NovelToon NovelToon

GADIS BERGAUN MERAH

BAB 1. NEKAT BUNUH DIRI

“Ibu! Aku tidak mau menikah dengan Emir! Aku tidak mencintainya!” ujar Arimbi pada ibunya.

“Tapi Arimbi…..kita tidak mungkin menolak keluarga Serkan.” bujuk ibunya.

“Tidak ibu! Aku hanya mencintai Reza! Kalau ibu ingin aku menikah maka aku hanya akan menikah dengan Reza!” Arimbi mengajukan protes pada ibunya.

“Arimbi…..ibu mohon tolong terima perjodohan ini. Emir pilihan yang lebih baik daripada Reza.”

“Aku tidak mau bu!” ujar Arimbi penuh penolakan. “Aku akan pergi kerumahnya dan bicara langsung dengan Tuan Emir.” lalu Arimbi beranjak dan pergi kerumah keluarga Serkan.

Kedua orang tuanya menjodohkannya dengan Emir Rayyanka Serkan, putra tertua sekaligus pewaris dari keluarga Serkan yang cacat akibat kecelakaan. Demi menolak perjodohan itu, Arimbi nekat mendatangi kediaman keluarga Serkan dan memotong urat nadinya didepan pria cacat itu. Untungnya nyawanya bisa diselamatkan, luka goresan dipergelangan tangannya tidak mengenai urat nadinya.

Aksi Arimbi menolak perjodohan itu dengan nekat bunuh diri membuat kedua orangtuanya pasrah pada pilihan putrinya. Arimbi Rafaldi menikah dengan pria pujaannya Reza Alvis Kanchana. Sejak menikah dengan Reza Kanchana, Arimbi tidak diizinkan oleh keluarga suaminya keluar dari rumah. Kehidupannya berubah draktis setelah menikahi pria yang dicintainya itu, tak pernah sekalipun Reza menyentuhnya dengan alasan Arimbi sedang mengandung.

Tanpa diketahuinya bahwa Reza berselingkuh dengan Amanda dibelakangnya hingga Amanda melahirkan bayi laki-laki yang usianya sama dengan bayi perempuan Arimbi. Tubuhnya semakin kurus dan wajah cantiknya berubah kusut karena tak punya waktu mengurus dirinya. Dia diperlakukan bak pelayan dirumah itu, bahkan pelayan pun tak segan menyuruhnya melakukan pekerjaan. Saking cinta dan percayanya pada Reza, wanita itu menyerahkan perusahaan peninggalan orangtuanya pada Reza untuk dikelola tanpa sepengetahuannya, suami dan mertuanya menggerogoti hartanya satu-persatu.

Arimbi adalah putri kandung keluarga Rafaldi yang tanpa sengaja tertukar. Ketika mereka dipertemukan kembali, dia menjadi putri kedua dikeluarga Rafaldi. Karena kedua orangtuanya sudah membangun ikatan yang kuat dengan putri pertama bernama Amanda Rafaldi yang telah tinggal disana selama lebih dua puluh tahun. Mereka enggan untuk mengusir putri angkat mereka itu. Jadi kedua anak yang tak sengaja tertukar itu tetap tinggal bersama keluarga Rafaldi.

Arimbi sudah berumur dua puluh tiga tahun saat dia kembali ke keluarga kandungnya. Orangtua kandungnya merasa malu padanya, saat dia sudah terbiasa dengan kehidupan masyarakat kelas atas, mereka ingin membantu mengatur pernikahan yang baik untuknya. Saat itu beberapa keluarga terpandang di kota Metro ingin menikahi putri dari keluarga Rafaldi, bahkan keluarga paling kaya di kota itu keluarga Serkan datang untuk melamar.

Keluarga Serkan menginginkan Arimbi putri kandung keluarga Rafaldi. Namun Tuan Muda dari keluarga Serkan pernah mengalami kecelakaan mobil dan menjadi cacat membuat pria itu yang memang sikapnya dingin dan arogan itu semakin sulit untuk didekati. Banyak wanita yang pernah mencoba mendekatinya untuk meminta menikahi mereka, merasa ketakutan pada pria itu. Orangtua Arimbi enggan untuk menyinggung perasaan keluarga Serkan sehingga mereka meminta Arimbi mengambil keputusan.

