NovelToon NovelToon

Pejuang Garis Dua

Chapter 1 Kumpul keluarga Besar Devan

"Kamu lihat, si Hani yang baru nikah kemarin saja, sekarang sudah hamil, itu si Murni yang nikahnya bareng kamu, anaknya sudah tiga, yang pertama malah sudah mau masuk SD, kamu? Sampai sekarang masih saja nggak ada tanda tanda perutmu di isi jabang bayi!"

"Mau bagaimana bude, Rain sama Mas Devan sudah berusaha, ikut program hamil, berobat sana sini, dari medis sampai alternatif, tapi Allah belum kasih kepercayaan untuk Rain dan Mas Devan"

"Halah, memang dasar kamu mandul, anak kampung kurang gizi, sok-sok an menikah sama Devan ponakanku yang jelas keturunan ningrat, begini hasilnya. Ponakan kesayanganku belum juga di kasih keturunan sampai sekarang!"

"Maaf bude, jangan salahin Rain terus dong bude. Nggak ada hubungannya anak kampung sama belum hamil loh bude"

"Ya ada dong, dia itu dari kecil, pasti makannya sembarangan, nggak bergizi, makanya rahimnya nggak subur"

"Mbak, jangan salahkan Rain terus mbak, kasihan Rain mbak. Aku saja bundanya nggak masalah kok, kalau Rain dan Devan memang belum di karuniai seorang anak. Sudah ya mbak. Anak itu termasuk salah satu rezeki mbak, kalau belum waktunya, ya memang belum"

"Kamu itu, selalu saja belain menantumu yang mandul itu, padahal kamu kan sampai hari ini belum punya cucu toh? Dania sama Davia juga tuh, kapan mereka mau menikah. Heran aku sama kamu, punya anak kok ya ndak ada yang beres"

Hari ini keluarga besar dari Devan sedang berkumpul di rumah Bude Sulis, kakak dari bundanya Devan dalam rangka acara pernikahan Andini anak terakhir bude Sulis. Sudah hal biasa bagi Rain, setiap kali acara keluarga besar suaminya, bude Sulis pasti akan selalu mempertanyakan tentang kehamilan.

Rasanya telinga Rain sudah sangat kebal dengan pertanyaan tentang kapan hamil dan juga julukan kata mandul dari keluarga suaminya. Untungnya ibu mertuanya tidak sekalipun menjudge dirinya, bahkan ibu mertuanya menjadi salah satu penyemangat dirinya. Begitupun dengan Ayah mertuanya, tidak sekalipun kedua mertuanya tersebut pernah menekan Rain karena belum juga hamil sampai hari ini.

Pernikahan Rain dan Devan sudah berjalan lima tahun lamanya. Selama lima tahun itu, mereka sudah bolak balik ke beberapa klinik fertilitas, Rain memang mengalami penebalan dinding rahim yang tidak normal serta tingginya hormon testosteron dalam tubuhnya. Dan itu menjadi salah satu yang menyebabkan Rain sulit hamil. Akan tetapi Devan tidak pernah mempermasalahkan hal itu sama sekali.

Dania dan Davia hampir tidak pernah ikut dalam acara keluarga besar ayah dan bundanya, karena keluarga besarnya selalu memojokkan mereka dengan status mereka yang belum juga menikah. Sama halnya seperti terhadap Rain, keluarga besar ayah dan bundanya tidak segan segan memberikan julukan perawan tua tidak laku untuk Dania dan Davia.

Saat Devan sedang mengambil makanan, tiba tiba Ashley sepupu jauh Devan mendekati Rain.

