seorang gadis hari ini keluar dari sebuah pabrik sepatu, dia menunggu sebuah jemputan dari seorang pria yang dia kenal dari temannya.
ya gadis cantik itu bernama Nia Maharani, gadis yang baru bekerja beberapa bulan di pabrik itu.
"kamu kenapa begitu lama sih mas, aku menunggu mu dari tadi," kata gadis itu yang memeluk pria yang berusia delapan belas tahun lebih tua darinya itu.
"maaf dek, kamu kan tau jika aku ini supir truk antar kota, sudah ayo naik sayang," katanya dengan sangat lembut.
"baiklah..." jawab Nia yang tersenyum senang pada kekasihnya itu.
ya pria matang itu adalah seorang duda dengan usia tiga puluh delapan tahun.
dia bernama Benny Hartono, seorang pria yang pernah gagal membina keluarga.
tapi saat bertemu Nia, keduanya pun langsung merasa nyaman, terlebih Benny yang ramah dan begitu perhatian.
seperti saat ini, Nia tak pernah malu saat dia di jemput oleh kekasihnya itu, karena itu seperti hal baru saja untuk dirinya yang baik truk seperti ini.
"sudah siap bertemu orang tua ku?" tanya Nia pada kekasihnya itu yang tampak rapi.
"tentu saja sayang, aku sudah siap," jawab Benny yang mengemudikan truk miliknya menuju ke rumah kekasihnya itu.
Keduanya tak tau jika di rumah Nia, sedang di adakan pertemuan keluarga untuk membahas sesuatu.
yaitu membahas tentang rencana perjodohan antara Nia dan sepupu jauh dari keluarga agar hubungan keluarga mereka tetap terjalin.
"Jadi mas Amir apa sudah setuju tentang perjodohan ini, karena dari keluarga kami ada Dimas Rudianto, mereka juga sudah saling kenal dari kecil dan tak ada yang melihat celah antara keduanya, karena Nia dan Dimas juga sudah sepertinya sangat cocok satu sama lain?" tanya pakde Sarip.
"Saya sih setuju saja, tapi saya harus bertanya dulu pada Nia, karena semua yang menjalani adalah Nia bukan kami," kata pak Amir.
"Tapi setidaknya Dimas sudah setuju, dan dia akan pulang saat nanti Nia sudah siap untuk di lamar," kata pak Gangsar.
"Iya mas," jawab keluarga besar itu.
Setelah acara makan-makan, akhirnya para tamu pun pulang, dan meninggalkan beberapa orang saja
Saat sebuah truk berbelok ke pekarangan rumah dan berhenti di depan rumah keluarga Nia.
Pak Amir dan Bu Sholihah pun kaget saat melihat putri mereka turun dari truk besar itu bersama dengan seorang pria.
Bahkan Keduanya berjalan saling bergandengan tangan dengan cukup mesra,"assalamualaikum..." salam Benny.
"Waalaikumussalam..." jawab semua orang.
"Nia... kenari nak, ini siapa kok kamu bisa datang dengan pria ini?" tanya Bu Sholihah pada putri ketiganya itu.
"Dia adalah kekasih ku Bu, dan dia datang ingin berkenalan dengan resmi pada kalian," kata Nia dengan mengenggam tangan Benny di depan semua keluarga.
"Nia!! masuk!!" bentak pak Amir.
Mendengar suara itu, gadis muda itu pun terkejut, Bu Sholihah pun menarik putrinya itu karena pak Amir marah besar.
Terlebih pria itu sangat terlihat tak baik karena melihat penampilan pria yang di pilih putrinya itu.
"Ya Allah... masuk dulu mas," kata pak Amir yang mempersilahkan pria itu masuk kedalam rumahnya.
"Terima kasih pak," jawab Benny yang langsung duduk lesehan dan dia tak menyangka jika ada begitu banyak orang di dalam rumah.
"Tenang dulu Amir,kita dengarkan dulu penjelasan dari mereka," kata Mbah Sarji.
"Tapi pak, ya sudah sekarang tolong perkenalkan siapa diri mu dan apa pekerjaan mu, dan maaf berapa usia ku?" tanya pak Amir.