Namun rasa cintanya yang besar pada Reza Alvis Kanchana membuat Arimbi buta dan menolak untuk menikahi Emir Rayyanka Serkan. Meskipun orangtua Arimbi tidak berharap Arimbi menyetujui pernikahan dengan keluarga Serkan tapi mereka juga tak ingin putrinya menikah dengan keluarga Kanchana tapi Arimbi tetap bersikeras ingin menikahi Reza sehingga tragedi itu pun terjadi. Dalam pernikahan, satu langkah yang salah dapat menuntun pada kehancuran.

Setelah menikah dengan Reza, dia akhirnya menyadari bahwa pria yang dinikahinya itu mencintai Amanda dan mereka sedang menggali lubang yang sangat dalam dan bersiap mengubur Arimbi hidup-hidup didalamnya. Arimbi terlalu bodoh selama ini tak mengetahui rencana jahat mereka. Setelah kematian kedua orangtuanya, Reza semakin semena-mena dan terang-terangan membawa Amanda kerumah mereka untuk bersenang-senang. Bahkan semua keluarga Kanchana sangat membencinya.

...*******...

Sore menjelang malam, Arimbi menunggu kepulangan suaminya dirumah seperti biasa. Setelah menyusui bayinya, Arimbi duduk diruang tamu sembari melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan jam tujuh malam. Suara deru mobil memasuki pekarangan rumah terdengar, senyum diwajah Arimbi tersungging menyambut suaminya. Tapi baru saja pintu terbuka dan langkah kaki terdengar memasuki rumah, Arimbi terkejut melihat Reza datang bersama Amanda yang sedang menggendong seorang bayi.

“Selamat malam, kok tumben pulangnya telat hari ini?” tanya Arimbi masih tersenyum.

“Kamu tidak menyapaku?” seru Amanda memandang sinis pada Arimbi.

“Hei Amanda. Ayo masuk, biar aku buatkan minum.”

“Tidak usah!” ujar Reza dingin. “Nggak perlu basa basi!”

Arimbi terdiam dan mengeryitkan dahinya, dia sudah biasa menerima perlakuan acuh dari suaminya tapi tak sekalipun Reza bersikap seperti sekarang ini.

“Mulai sekarang Amanda akan tinggal dirumah ini! Dan aku mau kau keluar dari rumahku sekarang juga!” ujar Reza dengan suara tinggi. Sedangkan Amanda tersenyum sinis memandang Arimbi dengan angkuh karena dia sudah lama menunggu saat ini, dimana Arimbi akan ditendang keluar dan dia bisa bersama Reza dan anak laki-laki mereka.

“Apa? Maksudnya?”

“Ini! Tandatangani dan kita bercerai! Aku tidak sudi tinggal bersama perempuan miskin sepertimu dan anak harammu itu!” ujar Reza menyerahkan surat cerai yang sudah ditandatanganinya.

“Reza!” teriak Arimbi dengan bibir bergetar, “Tega kamu menyebut anakmu sendiri anak haram!”

“Memang anak haram! Eh Arimbi…..biar aku beritahu ya. Aku tak pernah menyentuhmu! Malam itu kami membiusmu dan membawamu ke kamar hotel lalu mengirim seorang pria kesana untuk tidur denganmu!” ujar Reza dengan kejamnya.

“A----apa….nggak mungkin! Reza! Kau berbohong! Iyakan!” ucap Arimbi mulai menitikkan airmata. “Kamu ada bersamaku saat aku bangun tidur keesokan harinya.”

“Ha ha ha ha…...Arimbi…..Arimbi…...betapa bodohnya kau!” Amanda tertawa terbahak-bahak.

“Aku dan Amanda sudah merencanakan ini semua sejak lama. Menikahimu dan mengambil semua harta serta perusahaan orangtuamu lalu membuangmu.” ujar Reza lagi.

Reza saling bertukar pandang dengan Amanda, sepasang kekasih itu terlihat sangat bahagia karena semua rencana mereka berjalan dengan lancar. Kini mereka bisa menikmati kekayaan milik Arimbi.