"Hei Mandul, kamu masih berani ikut acara keluarga besar kami? Nggak malu apa kamu, sampai hari ini belum juga hamil, lihat tuh yang nikah belakangan, sudah gendong bayi semua"

"Biasa saja tuh, kenapa harus malu? Kan aku pakai baju lengkap, nggak telanjang. Kamu tuh yang harusnya malu, aurat di umbar kemana mana, sudah seperti barang murahan saja"

"Eh, berani kurang ajar kamu ya? Dasar perempuan udik, nggak tahu diri"

"Lebih baik udik, tapi tau etika, tau adab, nah situ, pendidikan tinggi, tapi nggak paham etika"

"Eh denger ya kamu, perempuan udik, Devan itu nggak pantas sama kamu, udah dekil, pakaiannya nggak modis sama sekali, mana kepala ditutupin mulu, rambut kamu pasti jelek banget kan?"

"Asal kamu tau ya, kewajiban bagi wanita muslimah itu menutup aurat. Jadi saya lebih baik terlihat udik di mata kamu, tapi setidaknya saya terlihat berkelas di mata Allah"

"Halah sok suci banget sih, sok paling paham sama agama, dasar mandul"

"Saya sama sekali nggak merasa paham agama kok, Saya masih belajar sampai sekarang. Dan saya nggak pernah merasa sok suci"

"Terserah kamu deh, bodo amat, pokoknya kamu itu sama sekali nggak pantas buat Devan, dasar perempuan mandul sok suci"

Rain tidak lagi menanggapi perkataan Ashley, akan semakin panjang, jika dia terus menanggapi. 'kemana pula ini Mas Devan, apa ngambil makanannya di luar kota yaa, lama banget sih!' batin Rain.

Ashley yang merasa kesal karena tidak ditanggapi oleh Rain, akhirnya memilih pergi meninggalkan Rain. Sementara mata Rain terus mencari suaminya. Akhirnya Rain memutuskan untuk berjalan mencari suaminya, akan tetapi sejauh mata memandang, Rain tidak juga melihat sosok suaminya, bahkan di tempat makanan pun tidak terlihat ada sosok Devan.

Rain yang merasa kesal, karena tidak menemukan Devan, memutuskan untuk keluar mencari angin, merefresh pikirannya, yang sejak datang tadi terus di pojokkan oleh saudara saudara dari suaminya. Saat Rain merentangkan tangannya sambil menarik nafas panjang, matanya menangkap sosok suaminya. Sepertinya suaminya sedang berdebat dengan seseorang yang tidak terlihat oleh Rain, karena terhalang tiang.

Rain mengendap ngendap, mendekati tempat Devan, untuk melihat apa yang sebenarnya dilakukan oleh suaminya. Samar-samar Rain mendengar suara suaminya.

"Pokoknya aku nggak suka kamu ada disini, aku sudah menikah, aku mencintai istriku, dan tidak akan pernah meninggalkan istriku" samar Rain mendengar suara dari suaminya.

Rain masih penasaran, siapa yang menjadi lawan bicara suaminya. 'Kalau aku mendekat lagi, pasti aku ketawan sama Mas Devan, tapi aku penasaran, siapa lawan bicara Mas Devan, sepertinya seorang wanita" batin Rain berbicara.

Tiba tiba Devan berjalan ke arah Rain, Rain segera menghindar untuk bersembunyi di balik tiang yang dekat dengan tempatnya berdiri. Devan berlalu melewati Rain, menuju ke dalam rumah bude Sulis. Rain yang melihat suaminya sudah masuk ke dalam rumah bude Sulis, segera keluar dari persembunyiannya, penasaran dengan teman bicara suaminya. Sayangnya Rain tidak lagi melihat siapapun di sana. Dengan masih mengendap endap, Rain mendekati tempat dimana tadi suaminya berbicara dengan seseorang, akan tetapi tidak ada siapapun disana. 'kok bisa cepat sekali menghilangnya? Pintu pagar dalam kondisi tertutup, terus kemana perginya orang itu' batin Rain.

