NovelToon NovelToon

Dara Manisku

Malam Tahun Baru yang sedih

Dara akhirnya keluar dari Rumah yang selama ini ia idam-idamkan. Sudah lima tahun menikah baru satu tahun ini bisa punya rumah sendiri. Setelah empat tahun lamanya keluar masuk kontrakan.

“Teganya kamu Rel!” bisik Dara dalam hati sambil mengusap air matanya, dadanya sesak.

Malam tahun baru yang mengiris hati, Dara berjalan ditengah hujan rintik, menyusuri jalan perumahan sambil menyeret koper pink nya .

Tak terasa sampailah Dara di batas jalan utama, namun tiba-tiba....

Wwwwuuuzzz....cepreeett..!byarr... mobil laju kencang melintasi genangan air dan mengenai Dara.

“Apalagi ini... !” Dara jatuh terduduk lemas di pinggir trotoar sambil menangis meratapi nasibnya.

Malam itu terasa panjang bagi Dara, bajunya yang basah dan kotor membuat keadaan Dara semakin menyedihkan.

Rasa sesak di dada Dara pun meluap. “Aku capeee...Aku...Aku kotooorr!” teriak Dara sambil meremas bajunya.

Dara teringat perlakuan Bos klub malam yang sangat kurang ajar. Dara merasa jijik dengan tubuhnya yang sudah disentuh oleh Bosnya itu.

“Mba ? Mba...tidak apa-apa?” suara itu menghentikan tangisan Dara, sosok laki-laki menyentuh pundak Dara dan bertanya dengan lembut.

Perlahan Dara bangkit dan mengusap air matanya... “Aku.. Aku...Aku gak pa-pa" .

Hujan deras turun, mata laki-laki itu dan Dara saling bertatapan.

Sepertinya mereka saling mengenal, “bukankah cewe ini yang waktu itu dipasar,”

Dara pun mulai menyadari, dua bulan lalu Dara pernah kehilangan dompet bunga-bunganya dipasar.

“Aduh kemana sih dompet ku, jangan-jangan aku kecopetan?” pikir Dara.

Tak jauh dari lokasi Dara berdiri, Dara melihat seorang laki-laki sedang memegang dompet Dara.

“Copeeet..! Dara berlari dan ...plak!!! Tangan Dara mendarat di pipi laki-laki itu.

“Astaghfirullah...!” apa salah saya mba?” teriak Ihsan karena kaget. “Kamu kan yang ambil di dompet aku ini!” Dara bicara dengan mata melotot menuduh laki-laki yang bernama Ihsan itu.

“Ya Allah ...Mba..dompet ini saya temukan di sini tadi, dan saya sedang menanyakan kepada pedagang, dompet siapa ini ? Gitu Loh mba, mba salah faham !”

Itulah sekilas pertemuan antara Dara dan Ihsan dipasar, siapa yang menyangka bahwa mereka bertemu lagi di saat Dara sedang terlihat menyedihkan.

“Jangan perdulikan aku...” jawab Dara sambil meraih koper nya dan berjalan mengabaikan Ihsan.

“Kamu mau kemana?” tanya Ihsan, dengan meraih tangan Dara yang dingin itu.

Dara menghempaskan tangan Ihsan, “ tidak usah ikut campur urusan orang lain!” Dara menjawab dengan suara bergetar.

“Ini... pakai saja!” Ihsan memberikan payung hitamnya kepada Dara, Ihsan berusaha membujuk Dara, “Bawalah ...!”

Dara terdiam, "laki-laki yang dulu aku tampar, kenapa dia perduli padaku?” hati Dara berbisik keheranan.

Malam semakin larut, Dara pun mengambil payung itu sambil memandangi Ihsan yang berlari menjauh sambil menutupi kepalanya dengan bungkusan plastik kresek.

“Masih ada orang baik di dunia ini” pikir Dara, hatinya yang tadi sangat hancur tiba-tiba memiliki secercah harapan.

“Taksii... tolong antar saya ke jakarta pak", Dara pergi dari tempat itu dengan membawa sejuta harapan untuk bisa menjauh dari suaminya Varel.

