Cerita dimulai dari seorang pria tampan yang di penuhi luka di sekujur badannya, dan terikat di sebuah kursi, dalam sebuah bangunan tua yang tidak digunakan atau bangunan yang sudah lama ditinggalkan. Ia bernama Andres dan biasa dipanggil And, ia adalah seorang detektif terhebat di dunia.
Saat ini ia tinggal di Indonesia bersama keluarganya, namun ia telah ditipu oleh bosnya sendiri, di karenakan ia terlalu hebat dan sangat berbahaya, sebab itulah bosnya sendiri memutuskan untuk membunuhnya, agar And tidak membunuh bosnya sendiri suatu saat nanti.
*****
"Cepat katakan! Dimana kamu menyimpan jam saku itu?."
Tanya seseorang yang sambil memukulnya dengan sangat keras, mereka mencoba mengintrogasi And agar mengatakan dimana ia menyembunyikan sebuah jam saku ajaib.
"Bunuh saja aku!."
And dengan senyuman membalas pertanyaan mereka, ia tahu mereka hanya menginginkan jam sakunya setelah itu ia tetap akan dibunuh oleh mereka.
"Emmm..Benarkah begitu?."
Suara seseorang dari kegelapan berjalan mendekati And yang masih dalam keadaan terikat di sebuah kursi. ia tahu And akan berkata seperti itu, sebab itulah ia sudah menyiapkan semuanya demi mendapatkan jam saku ajaib yang dimiliki And.
"Apakah kau bosnya?"
Sambil berteriak, ia melampiaskan kekesalannya karena sudah menyiksanya dengan begitu kejam hanya gara-gara ingin mengambil jam saku miliknya.
Saat ini And terus dipukul dan di interogasi untuk mendapatkan informasi dimana ia menyembunyikan jam saku emas yang biasa digunakannya di saat memecahkan sebuah kasus.
Jam saku emas ini memiliki sebuah kekuatan ajaib yang dapat memberikan pemiliknya sebuah kekuatan yang dapat menambah kecepatan dalam berpikir, bahkan bisa membuat pemilik jam ini dapat mengingat semua yang telah dilakukan dalam satu hari.
"Apakah kamu tidak mau memberi tahukan dimana jam itu?."
"(Siapa dia, sepertinya suaranya sedikit familiar sekali?)."
And terdiam. Ia sedikit memikirkan tentang suara yang pernah ia dengar sebelumnya, namun ia tidak begitu ingat. Ia bahkan tidak bisa melihat pemilik suara itu dikarenakan terhalang oleh cahaya lampu yang terus menyinari wajahnya.
"Wus!!"
Tiba-tiba lampu menyala di sampingnya. Dan wajahnya kaget melihat apa yang sudah terjadi saat itu, ia tidak menyangka mengapa mereka bisa melakukan hal sekejam itu kepadanya.
*****
Bosnya sudah mengetahui semuanya tentang kekuatan And yang berasal dari jam saku, ia memutuskan untuk mengambilnya bahkan harus membunuh And itu sendiri.
Bahkan ia sudah menculik istri dan beserta anak perempuannya jika And tidak mau memberikan jam sakunya itu kepadanya.
*****
And memiliki seorang istri yang bernama Linda, mereka menikah saat Linda berumur 27 tahun dan And sendiri 31 tahun. Mereka memiliki seorang anak perempuan yang masih berusia 4 tahun, saat pernikahan mereka sudah mencapai 5 tahun lamanya.
Kehidupan mereka mulai tidak bahagia disaat And ditugaskan keluar negeri untuk memecahkan sebuah kasus pembunuhan yang dilakukan seorang pembunuh profesional yang tidak bisa dipecahkan oleh polisi setempat.
*****
Beberapa hari sebelumnya..
"Ting..tong..ting.."
Telepon berbunyi disaku celana And. Ia segera mengangkat telepon itu, dan menjawab dengan nada sopan.
"Hello Bos."
"[And kamu memiliki tugas baru di negara Jepang]."
"Baik bos! Aku akan segera kekantor untuk menemui mu."
Dengan menutup teleponnya ia segera pergi untuk menemui bosnya di kantornya. Ia terlihat terburu-buru pergi tanpa pamit dengan istrinya.
"Sayang kamu mau kemana?."
Linda dengan penasaran menanyakannya ketika ia melihat suaminya sedang terburu-buru pergi setelah menjawab telepon dari seseorang.
"Sayang. Aku ada kerjaan, nanti aku hubungi kamu lagi."
And dengan santainya berbicara pada istrinya sambil berjalan membuka pintu dan ia juga tidak lupa memakai sebuah jas hitam yang ia biasa kenakan saat keluar rumah.
"Emmm.."
Terlihat Linda sedikit khawatir kepada suaminya. Tidak biasanya And bersifat acuh padanya, ia selalu menjelaskan semua ketika And ingin pergi kepada istrinya.
*****
Disebuah ruangan khusus. And terlihat sedang berhadapan dengan seseorang pria tua, duduk di sebuah kursi saling bertatapan muka, membuat jantung And berdetak dengan sangat kencang.
"And! Aku ada tugas untukmu kali ini."
Terlihat bosnya tersenyum manis di seberang meja sambil memandangi And dengan gembira. Ia juga senang melihat And yang nampak terlihat begitu sehat dengan tubuh yang masih muda.
"Tugas seperti apa yang harus ku lakukan bos?."
And dengan posisi berdiri menjawab dengan lantang perkataan bosnya, ia sangat menghormati bosnya yang sudah merawatnya cukup lama, sampai ia sudah berhasil seperti ini.
"Tugas kali ini merupakan tugas terakhirmu."
Bosnya terlihat sedang menunjukkan senyum palsunya kepada bawahan setianya yang selalu ia banggakan. Namun kali ini ia tidak begitu senang melihat And yang terus mencapai kesuksesan, ia takut posisinya bisa saja di gantikan oleh And.
"Hah! mengapa menjadi tugas terakhir?."
And dengan wajah terkejut bertanya, ia merasa takut bahwa akan di pecat karena sudah melakukan kesalahan, ia juga beranggapan bahwa bosnya tidak menyukainya lagi.
"Karena kamu sudah punya istri dan anak, aku ingin melihat kamu menikmati masa-masa bersama keluargamu, bukankah itu yang kamu inginkan?."
Dengan sedikit rayuan, ia ingin membuat And bahagia terlebih dulu, agar And menerima saran darinya dan mau pergi menjalankan tugas terakhir yang ia berikan saat ini.
"Benarkah begitu bos!."