"Perkenalkan nama saya Benny Hartono, saya seorang supir truk antar kota, dan memiliki beberapa buah truk,saya juga sudah punya rumah sendiri dan ada ibu di rumah karena bapak sudah meninggal dunia dari dua ribu satu," jawab Benny.
"Terus status? perjaka, menikah, atau duda bercerai?" tanya Mbah Sarji yang penasaran dengan kekasih cucu perempuannya itu.
"Saya seorang duda cerai hidup, karena istri saya memilih pria lain, dan meskipun saya seorang duda, saya bisa memberikan jaminan saat putri anda bisa menikah dengan sayat, saya akan memberikan kebahagiaan pada Nia," jawab Benny yakin.
Mendengar hal itu,pak Amir pun mulai marah tapi hanya bisa menahannya.
"Bagaimana cara kalian bertemu dan bisa menjalin hubungan seperti ini, astaghfirullah!!" kata pak Amir yang benar-benar geram.
"Aku mengenalnya saat main di tempat Rini, mas Benny adalah teman kerja dari kakak pertama dari teman ku itu, dan aku sangat mencintainya pak, tolong izinkan aku menikah dengannya," mohon Nia.
"Sejak kapan kamu bisa memotong perkataan dan perbincangan orang tua seperti ini, bapak tak pernah mengajari kamu kurang ajar seperti ini!" marah pak Amir.
"Bapak jahat, dua mas ku boleh memutuskan pernikahan dengan siapa, kenapa aku tak bisa!!" tangis Nia yang mulai berontak.
"Nia, pernikahan bukan permainan, mereka itu laki-laki sedang dirimu seorang perempuan, jika kami tak tau bagaimana keluarga calon suami mu, bagaimana bisa bapak melepaskan putri bapak pada pria seperti itu," kata pak Amir mulai lepas kontrol.
"Bapak jahat, jika bapak tak mau merestui kami, aku masih bisa menikah dengan mas Benny, mau bapak jadi waliku atau tidak," kata Nia yang mulai berani.
"Kamu berani mengancam bapak Nia!!"
"Karena bapak tak bisa menerima pilihan Nia," kata gadis itu yang sudah buta karena cintanya.
Melihat bagaimana pertarungan Nia, Benny pun mengenggam tangan Nia erat.
"Saya tau, saya sebenarnya tak sepadan dengan putri anda yang masih sendiri, tapi saya bisa menjamin jika putri anda akan bahagia bersama ku," kata Benny.
Pak Amir pun tak bisa mengatakan apapun lagi, dia pun meminta waktu pada Benny untuk mengambil keputusan.
Karena ini harus di musyawarahkan karena sebelum ini sudah ada omongan jadi semua harus di bahas ulang.
Akhirnya Benny pun pamit,dan dia meninggalkan semua barang yang di bawa untuk oleh-oleh keluarga kekasihnya itu.
Pak Amir dan Bu Sholihah pun akhirnya membatalkan pertunangan antara Nia dan Dimas
Karena mereka tak mau putri mereka kabur dan kawin lari nantinya,jadi mereka setuju saja.
Sebab tentu tak semudah itu, karena Harus ada yang memastikan beberapa hal.
Pak Amir mengirimkan beberapa keponakannya untuk menyelidiki Benny sedetail mungkin.
Dia juga mewanti semua hal yang buruk, jadi dia mengirimkan beberapa keponakannya
Dan para keponakan itu juga memiliki rekan jejak paling baik untuk hal seperti ini.
Ketiga keponakan pun langsung mengikuti mobil truk itu, dan ternyata keluarganya cukup kaya.
Bahkan di rumah ada satu mobil terparkir disana, dan sudah di pastikan dengan mereka bertanya pada tetangga yang rumahnya cukup jauh
Meski Benny seorang duda,tapi dia begitu menjaga Nia, bagaimana tidak, meski gadis itu memiliki tubuh yang begitu menarik bagi setiap pria.
Tapi Benny sebisa mungkin tak tergoda, terlebih mereka belum menikah.
Sedang di desa Benny,seorang wanita sedang bertengkar dengan suaminya, wanita terus mendapatkan pukulan dan bentakan dari suaminya.