“Dara...Daraaaaa....lo ga boleh pergi! Kemana lo... panggil Varel sambil merangsek kedalam rumahnya, Varel kaget dan baru menyadari Dara ternyata sudah pergi,

“gak..gak! Ini ga boleh terjadi ...Daraaaaa...!! Varel berlari berusaha mengejar Dara yang sudah lama pergi.

Tak lama kemudian geng Tiger anak buah pemilik klub malam tempat Dara bekerja sebagai penyanyi pun datang, “ gak ada bang!... lima orang masuk ke rumah Dara mengobrak abrik mencari seseorang.

Salah satu dari mereka berambut gondrong menelpon, “ hallo Bos Dara dan Varel tidak ada, tapi jangan khawatir saya akan cari mereka sampai dapat!” ternyata mereka mengejar Dara dan Varel.

“Berikan Dara kepadaku dalam keadaan hidup-hidup, sedangkan Varel...terserah kalian mau apakan!” Jawab bos pemilik klub malam.

“ Siap Bos!” dengan bergegas kelompok geng itu keluar rumah dan mulai mencari dengan mobil Jeep hitam.

Sepanjang perjalanan Dara menatap kosong keluar jendela mobil taksi, “De... jakarta nya ke mana De?” tanya supir taksi kepada Dara.

“Kita sudah muter-muter di sini dari tadi, sebenarnya Adek mau kemana?” ...“Terserah bapak aja...saya juga bingung pak,”

Dara menjawab dengan ragu, lalu tiba-tiba, “ STOP...Stop pak !” Berhenti di sini saja pak!”.

“De..ini kan gedung kosong, serius Dek?” Ungkap supir taksi

“Iya ..ga apa-apa pak, di sini aja” Dara pun turun dari Taksi dan mengeluarkan sejumlah uang sambil gemetar karena tangan nya yang basah kedinginan.

Dara menggeret koper nya memasuki gedung kosong yang gelap itu, “ ini lebih baik, ya tempat ini lebih baik daripada aku harus menjual diri”.

Dara meyakinkan dirinya sendiri. Tanpa pikir panjang dia membuka koper nya lalu menggelar selimut di lantai yang berdebu lalu merebahkan badannya yang lusuh.

Dara yang menggigil kedinginan tidur meringkuk sambil beberapa kali mengusap air matanya yang tidak mau berhenti.

“Pyarrr...pyarrr... bredettt...dedeettt...!!”

Suara puluhan petasan dan kembang api terdengar jelas saling bersahut-sahutan saat itu.

Dara bangkit dan memandang keluar gedung, melihat indahnya kilauan cahaya dari kembang api di malam tahun baru.

Sambil tersenyum sedih dia mengingat masa-masa SMP dulu.

“Andai saja dulu aku tidak menikah dengan mu Varel, mungkin sekarang aku sudah menjadi sarjana”. Dara menyesali keputusannya, pernikahan yang tidak mendapat restu dari mamanya.

Keesokan paginya, Varel tertidur di pos ronda.

“heyy... pergi kau ..dasar pemabok!” teriak pria setengah tua membangunkan Varel yang sekujur tubuhnya bau minum- minuman keras .

“Apaan sih pak...emang ini rumah lo!” Jawab Varel.

“Bangun! ... kalau gak, gue siram lo ya!” teriak bapak itu lebih keras lagi.

Varel pun akhirnya bangun dan berjalan sempoyongan. Tiba-tiba mobil Jeep hitam hampir saja menabrak Varel.

“ hey ...itu Varelkan?” ...”ya benar, itu bocah bikin repot gue aja!” ...”Dah langsung ciduk aja!”

ternyata komplotan geng Tiger melihat Varel dan langsung membawa paksa Varel masuk kedalam mobil Jeep mereka.

Varel di bawa ke sebuah rumah kosong.

“Di mana Dara!” teriak anak buah geng Tiger yang sedang menginterogasi Varel sambil memukuli perut nya berkali-kali.

“ampun...ampun bang...gue ga tahu bang..bener bang" Varel memohon kesakitan.