“Kamu tidak percaya? Aku bisa memberikan rekaman cctv hotel di hari itu! Kamu bisa melihat sendiri, dengan siapa kamu tidur malam itu! Yang pasti bukan aku! Ha ha ha ha…..kemasi barang-barangmu dan pergi dari rumahku sekarang!”

Tidak! Kamu tidak bisa melakukan ini padaku!”

“Kenapa tidak? Kamu sudah tidak punya apa-apa, kamu bahkan sudah tidak punya keluarga lagi!” ujar Amanda mencibir. “Hanya anak haram itu saja yang kamu punya!”

“Kenapa kamu lakukan ini Amanda?” teriak Arimbi. “Apa salahku padamu?”

“Salahmu? Banyak! Kamu muncul dikehidupanku, mencuri semuanya dariku! Kamu masih bertanya apa kesalahanmu? Arimbi! Aku tidak terima! Andai kamu tidak pernah datang kedalam kehidupan kami, semua kemewahan itu menjadi milikku!” ujar Amanda marah.

“Kamu keterlaluan Amanda! Ayah dan ibu memperlakukanmu seperti anak kandung mereka. Mereka menyayangimu tapi…...kenapa?”

“Karena aku bukan anak kandung mereka! Aku tidak mau kembali ke keluargaku yang miskin itu! Selama dua puluh tiga tahun aku hidup sebagai putri tunggal pewaris keluarga Rafaldi. Tapi kehadiranmu mengubah semuanya!”

Selamat datang di Novel Baru ini!

Author mau bagiin visual para pemeran si novel ini ya 🙏🙏

Visual EMIR RAYYANKA SERKAN

Visual ARIMBI SARASWATY RAFALDI

BAB 2. WANITA ITU MENINGGAL

“Tega kamu! Kalau kamu hanya menginginkan harta, aku rela memberikan semuanya padamu!” tangis Arimbi semakin deras. “Ka----tidak kusangka kalian begitu kejam! Reza! Aku putri kandung keluarga Rafaldi! Aku akan mengambil kembali perusahaan ayahku!”

“Ha ha ha ha…..semua sudah dialihkan atas namaku dan Amanda! Sekarang pergi dari sini! Aku dan Amanda akan menikah dan hidup bahagia bersama putraku! Aku tak sudi mengurus anak harammu itu!” ujar Reza penuh kebencian menatap tajam pada Arimbi.

“Anak ini anakmu! Kau harus bertanggung jawab Reza!”

“Arimbi! Reza adalah milikku. Putraku adalah darah dagingnya dan bayimu ini hanyalah anak haram.” ujar Amanda menunjuk ke bayi perempuan yang ada didekapan Arimbi.

“Kau pasti tidak menyangka, iyakan? Reza tak pernah menyentuhmu sama sekali! Pria malam itu bukan Reza jadi ayah dari putrimu itu hanya Tuhan yang tahu! Putrimu hanyalah anak haram yang tidak tahu siapa ayahnya.” ujar Amanda mencibir sinis.

“Arimbi! Apa kau tahu bagaimana kedua orangtuamu meninggal? Aku membunuh mereka. Yah salah mereka sendiri karena tidak memberiku warisan malah mewariskan semuanya padamu. Mereka bilang aku adalah putri mereka dan mereka akan memperlakukanku dengan setara denganmu. Tapi, mereka hanya memikirkanmu saja, putri kandung mereka yang hilang dan telah kembali.”

“Arimbi! Pergi saja kau ke neraka bersama putri haram yang kau cintai itu!”

“Keluar!” Reza menarik lengan Arimbi dengan kasar dan mendorongnya. Arimbi terjatuh ke lantai dengan keras hingga lututnya lecet. Untungnya dia memeluk erat bayinya hingga tak terjatuh.

“Reza! Apa-apaan ini? Apa maksudnya semua ini?” tanya Arimbi yang sedang menggendong bayi perempuannya yang baru berusia dua bulan.

Amanda menyerahkan bayi laki-lakinya pada Reza lalu dengan cepat dia merampas bayi perempuan Arimbi dari dekapannya.

“Ahhh…...” teriak Arimbi terkejut tapi dia terlambat menghentikan tindakan Amanda.

Wanita itu menghempaskan bayi berusia dua bulan itu tanpa belas kasihan, “Anak haram ini tak pantas hidup! Lebih baik mati!”