And terlihat sangat bahagia karena impiannya bersama keluarganya sekarang bisa terwujud, menghabiskan waktunya bersama keluarga adalah impian terakhirnya di masa pensiunnya nanti.
"Tentu saja!."
Bosnya menjawab dengan serius untuk meyakinkan And agar bisa menyetujui misi terakhirnya itu dengan sesegera mungkin.
"Baiklah bos, aku akan selesaikan tugas ini dengan sangat cepat!.
Ia memberikan hormat kepada bosnya, karena sudah memahami keinginan yang sangat ia nantikan selama ini. Ia terlihat sedikit menunduk kepalanya untuk memberikan rasa hormatnya.
"(Akhirnya aku bisa bersama istri dan anakku)."
"Ini tugasmu And!."
Terlihat bosnya telah menyerahkan sebuah berkas yang akan And hadapi ketika berada di Jepang nanti. Ia juga terlihat senang karena tugasnya itu hanyalah akal-akalannya saja untuk menyingkirkan And untuk selamanya.
"Baik bos, terima kasih dengan hadiahnya kali ini, aku tidak akan mengecewakanmu."
And dengan sangat bahagia meninggalkan ruangan itu. ia tidak menyangka dirinya sudah mendapatkan waktu pensiunannya yang sudah ia inginkan sejak dahulu.
*****
"Emmm..Tugas ku seperti ini!"
Terlihat sudah And sambil memegang sebuah kertas duduk di sebuah kursi penumpang pesawat. Ia sangat fokus membaca tentang apa yang akan ia hadapi berkaitan dengan tugasnya kali ini.
"Tempatnya disebuah gudang di Jepang ya. Tapi mengapa gudang ini sedikit terlihat familiar?. Biarlah! Yang penting aku bisa pensiun."
Ia bahkan tidak bisa fokus lagi dalam berpikir, bahwa tugasnya ini sedikit mencurigakan, ia hanya memikirkan tentang kapan ia pensiun dan bisa bersama keluarganya.
*****
"Wah baru kali ini aku ke Jepang." Aku harus cari tempat tinggal terlebih dulu."
Terlihat ia sudah berada diluar bandara Jepang dan menunggu sebuah taksi yang lewat di pinggir jalan. Untuk mencari penginapan sementara disaat ia bertugas disana, menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya sebelumnya.
--
Beberapa menit kemudian.
"Kemana ingin pergi, tuan?."
Tanya seorang supir taksi setelah And memasuki mobilnya dengan menggunakan bahasa Inggris, ia juga sedikit mengenali ciri orang-orang asia.
"Tolong Carikan hotel di dekat pantai."
Jawab And sambil duduk di kursi belakang mobil taksi itu. Ia juga terlihat begitu fasih berbahasa Inggris berbicara dengan supir taksinya.
"Baik tuan."
Jawab supir taksi dengan sopan. ia nampak terlihat begitu senang karena ia begitu kagum dengan ucapan And yang begitu fasih dalam berbahasa Inggris.
*****
"Semoga harimu menyenangkan, tuan."
Supir taksi itu terlihat senang setelah mengantarkan And ketempat tujuannya. Ia juga senang karena And memberikan bayaran lebih kepadanya.
"Terima kasih. Semoga pekerjaamu juga lancar."
And membalas pujian supir taksinya, ia juga senang karena kali ini ia akan benar-benar pensiun setelah menyelesaikan tugas terakhirnya.
--
"Ah saatnya untuk beristirahat dulu."
Gumam And sambil berjalan menuju pintu hotel yang akan ia gunakan sebagai tempat beristirahatnya selama bertugas di Jepang.
--
"Uh enaknya. Andai istri dan anakku juga disini."
Sambil menjatuhkan badan ke atas kasur hotel. ia juga memikirkan istri dan anaknya. Karena lelahnya saat diperjalanan yang cukup lumayan jauh, dan akhirnya ia terlihat tertidur dengan sangat pulas.
*****
Beberapa hari sudah berlalu..
And yang terlihat sedang duduk didepan sebuah meja makan, sambil membaca beberapa berkas kerjanya untuk ia akan gunakan ketika sampai atau berada di TKP (Tempat Kejadian Perkara).
"Tugasku kali ini, mencari barang berharga yang telah dicuri seseorang pembunuh. Pelakunya telah membunuh pemilik barang tersebut. Namun barang seperti apa itu? Apakah barang itu sangat berharga?."
Ia sedikit penasaran dengan barang yang hilang, karena pelaku pembangunan juga sudah menargetkan korban sudah cukup lama menurunnya, ia juga sedikit curiga dengan si pelaku setelah membaca berkasnya cukup lama.
"Ah akhirnya aku selesai membacanya. Demi keluargaku, aku harus secepatnya menyelesaikan tugas ini!"
Ia sangat bersemangat hanya untuk menyelesaikan tugas terakhirnya, ia juga sudah berada beberapa hari di Jepang dan baru saja selesai memahami tugasnya.
*****
Di malam hari.
Ia segera menuju tempat kejadian. Yaitu menuju gudang tua tersebut yang sudah di jelaskan di berkasnya, di depan sebuah gudang tua ia terlihat sangat kebingungan. Ia mencoba memasuki gudang tersebut untuk memastikan apakah ada barang atau beberapa hal mencurigakan yang masih ada untuk menjadi barang bukti agar bisa memudahkannya untuk menyelesaikan kasusnya.
"Sepertinya aku pernah melihat gudang ini, tapi dimana ya?."
And sedikit mencurigai tempat ia datangi saat ini, ia seperti mengingat sesuatu yang sudah cukup lama. Namun ia sedikit terganggu dan tidak begitu fokus akibat tugas ini adalah tugas terakhirnya, ia hanya memikirkan ia akan segera pensiun.
"Ciit-ciit"
Terdengar suara tikus didalam gudang sedang berlarian, bahkan suara burung-burung gagak di atas atap gudang juga terdengar jelas di telinganya.
"Astaga mengapa aku memutuskan malam hari datang kesini ya?. Padahal aku bisa saja datang nanti pagi atau siang. Apa gara-gara aku terlalu semangat untuk pensiun kali ini?."
Ia terlihat sedang bergumam dengan dirinya sendiri, karena terlalu bersemangat dalam bekerja karena hanya gara-gara ingin cepat-cepat pensiun.
"[Hahaha.]"
Terdengar seseorang sedang ketawa dari kejauhan. And yang mendengarnya langsung terdiam sejenak, ia juga melihat jam tangannya untuk memastikan bahwa belum saatnya hantu untuk muncul, di jam tangannya saja masih belum menunjukkan tengah malam.
"Hah! siapa itu?."