Rain terus saja mencari cari siapa gerangan yang berbicara dengan suaminya tadi, akan tetapi Rain tidak bisa menemukan apapun, hingga dia melihat bagian samping rumah bude sulis dimana ada pintu terbuka disana. 'hmm, ternyata ada jalan masuk kedalam rumah dari sini, itu artinya orang yang bicara sama Mas Devan kemungkinan masuk lewat sana, jadi kemungkinan dia ada di antara keluarga besar Mas Devan' batin Rain mencoba menganalisa siapa gerangan orang yang berbicara dengan suaminya.

Rain memilih kembali masuk kedalam rumah bude Sulis, untuk mencari tahu, siapa gerangan orang yang berbicara dengan suaminya. Baru saja Rain melangkahkan kaki ke dalam rumah, terlihat Devan demgan wajah panik menghampiri dirinya.

"Kamu disini Rain? Ya Allah, Rain, Mas cari cari kamu, kamu dari mana sih, sayang?"

"Rain nggak dari mana-mana kok, mas. Tadi Rain cari Mas Devan, yang katanya mau ambil nakan, tapi nggak balik-balik. Tapi Rain mggak liat Mas Devan dimanapun, jadi Rain keluar buat cari udara segar, mas"

"Maafin Mas, sayang, tadi Mas merasa mules, jadi Mas ke kamar mandi, dan agak lama di sana"

'hmmm, Mas Devan kenapa malah berbohong' monolog Rain dalam hatinya.

"Kok kamu diam, sayang, kamu marah ya sama Mas?"

"Eh, enggak kok, mas. Rain cuma lagi berfikir, kenapa tadi Rain nggak kepikiran kalau Mas Devan kemungkinan ke kamar mandi"

"Kamu itu sayang, ya sudah sekarang aku sudah ketemu kan? Kamu juga sudah aku temukan, ayo kita masuk ke dalam, gabung sama yang lain"

"Ayo Mas"

Devan langsung merangkul istrinya, dan membawa masuk ke dalam rumah bude Sulis. Sementara mata Rain waspada melihat adakah hal yang mencurigakan dari setiap orang yang ada di dalam rumah bude Sulis.

Chapter 2 Wanita bernama Alyssa

Rain masih saja mencari siapa gerangan, yang berbicara dengan suaminya, akan tetapi tidak satupun yang terlihat mencurigakan baginya. Sikap dari Devan suaminya pun tidak terlihat mencurigakan sama sekali, sorot matanya tidak menampakkan jika suaminya itu menutupi sesuatu.

Rain akhirnya menyerah, pasrah, menganggap bahwa apa yang dia lihat tadi hanyalah angin lalu, dan tidak pernah ada. Hingga tiba tiba mata Rain menangkap sosok seorang wanita cantik dengan bentuk tubuh paripurna sedang menatap ke arah suaminya tanpa berkedip. Rain merasa penasaran. 'Apa perempuan itu yang tadi bicara dengan Mas Devan ya?' batin Rain.

Rain terus memperhatikan wanita tersebut, yang sama sekali tidak melepaskan pandangan ke arah Devan suaminya. Tiba-tiba Devan menegur Rain, karena bundanya memanggil mereka, Rain menoleh sejenak ke arah suaminya, dan begitu dia melihat ke arah wanita tadi, wanita tersebut sudah tidak lagi berada di sana. 'Kemana dia, aku baru juga nengok sebentar, sudah menghilang saja' kata batin Rain, sambil kembali matanya bergerak mencari keberadaan si wanita tersebut.

"kamu kenapa, sayang? Kok sepertinya sejak dari luar tadi, kamu seperti sedang mencari cari sesuatu"

"Eh, nggak papa kok, mas. Ayo kita ke bunda, mas. Kan tadi mas Devan bilang bunda panggil kita"

"Bener tidak ada apa-apa? Nggak ada yang sedang kamu sembunyikan?"

"Nggak ada mas" dalam hati Rain berkata. 'harusnya pertanyaan itu di tujukan buat kamu, mas'

"Ya sudah, ayo kita ke bunda"

Devan merangkul sang istri, dan berjalan menuju ke arah bunda yang sedang menunggu mereka.