Bayi itu menangis sebentar lalu tak bersuara lagi, bayi itu tak bergerak lagi. Arimbi bergegas menghampiri bayinya dan mendekapnya, “Sayang….” dia memeriksa bayinya yang tak bernyawa lagi.

“Amanda!” teriak Arimbi yang dikuasai amarah lalu berdiri dan menampar Amanda dengan keras.

PLAAKKKK!

“Arimbi! Kurang ajar kamu!” teriak Reza tak terima wanita yang dicintainya ditampar oleh Arimbi.

Amanda memegangi pipinya yang terasa panas bekas tamparan keras Arimbi. Binar matanya berubah merah mengerikan, dia menoleh pada Reza. Pria itu menyerahkan kembali bayinya pada Amanda. Dengan kemarahan yang sudah diubun-ubun, dia mengambil pisau buah yang terletak diatas meja lalu menghunjamkan pisau itu keperut Arimbi sebanyak dua kali.

“Mati kamu Arimbi! Pergi ke neraka!” teriak Reza lalu menendang wanita itu. Ketakutan menguasai Arimbi, rasa sakit diperutnya akibat tusukan pisau. Dia memegang perutnya yang berdarah dan berusaha berjalan dengan mendekap bayinya yang tak bernyawa.

‘Tidak! Aku tidak boleh mati disini! Aku harus lari!’ dengan menahan rasa sakit dia berlari tertatih meninggalkan rumah jahanam itu. Sepasang manusia yang ada didalam rumah itu tertawa melihat Arimbi yang mengenaskan. Malam itu gerimis dan udara malam yang dingin menjadi semakin dingin.

Dia sudah tidak punya apa-apa lagi. Air hujan menerpa tubuhnya, meresap melalui sela-sela rambut dan pakaiannya. Di titik ini, hatinya sudah mati rasa dia tidak bisa lagi merasakan dinginnya malam. Yang bisa dirasakannya saat ini hanyalah penyesalan.

Airmata berderai membasahi wajahnya, warna bajunya berubah merah darah. Pandangan matanya mulai kabur, tapi dia tak mau menyerah terus berjalan ke jalan tanpa menoleh ke belakang. “Tolong!” teriaknya dikegelapan malam tapi tak ada seorangpun disana. Hingga dia sampai di jalan besar, tubuhnya semakin melemah tapi dia masih bertahan untuk tetap membuka matanya. “Sayang, ibu akan membawamu kerumah sakit! Sabar ya.” ujar Arimbi yang masih tak sadar jika bayi perempuannya sudah tak bernyawa. Tekadnya hanya satu, berlari ke rumah sakit untuk menyelamatkan bayinya.

Tapi takdir berkata lain, tubuhnya terluka parah dan dia sudah kehabisan banyak darah. Pandangan matanya mengabur saat dia tiba dijalan besar dan berusaha menghentikan kendaraan yang lewat. Malang tak dapat dihalang, malam itu tak banyak kendaraan yang lewat dijalan itu. Tubuhnya semakin lemah dan matanya menggelap saat sebuah mobil berwarna hitam melaju kearahnya.

Arimbi merentangkan satu tangannya untuk menghentikan mobil itu tapi dia terlalu lemah. Arimbi terjatuh ke tanah dan bayinya terlempar. Mobil itu berhenti tepat satu meter dari tubuh Arimbi yang lemah dengan tangannya berusaha meraih bayinya. Dia kehilangan banyak darah dan tak ada tenaga untuk mengangkat tangannya. Airmata terus mengalir, dia pasrah pada nasibnya mungkin inilah akhir dari perjalanan hidupnya. Darah mulai menggenang disekitarnya.

Terdengar derap langkah mendekat, mata Arimbi terbuka lemah dan melihat sepatu pantofel hitam dan sebuah tangan yang mengambil bayinya lalu menyerahkan pada Arimbi. Tangan Arimbi mendekap bayinya dengan sisa tenaga, “Tolong. bayiku” ujarnya. Luka tusukan diperutnya begitu parah dan dia mulai kehilangan kesadarannya.