“ buang-buang waktu gue aja lo, dah gimana kalau kita langsung gorok aja nih bocah!” salah satu anak buah geng Tiger itu sudah mulai tidak sabar, mereka segera mengambil kayu besar dan ingin menghantam kepala Varel.

“ tunggu bang..!! Tunggu ... saya tahu bang...saya tahu dimana Dara.... saya pasti bawa Dara ke Bos...janji bang!” teriak Varel berusaha meyakinkan anak buah geng Tiger agar tidak membunuhnya.

Di saat itu, Dara yang tertidur pulas di dalam gedung kosong tidak menyadari bahwa tidak begitu jauh masih di kota yang sama, Varel sedang di siksa habis-habisan.

Apakah Dara akan berjumpa lagi dengan Varel suaminya ??

 

Awal yang Baru

Angin menerpa rambut Dara sore itu diatas gedung kosong.

Sudah dua hari Dara tinggal didalam gedung itu.

“Aku harus kemana lagi!!” Suara Dara terdengar lirih bersama semilir angin yang seakan ingin membawa Dara pergi dari penderitaannya.

“Aaaaaaaaaaaa.........!!! Teriak Dara

“Aaaaaaaaa.....!! Dara kembali berteriak.

serasa lega hatinya, tak di sangka suara nya begitu jelas sampai menggema keseluruh pojok gedung kosong itu.

Suara Dara menarik perhatian seorang laki-laki yang sedang bermain motor trail di dalam parkiran gedung.

Axel, seorang pemuda tampan blasteran jerman biasa bermain motor di gedung kosong itu pada hari libur.

 “Maafin aku mamaaaa...!” teriak Dara lagi.

Axel kali ini yakin bahwa ada suara dari atas gedung , dia langsung mematikan motornya, dan berlari menuju atas gedung.

Sesampainya diatas gedung.

Dengan nafas yang tersengal-sengal Axel berteriak,  “Haiii....jangan lakukan itu...ayo turun!” Axel bergegas mendekati Dara yang sedang berdiri di tembok pembatas gedung.

Dara kaget,

“Stop!...siapa kamu....apa kamu anak buah geng Tiger?! Dara sangat ketakutan dan hampir saja terjatuh dari gedung itu namun tangan Axel langsung menarik Dara, dan Dara terjatuh di atas badan Axel yang kekar.

Segera Dara berdiri dan menjauhi Axel, “tenang, namaku Axel, aku cuma tidak ingin kamu bunuh diri, itu saja" jelas Axel sangat hati-hati.

Rambut Dara yang terurai panjang tak beraturan tak mengurangi kecantikan Dara saat itu, “Jangan mendekat...atau aku akan lompat!” Dara mengancam, dia sangat ketakutan.

Axel berusaha membujuk Dara. “Tunggu ...jangan ..Aku hanya orang yang sedang lewat sini dan mendengar jeritan mu tadi, tolong ...Aku bukan orang jahat, lihat aku tidak bawa senjata apa pun...Aku tidak seperti orang jahat kan?”

Dara mulai memperhatikan dari kaki sampai kepala Axel, “Kamu siapa...dan sedang apa di sini?”

Dara masih saja curiga pada Axel.

“perkenalkan namaku Axel aku tinggal di apartemen tidak jauh dari sini, nama mu siapa?” Axel memperkenalkan diri kembali dengan mengulurkan tangan nya.

Namun Dara mengabaikan uluran tangan Axel.

“Aku Dara...dan aku tidak perduli kamu siapa” Dara pun pergi dan meninggalkan Axel begitu saja.

“Hmmm...aneh nih cewe" gerutu Axel.

“kamu tinggal di mana, aku bisa mengantarkan mu pulang kok" Axel terus berusaha mengorek informasi tentang Dara, namun Dara tetap diam dan terus berjalan menuruni tangga.

Axel kaget melihat ada koper dan selimut di lantai, “apa kamu tidur di sini? kamu kabur dari rumah ya?” Tanya Axel penasaran.

”bisa ga kamu diam!” Dara kesal mendengar ocehan Axel yang terus ingin tahu tentang dirinya.

