NovelToon NovelToon

Kuberikan Anakku Ke Ayah Kandungnya

Bab 1 : Shanum

Suara teriakan para siswa terdengar begitu menggema di lapangan sebuah sekolah menengah atas. Hari ini adalah hari kelulusan dan mereka merayakan bersama di lapangan sekolah tempat mereka menimba ilmu selama tiga tahun terakhir ini. Suara tawa dan juga rasa syukur terdengar saling bersahutan, mereka juga memberi selamat satu sama lain atas kelulusan mereka.

“Ke kafe, yuk! Kita rayakan sambil makan-makan.” Salah satu siswa mengajak yang lainnya untuk merayakan bersama.

“Setuju, setuju.” Yang lainnya pun menyahut penuh semangat.

“Mau ikut?” tanya Aska, salah satu remaja yang baru saja lulus dan kini berdiri di samping seorang gadis.

“Ayo!” Gadis bernama Shanum itu mengangguk setuju.

Aska dan Shanum akhirnya ikut bersama teman-temannya, mereka pergi ke kafe yang berada di dekat sekolah tempat mereka menimba Ilmu.

Di kafe itu, mereka menghabiskan waktu untuk makan-makan dan berbincang serta membicarakan keinginan mereka setelah lulus, sebagian besar dari mereka ingin pergi ke kampus impian.

“Shanum, bagaimana denganmu?” tanya seorang teman Shanum.

“Entahlah, aku belum memikirkannya,” jawab Shanum.

Shanum, gadis berumur delapan tahun yang hidup serba pas-pasan. Dia berasal dari keluarga sederhana, sangat berbeda dengan Aska—kekasih Shanum, yang memang anak orang kaya.

Mereka bersenang-senang di sana sampai hari berganti malam. Hingga satu persatu mereka pun pamit pulang karena sudah dicari orangtua masing-masing.

“Apa ibumu di rumah?” tanya Aska saat berjalan bersama menuju rumah Shanum.

“Ibu bilang lembur malam ini, jadi tidak ada orang di rumah,” jawab Shanum sambil terus mengayunkan langkah.

Keduanya pun sudah berada di rumah Shanum yang memang sepi. Aska meminta izin menemani Shanum di rumah karena gadis itu sendirian.

“Shanum.” Aska menatap Shanum yang sudah berganti baju dan kini duduk di sebelahnya.

Shanum menoleh, menatap Aska yang sudah memandangnya.

“Ada apa?” tanya Shanum. Ditatapnya Aska yang memandangnya sedikit berbeda.

Aska mengulurkan tangan, lantas menyentuh rambut hingga pipi Shanum, hingga kemudian jari pemuda itu menyentuh bibir.

“Apa kamu pernah melakukannya?” tanya Aska sedikit ambigu.

“Melakukan apa?” tanya Shanum bingung.

Aska mendekatkan wajah ke arah telinga Shanum, hingga kemudian membisikkan sesuatu yang membuat Shanum membulatkan bola mata lebar.

“Tidak, aku belum pernah melakukannya. Tapi aku juga takut melakukannya,” ucap Shanum sedikit takut dan bingung.

“Kenapa takut? Itu tidak menyakitkan.” Aska mencoba merayu Shanum.

“Bukan takut sakit. Aku takut kalau hamil jika melakukan hal itu,” ucap Shanum dengan ekspresi wajah ketakutan.

“Hei, kamu tidak mungkin hamil hanya karena melakukan itu sekali. Lagi pula ada aku, apa kamu tidak percaya kepadaku? Bukankah kamu mencintaiku, sama dengan aku yang mencintaimu?” Aska terus membujuk agar Shanum mau tidur dan melepas keperawanan untuknya.

Shanum terlihat ragu, tapi karena perasaan cintanya ke Aska, serta bujukan pemuda itu, membuat Shanum terlena.

Aska mencium bibir Shanum, hingga keduanya larut dalam gairah yang terlarang, sampai akhirnya melakukan hal yang seharusnya tidak mereka lakukan.