Teriak And dengan terkejut setelah mendengar tawaan mereka, ia tidak tahu bahwa gudang ini sedikit angker jika di malam hari.
"Aku hantu!."
"Mana ada hantu ngaku bodoh?."
Suara itu terdengar sedang menjawab pertanyaan And. Namun suara lainnya juga terdengar menyanggah ucapan yang lainnya dengan berbisik-bisik.
"Tadi dia bertanya? Jadi ku jawab saja?."
Suara itu terdengar berbisik-bisik seperti sedang membicarakan And yang sedang mencoba mendekati mereka.
"Emmm..Sejak kapan hantu suka bercanda ya? Dan mereka juga terdengar seperti orang pada umumnya?."
Terlihat wajah And yang kebingungan setelah mendengar percakapan mereka yang terdengar sedang memperdebatkan sesuatu. Ia sedikit curiga dengan gudang yang ia datangi saat ini, seperti seseorang sudah merencanakan sesuatu untuknya.
"Duarr."
"Astaga, ampun om."
Tiba-tiba pintu gudang tertutup dengan sendirinya. And berteriak sangat keras karena kaget setelah mendengarnya, ia juga terlihat tengkurap untuk memastikan ia aman.
"[Hahaha.]"
Suara itu terdengar semakin keras dan bertambah banyak, mereka seperti sedang menertawakan And yang baru saja ketakutan di dalam gudang. And yang mendengarnya benar-benar merasa takut dengan hantu tersebut.
"Om-om ampuni saya."
Ia mencoba menunjukkan permohonannya. ia menyesal karena sudah mengganggu tempat tinggal hantu tersebut. Ia juga terlihat sudah curiga dengan gudang itu dan berusaha membuka pintu gudang yang sudah terkunci dari luar.
"Wusss."
Tiba-tiba asap memenuhi isi gudang, asap tersebut mengandung obat bius yang bisa membuat penciumnya akan tertidur sangat lama.
"(Asap apa ini)."
Ia terlihat sedang menutupi hidungnya untuk memastikan agar asap itu tidak masuk kedalam hidungnya, ia terlihat menggunakan salah satu tangannya untuk menutupinya dan salah satu tangannya untuk membuka pintu gudang tersebut sekuat tenaganya.
"Ah kepalaku sangat pusing?."
"Bukk."
Ia terjatuh secara tiba-tiba karena sudah banyak menghirup asap tersebut. Beberapa orang memakai setelan jas hitam dan mereka juga terlihat sudah memakai penutup hidung mencoba mendekati And yang sudah terbaring lemas dan tidak berdaya tergeletak dilantai gudang.
--
"Hei bangun pecundang. Wow enak banget tidur ya?."
Terlihat seseorang pria berjas hitam memukul pipi And untuk mencoba membangunkannya, ia juga sedikit kesal karena And belum juga bangun setelah sekian banyak pipinya di tampar olehnya.
"Oh akhirnya bangun juga!."
"Siapa kalian?."
And memberontak di atas sebuah kursi dengan kedua tangan dan kaki yang sudah terikat sangat kuat, ia bahkan tidak mengenali siapa mereka yang sudah membuatnya seperti itu.
"Tidak perlu kamu mengetahui kami. Kamu cukup jawab pertanyaan saja, jika kami sedang bertanya kepadamu. Apakah kamu paham!."
Terlihat pria yang begitu besar menggunakan jas hitam mendekati And dan menarik rambut And dengan sangat keras agar And melihat wajahnya dengan benar.
"Ah sakit!."
And berteriak karena rambutnya yang ditarik paksa oleh pria itu. Ia tidak bisa apa-apa karena tangan kakinya saja sudah teringat, ia hanya bisa pasrah dan marah menerima keadaannya yang sudah disiksa.
"Cepat serahkan jam saku emasmu itu?."
Pria berjas hitam itu bertanya dengan nada mengancam dan sambil menusuk tangan And dengan sebuah pisau kecilnya.
"Ahhhh!!."
"Jam apa yang kalian maksud?."
And mencoba menahan rasa sakitnya dari tusukan pisau tajam ditangannya. Ia mencoba untuk berpura-pura tidak mengerti apa yang mereka tanyakan sambil menahan rasa sakit ditangannya itu.
*****
Beberapa jam kemudian.
"Sudah lama kamu disiksa, tapi belum mau memberi tahukan kami. Apakah kamu tidak mau memberi tahukan dimana jam itu?."
Terdengar seseorang dari kegelapan dengan sedikit marah kepadanya, namun And tidak juga mau mengatakan dimana ia menyembunyikan jam saku miliknya.
"(Siapa dia?. Sepertinya suaranya sedikit familiar sekali?"
And yang sudah terlihat lemas masih mencoba melihat orang-orang yang terus menyiksanya, bahkan pandangannya saja sudah mulai buram karena banyak kehilangan darah di tubuhnya.
"Wus!!."
Lampu yang berada di sampingnya seketika menyala. Memperlihatkan istri dan anaknya yang juga sudah terikat di sebuah kursi disampingnya, bahkan mulut mereka terlihat sedang ditutup dengan kain agar mereka tidak berisik, dan mereka menangis memandangi And yang sudah berdarah-darah karena di siksa sebelumnya.
"S-sialan kalian!."
Terdengar teriakan And dengan penuh emosi memandangi mereka yang telah menyiksa keluarganya. ia sangat ingin membalasnya namun ia juga masih terikat.
"Haha..Apa sekarang kamu bisa memberitahukan tentang jam itu?."
Terdengar suara seseorang dalam kegelapan itu terus tertawa keras, melihat And yang begitu menyayangi keluarganya. Ia tahu bahwa kelemahan And saat ini terdapat pada keluarganya.
"(Mengapa dia tahu dengan jam itu, tidak-tidak!! Ini bukan saatnya untuk berpikir, aku harus menyelamatkan mereka berdua)."
And hanya memikirkan keselamatan istri dan anaknya meskipun ia harus mati di tangan penjahat. Ia tidak bisa hanya berdiam diri ketika melihat keluarganya tersiksa.
"Mengapa kamu hanya diam? Apakah aku harus membunuh salah satu dari mereka terlebih dulu agar kamu bersuara."
Terdengar suara seseorang dari kegelapan itu sudah merasa tidak sabar untuk memiliki jam ajaib miliknya, ia bahkan mencoba mengancamnya agar segera memberi tahukan dimana menyembunyikan jam ajaib tersebut.
"Jangan! Apa kamu sudah gila?."
"Bos!! Boleh kah aku menikmati istrinya terlebih dulu?."