“Sudah berapa hari kamu tidur disini?... memang nya tidak takut sendirian?”Tanya Axel lagi.

“gak ..Aku gak takut...udah deh jangan ikut campur urusan orang...ssssttttt...dah sana pergi!” Jawab Dara sambil mengusir Axel.

“ Oke ...Aku diam, tapi aku lihat di luar ada banyak preman yang sedang menuju kemari “ Axel berdiri membelakangi Dara.

“apa!...mana...mana mereka?” Dara kaget, sambil tengak-tengok khawatir "jangan-jangan anak buah Geng Tiger !" pikir Dara.

Axel tersenyum, dan sambil memandang wajah Dara yang dekat dengan bahunya.

Tak sadar Dara sedang memegang tangan Axel. “Katanya berani...kok deket-deket gini ?” Axel meledek .

Dara langsung menjauh ”aahh.. gak kok..Cuma penasaran aja" wajah Dara langsung merah karena malu lalu berbalik.

Axel tersenyum melihat tingkah Dara “Aku Cuma bercanda kok,...siapa tadi namamu..Dar..dar apa ?” Tanya Axel

”Dara...Namaku Dara" jawab Dara sambil menyematkan rambut nya.

Itulah awal pertemuan Dara dengan Axel, setelah itu hubungan mereka sangat dekat.

Dara bekerja paruh waktu di cafe milik Axel. Pemuda tampan ini lah awal baru bagi Dara.

Dara kembali memulai kehidupannya, jauh dari kehidupan malam yang kelam, Axel bagi Dara bagaikan malaikat penolongnya.

 Kini Dara tinggal di rumah susun sederhana, namun Dara sangat bahagia.

Tak terasa setahun tlah berlalu , tragedi malam tahun baru itu mulai di lupakan Dara.

Setiap pagi dia hanya sibuk bekerja, jam 7 pagi bekerja paruh waktu menjadi OB di kantor online shop, dan di sore hari Dara bekerja di cafe nya Axel.

“Aaaaaaahh...pagi dunia" Dara menyambut pagi dengan ceria. “Waduh!!!....Aku terlambat lagi ...gawat!”...Dara bergegas ke kamar mandi.

Mandi express ala Dara yang penting bersih, begitu pikirnya. Dengan membuntal rambut asal...langsung memakai topi hitamnya sambil menuruni tangga.

Di usia 15 tahun dulu Dara nekad menikahi pacar nya Varel yang masih duduk dikelas 3 SMK tanpa persetujuan mamanya, kini usianya sudah 21 tahun tapi gayanya masih seperti anak ABG.

“ Haduuhh... Dara! Kenapa telat lagi sih..cepat masuk ditunggu bu Leni di belakang!” Pak Danil Security kantor menegur Dara yang tersenyum senyum dari kejauhan.

“Eh..iya pak...hehehe sorry"jawab Dara dengan santai

“Mana Dara?.. ini anak ...terlambat kok hobby” Bu Leni kepala OB online Shop ini sudah berusia 45 tahun dan belum menikah.

“Siap komandan...saya Siap bekerja !” Dara muncul di depan pintu pantry sambil hormat.

Jam sudah menunjukkan jam lima sore, Dara bersiap untuk meninggalkan kantor. 

Tiba-tiba Bu leni menghentikan langkah kaki Dara.

“Eet..mau kemana Dar. . sini dulu..Aku minta tolong ya" Tolong antarkan ini ke alamat ini ya !” Pinta Bu Leni kepada Dara.

“ Tapi Bu...Aku masih harus kerja lagi di cafe...apa gak bisa orang lain aja yang Ibu suruh?” Dara mengambil bungkusan tas coklat itu dengan ragu.

“ emang apa isinya Bu?” Ungkap Dara

“ssssttt ..hey..jangan di intip isi nya! ..gini aja ..Kamu antarkan aja nanti setelah kamu pulang kerja di cafe, oke !” Pinta Bu Leni sedikit memaksa.

Dara sampai ke Cafe HOKI, dia langsung mengganti pakaian dengan celemek warna hitam dan topi merah seragam khas Cafe Hoki.

