti aja permintaan anakmu itu." Chenle terkekeh. Dia meletakkan 3 porsi telur tomat di atas meja sambil menatap wajah dongkol Karamel.

"Enak aja, dia anakmu bukan anakku."  Ketus Karamel.

"Mama ga sayang Yue ??? Huuaaaa...."

"E..eeh.. Yue.." Karamel mulai panik. Gadis itu memeluk Yue dan menepuk-nepuk punggungnya.

"Kan.. nangis kan..."

Sialnya Chenle justru tertawa tanpa memperdulikan putranya. Lelaki itu sibuk memakan sarapannya tanpa mau ambil pusing.

'kalau ada Karamel, semua pasti beres.' Itu menurutnya.

🌷🌷🌷

"Semuanya sudah selesai."

Chenle menoleh pada Karamel-sekertarisnya yang berdiri di depan meja kerjanya.

"Undangan, gedung pernikahan, dan daftar tamu undangan semua sudah di buat. Tinggal mencari gaun pengantin dan cincin saja, Pak Suho memintamu pergi dengan nona Shuhua siang ini." Jelas Karamel.

Chenle menghela nafas. Dia meletakkan bolpoin nya dan menautkan jemarinya. Lelaki itu tampak sangat terbebani dengan persiapan pernikahannya sendiri.

"Yeh Shuhua setuju?"

Karamel mengedikkan bahu.

"Saya masih mencoba menghubungi managernya. "

Chenle mengangguk. Dia mengambil bolpoinnya dan kembali pada lembar kerjanya. Namun sesaat kemudian dia berhenti dan menatap Karamel.

"Kita pergi sekarang."

"Ya??"

"Kita pergi ke tempat WO sekarang."  Ulang Chenle. Lelaki itu berdiri dan memakai kembali jas nya.

"Ta-tapi manager nona Shuhua belum menjawab."

"Kita beli saja secara random."

"Hey.. tuan Zhong.... Tuan Zhong.."

Chenle mengabaikan Karamel dan berjalan cepat keluar ruangan. Mereka pergi berdua saja ke galery seorang designer ternama tanpa supir. Chenle yang menyetir dan sepanjang jalan dia terus menyuruh Karamel diam.

"Pak... Saya tau bapak  ga suka perjodohan ini, tapi paling ngga seriuslah sedikit. " Karamel terus mengkritiknya dan itu membuat Chenle dongkol. Lelaki itu mendesah dan melototi Karamel.

Chenle memasang airpodnya dan mengabaikan Karamel. Lelaki itu berjalan masuk ke galery lebih dulu dan meninggalkan Karamel yang tergopoh-gopoh menyusulnya.

"Beri aku rekomendasi yang bagus. " Kata lelaki itu pada penjaga toko.

"Ukuran cincinnya tuan?"

Chenle melirik ke arah Karamel.

"Samakan dengan jarinya." Katanya acuh tak acuh.

"A-apa? kenapa aku??"

"Aku ga tau ukuran jari Shuhua." Chenle tampak tidak peduli muat atau tidaknya cincin itu untuk Shuhua.

"Lagipula dia ga akan datang." Lanjut Chenle.

Karamel hanya bisa menghela nafas dan menurut. Kehidupan cinta bos nya ini memang agak rumit. Sebenarnya dia juga tidak mau ikut campur, tapi Chenle selalu mengikutsertakan Karamel untuk mengurus semua hal termasuk kehidupan pribadi Chenle.

"Oh ya untuk gaunnya juga sesuaikan sama Karamel aja. "

"APA???" Karamel melotot pada Chenle.

"Tinggi Shuhua sama denganmu."

"Sebenarnya yang mau menikah ini siapa?? Kenapa semuanya aku yang harus mencobanya."

Bersambung....

Calon Suami Orang

"Bagaimana dengan gedung itu ?"

"Pemiliknya menolak menjualnya. Dia minta harga tinggi."

"Harga tinggi hanya untuk gedung usang??  Ini lucu." Kata Chenle sarkastik.

Karamel menghela nafas. Selalu saja seperti ini. Chenle itu orangnya ambisius, pengatur, pemaksa, mulutnya sangat tajam dan mood nya sulit di tebak. Itulah kenapa sebelum Karamel datang, posisi sekertaris Chenle selalu berganti-ganti.