"Akan ku bunuh kamu!! Kalau berani menyentuh mereka!! Baiklah aku akan mengatakannya, tapi lepaskan mereka terlebih dulu, biarkan mereka pergi dari sini."
"Aku tidak sebodoh itu, katakan dimana jam itu? Jika tidak semua bawahanku ini akan bermain-main dengan istrimu hee."
"(...)."
And terdiam, ia tidak mau keluarganya dalam bahaya. Ia hanya bisa pasrah dengan keadaannya saat ini. Ia juga terlihat sudah menangis karena melihat istrinya juga menangis memandanginya.
"Apa kamu tidak menyayangi keluargamu atau putrimu yang masih berusia 4 tahun ini?."
"Baiklah, jam itu ada di sepatuku."
And dengan pasrah mengatakan sejujurnya, ia juga menangis melihat istri dan anaknya yang kini masih terikat tidak berdaya di sampingnya.
"Cepat buka sepatunya!!."
Terdengar suara seseorang dalam kegelapan itu sudah merasa tidak sabar lagi memiliki jam ajaibnya. Ia sangat menantikan bagaimana rasanya memiliki kemampuan untuk menjadi luar biasa.
"Baik bos."
"Ketemu bos, ini jamnya."
"Terima kasih And."
Seseorang di kegelapan itu mengungkapkan rasa terima kasihnya karena sudah memberikan hadiah yang sangat berharga yang selama ini sudah ia inginkan.
"Emmm..Cepat lepaskan keluargaku!."
And berteriak untuk segera melepaskan keluarganya, ia juga sekarang sadar bahwa hanya satu orang saja yang mengetahui rahasia tentang jam ajaibnya dan itu adalah bosnya sendiri.
"Duarr."
Bunyi suara tembakan dari kegelapan. Peluru panas langsung tepat mengenai kepala And, dan tanpa disadari darah And mengenai jam saku yang masih terlihat di pegang oleh pria berjas hitam di dekat tubuh And, Seketika cahaya putih keluar dari jam tersebut, menyinari seluruh gudang.
"Argh!! Cahaya apa ini??."
*****
"Sialan akan ku bunuh kalian semua!!. Hah? Apa aku sudah mati? Mengapa aku berada disini? Inikan tempat tidur lamaku."
And berteriak sangat keras ketika ia terbangun dari tempat tidur lamanya, ia merasa bingung dengan tempatnya, padahal ia sangat yakin berada di sebuah gudang dan sedang disiksa bahkan di tembak mati.
--
"Tuk..tuk.."
"Apa kamu sudah bangun? Kakak, apa kamu sudah bangun?."
Terdengar suara perempuan diluar pintu kamarnya sedang memanggilnya, ia berusaha mengetuk-ngetuk pintu kamar kakaknya untuk berusaha membangunkan kakaknya itu.
"Hah! Apa aku bermimpi! Ah..Inikan wajahku saat berusia 18 tahun?."
And terlihat sedang mencubit pipinya sendiri di depan cermin di kamarnya, ia tidak tahu mengapa ia sudah berada di masa lalunya ketika ia masih berusia 17 tahun.
"Kakak sarapanmu sudah siap, cepat nanti kamu telat sekolah?"
Suara yang terdengar marah terus memanggilnya untuk segera keluar dari kamarnya, ia masih tidak percaya dengan terjadi dengannya setelah apa yang sudah terjadi sebelumnya.
"Iya, aku akan segera ke sana."
And masih terlihat tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi kepadanya, mengapa ia bisa kembali ke masa lalu dan bahkan ia menjadi muda kembali dan dengan ingatannya masa depannya.
Bersambung...
"Nak, mengapa kamu terlihat kebingungan?."
Ibunya mulai bertanya kepada And yang belum juga memakan makanannya di atas meja, ia sedikit khawatir dengan keadaan anaknya yang terlihat tidak begitu baik.
"Iya, kakak terlihat berbeda hari ini?."
Sang adik perempuannya juga merasa bahwa kakaknya sedikit berubah, tidak biasanya ia berprilaku seperti itu ketika ingin pergi sekolah.
"Bu! aku hanya bermimpi buruk tadi malam."
Air mata And sedikit menetes, ia tidak dapat menahannya karena ia sadar bahwa telah benar-benar kembali ke masa lalu yang selama ini ia sesali.
"Sudah! Bukankah itu hanya mimpi buruk."
Ibunya juga merasa tidak enak melihat And yang biasanya kasar kini menjadi lembut kepadanya. Bahkan air mata yang sudah lama tidak ia lihat semenjak ayah And pergi, kini telah kembali.
"Ibu maafkan kesalahan And saat ini.."
Ia benar-benar menangis di meja makan, air matanya menetes ke atas meja. Ia tidak bisa menahan kesedihannya yang sudah ia tahan sendirian, sambil menundukkan wajahnya dengan rasa penyesalannya.
"Saat ayah tidak ada, aku selalu tidak peduli dengan kalian."
Ia mengusap air matanya dengan pergelangan tangannya. ia berjanji akan merubah sifat buruk dimasa lalu sebelumnya. menggenggam kedua tangannya di atas meja dan bertekad untuk merubah segalanya yang pernah ia lakukan kepada keluarganya.
"Kakak, aku tahu berat rasanya ketika kamu harus bekerja dan sekolah. Tapi kita masih ada tabungan pensiunan ayah, jadi kamu jangan khawatir ya."
"Makasih Riri. Tapi aku tetap akan bahagiakan kalian. Meski ayah sudah meninggal, aku akan menggantikan posisi ayah di keluarga saat ini."
Ia tersenyum kepada mereka yang kini hanya ada ibu dan adik perempuannya, ia berjanji tidak mengulangi kesalahannya di masa lalu sebelumnya.
"Nak, kamu harus fokus sekolah, masalah uang nanti kita cari sama-sama ya."
Ibunya And terlihat membujuknya agar lebih mengutamakan pendidikannya daripada harus bekerja di usia muda, ia tahu And sekarang sudah terlihat berubah namun ia juga sangat menyayangi kedua anaknya itu, ia ingin anak-anaknya bisa menikmati masa mudanya.
"Sudah kak! Cepat habiskan makananmu."
Riri mencoba mengalihkan pembicaraan, agar kakaknya tidak lagi memikirkan hal yang membuatnya khawatir, ia tidak mau melihat kakak kesayangannya sedih terus menerus.
"Iya, Riri bawel!."
"Awas kau ya!."
"Dadah..Adikku dan ibuku tercinta."
And bergegas pergi ke sekolah untuk pertama kalinya lagi, ia bahkan sudah sedikit melupakannya bagaimana kehidupan sekolah yang sudah lama ia tidak rasakan.