**

Dua bulan kemudian.

Shanum menatap kalender yang terpajang di kamar. Dia menggigit ujung kuku jempolnya, memperhatikan tanggal di kalender dengan ekspresi wajah cemas.

“Kenapa tamu bulananku belum datang?” Shanum sangat ketakutan karena sudah dua bulan tidak datang bulan.

“Bagaimana ini?” Shanum benar-benar bingung.

Shanum pun menemui Aska, hendak menyampaikan kondisi yang dialaminya.

“Jangan bercanda!” Aska terkejut dan seolah menolak apa yang dikatakan oleh Shanum.

“Aku tidak bercanda, Ka. Aku benar-benar belum kedatangan tamu bulananku. Bagaimana ini?” tanya Shanum kebingungan.

Aska juga bingung, tidak mungkin kalau Shanum hamil dan dia harus bertanggung jawab, sedangkan Aska masih ingin kuliah dengan tenang. Dia tidak akan siap menjadi ayah di usia muda.

“Kita ke apotek dan beli testpack, lalu coba tes apakah benar kamu hamil,” ucap Aska kemudian.

Mereka pun pergi ke apotek, Aska memberi Shanum uang, gadis itu membeli testpack digital agar hasilnya lebih akurat. Setelah itu mereka pergi ke rumah Shanum yang memang sepi, untuk melakukan tes urine.

Aska menunggu di ruang tamu dengan perasaan cemas, hingga akhirnya Shanum keluar dengan wajah tertunduk lesu.

“Bagaimana?” tanya Aska langsung berdiri saat melihat Shanum.

Shanum mengulurkan testpack yang dipegang, Aska pun mengambil alat test itu untuk melihat hasilnya.

Aska sangat terkejut saat melihat testpack yang menunjukkan kalau Shanum postif hamil. Dia kebingungan karena tidak siap menjadi ayah di usia muda, padahal dia sudah diterima kuliah di salah satu kampus pendidikan tinggi kedinasan di bawah naungan sebuah kementerian.

“Sha, aku tidak bisa bertanggung jawab. Kamu tahu aku masih harus kuliah. Kamu lebih baik gugurkan saja kandungan itu,” ucap Aska dengan wajah kebingungan dan panik.

Shanum juga bingung dan syok, tidak tahu harus bagaimana.

Aska membuka ponsel dan mencari sesuatu di sebuah situs jual beli online. Ternyata Aska mencari obat penggugur kandungan yang bisa digunakan Shanum.

“Aku akan membelikan obat penggugur kandungan, mumpung usianya masih kecil akan lebih cepat diatasi,” ucap Aska yang sudah membelikan obat penggugur kandungan tanpa persetujuan Shanum.

Shanum tidak berkata-kata, dia juga masih bingung bagaimana mengatasi masalah yang mereka buat.

**

Dua hari kemudian, obat yang dipesan Aska pun sampai di rumah Shanum. Shanum hanya menatap obat itu dan belum meminumnya karena takut. Dia bingung harus bagaimana, bahkan Shanum sampai menangis meratapi nasibnya yang hamil di luar nikah.

Belum lagi, sang ibu juga mengatakan kalau dipindah tugas ke luar kota, membuat Shanum semakin kalut dan bimbang.

“Aku tidak bisa membunuhnya.”

Shanum memeluk perutnya yang masih datar. Dia hendak menghubungi Aska untuk menyampaikan kepindahan ibunya, tapi ternyata Aska tidak bisa dihubungi karena sudah berada di asrama untuk memulai pendidikan.

“Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?” Shanum benar-benar berada dalam dilema.

Shanum kalut, hingga akhirnya memilih mendatangi rumah Aska untuk menanyakan keberadaan Aska. Saat sampai di rumah kekasihnya itu, Shanum hanya bertemu dengan ibunda Aska.

“Mau apa kamu?” tanya ibu Aska dengan sedikit nada membentak. Dia tahu siapa Shanum dan terlihat tidak menyukainya.

