NovelToon NovelToon

Takdir Cinta Arsi

Cinta Bilal

Bilal adalah seorang dokter, setelah lulus sekolah ia tak menyangka bisa bertemu dengan arsi lagi pujaan hatinya. Arsi menjadi seorang guru di pondok abahnya setelah ia lulus kuliah. Bilal datang untuk melamar arsi dengan izin Allah pernikahan itu terjadi. Bahagia Bilal rasakan cinta nya bisa ia raih beriringan dengan doa-doa yang telah ia panjatkan.

Bilal di tugaskan di rumah sakit kota, kebetulan dekat dengan sepupu Arsi yang bernama Najwa. Namun Najwa meninggal karena penyakit nya kanker serviks setelah melahirkan satu anak laki-laki yang sangat tampan.

" Sayang bagaimana aku tak akan tenang bekerja jika kamu belum sehat". tanya Bilal mengusap perut arsi yang selalu mual setiap pagi, arsi hamil.

" insyaallah arsi tidak apa-apa mas, mas kerja saja ada bik Ijah yang menemani arsi". Bilal meletakkan kepalanya di pangkuan Arsi sembari mencium perut istrinya itu. Kehadiran anak memang sangat di rindukan bagi sebuah pasangan tak terkecuali Bilal dan Arsi. di kehamilan pertamanya ia harus mengalami keguguran.

" Tapi sayang hatiku tak tenang". ucap Bilal manja pada istrinya.

" Istighfar berdzikir mas biar hati tenang, kasihan juga di rumah sakit banyak pasien yang membutuhkan mas". Arsi tersenyum membelai kepala suaminya. Di kehamilan Arsi yang kedua ini Bilal tak mengizinkan Arsi untuk melakukan pekerjaan rumah, bahkan Bilal yang melayaninya.

" MasyaAlloh sayang, kenapa mas setiap hari selalu jatuh cinta padamu. inilah hal yang mas sukai kamu selalu memikirkan orang lain padahal dirimu juga butuh mas." Arsi menangkup kedua pipi Bilal.

" Di rumah sakit banyak orang yang sakit parah ia butuh mas, kalau Arsi masih bisa melakukan apapun. Arsi tidak apa-apa mas, Arsi hamil hanya mual dan pusing saja jika di pakai istirahat Arsi akan sembuh. Sudah mas berangkat saja ya, Arsi janji tak akan melakukan kegiatan apapun ". ucap arsi menyemangati suaminya.

" Baiklah sayang mas berangkat tapi kamu harus janji jangan melakukan apapun, minta tolong bibik jika mau apapun ". pinta Bilal ia lalu bangun untuk berganti pakaian.

" mau kemana sayang".

" menyiapkan baju kerja mas Bilal ". arsi menurunkan kakinya dari ranjang.

" Mas bisa sendiri, selama kamu hamil biar mas yang melayani mu sayang. Ayo istirahat ". Bilal menaikkan kaki arsi ke ranjang lagi.

" ya ampun suamiku ini dokter kenapa sekawatir ini sih". Bilal mendekat ia berjongkok memegang tangan arsi.

" aku memang seorang dokter, tapi aku juga manusia sama seperti kalian. Aku juga punya kekhawatiran sama seperti kalian. Harapan untuk punya keturunan itupun ada, tapi mas ikhlas dengan kehendak Allah. Tak akan pernah cinta ini berkurang sedikitpun, aku menjaganya sejak dulu hingga kita di pertemukan dalam bahtera rumah tangga ini. Yang terpenting adalah dirimu sayang, kamu sehat tidak terjadi apa-apa dengan mu. Kalau untuk janin ini semua kehendak Allah, Allah yang akan mengizinkan ia akan hadir di dunia ini atau tidak". Bilal mengusap perut arsi yang masih rata itu. arsi memeluk Bilal dengan erat, ia bersyukur memiliki suami seperti Bilal yang selalu perhatian dengan nya.

" iya mas sayang Arsi akan selalu menurut kata-kata mas Bilal ".

" itulah kenapa aku makin cinta denganmu, karena kamu tak pernah membantah sedikitpun perintah ku".

" asal perintah yang mas berikan masih syar'i, arsi akan selalu menurut mas". Bilal mendekat kan wajahnya ke Arsi.