"Hati-hati dijalan ya nak?."
"Jangan nongkrong terus, fokus belajar saja!"
Terdengar suara Riri dengan nada tinggi melihat And yang sudah jauh darinya. Ia tidak mau kakaknya itu berteman dengan teman-teman yang tidak jelas.
"Ya.. ya.. ya, dasar bawel!."
"Dasar kakak nakal!."
"Sudah!, kakakmu kan masih muda, wajar saja dia ingin menikmati masa mudanya terlebih dulu."
Ibunya tersenyum melihat kedua anaknya kini kembali akrab seperti dulu, meskipun masih bertengkar dan saling mengejek satu sama lainnya.
*****
"Wah berapa lama aku sudah tidak ke sekolah ini."
And sudah berada di depan pintu gerbang sekolahnya, ia bahkan melupakan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran, ia dulu sangat malas ke sekolah dan hanya memikirkan untuk selalu bersenang-senang.
"Hai bro, ngapain bingung sendiri di depan sini?."
Terlihat salah satu teman And juga baru datang, ia menepuk pundaknya dengan sangat keras, untuk menyapanya. Ia tersenyum karena And datang lebih dulu darinya.
"Hah! Sialan kau bikin kaget aku saja!"
"Kita ke kantin yuk!"
"Hari ini tidak dulu, aku kangen kelasku."
"Hahaha, apa kepalanya terbentur hari ini?."
Teman yang lainnya terlihat sedang menyentuh dahi And yang mungkin sedang demam tinggi. Mereka kaget setelah mendengar ucapannya itu keluar secara tiba-tiba dari mulut murid yang nakal bahkan tidak suka belajar sedikitpun.
"Wah badannya panas nih?"
"Sialan kau Rangga, mau aku hajar ya!"
"Becanda bro!. gitu saja marah."
"Ayu kita ke kelas saja, ngapain berdiri disini, patah kakiku nanti kalau lama-lama disini."
Salah satu temannya sudah malas berdiri di depan pagar sekolah, ia hanya ingin segera bersantai di dalam kelas dan duduk manis bermalas-malasan. Terlihat lima orang temannya And yang selalu akrab dengannya, sekarang bersama-sama berjalan menuju kelas mereka.
*****
"Bro, pulang sekolah, kita mampir kemana?."
Di saat masih jam pelajaran berlangsung ketika guru mereka sedang menjelaskan. Rangga mengajaknya And berbicara saat pelajaran masih berlangsung.
"Diam!, fokus perhatian guru didepan, jangan ganggu aku."
And terlihat begitu fokus memperhatikan penjelasan guru di depannya. Ia bahkan tidak memperdulikan teman-temannya yang ingin mengajaknya jalan-jalan.
"[Hah??]."
"Hei..hei lihat preman kita sudah rajin belajar nih!"
Ketika mereka berbicara di kursi belakang, guru didepan sudah terlihat mulai marah, karena ia sudah terbiasa mendengar And dan teman-temannya yang selalu tidak pernah memperhatikan pelajaran darinya.
"And jawab pertanyaan didepan ini sekarang!"
"Hahaha And tertangkap lagi."
Terlihat teman-temannya tersenyum karena And kembali di panggil kedepan, mereka memastikan bahwa And akan berdiri sampai akhir jam pelajarannya.
"Baik pak!."
Dengan santainya And maju ke depan papan tulis, ia juga terlihat tidak begitu peduli dengan teman-temannya yang sudah berusaha mengejeknya.
--
"Sudah pak!. Saya boleh duduk pak?."
And terlihat yakin dengan jawabannya, ia bahkan meminta izin untuk kembali ke kursinya, karena jawaban itu tidak begitu sulit baginya. Karena pelajaran itu sudah ia ingat di kehidupan sebelumnya.
"Baiklah, kamu boleh duduk."
Gurunya masih sedikit tidak percaya dengan jawaban And, ia bahkan kaget setelah melihat jawab yang begitu sempurna tanpa ada masalah.
"Semua jawabannya benar, bahkan kerjanya sangat detail. berikan tepuk tangan untuk And."
"Hei..hei sejak kapan kamu pintar And?."
Salah seorang temannya di meja lain. Menanyakan bagaimana And bisa sepintar itu, padahal mereka tahu bahwa And biasanya berada di rangking terakhir di dalam kelas.
"Wah..Teman kita sudah pintar, mungkin tadi pagi kepalanya terbentur sedikit saat pergi ke sekolah."
Terlihat teman-temannya sedang membicarakan tentang And yang tiba-tiba berubah menjadi pintar, namun sebagian hanya beranggapan bahwa itu hanya kebetulan dan keberuntungannya.
"Sialan kalian ini, terus saja ejek aku."
And merasa marah memikirkan teman-temannya yang dari dulu sudah bersifat seperti itu, namun ia juga tahu sebenarnya teman-temannya begitu baik kepadanya bahkan mereka adalah temannya yang tidak pernah meninggalkannya apapun yang terjadi. Tapi ia yang begitu jahat kepada mereka karena di kehidupannya sebelumnya ia tidak begitu peduli lagi dengan teman-temannya ketika ia sukses.
--
Jam istirahat.
"Pelajaran kali ini sudah selesai, sampai disini dulu."
Terlihat pak guru saat pelajarannya berakhir. Ia segera meninggal kelas, karena waktu mengajarnya sudah selesai dan karena jam istirahat sudah berbunyi.
"Ah.. Pelajarannya susah di pahami!."
"Semua penjelasannya tadi sangat mudah, kalian saja yang terlalu berlebihan."
"Waduh, teman kita sudah kesurupan nih."
"Iya, And mungkin demam hari ini."
"Hah! kalian yang kesurupan."
"Hahaha bercanda And."
Teman-temannya tertawa melihat And yang terus marah dan kesal dengan ejekan mereka, mereka juga terlihat bingung biasanya And memilih tidur dari pada memperhatikan pelajaran.
*****
Jam pulang.
"And sampai jumpa besok pagi lagi."
"Iya jangan kangen sama aku ya?."
Terlihat teman-temannya yang berbeda arah untuk segera berpisah, mereka tidak lupa untuk bertegur sapa sebelum mereka pergi, sambil bercanda satu sama lain.
"Aku masih normal woi. (Bisa-bisanya aku punya teman seperti ini)."
Ia terlihat jijik melihat kelakuan teman-temannya, karena pikiran And yang sudah tua membuat ia tidak merasa nyaman, namun ia juga sangat rindu dengan masa-masa seperti ini bersama teman-temannya.
"Pulang sekolah aku biasa ngapain ya? Aku jalan-jalan dulu ah."
"Emmm anu..."