“Saya mau ketemu Aska, Tante,” jawab Shanum sopan.

“Mau apa? Kamu jangan mengganggu Aska lagi. Dia sudah berangkat ke asrama untuk menimba ilmu. Jadi kamu jangan mencarinya serta jangan mengganggu pendidikannya!” Ibu Aska bicara dengan nada membentak.

Shanum terkejut karena ibunya Aska membentak, hingga berpikir kalau sampai memberitahukan tentang kehamilannya kepada wanita itu, maka akan menghancurkan impian serta membuat Aska tidak bisa mengejar cita-citanya. Akhirnya Shanum pun memutuskan pamit dan pergi dari rumah itu.

**

Shanum akhirnya pergi bersama ibunya, pindah ke lain kota tanpa memberitahu Aska karena sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menghubungi kekasihnya itu.

Kota baru dan kehidupan baru, tapi sayangnya kehidupan baru Shanum begitu kelam tidak seperti yang dibayangkan.

Pagi itu Shanum baru bangun tidur, tapi tiba-tiba merasa begitu mual dan membuat Shanum langsung berlari menuju kamar mandi.

Ibunya sangat terkejut melihat Shanum yang berlari ke kamar mandi dan kemudian muntah-muntah. Wanita itu merasa aneh dengan perubahan putrinya, selain Shanum yang beberapa kali terpegok mual dan muntah, nafsu makan Shanum juga bertambah.

“Shanum, kamu sakit? Bagaimana kalau ke dokter saja?” tanya sang ibu karena Shanum terus muntah.

Shanum menggelengkan kepala pelan, tidak sanggup bicara karena merasa sangat mual.

Ibunya semakin curiga, hingga mencoba menebak apa yang terjadi dengan putrinya.

“Shanum, apa kamu hamil?”

Shanum terkejut mendengar pertanyaan ibunya, hingga terlihat kebingungan dan hal itu membuat sang ibu semakin curiga.

“Katakan Shanum! Kamu hamil!” Sang ibu memaksa Shanum mengaku.

Shanum menunduk karena tidak bisa menjawab pertanyaan sang ibu.

“Jika kamu tidak menjawab, maka ibu akan membawamu ke rumah sakit untuk diperiksa."

“Katakan! Apa kamu benar hamil?” Ibu Shanum kembali melontarkan pertanyaan yang sama.

Shanum ketakutan hingga akhirnya menganggukkan kepala untuk menjawab pertanyaan sang ibu.

Wanita itu langsung memegangi kepala yang terasa pusing, bagaimana bisa putrinya hamil di luar nikah.

“Siapa yang menghamilimu? Apa dia Aska?” tanya ibu yang tahu kalau Shanum memang berpacaran dengan Aska.

“Jangan minta pertanggungjawaban darinya, Bu. Aku mohon.”

Permohonan Shanum cukup membuktikan kalau memang Aska yang menghamili.

“Dia sudah menghamilimu, sudah sepatutnya dia bertanggung jawab!” Ibu murka karena hal yang menimpa putrinya.

Shanum langsung bersimpuh dan memeluk kaki ibunya, memohon sampai menangis agar sang ibu tidak meminta pertanggungjawaban dari Aska.

“Aku mohon, Bu.” Shanum tahu salah karena sejak awal tidak menggugurkan kandungan itu sesuai dengan yang Aska inginkan.

Melihat Shanum yang memohon sampai menangis, membuat ibunya luluh dan akhirnya tidak memaksa. Kebetulan perumahan yang mereka tempati hidup secara individualis, sehingga ada orang baru pun tidak menyapa atau bergunjing karena mereka tipe orang yang masa bodoh dengan sekitar.

**

Setelah sang ibu tidak memaksa agar Aska bertanggung jawab. Shanum pun mencoba kembali menghubungi Aska. Namun, sayangnya Aska menghilang bak ditelan bumi, nomor Aska sama sekali tidak bisa dihubungi, bahkan teman-temannya pun tidak ada yang tahu atau bertemu dengan Aska, membuat Shanum bingung dan panik.