"Ada apa panggil kita kesini bun?"

"Kalian temani bunda disini lah, ini bunda sendirian, kok rasanya nggak nyaman banget deh"

"Ya ampun bunda, Devan kira ada apa bun"

"Dev, tadi bunda seperti lihat ada Alyssa di sini"

"Masa sih bun? Bunda salah lihat mungkin" Devan merasa sedikit kaget dengan pernyataan bundanya.

"Alyssa itu siapa Mas?" tanya Rain.

"Loh, Devan tidak pernah cerita tentang Alyssa ke kamu Rain?"

"Sepertinya belum pernah, bun"

"Ya ampun Devan, kalian itu menikah sudah lima tahun, seharusnya tidak ada yang kalian tutupi satu sama lain dong"

Kening Rain berkerut, mencoba mencerna apa yang dikatakan ibu mertuanya. 'apa gerangan yang suamiku sembunyikan dari aku' batinnya.

"Nggak penting buat di bahas itu bun. bukan hal yang perlu di ceritakan"

"Kamu jangan menganggap enteng hal seperti ini, Dev, hati-hati, karena bisa saja menjadi duri dalam rumah tangga kalian. Apa lagi kamu tahu kan seperti apa bude Sulis"

Rain makin bingung, 'apa hubungannya dengan bude Sulis, ada apa sih sebenarnya?' Rain tidak berani mengungkapkan secara langsung apa yang dia rasakan dalam hatinya, akan tetapi rasa penasaran merajai hatinya.

"Sudahlah bun, tidak usah bunda bahas nama itu, intinya nama itu sama sekali tidak penting dan tidak pantas untuk di bahas"

"Terserah kamu Dev, Rain kalau kamu penasaran, kamu tanyakan saja langsung sama suami kamu itu ya! Pesan bunda, kamu jangan mudah terprovokasi dengan siapapun Rain, kamu harus percaya sepenuhnya sama suami kamu ini ya"

"Baik bun, Insya Allah bun"

"Bagus, kamu memang menantu yang baik dan penurut. Itu sebabnya bunda sama ayah sayang sama kamu"

"Jadi sayangnya cuma sama istri aku saja nih, sama aku nggak bun?"

"Ya, sayang juga, tapi porsinya lebih banyak untuk menantu bunda, soalnya kamu itu ngeyelan kalau di omongin"

"Hmmm, jadi seperti itu nih, ya sudah kalau begitu, Devan sama Rain mau ke sana dulu aja deh, bun"

"Eh, jangan, nanti bunda sendirian dong di sini. BT tau nggak, kalau nggak ada temannya. Si ayah sih pakai acara ada kerjaan mendadak. Dania sama Davia juga, bunda ajakin nggak ada yang mau ikutan. Eh, tapi kalau kamu mau pergi, pergi saja sana, tapi Rain di sini saja, sama bunda"

"Rain kan istri Devan, pasti ikut kemanapun Devan pergi dong, bun"

Rain melihat perdebatan ibu dan anak di depannya sambil geleng-geleng kepala. Devan dan ibunya memang seringkali saling menggoda satu sama lain, dan terlihat seperti sedang berdebat dalam pertengkaran.

"Dev, nanti kita pulang dulu saja ya! Atau kalau harus menginap, kita cari hotel saja, bunda nggak betah di sini, dari tadi pada ngomongin Dania, Davia, Rain, seolah-olah mereka adalah Tuhan yang bisa mengetahui segalanya"

"Iya, boleh ma, dan sepertinya itu lebih baik, apa lagi ada wanita ular itu"

"Siapa wanita ular itu, Mas?"

"Ya si Alyssa itu lah Rain, siapa lagi?" Ucap bunda, sebelum Devan sempat mengeluarkan suaranya.