Terlihat seorang gadis muda yang juga satu sekolah dengannya mencoba menyapa And yang sudah ingin keluar gerbang, ia bahkan terlihat malu ketika berbicara.
"Hah! Sofia."
Dengan spontan And memegang tangannya begitu erat, ia tidak menyangka teman baik perempuannya kini masih sehat dan baik-baik saja.
"Ehhhh?."
"Maaf-maaf aku tidak sengaja!."
"Iya, tidak apa-apa kok."
Wajah Sofia terlihat merah, karena baru pertama kalinya And memegang tangannya begitu erat, ia tidak tahu mengapa And seperti itu ketika bertemu dengannya.
"Maaf Sofia aku tidak sengaja melakukannya."
"Iya tidak apa-apa kok, aku mau bertanya?. Setelah ujian nanti apa kamu punya waktu luang?."
Sofia yang terlihat malu-malu bertanya dengan suaranya yang terdengar gagap. And yang mendengarnya sedikit termenung melihat Sofia yang begitu malu dengannya, namun seiring bertambahnya usia sampai mereka sudah SMA. Sofia sudah mulai berubah.
"Apa kamu mau menemani aku kesuatu tempat setelah ujian nanti?."
"Hah! kapan kita ujian?."
And masih lupa bahwa dirinya kini masih seorang murid SMA. Ia tidak sadar bahwa anak sekolahan harus melakukan ujian ketika ingin kenaikan kelas.
"Tiga hari lagi kita akan ujian."
"Apa! kenapa cepat banget!."
And masih saja ketakutan dengan ujiannya. Ia bahkan tidak menyangka harus menghadapi musuhnya lagi setelah lama tidak bersekolah.
"Hah! beritanya ini sudah 3 bulan yang lalu. Biasanya kamu tidak memikirkannya?. Mengapa kamu sekarang terlihat begitu panik?."
Sofia sedikit kebingungan melihat tingkah laku And yang mulai berubah terhadapnya, ia bahkan tidak tahu bahwa And mulai peduli dengan ujiannya dan terlihat begitu dewasa dimatanya.
"Ah itu dulu, sekarang aku ingin belajar dengan serius kali ini."
And terlihat mulai menyombongkan dirinya sambil mengangkat kedua tangan dan membusungkan dada agar terlihat gagah di mata Sofia.
"Bagus deh, nanti kita bisa kuliah sama-sama."
Sofia terlihat senang melihat semangat And untuk belajar, biasanya ia sangat khawatir dengan keadaan And karena tidak belajar dengan benar. padahal ia tahu cita-cita And ingin menjadi seorang polisi.
*****
"Sampai jumpa besok lagi And."
Terlihat senyum manis Sofia yang sudah ingin membuka pagar rumahnya. And juga kaget karena baru kali ini ia secara tidak sadar mengantarkan Sofia sampai kedepan rumahnya.
"Sama-sama. Hah! mengapa aku kesini. Padahal rumah kami berlawanan arah, sial malah ikut kesini aku?. Pantas saja Sofia dari tadi menahan tawanya saat kita terus berjalan di sepanjang jalan rumahnya."
And yang terlihat bodoh. kini menyadari bahwa dirinya sudah terhipnotis oleh Sofia dan berakhir mengikuti Sofia pulang kerumahnya. Dengan rasa kesal ia berbalik arah lagi untuk pulang rumahnya sendiri.
--
"Hai anak muda, apa kamu tau rumah polisi ini?."
Terlihat seseorang sedang memanggil And yang berjalan dipinggir jalan, ia menghampiri And untuk menanyakan sesuatu sambil memperlihatkan sebuah foto di tangannya.
"(Hah, ini kan wajah bos ku waktu ia masih muda)."
And terlihat diam setelah melihat foto itu, ia tidak tahu mengapa, ia sedikit merasa curiga dengan foto mereka.
"Kalau boleh tau anda siapa ya?."
"Saya asisten beliau dari Jepang."
"Coba aku lihat lagi fotonya?. (Hah!, dibelakang ini kan gudang itu. Mengapa mereka berfoto di sana)."
"Ada apa? Apa kamu tahu rumah beliau saat ini?."
"Iya..Iya tau pak! (Iya aku baru ingat, suara asisten ini sangat mirip dengan seseorang di kegelapan waktu itu)."
And terlihat kaget memikirkan tempat mereka berfoto dan juga merasa curiga dengan pria disampingnya yang memiliki suara mirip dengan seseorang yang sudah menyiksanya.
"Makasih anak muda, cepat pulang ya jangan keluyuran dijalan seperti ini."
Pria itu langsung pergi setelah And memberikan alamat rumah bosnya. And juga kaget karena suara asisten itu sangat mirip dengan suara yang waktu itu sedang mengancamnya. Bahkan ia juga baru tahu bahwa bosnya memiliki hubungan dengan orang Jepang, dan ia juga baru ingat tentang hanya bosnya saja yang mengetahui bahwa ia memiliki jam ajaib, ia merasa kematiannya itu sepertinya sudah direncanakan oleh seseorang.
"Mengapa aku begitu cepat ketemu dengan dia. Apa gara-gara aku berjalan kesini. Dulu aku tidak pernah sama sekali mengantarkan Sofia pulang ke rumahnya. Sudahlah pusing kepalaku jadinya."
And terlihat menyentuh kepalanya dengan kedua tangannya dan juga merasa stress karena sudah ketemu dengan seseorang yang mungkin ada kaitannya dengan kematiannya.
*****
"Aku pulang."
And terlihat lemas sedang membuka pintu rumahnya. Ia masih tidak bisa melupakan di mana ia tersiksa dengan begitu kejam bersama keluarganya.
"Kakak mana coklat ku?."
"Hah! coklat?."
"Apa kakak melupakannya, katanya setelah pulang sekolah kamu membelikanku coklat?."
And terlihat terkejut karena ia melupakan janjinya waktu itu, ia bahkan baru ingat karena pernah berjanji untuk membelikan adiknya coklat sepulang sekolahnya.
"Maafkan kakak ya, nanti besok kakak belikan yang banyak oke."
Dengan mengusap kepalanya Riri yang masih berusia 6 tahun, ia meminta maaf dengan adiknya, ia juga masih sedikit pusing karena memikirkan seseorang yang telah membunuhnya di kehidupan sebelumnya.
"Janji ya kak!."
"Iya, kakak janji."
And terlihat tersenyum sambil mengelus-elus kepala adiknya. Agar Riri percaya dan tidak mengganggunya terlebih dulu, ia tidak mau amarahnya ini menjadi tidak terkontrol lagi.