“Aku menyesal percaya kepadamu. Kenapa kamu memberiku janji manis, jika tidak bisa menepatinya.”

Shanum benar-benar menyesal karena sudah percaya ke Aska, kini masa depannya juga hancur karena sudah memberikan kesuciannya ke pria itu. Pria yang pada akhirnya meninggalkannya seperti sampah.

Akhirnya Shanum menghabiskan waktu di rumah. Dia malu untuk kuliah karena kondisinya saat ini. Sampai akhirnya Shanum mendapatkan pekerjaan bebas di rumah. Dia bekerja sebagai penerjemah juga entry data, semua dilakukan di rumah, sehingga Shanum tidak perlu repot menyembunyikan kehamilannya.

Perut Shanum kini sudah terlihat besar. Kandungannya sudah menginjak usia hampir sembilan bulan. Dia masih bekerja untuk tabungan biaya melahirkannya karena tidak ingin merepotkan ibunya.

“Aduh.”

Shanum tiba-tiba merasa perutnya sakit saat sedang bekerja. Dia memegangi perut yang terasa mulas dan semakin sakit karena ternyata hendak melahirkan.

Bab 2 : Laskar

6 Tahun kemudian.

Terlihat seorang anak kecil berumur lima tahun berlarian di sebuah taman. Tempat itu terlihat begitu asri dan bersih, pepohonan berjajar rapi, serta ada beberapa semak kecil dengan tanaman bunga yang mengelilingi.

Tawa bocah berusia lima tahun itu terlihat begitu lepas, tidak ada beban yang dipikirkan dan hanya ada keceriaan dan kebahagiaan yang menghampirinya.

Hingga seorang wanita terlihat berjalan mendekat ke bocah laki-laki yang masih asyik bermain itu. Wanita itu baru saja memarkirkan mobil di bahu jalan dan langsung menghampiri.

“Laskar!” Wanita itu melambaikan tangan ke arah bocah laki-laki yang sejak tadi masih berlarian.

Laskar dan pria yang bersamanya menoleh ke arah sumber suara. Pria itu lantas meminta Laskar menemui wanita yang memanggil. Wanita itu ternyata adalah Shanum.

“Bundamu datang, sana hampiri,” kata pria itu.

Laskar berlari dengan riang, lantas memeluk Shanum yang sudah membungkuk untuk menyambut pelukannya.

Pria yang bersama Laskar mengikuti, melihat Laskar yang baru saja memeluk Shanum.

“Kenapa Bunda baru jemput?” tanya Laskar sedikit mendongak untuk bisa menatap wajah Shanum. “Aku bosan main sama Uncle Bagus,” celoteh Laskar kemudian.

Bagus kesal tapi juga gemas dengan celotehan Laskar, hingga kemudian menjitak pelan kepala Laskar dan membuat bocah itu mengaduh serta mengusap kepala.

“Kamu ini asal ngomong ya, padahal tadi uncle yang jemput sekolah, terus nemenin main. Masa bilangnya begitu,” ujar Bagus gemas.

Laskar mengerucutkan bibir karena terkena jitak, sedangkan Shanum malah tertawa.

“Terima kasih karena sudah menjemput dan menjaga Laskar,” ucap Shanum ke Bagus.

Bagus tersenyum, kemudian berkata, “Jangan berterima kasih saja. Seharusnya kamu juga traktir aku makan.”

Bagus mengatakan itu dengan nada candaan, tapi ternyata Shanum mengangguk dan mengiakan permintaan Bagus yang semula hanya bercanda. Bagus pun terlihat senang karena Shanum mengabulkan candaannya, lantas mereka pun akhirnya pergi ke tempat makan yang ada di seberang taman.

“Apa pekerjaanmu sangat banyak?” tanya Bagus saat mereka sudah duduk dan menunggu pesanan datang.