Namun berbeda dengan Karamel, meskipun kadang dia lelah dan emosi menghadapi Chenle, tapi dia memilih bertahan. Apalagi alasannya kalau bukan karena gaji disini sangat tinggi.

"Jadi bapak mau menawar lebih tinggi atau bagaimana?" 

"Ga, cari tau tentang gedung itu dan pemiliknya, kita pakai kelemahan orang itu buat membuat tawaran lagi."

Ahh... Satu lagi yang Karamel lupa jabarkan. Zhong Chenle itu sangat licik.

"Maksudnya bapak mau mengancamnya?"

"Hey, itu terdengar buruk kalau di sebut mengancam. Kita kan cuma mau negosiasi dengan sedikit memojokkannya."

"Cih.. ga ada bedanya." Karamel menggerutu.

"Oh ya... Tentang foto prewedding mu, Nona Yeh Shuhua tidak punya waktu. Dia sedang ada jadwal shooting film." Karamel membuka tablet di tangannya untuk menilik sekali lagi tentang jadwal harian Chenle.

"Gampang, di edit aja fotonya. Lagipula aku malas ketemu dia. "

Chenle bersandar pada kursinya. Menoleh ke samping ke arah jendela kantornya yang mengarah langsung ke jalan raya kota Beijing.

Yeh Shuhua sebenarnya adalah sepupu jauh Chenle.

Chenle tidak tau kenapa kakeknya sangat ingin Chenle menikahinya. Tapi yang jelas mereka sama-sama tidak saling tertarik.

Disamping itu...

Yue sangat tidak menyukai Yeh Shuhua. Gadis itu sangat arogan dan tidak peduli pada anak-anak. Itu sebuah alasan yang masuk akal untuk Chenle menolak keras tentang pernikahan ini.

Tapi yah.... Apa boleh buat.

Kakeknya lah yang paling berkuasa di keluarga Zhong. Dia tak punya pilihan selain menerimanya mentah-mentah.

🌷🌷🌷

"Mel..."

"Ssstt..." Karamel mendesis dengan sedikit emosi.

Chenyue baru saja tidur tapi Chenle sudah tidak sabar dan memanggil namanya terus menerus sejak tadi.

Gadis itu bergerak perlahan, memisahkan tubuhnya dengan tubuh mungil Yue yang baru terlelap. Berharap bocah itu tidak akan terbangun dan mencarinya nanti.

Hari ini Yue sangat rewel. Dia terus menangis dan mencari Karamel sejak pulang sekolah. Semakin hari bocah itu semakin menempel pada Karamel, mungkin orang lain yang tidak kenal mereka akan mengira kalau Yue dan Karamel adalah ibu dan anak.

"Sudah tidur kan?" Chenle berbisik-bisik. Dia terlihat lega ketika Karamel mengangguk.

"Kenapa panggil-panggil?" Karamel menutup pintu kamar Yue perlahan-lahan dan mengikuti Chenle ke dapur.

"Aku lapar."

"Ya makan lah.."

"Kan nungguin kamu."

Alis Karamel bertaut.

"Kenapa gitu?"

Chenle mengedikkan bahu dengan acuh.

"Ga ada alasan lain."

Karamel duduk di salah satu kursi dan menunggu Chenle mengambil piring. Biarlah lelaki itu yang melayaninya hari ini karena saat siang Karamel sudah cukup lelah melayani Chenle.

Lelaki itu membeli 3 porsi besar steak dengan Wagyu kualitas terbaik. Mencium baunya saja sudah membuat air liur Karamel menetes.

"Ada perayaan apa nih? Kok makan daging?"

"Memangnya makan daging nunggu perayaan dulu?" Chenle mengiris dagingnya kecil-kecil sebelum memberikannya pada Karamel.

"Ya enggak. Aku pikir kau mau ngerayain pernikahanmu besok. Kau tau.. bridal shower.." dua alis Karamel bergerak naik turun.

'cih.. bridal shower apanya.' batin Chenle.

"Aku ga mau merayakan sesuatu yang ngga membuatku senang. "

Itu sudah jelas kan. Pernikahan Chenle dan seorang aktris terkenal bernama Yeh Shuhua itu memang dari hasil perjodohan. Chenle tidak menyukai Shuhua begitu juga sebaliknya.