"Mas, kamu hutang penjelasan sama aku ya, kamu harus ceritakan semuanya sama aku, tanpa ada yang kamu tutup-tutupi"

"Tuh, dengar kata istrimu, ceritakan semuanya, jangan sampai wanita ular itu melihat celah dalam rumah tangga kalian"

"Bunda nih, kenapa harus sebut wanita ular itu. Bikin mood aku jadi anjlok! gimana kalau kita pulang sekarang saja, bun. Di sini juga kita nggak dilihat dari tadi"

"Boleh juga itu ide kamu, kita pulang sekarang saja lah"

Mereka bertiga segera beranjak berdiri dan segera meninggalkan rumah bude Sulis, tanpa berpamitan.

"Bun, ini ga apa-apa kita tinggalin rumah bude Sulis, nggak pamit?" Rain yang merasa tidak enak dengan bude Sulis bertanya kepada ibu mertuanya.

"Anggap saja ga apa-apa, Rain, lebih baik kita pulang saja, jaga hati, biar tenang, dari pada di sana, telinga panas lama-lama. Besok pas acara tinggal minta maaf deh, bilang saja ada keperluan darurat"

"Bunda bisa saja, tapi memang benar sih bun, Rain juga berusaha masuk kuping kanan, keluar kuping kiri, setiap ada yang nanyain Rain sudah hamil atau belum"

"Bagus, memang harus begitu, Rain. Kalau enggak gitu, capek sendiri nanti kita"

Rain merasa sangat bersyukur memiliki mertua seperti bunda Sandi dan Ayah Evan, yang bisa menerima dirinya apa adanya. Tidak pernah selama menikah dengan Devan, kedua mertuanya menyinggung kenapa dirinya belum juga hamil. Kedua kakal iparnya adalah wanita karir, yang sampai saat ini belum bertemu dengan jodoh mereka.

Rain tidak pernah sekalipun mendengar kedua mertuanya memaksa kedua kakak iparnya untuk segera menikah, Ayah dan bunda sangat berfikir Rasional. Mereka punya prinsip kalau Jodoh, Maut dan Anak itu adalah mutlak hak prerogatif Allah SWT. Tidak sewajarnya kita manusia biasa malah mempertanyakan hal itu. Yang terpenting tetap Ikhtiar dan tetap berdoa. Jika memang belum di beri jangan berputus Asa.

Rain sendiri adalah anak pertama dari dua bersaudara. Dirinya bukan berasal dari keluarga mampu. Ayahnya seorang pekerja proyek serabutan, sementara ibunya mengkreditkan barang keliling. Kedua orang tuanya berusaha keras agar kedua anaknya bisa mendapatkan pendidikan tinggi. Rain sendiri adalah lulusan Sarjana, begitupun adiknya Rayyan.

Pertemuan Rain dan Devan terjadi secara tidak sengaja, Rain yang bekerja di sebuah perusahaan manufaktur, saat itu mendapat tugas mengaudit perusahaan rekanan Devan. Saat Rain datang ke perusahaan itu, suatu kebetulan Devan juga sedang ada urusan bisnis disana.

Rain mengira kalau Devan adalah orang yang harus dia audit. Dengan penuh percaya diri, Rain mengajukan beberapa pertanyaan terkait Audit kepada Devan, dan Devan yang memang banyak tahu tentang perusahaan rekannya tersebut, menjawab dengan gamblang setiap pertanyaan yang di ajukan Rain.

Sampai akhirnya rekan Devan datang dengan membawa dokumen dokumen yang dibutuhkan untuk audit, dan meminta maaf kepad Rain karena keterlambatannya. Rain tentu saja terkejut dan bertanya siapa orang yang sebelumnya telah dia ajukan pertanyaan. Rain merasa sangat malu sekali ketika mengetahui yang sebenarnya.

Rain meminta maaf kepada Devan, karena dengan percaya dirinya dia malah bertanya kepada Devan. Devan kemudian meminta kontak Rain dan malamnya langsung menghubungi Rain. Dari sanalah hubungan mereka kemudian menjadi dekat hingga akhirnya memutuskan untuk menikah.