Shanum mengangguk menjawab pertanyaan Bagus. Dia sedang fokus melihat gambar Laskar.

“Untung saja aku tidak harus lembur, hanya telat sedikit. Coba kalau lembur, bagaimana dengan Laskar,” ujar Shanum sambil mengalihkan pandangan dari gambar Laskar ke Bagus, lantas mengulas senyum ke pria yang sudah banyak membantu dirinya.

“Apa kamu tidak buru-buru kembali ke tempat kerja?” tanya Shanum kemudian.

Bagus menggelengkan kepala pelan. Pria itu bekerja di sebuah butik pakaian ternama.

“Kamu tenang saja, aku sekarang naik jabatan jadi manager, jadi tidak harus terus berada di butik. Sesekali keluar boleh, asal keadaan di butik tetap kondusif,” ujar Bagus menjelaskan.

Shanum mengulas senyum dan mengangguk-anggukan kepala pelan.

Shanum pindah kembali ke kota tempat tinggalnya enam bulan yang lalu. Setelah ibunya meninggal, Shanum mendapat kenaikan pangkat di perusahaan sebuah jasa keuangan tempatnya bekerja. Dia bertemu Bagus di perusahaan itu, tapi tak lama kemudian Bagus keluar, mereka hanya bekerja bersama dalam jangka waktu sebentar.

Mereka pun makan sambil mengobrol, sampai akhirnya selesai makan dan mereka pun bersiap pulang ke tempat masing-masing.

“Sekali lagi makasih sudah bantu jaga Laskar,” ucap Shanum sebelum pergi.

“Tidak usah berterima kasih, kalau memang butuh bantuan, jangan sungkan menghubungiku,” ujar Bagus dengan seulas senyum.

Shanum pun melambai dan masuk mobil, kemudian memacunya meninggalkan Bagus terlebih dahulu.

“Uncle Bagus baik,” ucap Laskar saat berada di mobil.

Shanum menoleh dan mengulas senyum mendengar ucapan sang putra. “Iya, dia baik,” timpal Shanum.

“Laskar pengen punya Papa seperti Uncle Bagus,” celoteh Laskar lagi.

Shanum hanya tersenyum mendengar celotehan Laskar. Dia hanya berpikir kalau Bagus sedikit berbeda dengan pria normal lainnya karena bekerja di butik, sehingga itu Shanum sedikit anti, tapi meski begitu Shanum masih tetap menganggap Bagus sebagai teman baik.

**

Beberapa menit kemudian, Shanum dan Laskar sudah sampai di rumah. Mereka turun dari mobil dan Laskar langsung buru-buru masuk.

“Laskar mandi dulu, sudah bau asem,” ucap Shanum sambil meletakkan tas di sofa.

Laskar tidak membantah ucapan ibunya, memilih buru-buru mandi agar badannya pun terasa segar.

Selepas mandi, Shanum menemani Laskar di kamar. Dia membantu Laskar untuk belajar membaca.

Shanum sudah benar-benar mengubur masa lalunya. Dia tidak pernah lagi ingat kepada Aska yang sudah meninggalkan dirinya. Begitulah yang diyakini Shanum karena Aska tidak pernah ada kabar lagi setelah dia pindah. Shanum sempat merasa ditipu dan patah hati, tapi semua itu sudah dikuburnya dalam-dalam sebagai pelajar hidup.

Kini Shanum bahagia menjalani hidup bersama Laskar. Dia bersyukur karena Laskar bertahan bersamanya sampai saat ini. Shanum sangat berterima kasih karena Laskar menemaninya dan membuatnya terus bangkit agar menjadi lebih baik dan bisa memberikan kehidupan yang baik untuk putra tercintanya itu.

Setelah selesai menemani Laskar belajar hingga bocah laki-laki itu tidur, Shanum pun bersiap tidur dan hendak mematikan lampu. Namun, ponselnya tiba-tiba berdering, sebuah pesan pun masuk dan terpampang di layar.