"And cepat mandi, dan sarapan nanti."
Terdengar suara ibunya yang sudah berada di dapur sedang menunggu kedatangannya, ia sudah menyiapkan beberapa makanan kesukaannya.
"Ya bu."
Ia bergegas masuk kedalam rumah bersama adiknya, ia mencoba memikirkan bahwa ia harus lebih tenang dan tidak boleh terpancing emosi lagi karena masa lalunya. Ia harus fokus terlebih dulu merubah nasib keluarganya dan baru akan melakukan balas dendam untuk kematiannya.
Bersambung...
"Bu, masakan ibu memang yang terbaik!"
And memuji dengan sangat bersemangat karena sudah lama tidak makan masakan ibunya yang selalu ia rindukan di kehidupan sebelumnya.
"Ya sudah, habiskan makanannya!"
Ibunya terlihat begitu senang karena And sudah mulai mau berbicara dengannya untuk saat ini, ia sudah sangat khawatir melihat keadaan And yang berubah waktu ketika kematian ayahnya.
"Kakak! Malam ini kamu bekerja tidak?."
"Kerja apa?."
And terlihat melupakan masa lalunya ketika mendengar pertanyaan Riri, ia tidak tahu berkerja apa di saat ia masih berumur 17 tahun. Ia juga mengingat bahwa tidak pernah bekerja apapun selain malas-malasan.
"Sayang, kata kamu waktu itu bekerja di sebuah pelabuhan?."
"(Hah!, sejak kapan aku kerja dipelabuhan. Oh iya, aku baru ingat, itu kan alasan aku saja untuk keluar rumah malam-malam untuk berkumpul dengan teman-teman)."
And terlihat diam dan mencoba mengingat-ingat kejadian di masa lalunya, terlihat ekspresi wajahnya langsung berubah ketika mengingat kebohongannya.
"Haha, And sudah di pecat bu."
Dengan berbohong lagi, And menyesali perbuatannya itu, ia tahu waktu itu hanya akal-akalannya saja untuk pergi bersama teman-temannya ke klub malam.
"Tidak apa-apa nanti kamu akan dapat pekerjaan yang lebih baik lagi kok."
"Iya bu!, makasih Ibu dan Riri sudah menyemangati And yang nakal ini."
"Yang kasih kamu semangat kan cuma ibu, bukan aku!"
"Bu, lihat nih Riri!."
"Dasar adik tak be.. berprikem...manusiaa."
"Hahaha gitu saja tidak bisa mengucapkannya. Caranya gini mengucapkannya, tidak Beperi...beperi..manusiaaa..an.."
Riri juga terlihat kesusahan dan menahan rasa malu karena tidak bisa memberikan contoh yang benar, ia tidak tahu mengapa mulutnya susah untuk menyebutnya.
"Hahaha kan kena karmanya sendiri, makanya jadi adik itu jangan terlalu jahat sama kakaknya sendiri!."
"Hehhh?."
Riri terlihat sudah menyelesaikan makanannya, ia langsung berdiri dan pergi meninggalkan mereka yang masih berada di meja makan.
"Cieee..Sikecil merajuk."
"Apaan sih, aku sudah kenyang. Dasar kakak jahat!."
Riri langsung membuka pintu kamarnya dan sambil meninggikan suaranya untuk memberitahukan bahwa ia sedang kesal dengan kakaknya.
"Ya...ya.. kakak adalah iblis terkuat di muka bumi ini, jangan berani bermain-main denganku."
And terlihat tidak begitu peduli dengan perasaan adiknya. Ia terlihat tetap melanjutkan makan malamnya yang masih belum habis, padahal ia hanya bercanda saja dengan adiknya.
"And, kamu tidak boleh seperti itu dengan adikmu sendiri."
"Tidak bu! And cuma suka bercanda sama Riri saja kok, nanti dia baik lagi. Oh iya, Tabungan keluarga ini masih ada kan bu?."
And mencoba bertanya kepada ibunya tentang keuangan keluarganya, ia juga tidak melupakan tujuan utamanya yaitu merubah kehidupan mereka. Ia langsung saja menanyakan tabungan keluarganya untuk memastikan sampai kapan mereka dapat bertahan.
"Masih banyak kok, tabungan ayah dan gajih pensiunnya juga masih cukup buat kamu kuliah nanti."
"Ibu! Jangan berbohong kepada And?."
Ia tahu ibunya sedang berbohong kepadanya, ia tahu betul bahwa uang yang mereka miliki saat ini sudah berkurang, ia juga ingat bahwa ibunya berhutang dengan seorang rentenir untuk membiayainya sekolah.
Ibunya terlihat diam dan tidak dapat berbicara karena sebenarnya ia juga sudah kehabisan uang, dan hanya memiliki sedikit tabungan untuk membeli keperluan dapur.
And yang sudah menyadari bahwa ibunya sudah bekerja sangat keras untuk membahagiakannya, bahkan harus bekerja dengan sangat keras hanya untuk menyekolahkannya.
"And mengapa kamu terlihat sedih?"
"Ibu! Aku akan membuat keluarga kita ini bahagia."
And langsung menangis berbicara dengan ibunya di meja makan. Ia terlihat menundukkan kepalanya karena sudah berbuat jahat dan tidak peduli dengan keluarganya sendiri.
"And mengapa kamu terlihat berbeda kali ini. Apa kamu tidak bahagia dengan sekolahmu?."
"Tidak bu! And cuma ingin berbakti kepada ibu dan jadi kakak yang baik untuk Riri nanti."
Ibunya mencoba menenangkan And yang masih menangis di sampingnya, ia terkejut melihat anaknya seperti sudah melalui banyak hal yang membuatnya sangat menyesal.
"Kamu fokus saja sekolah ya."
Sambil mengelus-elus belakang And, ia mencoba menenangkan anaknya yang begitu ia sayangi, ia tahu bahwa And masih belum bisa menerima kenyataan tentang hilangnya sosok ayah di keluarga mereka.
"Ibu! And janji akan membuat keluarga ini bahagia, And janji bu!."
"Ayahmu pasti bangga denganmu And, melihat dirimu yang sudah berubah saat ini."
Ibunya tiba-tiba memeluk And dengan sangat erat, ia juga tidak bisa menahan kesedihannya karena ia harus merawat anak-anaknya sendirian, namun ia sangat senang masih memiliki mereka di sisa hidupnya meskipun ia harus bekerja keras menjadi asisten rumah tangga (pembantu) di rumah orang lain.
--
"(Kakak, kamu sekarang sudah berubah. Riri janji tidak cengeng lagi)."