Tak lama seorang pria masuk ke Cafe, “ Double espressonya satu ya!” pinta tamu cafe

” Oke ...30 ribu kak" jawab Dara dengan senyum manis.

Wajah cantik Dara membuat Cafe Hoki jarang sepi pengunjung. Axel pun ikut membantu meracik Coffee di Cafe nya sendiri.

“Dara ..Aku lihat diatas loker mu ada tas coklat besar, punya siapa itu?” tanya Axel pada Dara.

“Oo...itu titipan Bos OB ku...minta tolong di antarkan ke apartemen apa ya tadi...Aku lupa..ah pokok nya ada tuh di kertas memo". Jawab Dara

Axel lalu mengambil memo yang menempel di tas coklat dan membacanya, “Daerah ini aku tahu tempatnya, nanti aku bisa antar kamu kesana”.  

Cafe Hoki sangat ramai pengunjung, dan tidak semua yang datang ke cafe untuk minum Coffee, banyak juga yang datang gadis remaja yang Cuma ingin melihat wajah tampan sang pemilik Cafe.

“Dara ini helm nya” ucap Axel menyodorkan helm kepada Dara, hampir setiap malam Dara di antar pulang sama Axel karena arah jalan pulang mereka searah.

Namun kali ini mereka mau mengantarkan tas coklat itu dulu,  “Sebentar Axel!” Dara meminta Axel menunggunya.

sepertinya Axel melihat Dara sedang kerepotan karena tas coklat yang besar itu.

“Sini biar aku pegang, kamu pakai helm nya dulu!” Axel yang sangat perhatian terkadang membuat Dara jadi salah tingkah.

“Udah ..jangan bengong ayo naik, ini tasnya pegang erat-erat ya” Axel pun mulai melajukan motornya menuju alamat yang tertera di memo.

Tingginya 25 lantai, apartemen yang sangat megah, “Kamu yakin ini tempat nya Xel?” tanya Dara keheranan.

maklum dara tidak pernah melihat tempat semewah dan setinggi itu.

“Iya..memang ini tempatnya sesuai dengan alamat di memo ini, tapi ...Bos kamu kok bisa kenal dengan orang yang tinggal di apartemen ini ya? Inikan apartemen Sultan “ Axel keheranan.

Dara tanpa pikir panjang langsung turun dari motor dan berjalan masuk menuju lobby.

“ Maaf kalau kamar 304 itu lantai berapa ya mas?” Tanya Dara pada security.

“Lantai 12 mba” jawab security apartemen . 

Axel pun mengikuti dari belakang, mereka masuk ke dalam liff.

Jam sudah menunjukkan jam 12 malam, “Nomor 304 ...nah itu dia!" Ucap Axel.

Dara dan Axel menuju pintu di sebelah kiri, tiba-tiba Axel menahan langkah dengan memegang bahu Dara.

“Nanti dulu Dara,..!" Ucap Axel

“Ada apa?” tanya Dara heran.

“Biar aku saja yang menekan bell nya, kamu diam aja di belakang ku!” perintah Axel sambil mengambil tas coklat besar dari tangan Dara.

“Tett....Tett..Tett!”  Sepinya lorong apartemen membuat suara bell terdengar menyeramkan.

Dara memegang kuat tangan Axel. “ Sepi banget iih...kok lama sih buka pintunya, ada orang nya gak ya?”

“Sssssstttt.... tenang” Axel memberi isyarat, “Ada suara dari dalam!” bisik Axel pada Dara.

Pintu pun terbuka, “ Ya ..Siapa?” seorang laki-laki gagah berada di balik pintu.

Dara yang tadi bersembunyi di belakang punggung Axel, mengintip penasaran suara siapa itu.

“Dia...!” Dara terkejut.

ternyata laki-laki yang tinggal di apartemen mewah itu adalah Ihsan, laki-laki baik yang rela hujan-hujanan demi memberikan payung pada Dara di malam tahun baru yang kelam setahun yang lalu.

Dara pun maju ke depan Axel dan menatap wajah Ihsan.