[Shanum, besok tolong berangkat ke kantor lebih awal. Ada kepala cabang baru akan datang, jadi kamu diminta menyambutnya.]

Shanum membaca pesan dari teman kerjanya, kemudian membalas dengan cepat kalau dia akan melakukannya. Shanum terkenal begitu disiplin ketika bekerja, membuatnya tidak menolak atau banyak alasan saat diminta berangkat lebih awal.

"Semoga dia tidak seperti kepala cabang sebelumnya."

Bab 3 : Bertemu Masa Lalu

“Ingat, jangan bandel di sekolah dan dengarkan Bu Guru,” ucap Shanum kepada Laskar saat mengantar ke sekolah.

“Oke, Bunda.”

Laskar membentuk huruf O dengan telunjuk dan jempol. Bocah laki-laki itu lantas berjalan masuk ke kelas dan sempat melambai ke Shanum.

Shanum masih berdiri dan melambaikan tangan ke Laskar, menunggu sampai putranya masuk kelas, sebelum benar-benar pergi bekerja.

Shanum pergi ke perusahaan pagi-pagi, membuat Laskar juga terpaksa berangkat pagi karena tidak ada yang mengantar jika Shanum berangkat duluan.

Kini Shanum sudah sampai di area parkir perusahaan. Dia parkir di samping sebuah SUV mewah yang juga baru saja berhenti di sana.

Shanum keluar dari mobil, membetulkan pakaiannya agar rapi serta menyematkan tali tas di pundak. Saat akan melangkah menuju perusahaan, Shanum melihat pintu mobil SUV merah yang terparkir di sampingnya terbuka. Hingga Shanum bergeming ketika melihat siapa yang turun dari mobil itu.

Shanum melihat Aska, pria yang dicintai dan pernah hadir dalam hidupnya. Pria yang juga secara tidak langsung menghancurkan masa depannya, kemudian membuangnya seperti sampah. Semua memori yang terkunci rapat dalam ingatan, kembali terbuka dan menghadirkan cuplikan-cuplikan kejadian seperti roll film yang terus berputar di kepala.

Aska tidak kalah terkejutnya dengan wanita yang sedang memandang dirinya, ditatapnya wanita yang kini berdiri tak jauh dari dirinya. Dia sadar kalau wanita itu adalah Shanum, mantan kekasihnya.

Shanum berdeham meski tenggorokannya tidak gatal, kemudian berpura-pura tidak mengenal Aska dan langsung berjalan meninggalkan pria itu di parkiran. Shanum buru-buru masuk ke perusahaan untuk memulai pekerjaannya.

“Shanum, apa kamu sudah melihat kepala cabang yang baru?” Teman Shanum baru saja datang, tiba-tiba menanyakan hal itu dan membuat Shanum yang sedang mengecek berkas terkejut.

“Tidak,” jawab Shanum sambil menggelengkan kepala.

“Apa kamu tahu, dia ternyata masih muda dan tampan. Jadi tidak sabar bekerja bersama dia,” ucap teman Shanum terdengar menggebu-gebu.

Shanum hanya menggelengkan kepala pelan mendengar ucapan temannya, dia bahkan tidak berpikir itu Aska meski melihat pria itu di parkiran perusahaan.

Saat semua karyawan sudah berkumpul, mereka melakukan briefing karena ada kepala cabang baru. Shanum sedang menunduk merapikan kemeja, di saat temannya menyenggol lengannya pelan.

“Shanum, lihat! Dia tampan, ‘kan,” bisik teman Shanum.

Shanum mengangkat wajah, hingga begitu terkejut saat melihat Aska di sana.

“Beliau adalah Pak Aska. Beliau ini kepala cabang baru di perusahaan kita,” kata salah satu atasan Shanum memperkenalkan Aska.

Shanum bergeming menatap Aska, bagaimana bisa dia harus bekerja dengan pria itu.