"Kau puas ******, kamu itu memang seperti ini, lenjeh pada setiap pria, tak kau obral saja dirimu sekalian, dasar sialan!!" bentak pria itu kasar.
"Aku sudah muak, kamu memang tak pernah menyayangi ku meski anak kita sudah dua dan cukup besar, aku malu setiap hari para tetangga mengatakan sesuatu yang men-ji-jik-kan tentang dirimu yang suka main perempuan," jawab wanita itu.
"Goblok, kenapa kamu mendengarkan kata warga!!"
"Karena aku malu punya suami seperti mu!"
Plak...
Wanita itu hanya bisa menangis, dia sudah terbiasa dengan hinaan seperti ini, seandainya dulu dia kabur dan menikah dengan Benny.
Mungkin hidupnya akan di tuliskan lain sekarang, ya dulu Venny masih sangat miskin tapi sekarang pria itu sudah cukup mapan.
Benny baru pulang dan mengambil alat cukur jenggot miliknya dan memilih cukur jenggot di teras rumah.
"Wes ganteng wes," puji ibu Sumini.
Dia adalah ibu dari Benny, dan orang tua satu-satunya, atau bisa di bilang orang paling di turut oleh pria itu.
"Ibu ngagetin saja, dari mana Bu kok baru pulang?"
"Ini loh Ben, ibu dari warung beli telur, kamu mau di masakin apa?"
"Terserah ibu, aku manut asal jangan sadel dan terong Mulu Bu, lemes aku lihatnya," saut Benny
"Itu kikil Benny, sadel... ya sudah ibu dadar telur saja ya, oh ya kapan ibu bisa melamar Nia, ibu tak sabar mau melamarnya untuk jadi menantu," kata Bu Sumini semangat.
"Tunggu kabar saja ya Bu, dan tolong terus minta doanya," kata Benny.
Di rumah Nia,gadis itu sedang di sidang oleh semua keluarga besarnya, dia memang satu-satunya gadis di keluarga ayahnya yang sudah siap menikah.
Tapi mereka tidak percaya dengan pilihan dari Nia, "kamu ini perawan nduk, kenapa harus memilih duda, kenapa harus duda, padahal bapak maunya kamu sama Dimas, kalian tumbuh bersama, sedang dia itu tak ada secuil pun dari Dimas," tegur pak Amir.
"Tapi kenapa bapak seakan menekan ku, dulu mas Adi dan mas Anas bapak tak seperti ini, bahkan mas Anas menikahi wanita yang lebih tua darinya dan anaknya saja sudah besar," kata Nia yang mulai berani membantah.
"Nia!!" bentak Anas.
"Kenapa, aku mengatakan kebenaran, apa anda terluka tuan muda," kata Nia.
"Cukup hentikanlah, Anas jangan kasar bagaimana pun Nia adik mu," kata pak Amir.
"Baiklah Nia, bapak tak bisa lagi menahan dan melarang mu, tapi ingat ini Nia, apapun yang terjadi pada kamu setelah berumah tangga,itu urusan mu dengan suamimu," kata pak Amir yang tak bisa lagi menahan putrinya itu.
"Terima kasih pak," kata gadis itu dengan senang hati.
"Kalau begitu minta kekasih mu itu segera datang melamar mu, dan tak baik menunda pernikahan karena takut tetangga mengatakan yang tidak-tidak," kata pak Amir pasrah
"Iya pak," jawab gadis itu.
Dia pun langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Benny, sedang pria itu sedang asik tiduran di kamarnya.
Kaget melihat panggilan dari kekasihnya itu, "iya sayang, ada apa? apa sudah merindukan ku?" tanya Benny yang menjawab telpon dari istrinya itu.
"Bapak bilang, kapan mas datang dan melamar, karena bapak sudah setuju," kata Nia dengan sangat senang.
"Benarkah, baiklah besok aku datang untuk memastikan sendiri pada bapak," kata pria itu.
Benny langsung keluar kamarnya dan ternyata ada sosok adik ipar yang selalu jadi tempatnya curhat.
"Loh nur di sini, mana Deny," tanya Benny yang langsung duduk di samping ibunya itu.
"Ada apa pakde, sepertinya sangat senang seperti ini?" tanya Nur yang heran melihat pria itu.