" aku mencintaimu sayang". Bilal mel**at bibir milik istrinya yang menjadi candu nya setiap hari.

" Sudah siang nanti mas terlambat". arsi cekikikan suaminya selalu mesra dengannya.

" sekali lagi sayang, mood booster buat mas supaya semangat kerja." mereka melakukan sekali lagi dengan lembut. arsi tersenyum hatinya sangat bahagia.

Bilal meminta arsi untuk tak turun kebawah mengantar nya, di bukanya jendela agar saat berangkat arsi bisa melihat suaminya dan melambaikan tangan untuk sang suami tercinta. Arsi mencium tangan suaminya dan Bilal mengecup kening istrinya. tak pernah tertinggal momen seperti itu setiap hari.

Arsi tak berani keluar kamar sesuai dengan perintah Bilal, Bilal tak mengizinkan nya. Arsi gunakan kegiatannya mengaji dan membaca sesekali ia nonton film. memang bosan tapi arsi tak berani melawan Bilal, Bilal selalu pulang lebih cepat di saat jam kosong Bilal tak pernah lupa untuk menelepon arsi.

Kisah yang sangat manis bagi keduanya, hingga banyak teman yang di rumah sakit iri dengan Bilal. Bilal selalu mengutamakan istrinya dari apapun, karena arsi berhak mendapatkan hal itu.

Hari ini pasien lumayan banyak, Bilal pun ada jam operasi setelah shalat Zuhur. Bilal salah satu dokter hebat di rumah sakit itu, ia sangat santun dengan siapapun bahkan pasien ada yang berobat tak mau jika bukan dokter Bilal yang menanganinya. Pagi ini Bilal mengunjungi pasien yang sedang rawat inap, memakai BPJS ataupun umum semuanya ia perlakuan sama dengan sangat baik.

" Bilal..." panggil seseorang.

" Hai dokter Sherly baru datang." tanya Bilal sembari berjalan menuju ruangan nya setelah selesai visit.

" iya tadi ban mobilku bocor jadi aku harus menghubungi bengkel dulu, kesini aku naik taksi". Bilal hanya tersenyum saja ia terus berjalan untuk masuk ke ruangan nya.

" Bilal.." Bilal berhenti melangkah saat kaki akan masuk ke dalam ruangan pribadinya.

" ada apa Dokter Sherly".

" aku lebih suka kamu memanggilku dengan namaku saja tak harus seformal ini Bilal. ". Sherly adalah teman dulu yang satu kampus dengannya.

" ini rumah sakit dokter dan itu memang panggilan untukmu, kamu seorang dokter".

" nanti pulang aku nebeng ya, mobilku langsung aku servis jadi sepertinya belum jadi nanti saat pulang". ucap Sherly senang.

" maaf dokter Sherly aku tak bisa, dengan yang lain saja ya yang sesama muhrim mu" ucap Bilal dengan sopan.

" kenapa, kamu takut sama istrimu. aku cuma nebeng Bilal apa istrimu akan marah jika aku hanya nebeng saja".

" bukan marah atau tidak Sherly, istriku wanita yang sangat baik ia tak akan marah. hanya saja karena kebaikannya itulah aku sangat menjaganya seperti dirinya yang menjaganya hanya untuk ku. Maaf ya Sherly aku permisi". Bilal masuk ke ruangannya membiarkan Sherly berdiri di depan pintu.

" Sial selalu saja aku tak bisa mendekati nya, padahal lebih cantik aku di banding dengan arsi itu. aku wanita mandiri dan punya pekerjaan. arsi tak ada istimewanya ". gerutu Sherly ia menghentakkan kakinya lalu masuk ke ruangan nya di mana sudah ada beberapa pasien yang menunggu nya.

Sherly adalah seorang dokter spesialis kandungan, ia menggantikan dokter Zaskia karena Zaskia membuka klinik di rumah nya. Zaskia kini fokus di klinik agar ia bebas merawat suami dan Zayn anaknya itu.

___

reader dukung othor ya berikan jejak terindah di novel ini.

terimakasih 🥰

bunga anggrek

Bilal setelah selesai menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter ia bergegas pulang, setiap detik ia selalu merindukan istrinya Arsi. cinta yang bertahun-tahun ia sematkan dalam hatinya, dan Allah mengizinkan untuk memiliki Arsi. Menurut Bilal arsi wanita yang sangat istimewa karena kesederhanaan nya ia jatuh cinta. ketika di sekolah Bilal selalu melihat arsi lain dari teman wanita lainnya. Bukan Arsi tak mau berteman dengan yang lain, ia punya sahabat tapi ketika ada temannya yang tak sesuai dengan syariat ia berangsur menghindari.