Apakah Ihsan mengenali Dara?

Ketika hubungan yang hilang datang kembali.

Ternyata pemuda gagah itu adalah Ihsan. “Kamu...!” Dara dengan mata berbinar seakan tak percaya bisa berjumpa lagi dengan laki-laki itu.

“Kenapa dia ada disini? Bagaimana Bu Leni bos ku bisa kenal dia?” dan apakah dia ingat aku?” Dara terus bertanya-tanya dalam hatinya.

“Maaf ....kalian berdua ada perlu apa?"  Ihsan bertanya dan menguap.

Sepertinya Ihsan masih mengantuk, mungkin dia terbangun dari tidurnya karena Axel membunyikan bell berkali -kali.

“Begini mas, maaf bila kami berdua sudah menggangu malam -malam begini, ini ada titipan dari Bos tempat teman saya bekerja", Axel menyodorkan tas coklat itu.

“Siapa nama bos kamu?” Ihsan menerima tas coklat itu sambil bertanya.

“ Sebentar ...Dar...Dara...hey nama bos mu siapa?”. Axel menegor Dara yang dari tadi bengong memandangi wajah Ihsan.

Jari telunjuk Axel pun menyentuh pipi Dara, “heyyy.. !”

“Eh iya...itu...namanya Bu Leni, bos ku namanya Bu Leni”, Dara akhirnya sadar dari lamunannya.

“Apa dia tidak mengenali ku?” Dara merasa heran karena sepertinya ihsan tidak mengenali wajahnya.

“Maaf Bu Leni siapa ya? Sepertinya kalian salah alamat, sebaiknya bawa ini dan silahkan pergi". Sambil menyerahkan tas coklat itu ke Axel, Ihsan secara halus mengusir Axel dan Dara.

Axel jadi kesal mendengar penolakan Ihsan.

“Aduh mas jangan begitu...Ini apartemen no 304 kan..Ini ada alamatnya, kami gak salah alamat!”Ucap Axel

“Maaf mas ...Begini kami itu Cuma mau mengantarkan saja, mas kenal atau tidak sama Bu Leni, itu bukan urusan kami, jadi tolong ambil ini dan kami bisa pergi dari sini!” Dara sedikit kesal sambil menyodorkan kembali tas coklat itu kepada Ihsan.

Axel dan Dara pergi meninggalkan kamar 304 dengan cepat.

Sambil berjalan Dara menggerutu, “ Bodo amat dia kenal atau gak, emang urusan gue gitu, nyebelin!... masa ga ngenalin aku sih!”. Ungkap Dara

“ Hey...Kamu ngomong apa?” Axel memperhatikan Dara yang sepertinya sedang ngomel-ngomel sendiri.

“Gak ada apa-apa!” Dara menjawab dengan nada kesal.

“dih..kok jadi marah sama aku, salahku apa coba?” pikir Axel sambil garuk-garuk kepala.

Esok harinya di saat Dara sedang menjaga Cafe, “Coffee Latte nya satu ya". Seorang pemuda gagah memesan coffe kepada Dara.

Dara menjawab sambil menghitung di mesin kasir, “oke ... 25 ribu ya kak, silahkan di tunggu" Wajahnya Dara yang tadinya mau tersenyum manis menyambut pelanggan cafe, mendadak berubah menjadi pucat seperti melihat hantu.

“Dia..!” Dara terkejut.

“Hey bukankah kamu yang tadi malam datang ke apartemen ku?” Ihsan mulai menyadari setelah saling bertatapan dengan Dara.

“ Eh iya mas, maaf ya soal tadi malam, kami pergi begitu saja” Dara gugup menjelaskan.

 

“Tidak masalah,” kemudian Ihsan duduk namun dahi nya mengkerit.

“sepertinya aku pernah lihat wanita itu tapi di mana ya?” Ihsan berusaha mengingat kembali wajah Dara, namun karena kejadian itu sudah lama Ihsan tidak bisa mengingat dengan baik tentang Dara.

Axel menegor Dara, “Ada apa, kamu kenal orang itu?”