"Iya nih, Bu... sepertinya aku akan melamar Nia, aku baru dapat kabar jika kita bisa datang melamarnya, karena orang tuanya sudah setuju,"
"Alhamdulillah kalau begitu, besok datang ke sana untuk memastikan, dan ibu juga akan menyiapkan semuanya," kata Bu Sumini dengan senang hati.
Nur bingung karena dia belum sepenuhnya mengenal gadis yang ingin di nikahi oleh kakak iparnya itu.
"Memang pakde mau dapat gadis dari daerah mana,kan belum di kenalkan kepada kami," kata Nur
"Itu loh dia tinggal di sebuah desa dengan nama desanya, desa Gendingan," jawab pria itu.
Mendengar itu Nur tertawa, "owalah, itukan ndeso de," jawab wanita itu.
"Memang, tapi dia itu sangat baik dan meski dia satu-satunya putri di keluarganya, dia itu mandiri dan tak manja," puji Benny.
"Baiklah Ben, sekarang antar ibu belanja," kata Bu Sumini.
Benny mengangguk, keesokan harinya Bu Sumini di antar ke pasar, dan membeli gula lima kilo.
Tak lupa dengan kopi mentah sebanyak dua kilo, dan dia juga nanti akan membawa tetel dan juga pisang raja sebagai syarat.
Sedang Nia yang tau jika Benny akan datang pun, sudah sibuk membuat camilan dan masakan untuk kekasihnya dan calon ibu mertuanya.
Karena Nia tak mau mempermalukan keluarganya, meski baru silahturahmi.
Pak Amir dan Bu Sholihah sebenarnya sangat berat menerima permintaan putrinya itu.
Karena mereka ingin hidup Nia ini bahagia, karena dari awal Bu Sholihah pun tak sepenuhnya sika melihat sosok Benny.
"Sudah Bu,kita sebagai orang tua hanya bisa mendoakan saja, semoga putri kita ini bahagia," kata pak Amir.
"Tapi pak... ibu seakan tak ikhlas," kata Bu Sholihah yang menangis.
Akhirnya waktu yang di janjikan tiba, sore hari sebuah mobil Avanza berwarna putih berhenti di pelataran rumah.
Dan ada empat orang yang turun dari dalam mobil, keempatnya ternyata Benny, Bu Sumini dan kedua kakak dari Benny.
"Assalamualaikum..." sapa Benny yang langsung mencium tangan pak Amir dan Bu Sholihah.
"Wa'alaikumussalam..."
Para tamu di izinkan masuk, dan saat sudah duduk Nia keluar sambil membawakan air minum dan camilan.
Nia juga langsung mencium tangan Bu Sumini karena dia beberapa kali di ajak ke rumah oleh Benny tanpa sepengetahuan dari keluarganya.
"Ya Allah... mantu ku," kata Bu Sumini yang memang sangat menyayangi gadis itu.
"Sebagai perwakilan keluarga, saya langsung saja ya pak, kedatangan kami ke sini untuk silahturahmi sekalian mau melamar putri anda, jika berkenan pada hari Sabtu malam Minggu, kami mau datang bersama rombongan dari keluarga adik Benny, apa keluarga pak Amir selaku orang tua Nia berkenan," tanya cak Pardi kakak pertama Benny
"Tentu saja, Monggo mas, karena itu yang di tunggu oleh keluarga kami,biar anak-anak ini tidak kruntang-kruntung, tak baik di lihat oleh warga juga," jawab pak Amir.
"Tapi mohon maaf, Sabtu malam Minggu ini?" tanya Bu Sholihah memastikan.
"Tentu saja Bu, itu hati baik, meski tau cukup mendadak tapi lebih cepat lebih baik," jawab cak Sardi kakak kedua Benny.
"Baiklah kalau begitu, kami akan bersiap, tapi ya Monggo di nikmati sunguhan nya maaf seadanya," jawab pak Amir.
"Terima kasih ya pak ibu, kamu datang malah merepotkan,"
Benny dan keluarganya pun pamit pulang setelah mengutarakan niatnya.
Sebelum itu, Benny memberikan sesuatu yang di genggamkan pada tangan calon istrinya itu.