Ingatan Bilal tak pernah lupa dari senyum arsi, bahkan ketika ia masih kuliah kedokteran senyum itu yang selalu di ingatnya. Bilal selalu berdoa untuk Arsi agar selalu di beri kesehatan dan memohon kepada sang pengatur skenario kehidupannya jika ia akan di pertemukan dengan Arsi kembali. Allah mengizinkan atas setiap doa yang Bilal ketuk di langit, karena Bilal tiada henti untuk melangitkan doanya.

Bilal berjalan menuju mobilnya sembari tersenyum, ia akan pulang menemui pujaan hatinya. Arsi setia untuk menunggu sang suami, di siapkan nya air untuk mandi dan pakaian ganti Bilal. Jika Bilal dinas pagi ia akan pulang sampai rumah setelah ashar kecuali ada urgen atau operasi yang butuh waktu lama. Arsi sangat memahami status suaminya yang sebagai dokter itu.

Bilal mampir terlebih dahulu ke toko bunga ia ingin membelikan bunga untuk Arsi. Terkadang ia membawa makanan kecil kadang juga bunga, karena jika Arsi di tanya mau apa ia selalu menjawab ' Arsi mau mas Bilal pulang ke rumah dengan selamat '. MasyaAlloh, bagaimana Bilal mencintai Arsi ia wanita sederhana yang tak pernah menuntut. apapun dan berapapun yang Bilal berikan kepada arsi ia akan menerima nya dengan senang hati dan selalu mengucapkan terima kasih.

" Bunga untuk siapa dok". Bilal sudah mulai di kenal sebagai dokter di rumah sakit itu, hampir dua tahun lamanya Bilal di tugaskan di rumah sakit tempat ia sekarang bekerja.

" untuk istri saya Bu yang baru dan paling bagus".

" baik dok tunggu sebentar". arsi memang sangat menyukai bunga bahkan rumah arsi di penuhi dengan tanaman bunga. kali ini bunga anggrek yang menjadi pilihan Bilal berwarna ungu.

Bilal langsung pulang ke rumahnya ia tau istrinya pasti sudah menunggu kepulangan nya. Arsi selalu terjaga di saat jam pulang Bilal bahkan di malam hari Arsi selalu menunggu nya. Romantis bukan pasangan ini dua tahun bersama belum Allah beri momongan, bukan karena arsi tak bisa hamil tapi kehamilannya selalu keguguran. Semakin hari Bilal semakin mencintai arsi, karena sikap arsi Bilal tak pernah berkomentar apapun. menurutnya istrinya itu sangat sempurna di mata Bilal.

arsi sangat bahagia ketika Bilal mengatakan jika ia tak ada operasi dan segera pulang setelah selesai. di rapikan nya penampilan arsi untuk menyambut Bilal suaminya, setiap hari hingga saat Bilal datang bau harum asri tercium. Suara mobil terdengar tanda Bilal sudah sampai di rumah, dibukanya pintu menyambut suami pulang.

" assalamu'alaikum" salam Bilal.

" wa'alaikumsalam mas". senyum itu terkembang dari wajah cantik arsi, Bilal langsung teduh di sambut oleh istrinya. Di ciumnya tangan Bilal tak lupa juga Bilal langsung mencium kening Arsi.

" untukmu sayang". Bilal menyerahkan bunga anggrek yang di belinya.

" makasih mas ". ciuman mendarat di pipi kanan Bilal. Bilal senang mendapat hadiah ciuman dari istri, Bilal benar-benar merasa gila dengan cintanya. semenjak ia duduk di bangku sekolah bahkan cinta itu tak pernah sirna ia terus membara setiap waktu.

" Suka" tanya Bilal.

" suka sekali mas, ini sangat bagus ". arsi memandangi bunga anggrek yang sudah berbunga itu. Bilal meraih pinggang arsi untuk berjalan masuk ke dalam, di letakkan nya bunga itu di meja teras.