“ Itu loh penghuni apartemen 304!” Dara menjelaskan kepada Axel.

Sambil meletakkan pesanan kopi Ihsan di meja Cafe , Axel berkata, “ Selamat datang di Cafe Hoki, sepertinya mas baru pertama kali ke sini?”

 “Iya begitulah" jawab Ihsan seperlunya.

Hari sudah malam, Axel terus memandangi Dara yang sedang sibuk membersihkan meja Cafe.

“Kenapa Dara sampai marah-marah waktu di apartemen itu, dan tadi sore tingkahnya pun aneh ketika bertemu dengan laki-laki 304 itu, ada apa? Apakah dia mengenalnya? Apakah cowo itu mantannya?”  Axel berfikir keras sambil menatap Dara.

“Hello.... bengong aja,  mikirin apa hayoo?” Dara melambaikan tangan nya di depan wajah Axel  sambil tersenyum manis dan berlalu sampai rambutnya mengibas lembut ke wajah Axel.

“Deg!...apa ini ....jantungku..” Axel memegang dadanya yang tiba-tiba berdegup cepat,  Axel sekilas terpana oleh senyum manis Dara dan sentuhan rambutnya yang harum.

“Perasaan apa ini?” Hatinya bergetar, sambil mengusap dadanya Axel berusaha menenangkan diri.

Sebenarnya Axel selalu penasaran tentang Dara, sampai saat ini Dara tidak pernah bercerita tentang hidupnya dan kenapa dulu dia berdiri diatas gedung kosong.

Axel terus bersabar tidak ada keinginan tuk memaksa Dara bercerita tentang masa lalunya, yang penting bagi Axel Dara tersenyum dan bahagia.

Seperti biasa Dara pulang dari cafe jam 11 malam, dengan wajah lelah dan mengantuk  Dara membuka pintu kamar nya.

“Aaaaa..” Dara menguap, dia langsung merebahkan badannya di kasur.

Dara tertidur nyenyak,  Namun ketika waktu mulai mendekati subuh, sepertinya Dara kembali bermimpi, mimpi buruk itu lagi.

“Lepaskan...lepaskan!!...jangan Om..jangan..biarkan aku pergi..tolong ..tolong...!!” teriak Dara dalam tidurnya, trauma itu masih ada dan sulit hilang.

Mimpi yang sama kadang datang menghantui tidur malamnya.

Dara terbangun dalam keadaan berkeringat, nafasnya tak beraturan , tiba-tiba tangisnya pecah.

“aaaaaaaaa.......! Dara menjerit sambil menutupi wajahnya dengan bantal.

“Gak...gak boleh ..Kamu gak boleh nangis lagi..cukup..lupakan Dara..lupakan!” Dara berbicara sendiri sambil berderaian air mata.

Jam 4 pagi, Akhir nya Dara memutuskan untuk menelpon seseorang, mungkin dengan mengobrol dapat mengalihkan perhatian nya dari mimpi buruk yang tadi Dara alami. Dara mengambil handphone nya.

Handphone Axel berdering, suara deringnya membangunkan Axel.

“Hello.. Axel? Ini aku Dara" suaranya berat, Dara menahan tangis tidak ingin Axel tahu.

“ Iya...Ada apa..hmmm kamu bermimpi lagi?” tanya Axel.

Dara terdiam sejenak, “nanti sore kita ke pantai yuk?” ajak Dara.

“ Siap...ga masalah nanti kita tutup Cafe lebih awal aja, khusus untuk pegawai teladan ku yang cuantik” jawab Axel sambil menghibur Dara.

Di pagi hari nya, “Pagi..nek.. sini aku bantu ya", Dara berpapasan dengan tetangganya, seorang nenek yang sedang membawa kantong sampah.

Dara langsung mengambil kantong sampah hitam itu dan bergegas menuruni tangga, “ aku duluan ya nek!" Ucap Dara

“ terimakasih ya Dara" nenek itu tersenyum pada Dara.

Hari minggu Dara tidak bekerja di kantor online shop. Dara berjalan riang menuju Cafe Hoki.