Sampai detik ini pun Chenle tidak pernah bertemu lagi dengan Shuhua setelah pertemuan terakhir mereka saat tunangan.

Karamel makan dalam diam, tidak ingin membahas apapun dengan Chenle. Gadis itu hanya fokus mengunyah, dengan tatapan matanya yang sesekali menatap Chenle.

"Mel.."

Karamel sedikit terkejut ketika Chenle memanggilnya dengan tiba-tiba.

"Hmm?"

"Kamu tidur disini saja ya."

Alis Karamel langsung bertemu tanda kalau dia tidak setuju.

"Ga mau."

"Kenapa?"

"Takut ada yang salah paham."

Chenle memutar bola matanya malas. Sejak kapan Karamel peduli dengan hubungannya yang rumit?

"Shuhua ga akan peduli."

"Pokoknya engga."

Karamel buru-buru memakan steak nya sampai habis agar dia bisa cepat pulang. Hampir 24/7 dia bertemu Chenle dan itu sedikit membuat perasaannya terasa aneh.

"Aku pulang. "

"Hmm..."

...🌷🌷🌷...

Rasanya baru saja Karamel memejamkan mata tapi suara tangis seseorang sudah mengusik tidurnya lagi.

Gadis itu membuka matanya yang berat dan menemukan Chenle di dalam kamarnya yang remang. Lelaki itu menurunkan Yue di atas ranjangnya.

"Yue nyariin.." gumam Chenle.

Karamel sedikit menggeser tidurnya dan memeluk Yue.

"Yue kenapa nangis??"

"Mama jahat. Kenapa ninggalin Yue sendirian??" Bocah itu terisak dalam pelukan Karamel.

"Kan sudah ada papa."

"Yue maunya sama mama."

Karamel menghela nafas. Dia mengusap punggung Yue agar bocah itu berhenti menangis.

"Yaudah, malam ini mama peluk Yue sampai pagi ya."

Bocah 4 tahunan itu mengangguk dan mulai memejamkan matanya.

Melihat kedekatan Karamel dan putranya membuat Chenle tersenyum tipis. Lelaki itu ikut merebahkan diri di samping Yue dan mendapat tatapan tajam dari Karamel.

Karamel ingin sekali protes tapi dia menahan diri karena takut Yue kembali membuka mata. Pada akhirnya dia membiarkan Chenle berbaring di ranjangnya. Mereka tidur bersebelahan dengan Yue berada di tengah.

Tidak butuh waktu lama bagi Yue dan Chenle pergi ke alam mimpi. Terlihat dari bagaimana ayah dan anak itu mendengkur halus di tengah tidurnya.

Wajah damai Chenle sungguh merenggut perhatiannya. Setiap struktur wajahnya membuat Karamel terpikat. Tatapannya begitu menjerat, terkadang terkesan dingin, terkadang juga lembut. Sejujurnya Karamel sudah  terjerat oleh pesonanya sejak awal dia masuk kerja. Namun Karamel sadar diri. Chenle tidak menyukainya.

"Oh lihatlah...  besok sudah jadi suami orang tapi hari ini malah tidur di ranjang perempuan lain." Gumaman Karamel terdengar sangat lirih.

Gadis itu mulai memejamkan mata, berharap dia segera menyusul ke alam mimpi.

Namun siapa sangka, Chenle sebenarnya belum tidur, lelaki itu hanya memejamkan matanya saja. Mendengar gumaman Karamel membuat Chenle membuka mata dan tersenyum tipis.

"Terima kasih sudah mau menampung calon suami orang." Ujar Chenle. Karamel melotot seketika.

Bersambung....

Tiba-tiba...

Hari penting itu akhirnya tiba. Hari dimana harusnya Karamel cuti karena CEO perusahaannya akan melangsungkan pernikahan tapi malah dia di paksa masuk dan menemani Yue di ruang ganti pengantin pria.

Ini adalah pernikahan Chenle, tapi entah kenapa Karamel yang merasa gelisah. Sementara sang pengantin pria malah asik bermain game di sofa.

"Kamu tidak gugup??" Tanya Karamel dalam bahasa semi formal yang biasa dia lontarkan ketika ada di tempat umum bersama Chenle.