Shanum memalingkan wajah sekilas ketika Aska memperkenalkan diri secara pribadi, belum lagi pria itu sempat melirik dirinya, membuat Shanum buru-buru membuang wajah. Dia mencoba bersikap biasa dan tidak mau menyapa atau mengajak bicara Aska seperti yang dilakukan staff lainnya.

“Oh ya, Pak Aska apakah sudah menikah?” tanya salah satu staff senior.

Aska mengulas senyum mendengar pertanyaan staff di sana, kemudian menjawab, “Sudah, baru tiga bulan.”

“Wow … ternyata Pak Aska pengantin baru,” ujar salah satu staff.

“Cie … cie … yang masih baru,” timpal lainnya.

Shanum mendengar dan terkejut saat tahu Aska sudah menikah, tapi kemudian memilih pura-pura tidak mendengar dan bicara ke staff lain yang ada di dekatnya.

Shanum menyadari jika Aska sesekali melirik ke arahnya. Namun, dia mencoba menjaga jarak dari pria itu. Shanum tidak ingin berinteraksi dengan Aska, tidak ingin membuka luka lama yang sudah ditutup rapat olehnya.

Bahkan saat jam pulang, Shanum langsung pergi dan hanya berpamitan kepada teman-temannya seperti biasa.

***

Shanum sudah berada di rumah bersama Laskar, kini mereka sedang di dapur untuk membuat makan malam.

Laskar mengerutkan dahi memandang Shanum yang sedang menyiapkan telur dadar, bocah itu bahkan sampai menghitung berapa sendok garam yang dimasukkan sang mama ke mangkuk.

“Bun, Bunda mau buat telur asin? Kalau garamnya sebanyak itu, nanti telur gorengnya akan asin,” celoteh Laskar.

Shanum terkejut mendengar celotehan putranya, hingga memandang ke mangkuk dan baru sadar kalau sudah menuang banyak garam ke dalam telur.

“Eh … maaf, Bunda ga lihat.” Shanum terlihat kebingungan, kemudian mencoba menyelamatkan telur itu dengan cara mengambil garamnya sebelum tercampur dengan telur, tapi sayangnya itu percuma karena tampaknya telur itu akan tetap keasinan.

Laskar menggeleng-gelengkan kepala melihat sang mama yang berusaha menyelamatkan telur itu tapi tidak berhasil.

“Sepertinya telurnya akan tetap asin. Itu akan jadi telur asin dadar,” celoteh Laskar lagi.

Shanum merasa bersalah, kemudian mencoba tersenyum dan berkata, “Bunda akan menggantinya dengan yang baru.”

Shanum pun mengambil telur baru dan membumbuinya, lantas mulai menggoreng. Dia terlihat menggoreng sambil melamun, memikirkan tentang kehadiran Aska di perusahaan.

“Jika Aska tahu kalau aku melahirkan Laskar, apakah dia akan mengambilnya dariku? Tidak, jika dia ingin merebutnya pun tidak akan aku biarkan. Tapi dia juga sudah menikah, aku yakin ga mungkin Aska merebut Laskar. Dia sudah punya istri dan kehidupan sendiri, aku yakin istrinya akan memberikan anak untuknya. Dia pasti tidak membutuhkan Laskar.” Shanum melamun sambil larut dalam pikirannya sendiri, sampai tidak menyadari kalau Laskar mengamatinya.

Laskar terus memperhatikan, bahkan melihat sang mama tidak segera membalik telur yang sudah masuk ke wajan.

“Bunda, telurnya nanti bisa gosong kalau ga dibalik,” ucap Laskar mengingatkan.

Shanum tersadar dari lamunan, kemudian memilih membalik telur di wajan.

Laskar merasa kalau Shanum tidak seperti biasanya dan sering melamun sejak menjemputnya tadi.

“Bunda, ada apa? Kenapa Bunda kok dari tadi melamun?” tanya Laskar dengan polosnya.

Shanum terkejut dan menoleh Laskar, hingga terlihat kebingungan menjawab pertanyaan putranya itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!