" gimana sayang perut nya ada keluhan lagi ". mereka berjalan naik ke atas menuju kamar.

" Alhamdulillah dari tadi baik mas tidak ada keluhan".

" syukurlah kalau begitu, mas jadi tenang". Bahagianya hati Bilal hal yang di inginkan nya selama pernikahan akan berbuah manis.

" semoga Allah menjaganya hingga ia lahir ya mas".

" aamiin, semua kehendak Allah sayang. apapun yang akan terjadi esok tetaplah bersyukur, aku bersyukur atas doaku yang aku panjatkan selama bertahun-tahun. akhirnya aku bisa memilikimu seutuhnya, itu lebih dari cukup mas sangat bahagia ".

" kebahagiaan kita akan lengkap jika ia lahir mas". arsi tersenyum Bilal mencium keningnya, hatinya nelangsa arsi sangat menginginkan buah hati dari pernikahan mereka. Jika dokter memeriksa semua baik-baik saja, tapi entah janin itu tak pernah bisa bertahan dalam perut arsi.

drrttt...drrttt...

suara handphone milik arsi. Di ambilnya untuk di lihat, ia langsung tersenyum Zahra menghubungi nya.

" assalamu'alaikum Arsi".

" wa'alaikumsalam mba Zahra". senyum terukir dari keduanya.

" maaf mba hanya bisa menghubungi mu lewat handphone, mas Faras sejak kemarin sibuk dengan proyeknya tak sempat berkunjung ke rumahmu". ucap Zahra dari seberang telepon.

" tidak apa-apa mba, mas Faras pasti sibuk arsi dan mas Bilal tau".

" kami mengundangmu dan Bilal ke acara akikahan anak kami ".

" MasyaAlloh iya kapan nih mba". tanya arsi senang, Bilal ikut bahagia melihat binar senyum arsi.

" Insyaallah besok, Bilal liburkan". Arsi menoleh ke arah Bilal dan Bilal mengangguk, Bilal tau ada harapan yang sangat untuk arsi agar bisa menemaninya.

" iya mba besok mas Bilal libur, insyaAlloh kami akan datang".

" Alhamdulillah, ya sudah itu saja arsi. Halo Tante Arsi". suara mungil Rafa memanggil, ia mengambil alih handphone yang ada di tangan Zahra

" Hai jagoan,". sapa arsi, Bilal pun langsung melihat ke layar untuk bergabung karena ada Rafa.

" apa kabar jagoan". sapa Bilal kemudian.

" Alhamdulillah baik om ". Rafa cekikikan, kemudian datanglah Fathan adik Rafa.

" wah dua jagoan yang hebat, kalian punya adik sekarang".

" iya om, adik cantik seperti umi dan Tante arsi". mereka cekikikan arsi langsung mengembang senyumnya.

" kalian pintar sekali, adik kalian perempuan jaga dengan baik ya jangan buat menangis".

" tidak akan om, nanti Rafa dan Fathan akan jaga adik terus".

" kalian benar-benar hebat".

" besok om datang kan, kata Abi besok di rumah akan ramai dengan orang-orang. om dan Tante harus datang ya".

" insyaAlloh kami pasti akan datang sayang". terdengar suara Hafidza adik mereka yang masih bayi itu menangis, Rafa dan Fathan saling pandang.

" sudah ya om adik menangis, Rafa sama Fathan mau jagain adik." Rafa mengucapkan salam dan di balas oleh arsi dan Bilal.

" mereka anak-anak yang lucu ya, jadi inget mba Najwa ". Bilal mengusap kepala arsi, memang arsi dulu cukup dekat dengan Najwa .

" mba Najwa sudah tenang di sana sayang, takdir kita semua tak sama. Allah lebih menyayangi mba Najwa dengan menjemputnya lebih dulu, itu lebih baik menurut Allah. mba Najwa sudah tak merasakan sakit lagi, ia pasti bahagia melihat anak-anaknya. apalagi Zahra seorang istri yang sangat baik." arsi menyandarkan kepalanya di bahu suami, Bilal mengusap nya dengan lembut.

" mba Najwa dan mba Zahra wanita yang sangat hebat, surga pantas untuk mereka berdua. jika itu Arsi mungkin arsi tak akan sanggup mas." Bilal kemudian mengecup kepala istrinya. ia tau hal yang arsi khawatirkan, wanita mana yang mau di madu.