Terlihat di balik pintu kamar Riri juga mendengarkan obrolan mereka, ia sangat sedih karena saat ini kakaknya sudah kembali seperti dulu sebelum ayah mereka meninggal.
--
"Ya sudah! Besok kamu sekolah, cepat tidur sana. Nanti kamu bangunnya kesiangan."
Ibunya juga sudah terlihat baikan, ia juga mencoba untuk tetap kuat dan memberikan contoh untuk And agar tidak terlalu memikirkannya lagi.
"Iya ibu! Besok And juga akan cari kerja sampingan. And ke kamar dulu ya bu!."
"Iya, jangan larut tidurnya, tidak baik remaja seperti kamu larut tidurnya (begadang)."
"Dah ibu! Selamat malam ibu."
"Malam And."
--
"Sayang, Anak kita sudah dewasa. Sekarang dia mirip banget sama kamu. Semenjak kamu pergi, And sangat sedih. Dia bahkan tidak peduli sama keluarga ini. Bahkan dia jarang sekali pulang ke rumah. Kini aku harus berhutang pada rentenir untuk membuat anak kita senang. Sekarang dia sudah mau berbicara denganku, aku sangat senang sayang. Semoga kamu bahagia di alam sana ya."
Terlihat ibunya yang masih bersedih didalam kamarnya, ia juga memandangi foto kenangan-kenangan keluarga ketika suaminya masih hidup, ia terlihat sedang menceritakan semua keadaannya saat ini kepada suaminya agar kesedihannya itu cepat berlalu.
--
"Adakah pekerjaan malam di sekitar sini yang bisa aku kerjakan. Aku bekerja jadi polisi ketika sudah lulus kuliah. Tapi aku ingin bekerja malam disaat pulang sekolah nanti. Agar aku bisa melunasi semua hutang-hutangnya ibu secepatnya. Aku tidak boleh malas untuk membahagiakan keluargaku ini."
Ia terlihat sedang sibuk dengan komputernya untuk mencari pekerjaan yang cocok saat ia sepulang sekolah, ia ingin melunasi semua hutang-hutang ibunya agar rumahnya nanti tidak di ambil oleh rentenir.
"Mereka akan disakiti saat mereka tidak bisa membayar hutang. Mereka meninggal saat aku pergi dari rumah ini, sial durhaka banget aku waktu itu."
Ia sangat sedih memikirkan masa lalu di kehidupan sebelumnya, ia tidak tahu bahwa uang yang selalu ia terima dari ibunya adalah uang rentenir. Ia sangat menyesal karena membuat keluarganya sendiri hancur gara-gara keegoisannya.
"Apa aku bekerja di cafe saja ya!. Sekarang banyak orang-orang yang suka nongkrong disana. Coba sajalah nanti aku ngelamarnya."
Ia merasa senang bahwa banyak pekerjaan di sore hari hingga malam dapat ia kerjakan, dengan bekerja ia bisa menerima penghasilan yang lumayan yang dapat membantu keluarganya.
*****
"Tok..tok..tok.."
"Kakak, sudah pagi!."
"Iya..iya kakak bangun, Padahal ini masih terlalu pagi Riri."
And masih terlihat mengantuk, ia bahkan belum membuka lebar matanya, ia masih malas untuk bangun seperti biasanya, karena efek tubuhnya yang masih terbiasa malas.
"Pagi apanya, ini sudah jam setengah 7 loh."
"Hah! benarkah?. Wah, telat nih."
And sangat terkejut bisa-bisanya ia bermalas-malasan seperti ini, padahal ia sudah janji untuk berubah. Ia langsung saja membuka pintu kamar dengan terburu-buru.
"Mandi dulu kakak!."
"Iya..iya adikku yang imut."
And terlihat terburu-buru, ia juga terlihat memegang kepala Riri karena sudah mau membangunkannya setiap pagi jika ia sudah terlambat.
"Emmm."
Wajah Riri kini terlihat merah saat kepalanya disentuh oleh kakaknya sendiri. Ia sangat senang karena kakaknya mulai menyukainya.
--
"Bu! And berangkat dulu ya!."
Ia terlihat sangat terburu-buru karena sudah merasa terlambat pergi ke sekolah, ia bahkan tidak sempat lagi untuk sarapan pagi setelah mencium tangan ibunya untuk segera pergi ke sekolah.
"Sarapan dulu And!"
"And makan roti saja, soalnya tidak sempat lagi. And berangkat dulu bu! Riri jaga ibu ya."
Terlihat And mengambil sepotong roti di atas meja untuk mengisi sedikit perutnya, ia segera bergegas keluar rumah dengan pakaian yang masih terlihat berantakan.
"Iya! Kakak And."
*****
"Semoga tidak terlambat. Bisa-bisanya aku terlambat begini. Aku kan ingin menjadi pengusaha yang sukses."
Ia berlari sekuat tenaga untuk mencapai ke tujuannya dengan tepat waktu, ia terlihat terus berlari tanpa henti, meskipun ia sedikit merasa haus karena roti yang ia makan membuat tenggorokannya sedikit kering.
"Tiba-tiba..."
"Siapa wanita itu? Sepertinya tidak asing bagiku. Mengapa aku merasa sangat dekat dengan dirinya. Tapi siapa ya?."
Di tengah perjalanan Ia melihat seorang gadis muda sedang duduk di bangku taman seorang diri, ia sedikit merasa seperti mengenalinya, namun ia tidak begitu ingat. gadis itu juga melihat And yang sedang berlari menggunakan seragam sekolah.
And melihatnya tampak sedikit terpesona dengan kecantikan gadis itu, ia segera memalingkan pandangannya dan ia melanjutkan lagi larinya karena teringat bahwa jam pelajaran akan segera dimulai.
*****
"Tunggu pak satpam! Izinkan aku masuk dulu pak!.
And terlihat sudah terengah-engah, ia bahkan nampak sangat kehausan, membuat pak satpam itu tidak tega melihat dengannya.
"Cepat waktunya sudah hampir habis. Lain kali kalau tidak enak badan jangan pergi ke sekolah dan istirahat saja."
"Eh pak satpam perhatian banget, jadi sayang deh!."
And segera berlari masuk ke sekolahnya, ia langsung menuju kelas karena jam pelajaran sudah hampir dimulai.
"Jaman sekarang anak-anak tidak tahu caranya menghormati orang yang lebih tua, Eh!! Aku jadi merinding ketika mengingat wajah bocah itu."
Pak satpam itu dengan gemetar terlihat menutup pagar sekolah, ia sedikit merasa tidak enak mengingat perkataan And yang menyayanginya. Ia terlihat takut membayangkan wajah And yang penuh dengan love-love yang berterbangan.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!