Chapter 3 Cerita tentang Alyssa

Devan telah sampai di rumah bundanya. Pak Anto langsung membukakan gerbang, ketika melihat mobil majikannya. Devan memasukkan mobil ke dalam garasi. Mereka bertiga segera menuju ke pintu utama.

"Loh, bunda kok sudah pulang" Sapa Dania yang sedang bersantai sambil membaca majalah.

'Adikmu tuh, ngajakin pulang gara gara ada Alyssa di tempat bude Sulis"

"ish, bukannya yang pingin pulang itu bunda ya? Yang bilang bilang BT di sana siapa?"

"Malah pada ribut, Dania tau, pasti keluarga bude dan yang lain pada ngomongin Dania sana Mbak Davia kan? Terus bunda BT deh. Di tambah pasti pada mojokin si Rain deh. Sudah terbaca deh, kalau keluarga bunda atau keluarga ayah kumpul"

"Nah, itu kamu tau! Kenapa juga kamu nanyeeak?"

"Hahaha, habis ini untuk pertama kalinya bunda pulang cepet pas acara keluarga besar"

"Eh, tapi beneran tadi di tempat bude Sulis, ada Alyssa loh, Nia. Terus bunda perhatiin itu si Alyssa terus aja perhatiin adekmu"

uhuk.. Uhuk.. Devan terbatuk mendengar apa yang di ucapkan bundanya, sementara mata Rain sudah hampir keluar melihat ke arah Devan. "Bunda apaan sih? Mau ngadu domba Devan sama Rain, biar kita ribut ya?"

"Eh, nggak begitu. Siapa juga yang mau ngadu domba. Makanya jadi suami itu yang jujur. Semua ceritain ke istrinya. Jadi masalah begini nggak akan bikin berantem. Iya kan, Nia"

"Bunda bener-bener deh, udah berubah jadi predator!"

"Provokator bambang!! Bukan predator"

"Iya itu, bunda mah provokator banget deh. Kompor aja dari tadi"

"Kamu ceritain aja ke Rain, siapa itu Alyssa, sebelum itu si Alyssa nyari gara gara. Gue yakin deh, pasti bude Sulis sengaja minta Alyssa dateng ke rumahnya, biar Alyssa bisa ketemu sama Devan"

"Benar tuh kata kakak kamu, Dev. Sebelum negara Api menyerang, kamu sudah harus siapkan air untuk memadamkan"

"Apa sih bunda, kebanyakan main medsos nih emak-emak, jadi begini deh"

"Rain, kalau Devan nggak mau cerita tentang Alyssa, nanti biar gue aja yang ceritain siapa Alyssa itu. Biar kalau dia sudah mulai bikin drama, kamu tau apa yang harus kamu lakukan"

"Apa sih lo mbak! Nanti biar gue aja yang cerita ke istri tersayang gue ini"

"Awas kalau nggak elo ceritain!!"

"Ya ampun mbak, nanti gue pasti cerita kok ke Rain, nyantai aja deh lo"

"Kita semua tau gimana Alyssa, apalagi di dukung bude Sulis, kamu akan seperti menggali kuburan kamu sendiri kalau nggak kamu ceritain ke Rain. Bunda nggak mau rumah tangga kamu dan Rain jadi korban ambisinya Alyssa"

"Iya bundaku tersayang, Devan pasti cerita"

"Kenapa nggak cerita sekarang saja sih, mas? Rain jadi penasaran nih"

"Nanti saja yank, biar enak ceritanya"

"Bun, apa wanita bernama Alyssa itu, tadi pakai pakaian kurang bahan warna salem, rambutnya blonde panjang ikal, cantik, terus bodynya body goal gitu ya?"

"Bener Rain, apa kamu lihat?"