__

pesta akikah

Rafa dan Fathan sudah berpakaian rapi ia sangat senang melihat rumah mereka ramai dengan para tamu, keduanya menjaga adik kecilnya layaknya bodyguard. Bilal dan Arsi datang keduanya berlari menghampiri mereka, Bilal langsung menggendong keduanya dengan tangan sebelah kanan dan kiri.

" Sudah berat semua ini keponakan om Bilal." ucap Bilal lalu ia menurunkan keduanya di kursi.

" Rafa udah sekolah om jadi berat".

" Fathan jaga adik." keduanya polos sekali, arsi yang melihatnya tersenyum senang.

" adiknya mana om boleh lihat". Rafa dan Fathan menarik tangan Bilal membawa ke dekat adiknya yang ada di ranjang bayi.

" wah cantik sekali, siapa namanya". keduanya saling pandang ia lupa.

" hafidza Shafiya". ucap Zayn yang baru saja datang.

" gimana sih masa sama adik sendiri lupa".

" Rafa ingat adik Shafiya". ucap Rafa.

" Hafidza ah aku lebih suka dengan nama panggilan itu." ucap Zayn semua yang melihat mereka tertawa.

" nama yang bagus pasti Shafiya nanti akan jadi anak saliha dan cantik".

" itu pasti om, kalau sudah dewasa Zayn akan nikahi adik Hafidza". celetuk Zayn.

" Zayn..." panggil sang mama.

" ah mama selalu begitu, Zayn suka dengan adik Hafidza ma ia imut cantik."

" jaga ucapan mu nak." mama nya geleng kepala melihat Zayn yang terlalu absurd itu.

" jika Zayn mau nikahin adik Shafiya besok dewasa sekarang Zayn harus rajin belajar dulu biar jadi orang sukses "

" itu pasti om". semuanya tertawa mendengarnya, Zayn begitu bersemangat. dokter Zaskia hanya meringis melihat tingkah Zayn.

Faras dan Zahra menyalami tamunya, hanya orang-orang terdekat saja yang di undang tapi acara ramai. saudaranya banyak, kiyai Umar juga datang ia melihat arsi lalu arsi dan Bilal datang mendekat mereka Salim.

" bagaimana kabarnya Arsi". tanya kiyai Umar.

" Alhamdulillah baik baba, baba sehat".

" seperti yang kamu lihat, jika baba datang ke sini artinya baba sehat". Rafa dan Fathan ia baru melihat kakek nya Umar.

" kakek..." mereka berlarian, kiyai umar lalu menunduk menyambut cucunya.

" cucu kakek sudah besar, kakek tak kuat jika angkat keduanya". keduanya tertawa cekikikan mereka berdua memang cukup akur.

acara berjalan dengan baik, ada pengajian yang di isi oleh kiyai Umar. arsi tak bisa berdiri lama ia hanya duduk saja karena Bilal tak mengizinkan.

" lelah sayang". tanya Bilal, arsi menggeleng.

" tamunya banyak sekali ya mas, meski hanya tetangga dan keluarga terdekat tapi sangat banyak ". ucap arsi yang sejak tadi melihat tamu berdatangan.

" iya mas Faras itu cukup terkenal, ini kerabat tidak hanya dari mas Faras saja tapi mba Zahra dan almarhum mba Najwa." ucap Bilal kemudian ia duduk di samping arsi.

" mas gabung saja dengan mereka, arsi tak apa sendiri di sini".

" sebentar ya mas temui dulu teman-teman mas Faras yang mas kenal ". arsi tersenyum ia mengangguk. kemudian arsi berjalan mendekat ke Zahra, karena Zahra sendirian Faras sedang menemui tamunya.

" Arsi mba dengar hamil lagi, selamat ya semoga sehat sampai lahiran ". ucap Zahra

" aamiin iya mba, arsi sangat menunggu hal itu. arsi tak sekuat mba Zahra dan mba Najwa ". arsi jadi teringat Najwa. Zahra lalu tersenyum ia tahu kekhawatiran arsi.

" mba Najwa yang luar biasa arsi, ia bisa membagi semuanya. ia pergi meninggalkan kebahagiaan untuk kami. surga pasti untuk mba Najwa." begitulah Zahra ia selalu memuji Najwa istri pertama Faras yang telah tiada.