"Kenapa harus?"

"Ahh iya aku lupa kau sudah berpengalaman."

Benar, ini bukan pertama kalinya Chenle menikah. Suasana ini pasti sudah sangat familiar untuknya.

"Papa..." Panggil Yue. Bocah itu sudah badmood sejak pagi.

"Kenapa papa malah menikah sama orang lain? Kenapa ga sama mama?"

Tatapan polos bocah itu membuat Karamel bingung. Gadis itu menatap Chenle berharap lelaki itu akan memberikan putranya alasan yang logis, namun Chenle hanya diam dengan tatapannya yang kosong.

"Yue.. "

"PAPA JAHAT !!!! " Teriak Yue. Bocah itu menangis memeluk leher Karamel dan menyembunyikan wajahnya disana.

Rasanya Karamel juga ingin ikut menangis.

"Yue, jangan nangis ya.."

Yue menggeleng dan tetap terisak dalam pelukan Karamel.

Saat Karamel sibuk menenangkan Yue, seorang staff wo masuk ke ruangan dengan wajah panik.

"Ada masalah apa?" Chenle bisa dengan mudah membaca kegundahan orang itu.

"Semua tamu undangan sudah datang, tamu VIP dari keluarga besar juga sudah datang, tapi....."

"Tapi apa?"

"Pengantin Wanitanya kabur."

"APA ???"

Tamatlah sudah nama baik keluarga Zhong jika pernikahan ini di batalkan. Namun sebuah pernikahan juga tidak bisa di lakukan tanpa pengantin wanita.

"Bagaimana ini? Apa kita batalkan saja pernikahannya?"

Chenle menghela nafas lalu memijit pelipisnya pelan. Gerakan mata lelaki itu tiba-tiba saja mengarah pada Karamel yang diam memangku Yue.

"Mel... kau saja yang jadi pengantinnya."

"APA???"

"Cepat ganti baju." Kata Chenle.

"Jangan gila ya anda..." Karamel menaikkan nada suaranya.

"Ga ada pilihan lain, keluargaku ga mungkin membatalkan pernikahan. Mau di taruh mana wajah keluarga Zhong kalau pernikahan ini batal.

"Gimana kalau orang-orang tau? "

"Ya biarin aja, biar mereka tau kalau Shuhua kabur dan ga bertanggung jawab. "

Chenle berjalan mendekat ke arah Karamel.

"Yue turun dulu ya, mama mau di dandanin."

"Apa papa jadi menikah sama mama??"

"Iya sayang." Chenle menarik tangan Karamel begitu Yue sudah turun dari pangkuannya. Gadis itu jadi agak linglung sekarang.

"Ayo cepat."

"Hah??? Ka-kamu serius??"

"Iya. udah cepetan."

...🌷🌷🌷...

Suasana di ruangan itu tampak sedikit mencekam. Semua tetua keluarga Zhong berwajah muram kecuali Zhong Chenle. Lelaki itu justru baik-baik saja dengan pernikahannya seolah dia memang senang tidak jadi menikah dengan Shuhua.

Kemarahan keluarga Zhong berimbas pada putusnya hubungan kerja sama antara pihak keluarga Yeh dan keluarga Zhong. 2 keluarga terpandang di China itu mungkin akan jadi musuh mulai sekarang.

Suho-papa Chenle berdehem lalu melirik Karamel yang sedang memangku Yue. Bocah itu tertidur karena terlalu banyak menangis sebelum acara pernikahan.

"Yahh... setidaknya Yue sangat meenyukai sekertaris Chenle kan. Mereka terlihat dekat." Kata Suho berusaha memaklumi.

"Yue memanggilnya mama sudah sejak lama." Sambung Chenle. Itu membuat Karamel sedikit tidak enak. Bagaimana kalau tetua keluarga Zhong salah paham padanya ?

"Jika dipikir-pikir ini juga tidak buruk kan? Bukankah keluargamu tinggal di Chicago nona Suh? " Irene tersenyum, berusaha mencairkan suasana.

"I-iya."

"Kau harus segera memberitahu keluargamu agar kita bisa saling bertemu."