"Tadi waktu Rain sama Mas Devan, Rain lihat wanita itu, bun. Matanya ngeliatin Mas Devan tanpa kedip"

"Wah, beneran nekat itu cewek, ada istrinya di samping Devan, masih nekat ngeliatin. Pasti karena dapet dukungan dari bude Sulis. Dan Nia yakin deh, itu sepupu sepupu kita yang toxic pasti pada ikutan ngedukung juga"

"Sudahlah, Dev, kamu ceritain sekarang saja siapa Alyssa, nggak usahlah di tunda tunda. Jangan sampai terlambat nanti kamu, Dev. Atau jangan-jangan kamu masih..."

"Bunda, please lah, stop jadi provokator"

"Habis bunda heran sama kamu, sudah tau Alyssa itu wanita ular, malah kamu nggak pernah cerita sama Rain"

"Jangan-jangan waktu Mas Devan izin ambil makan sama Rain, Mas Devan malah nemuin wanita itu ya di teras rumah bude Sulis" Rain akhirnya tidak tahan juga untuk menyampaikan apa yang dia lihat di teras rumah bude Sulis.

"Nah kan!! Kamu ngapain masih nemuin wanita ular itu, Devan!!! Heran bunda sama kamu, Van"

"Wait bun, Yank, jadi kamu liat aku bicara sama Alyssa di teras? Kenapa kamu nggak langsung samperin Mas, sih?"

"Loh, Mas Devan saja bicaranya sembunyi dari keramaian. Masa iya, aku langsung ucuk-ucuk samperin Mas Devan, gitu. Gimana ceritanya coba?"

"Mas itu beneran mau ambil makan yank, tiba-tiba saja, itu si wanita ular datang bersama bude Sulis. Katanya ada yang mau di omongin. Mas kan nggak enak sama bude Sulis, jadi Mas ajak bicara di luar"

"Nah, sudah mulai kan melancarkan aksinya. Kamu masih mau sembunyiin juga siapa Alyssa? Pokoknya bunda bilang kasih tau sekarang, berarti sekarang!!"

"Tau nih si Devan, keras kepala banget jadi orang"

"Devan ceritain di kamar aja ya, bun?"

"Enggak, disini. Bunda nggak mau nanti ada yang kamu lewatin"

"Fiiuuh, kalau sudah baginda Ratu yang minta, hamba bisa apa?"

"Nggak usah bercanda, ayo cepat kamu ceritakan"

Devan mulai menceritakan siapa Alyssa ke istrinya, disaksikan ibu dan kakaknya.

Alyssa bisa dibilang adalah cinta pertama Devan. Mereka satu sekolah sejak Sekolah Menengah Pertama. Devan menyukai Alyssa karena Alyssa adalah tipe perempuan yang mandiri. Alyssa dekat dengan semua keluarga Devan, termasuk dengan bude Sulis. Alyssa adalah anak seorang pengusaha besar, siapa yang tidak mengenal Hadi ayah Alyssa, seorang pengusaha yang menempati posisi orang terkaya nomor tiga.

Bunda Devan awalnya melihat Alyssa adalah gadis yang baik, sopan dan pintar. Dania dan Davia pun senang melihat sosok Alyssa, selain cantik, Alyssa adalah sosok yang ramah dan ceria di mata mereka. Hubungan Devan berlanjut hingga mereka lulus Sekolah Menengah Atas. Alyssa mengikuti keinginan orang tuanya untuk kuliah di luar negri. Hingga hubungan mereka berlanjut LDR.

Hingga suatu hari Bunda dan Dania melihat Alyssa di sebuah pusat perbelanjaan terbesar bersama seorang laki laki. Bunda dan Dania awalnya menganggap kalau itu hanya mirip saja, karena setau mereka, Alyssa saat itu masih di luar negri. Akan tetapi pikiran mereka dipatahkan, ketika mendengar seorang gadis memanggil nama Alyssa. Karena rasa penasarannya, bunda mengajak Dania untuk mengikuti Alyssa dan temannya.