 Disaat siang, Dara dan Axel bekerja seperti biasa.

ada sosok mata yang sepertinya sedang memata-matai Cafe Hoki.

“Terimakasih kak atas kunjungan nya, jangan lupa mampir lagi ya kak" Dara tersenyum ramah pada pelanggan cafe.

kemudian telp Cafe Hoki berdering,  “ Iya Hello, Cafe Hoki dengan Dara di sini  mau pesan apa kak ?”  Dara menjawab telp dengan ramah.

Terdengar lah suara, “Akhirnya ...Dara... lo gak akan bisa kabur dari gue lagi!” Suara itu membuat Dara terkejut dan hampir pingsan.

“ Dara....Kamu kenapa? Ada apa ?!” Axel yang sangat khawatir melihat keadaan Dara, berusaha mencari tahu.

“Halo...hallo...siapa ini?" Axel menjawab Telp, namun telp terputus...”tututututut...!"

Axel menuntun Dara ketempat duduk, “sebentar aku ambilkan minum ya”.

“Dara...ini minumlah,” Axel menyodorkan minuman ke Dara.

tapi sepertinya Dara masih syok, lalu Axel memegang tangan Dara, dan meletak kan gelas itu ditangan Dara. “ Ayo minum" pinta Axel dengan lembut.

Dara mulai minum air itu, dan Dara langsung berdiri, Axel pun bingung melihat tingkah Dara.

“ hey ada apa?” tanya Axel heran.

Dara langsung menutup pintu cafe rapat-rapat.

Mata nya mengintip keluar jendela cafe.

“Kita tutup saja Cafe ini sekarang!” Dara bergegas melepaskan celemek dan topi cafe nya.

Axel hanya diam mengikuti Dara yang menuju kebelakang.

“Dara....Kamu tidak apa-apa” Axel bertanya di depan pintu toilet wanita.

“Begini...Hari ini kita mau ke pantai kan? Kamu tenang aja ...Aku ganti baju dulu ya Dar!” Axel berlari menuju ruang ganti, dia berusaha tetap tenang meski banyak tanda tanya dalam otaknya.

Sore itu Dara dan Axel berangkat dengan motor nya ke arah pantai. Axel mengendarai motor dengan satu tangan, sedangkan tangan yang satunya memegang erat tangan Dara.

“Dara ...pegangan..nanti kamu bisa jatuh, Dara?” Tanya Axrl cemas.

sepertinya Dara masih belum bisa melupakan kejadian telp misterius itu.

Sampailah mereka di tepi pantai, Dara turun dan langsung berlari ke pinggir pantai.

Axel melihat Dara kala itu seperti orang yang sedang berpura-pura bahagia, walaupun Dara tersenyum namun tatapannya kosong.

Axel duduk di pasir dan membiarkan Dara bermain-main dengan ombak sendiri.

“Axel siniii....ombak nya seru banget!”...Dara tertawa lepas.  Axel merasa bersyukur melihat Dara bisa melupakan kejadian telp misterius itu.

Hari mulai senja, “Dara...sini..istirahat dulu!” Pinta Axel.

“Aahh seru banget... duh baju ku sampai basah" Dara kedinginan sambil mengusap-usap kedua lengan nya yang basah.

“Ini pakai ... Kamu bisa kedinginan" Axel melepas jaket kulitnya dan memakaikannya ke Dara.

Dara merasa tersentuh.

”jantungku berdebar debar !....Aduh bagaimana ini!” Dara jadi salah tingkah.

“ Ah ..jangan Nanti jaket mu jadi basah semua”. Ucap Dara sambil membuka jaket dan menyerahkan kembali ke Axel.

“sssssttt...dah pakai aja, jangan melawan bos!” Axel tetap memakai kan jaket itu kembali pada Dara.

Dara tersipu malu.

Dara terlihat mulai tenang, mereka berdua duduk berdekatan di pasir pantai sambil melihat matahari terbenam.

Axel melihat ke Dara dan berbisik, “Siapakah yang sudah membuat gadis manis ini menderita?”

Lalu siapakah penelpon misterius di Cafe Hoki tadi?

 

 

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!