"Untuk belanja acara Minggu depan,"bisiknya sebelum pergi.
Tak lama mobil kekasihnya itu pergi, Bu Sholihah nampak bingung karena lamaran putrinya begitu dekat.
"ada apa Bu, kenapa? bukankah uang yang bapak jual sapi kemarin masih ada kan, karena ibu tak menggunakannya untuk membeli perhiasan," kata pak Amir pada istrinya itu.
Bu Sholihah diam, "pasti sudah di pinjam sama mas Adi dan mas Anas," kata Nia yang pergi meninggalkan ke-dua orang tuannya.
"Apa benar Bu?"
"Iya pak, masih ada sisa lima juta rupiah di ibu," jawab Bu Sholihah.
"Bu... itu kan sudah bapak bilang untuk acara pernikahan Nia, tapi kenapa kamu berikan pada putra-putra mu,kamu pasti tau bagaimana mereka Bu, ya astaghfirullah..." kata pak Amir lemas.
Bagaimana tidak, dia sudah tak bisa bicara lagi dan membuat kepalanya pusing.
Tak butuh waktu lama, tiba-tiba Nia keluar dan memberikan uang lembur yang tadi sempat dia ambil di ATM.
"Ini bisa di gunakan untuk acara lusa Bu, itu uang lembur Nia selama sebulan kemarin, dan hari ini cair Bu, ibu bisa gunakan meski tak banyak tapi cukup lah untuk acara lamaran bukan, karena Nia tak mau merepotkan ibu dan bapak, karena ini adalah pernikahan pilihan Nia," kata gadis itu menaruh uang dua juta lima ratus ribu.
Sedang uang yang di berikan oleh Benny,dia simpan agar bisa di gunakan untuk yang lain.
Pak Amir merasa tak enak,karena istrinya ini selalu mengutamakan Adi putra pertama mereka.
Bahkan sampai urusan sekecil apapun, sedang Nia yang paling kecil malah selalu mandiri seperti ini.
Keesokan harinya, semua berjalan seperti biasa, Nia memilih lembur setiap hari demi untuk tambah-tambah biaya menikah.
Karena ini pilihannya tak boleh Menyusahkan orang tua, sedang Benny memilih satu set perhiasan yang akan di berikan pada calon istrinya itu.
Dan juga keperluan yang lain, tapi dia lupa tak tanya Nia, tentang make up apa yang wanita itu gunakan
"Sini pakde biar aku yang belanja, toh hanya bedak saja kan?" kata Nur.
"Tidak, aku tanya dulu kan tak baik jika beli bedak tapi tak sesuai dengan yang biasa dia pakai," kata Benny.
"Dia orang desa saja loh, memang bisa beli bedak apa sih, paling juga Sariayu yang murah," kata Nur yang sok tau.
Tiba-tiba Benny mendapatkan balasan dari Nia, pria itu di minta membelikan satu set make up dari produk Inez yang terkenal cukup menguras kantong.
Tapi Benny tentu saja mengiyakan, dan membelikannya itu, bahkan sandal dan sepatu high heels juga sesuai kesukaan dari gadis itu.
Akhirnya hari yang di tunggu datang, pak Amir tak ingin membuat malu putrinya yang akan masuk di keluarga suaminya nanti.
Jadi dia menyiapkan semuanya dengan hal yang terbaik, Nia sudah bersiap mengunakan gamis berwarna biru.
Dan Benny juga mengenakan kemeja yang senada, akhirnya rombongan keluarga Benny datang.
Para keluarga pun menyambutnya dengan sangat ramah, dan terlihat begitu senang
Semua langsung nampak bercakap-cakap, saat Nia di minta keluar untuk berkenalan dengan semua orang.
Mereka semua tak menyangka jika gadis cantik itu bisa menerima Benny.
Akhirnya lamaran di terima, Benny dan Nia melakukan tukar cincin, keduanya tampak begitu mesra satu sama lain.
"Sebenarnya saya mau bicara dengan bapak, bagaimana jika resepsi mewah di lakukan di sini saja, karena status saya lebih baik jadi satu bagaimana pak," izin Benny.
"Terserah saja nak, apapun keputusan dan keinginan kalian bapak ikuti," jawab pak Amir.