Saat itu Alyssa masuk ke dalam sebuah restoran Jepang, Bunda dan Dania kemudian ikut masuk ke dalam restoran. Suatu kebetulan bangku di belakang Alyssa kosong, dan posisi Alyssa membelakangi bangku tersebut. Bunda dan Dania segera duduk persis di belakang Alyssa. Dan betapa kagetnya bunda dan Dania mendengar percakapan Alyssa dan temannya.

"Lo kapan balik Al? Gila nggak ngabarin lo? Ini lagi lo berani banget jalan sama Vano ke tempat ramai begini, nggak takut kepergok Devan atau keluarganya lo?"

"Gue udah tiga bulan balik ke Indonesia, biasa nih, si Vano kangen, nggak bisa jauh jauh emang dia dari gue! Devan sama keluarganya kan taunya gue masih di luar negri, kalaupun mereka liat gue, paling mikirnya cuma mirip aja. Soalnya barusan gue juga abis nelpon si Devan"

"Gil* lo Al, gw mah heran sama elo, ngapain sih elo jadian sama si Devan, kan elo udah punya Vano! Elo juga Van, bisa-bisanya ngizinin cewek lo jadian sama cowok lain"

"Gue sih, asal Alyssa bahagia, akan selalu gue dukung lah. Yang penting kan kebutuhan gue selalu terpenuhi"

"Lah, lo juga punya segalanya Van, bokap lo juga bukan orang miskin, kebutuhan apa lagi coba?"

"Kebutuhan biologis, lah! Lo kayak nggak paham aja deh"

"Nggak ngerti gue sama hubungan elo berdua, nggak jelas banget"

"Udah elo makan aja, tuh udah dateng pesenan"

Bunda dan Dania benar benar shock mendengar apa yang dibicarakan Alyssa. Untung saja Dania sempat merekam pembicaraan mereka, untuk jadi bukti, kalau nanti Devan tidak percaya dengan apa yang akan mereka ceritakan. Bunda dan Dania memutuskan meninggalkan restoran tersebut, setelah meneguk habis minuman yang mereka pesan.

Bunda dan Dania melanjutkan tujuan mereka untuk berbelanja. Bunda dan Dania kembali bertemu dengan Alyssa dan laki-laki yang tadi di sebut bernama Vano diparkiran, pada saat Dania ingin menjalankan mobilnya. Ternyata mobil yang di kendarai Alyssa parkir tidak jauh dari tempat Bunda dan Dania parkir. Alysaa tidak mengenali mobil Dania, karena memang mobil yang Dania pakai adalah mobil yang baru beberapa waktu lalu dibelinya.

Bunda dan Dania, kemudian mengikuti kemana perginya mobil yang di tumpangi Alyssa dan laki-laki bernama Vano itu. Ketika di lampu merah, Dania tidak bisa menghindari mobilnya berhenti di samping mobil Alyssa. Beruntungnya mobil Dania kacanya gelap, sehingga tidak terlihat dari luar. Bunda dan Dania kaget melihat Alyssa berani berciuman dengan laki-laki itu, padahal kaca mobil mereka masih bisa terlihat dari luar.

Bunda dan Dania masih terus mengikuti kemana perginya Alyssa. Hingga mereka mendapati mobil yang di tumpangi Alyssa berhenti di sebuah hotel mewah. Terlihat Alyssa di rangkul oleh laki laki tersebut masuk ke dalam hotel. Bahkan tanpa malu, mereka juga sempat berciuman ketika laki-laki tersebut membuka pintu mobil Alyssa dan membantu Alyssa turun.

Bunda dan Dania kemudian memilih untuk pulang ke rumah, mereka sudah dapat menduga apa yang akan dilakukan Alyssa dan laki-laki itu. Dania segera menjalankan mobilnya ke arah rumah, yang jaraknya cukup jauh dari hotel tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!