Karamel mengangguk lemah. Dia hampir melupakan keluarganya. Apa yang kira-kira akan dipikirkan papa nya ketika tau anak gadisnya menikah diam-diam??

Waahh..... Chenle benar-benar telah menjerumuskannya dalam masalah besar.

Karamel menunduk semakin dalam ketika kakek,nenek dan bibi Chenle pergi satu persatu dengan wajah masam. Meskipun papa dan mama Chenle terlihat menerimanya tapi Karamel tau mereka terpaksa.

"Jangan sedih, papa dan mama menyukaimu kok." Kun- kakak tertua Chenle menyemangatinya.

Karamel tersenyum dan mengangguk. Mereka semua sudah pergi dari kamar hotel tempat harusnya Chenle menghabiskan malam pertamanya dengan Shuhua. Namun yang terjadi sekarang malah Chenle berada disana bersama Karamel.

"Maaf..." Gumam Chenle. Tapi lelaki itu tidak tampak menyesal.

Chenle mendekat untuk mengangkat tubuh Yue dan memindahkannya ke ranjang. Lalu Dia kembali dan menatap Karamel yang masih merenung.

"Ga ada gunanya menyesal." Kata Chenle.

"Iya memang, ini gara-gara kau." Karamel mendengus sementara Chenle justru terkekeh.

"Wanita lain memperebutkan posisimu sekarang loh.. kenapa kamu malah cemberut? "

Lirikan tajam Karamel seolah menggambarkan betapa kesalnya gadis itu sekarang.

"Ya kenapa ga minta cewek lain aja buat jadi pengantinnya, kenapa harus aku?"

"Mau bagaimana lagi. Chenyue menyukaimu."

Karamel mendesah frustasi, tatapan matanya mengarah kebawah. Terlalu banyak kebingungan yang melintas di kepalanya dan membuatnya sulit menerima kenyataan.

Senyuman Chenle perlahan memudar, digantikan oleh tatapan simpatinya. Chenle mendekat, duduk di samping Karamel.

"Mel.." Chenle meraih kedua tangannya.

"Kau tau aku sangat memprioritaskan Yue kan? Yue ga pernah suka aku dekat dengan wanita lain. Sebaliknya dia sangat menyukaimu. "

Karamel mengangkat kepalanya. Melirik wajah Chenle yang sendu. Menunggu-nunggu kalimat selanjutnya yang akan lelaki itu ucapkan.

"Untuk itu, tolong bantu aku menjaganya..."

"Aku sudah membantumu selama ini." Karamel memotong. Chenle kembali menyahuti.

"Sebagai ibunya, bukan sebagai sekertarisku."

Karamel diam, menatap cahaya Dimata Chenle yang melembut. Baru pertama kali Karamel melihat tatapan Chenle yang seperti itu. Apakah tatapan itu memang Chenle tunjukkan padanya?

Ataukah itu insting alamiah karena dia sedang membicarakan putranya?

Karamel menghela nafas. Tidak percaya kalau dia akhirnya mengiyakan permintaan Chenle.

"Baiklah. Tapi...."

Kedua alis Chenle bertemu.

"Bagaimana dengan pekerjaanku?"

"Yaa.. seperti biasalah." Chenle berdiri dia masih memegang tangan Karamel.

"Ayo tidur, aku lelah." Katanya.

"Hmm?? Ranjangnya cuma 1." Karamel melirik Yue yang terbaring di ranjang lalu kembali menatap Chenle.

"Kita tidur bertiga seperti kemarin."

Entah kenapa Karamel merasa cemas. Karamel menggigit bibir bawahnya dengan alis saling bertautan.

"Ada Yue disini, aku ga akan macam-macam. Atau kalau kau mau kita macam-macam juga kita bisa lakukan disini." Chenle menyeringai. Karamel langsung menarik tangannya dengan kasar.

Meski terkadang galak tapi jika di luar kantor Chenle itu sangat suka menggodanya.

"Jangan aneh-aneh ya." Karamel memperingatkannya.

Karamel mengganti pakaiannya dengan Piyama lengan panjang, lalu merebahkan dirinya di ranjang. Chenle menyusulnya kemudian dan mereka berbaring bersebelahan dengan Yue berada di tengah.

"Mel..."

"Hmm??"

"Ayo kita ke Chicago besok."

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!