Akhirnya mereka pun sepakat, empat bulan lagi pernikahan, dan juga ada lamaran balasan sebulan lagi.
Nia tak menyangka para orang tua ini begitu ingin cepat-cepat karena tak ingin ada fitnah atau apapun itu.
"Tapi mas, bagaimana dengan dekor pelaminan dan semuanya, tentu saja itu akan membutuhkan tenaga yang tak sedikit," kata Nia
"Tentu saja, sudah tenang nanti aku menghubungi teman ku yang memang memiliki dekor dan elektone, apa perlu tenda dan sound sistem juga, biar sekalian?" tanya Benny.
"Jangan nak, tetangga punya jadi tak enak jika kita tak menyewa, jadi tenda dan sound itu biar tetangga saja," jawab pak Amir.
"Inggeh pak," jawab Benny menurut.
Akhirnya Benny pun pamit pulang, dan lagi-lagi Benny memberikan uang untuk DP uang tenda dan sound.
Akhirnya saat Nia tak lembur, dia pun segera datang ke persewaan tenda.
Dia memilih tenda keong yang pada tahun dua ribu empat belas hanya segelintir orang yang menggunakannya.
Karena dekorasi pelaminan nanti di takutkan sangat wah, jadi biar sesuai saja.
"Mas Huda, aku DP satu juta dulu ya nanti sisanya aku selesaikan selesai acara,"
"Iya Nia, tenang saja memang pelaminan yang kalian sewa ini berapa luasnya kok harus pakai yang keong?"
"Calon suami ku memilih yang panjangnya dua belas meter dengan lebar delapan meter karena ada elektone juga malamnya, maklum mas teman-teman supirnya di undang semua," kata Nia malu-malu.
"Ya Allah Nia, bisa hampir sepuluh juta untuk dekor dan elektonenya saja," kata pemilik persewaan tenda itu.
"Saya juga tidak tau mas, itu permintaan calon suamiku," jawab Nia.
Sekarang giliran gadis itu ke tempat persewaan sound sistem yang juga masih tetangganya.
Dan untungnya mereka bisa bekerja sama dan pemilik persewaan sound juga siap jika harus ada orkes besar sekalipun.
Pak Amir yang baru selesai pulang dari mengajak para orang tua untuk teges gawe.
Di buat kaget karena dia tadi sempat mampir untuk menyewa tenda, nyatanya sudah ada Nia yang menyewa cukup banyak tenda.
Dan hanya butuh tanggal dari orang tuanya, pak Amir pun memberikan tanggalnya.
Begitupun dengan sound sistem juga, bahkan Nia dan Benny akan melakukan prewedding dengan konsep agar berbeda nantinya.
Semua biaya Benny yang menanggungnya, dia tak keberatan karena ini demi wanita yang dia cintai.
"Nduk... kenapa kamu sudah memberikan DP untuk semua bagian depan," tanya pak Amir.
"Karena kami tak mau membebani ibu dan bapak, terlebih uang yang di pakai dia kakak ku belum tentu bisa kembali," jawab Nia.
"Tapi ini urusan ibu dan bapak nduk,"
"Nia hanya tak mau jika itu dan bapak merasa kesulitan, selama aku dan mas Benny bisa pasti kami bisa membuat semua seperti keinginan kami, dan iya Bu nanti prasmanan saja, karena teman ku dan mas Benny juga sangat banyak," kata Nia.
"Prasmanan bagaimana,bukankah itu makin banyak biaya," tanya Bu Sholihah.
"Itu urusan ku, aku akan mengambil bakso cak paat, somay yang ada di dekat pabrik ku, dan es nung-nung dari pakde yang jualan di sekolah ku dulu, dan bukankah rawon dari rumah itu cukup bukan," kata Nia.
"Baiklah terserah kamu saja nduk,bapak ikut saja," jawab pak Amir lemas.
Bagaimana tidak, putrinya seakan tak percaya jika dia sudah tak mempermasalahkan tentang status Benny.
Atau mungkin ada yang membuat putrinya itu seperti ini, dia harus tau kenapa Nia seakan tak membiarkan ibu dan saudaranya membantu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!