" iya mba, sesabar itu kalian berdua ". Zahra mengusap punggung arsi menenangkan. ia tau jika arsi teringat kakak sepupu nya, begitupun Zahra. namun Zahra sudah sangat ikhlas apalagi melihat Fathan yang tumbuh dengan baik.

" Allah maha baik arsi, sesuatu yang terjadi pada kita itu pasti sudah atas kehendak Nya. ikhlas menerima takdir yang Allah berikan. mba liat juga kamu bahagia dengan Bilal, Bilal sangat menyayangi mu". Zahra berbicara berdua dengan arsi karena Zahra tidak jalan ia menunggu bayinya.

" Alhamdulillah mba, mas Bilal sangat menyayangi arsi."

" mas Bilal sosok laki-laki yang bertanggung jawab mba, arsi sangat mencintai mas Bilal". Zahra tersenyum meski umurnya lebih muda dari arsi tapi Zahra punya pengalaman lebih dulu dari pada arsi.

Zayn, Rafa , dan Fathan bermain bersama mereka sungguh bahagia. ketiganya menjadi teman yang akrab, zayn masih sering minta untuk di antar ke rumah faras.

" om ikut bermain ya". ucap Bilal.

" iya om jaga ya, ". Bilal di tutup matanya untuk mencari keberadaan mereka, namun yang menutup mata hanyalah anak-anak jadi sedikit terlihat oleh Bilal. bukannya mencari anak-anak Bilal justru mendekat ke arah arsi, ia menangkap istrinya membuat Zayn Rafa dan Fathan tertawa lebar. Bilal memang sengaja untuk menghibur arsi juga.

" kita di sini om kenapa ke Tante arsi". ucap Zayn sembari tertawa. Rafa dan Fathan ikut tertawa.

" haduh om Bilal lelah, ". Bilal Duduk di bawah arsi ia pura-pura lelah.

" kita juga lelah om, kita mau minum dulu". ucap Zayn lagi, anak-anak itu berlarian mencari minum.

" baiklah om istirahat ya, kasihan tuan putri ini". Bilal mendekati arsi.

acara khidmat hingga selesai siang hari, Bilal dan arsi pulang belakangan ia masih mengobrol dengan keluarga arsi yang lainnya. seperti kiyai Umar Faras juga Zahra.

" Gimna arsi betah hidup di sini". tanya kiyai Umar.

" Alhamdulillah baba arsi betah".

" ya harus betah, seorang istri harus ikut ke mana suaminya tinggal." arsi mengangguk.

" arsi sangat penurut baba, meski Bilal di lubang semut sepertinya ia akan ikut tinggal". semua tertawa mendengar ucapan Bilal.

" ya memang harusnya gitu selama seorang suami tidak menyalahi syariat". nasehat baba.

" Baba pamit duluan ya, ada pengajian nanti baba di minta untuk mengisinya. kamu sehat-sehat nak menurut sama suami". arsi mengangguk ia mencium tangan baba yang akan pulang.

" mas Faras mba Zahra kita juga pamit, nanti Bilal dinas sore hari ". ucap Bilal.

" iya bilal kalian hati-hati ". ucap zahra. Faras tersenyum ia mendekat melihat keduanya pergi dari rumah mereka.

Faras jadi ingat dengan Najwa, atas permintaan Najwa ia yang menikahi Zahra. Faras tak ingin hal yang menimpanya dulu terulang kembali dengan orang lain.

" mikirin apa mas." tanya Zahra.

" mikirin kamu sayang, kapan bisa hamil lagi". Zahra tertawa.

" hafidza masih merah mas, apa ngga kasihan ". Faras merangkul bahu Zahra yang sedang menggendong Shafiya.

" Zahra tau mas pasti sedang memikirkan mba Najwa, melihat arsi yang sudah menikah belum juga punya anak".

" mas ngga mau kejadian lampau terulang pada mereka, tak semua wanita seperti istri-istri ku yang hebat ini". Zahra tersenyum ia tau Faras tak ingin menyakiti hatinya tapi Zahra tak pernah sakit hati jika Faras membicarakan Najwa. baginya Najwa berjasa dalam kehidupannya ia menciptakan kebahagiaan untuk dirinya dan anaknya.

__

bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!