Sebelum kegelapan menyelubunginya, dia mencoba membuka mata untuk melihat siapa penyelamatnya. Samar-samar dia bisa melihat seorang pria yang duduk di kursi roda menatapnya dari samping mobil. Meskipun duduk dikursi roda tak mampu menyamarkan aura kebangsawannya. Arimbi mengenalinya, saat tatapan mata mereka bertemu Arimbi tersenyum namun senyumnya tak bisa terlihat akibat darah yang menutupi bibirnya.

‘Emir.’ bisiknya dalam hati memanggil nama pria itu. Orang yang menolongnya malam itu ternyata adalah Emir dan Tori asistennya yang kebetulan melewati jalan itu. Pria itu pernah menolongnya saat Arimbi mendapat masalah. Disisa napasnya,  Arimbi merasa bersalah dan malu pada pria itu. Bayangan saat dia menolak pria itu, bayangan bagaimana pria itu membantu pemakaman orangtuanya.

Disela-sela sisa kesadarannya dia berkata didalam hatinya, ‘Emir jika ada kesempatan untuk bertemu denganmu lagi kelak, aku akan membayar hutang budiku padamu dikehidupan yang akan datang.’ lalu mata Arimbi perlahan menutup rapat. Semua rasa sakitnya hilang bersamaan dengan matanya yang tertutup rapat.

Tragis, nyawa Arimbi tak tertolong malam itu dia menghembuskan napas terakhirnya sebelum sempat dibawa kerumah sakit. Tubuh bersimbah darah sambil mendekap mayat bayi perempuannya itu tergeletak di tepi jalan tak bernyawa.

“Tuan, wanita ini sudah meninggal.” ujar Tori setelah memeriksa nadi wanita itu.

“Cepat telepon ambulan!” ujar Emir. Matanya menatap lurus pada wanita yang terbujur kaku dijalan itu, dia menghembuskan napas panjang seakan melepaskan rasa gundah didadanya. “Urus pemakamannya!”

“Tapi Tuan----.” Tori hendak protes tapi tatapan tajam Emir membuatnya bungkam.

...*******...

Sesosok tubuh yang terbaring diatas ranjang perlahan membuka matanya. Dia mendengar suara orang yang sedang berbicara, “Tuan Muda Emir! Dr. Gani mengatakan bahwa wanita itu kehilangan banyak darah dan koma. Sekarang pendarahannya sudah berhenti, mungkin sebentar lagi dia akan sadar.”

‘Jadi aku hanya kehilangan banyak darah. Aku pikir aku sudah mati!’ bisik hati Arimbi. ‘Bayi! Bayinya! Mata Arimbi tiba-tiba membelalak terbuka dan hal pertama yang dilihatnya bukan langit-langit ruangan itu melainkan sepasang mata gelap dan dingin yang sedang menatapnya. Pemilik mata itu mempunyai wajah yang sangat tampan, rambut hitam lebatnya, hidung mancung dan ekspresi wajah yang tenang namun tegas. Tatapan matanya yang dingin dan menusuk membuat pria itu terkesan angkuh. Wajah ini…..tunggu dulu! Aku ingat wajah ini……!

BAB 3. TERLAHIR KEMBALI

Emir Rayyanka Serkan!

Satu-satunya pria yang mengulurkan kebaikan padanya saat dia sudah tidak punya apapun yang tersisa di hidupnya. “Emir…..” Arimbi memanggilnya dengan tatapan penuh rasa terimakasih.

Semua orang di kota Metro memanggil Emir dengan sebutan Tuan Emir. Meksipun dia memakai kursi roda tapi dia tetaplah dewa bisnis di Metro.

Pria itu memandangnya dengan tatapan dingin sambil mendorong kursi rodanya menjauh, dia memerintahkan pengawalnya, “Dia sudah bangun sekarang. Bawa dia pulang dan beritahu Yadid Rafaldi bawah meskipun aku cacat, aku tidak akan pernah memaksa putrinya untuk menikahiku! Beritahu dia untuk menjaga putrinya dengan baik dan jangan biarkan dia mencoba bunuh diri lagi didepanku. Sangat menjijikkan!”

‘Tunggu! Bunuh diri? Dia bilang barusan aku bunuh diri?

Arimbi merasa kebingungan, terakhir kali dia ingat kalau Reza dan Amanda membunuhnya dan bayinya. Satu tangannya memijit pelipisnya, dia merasakan sedikit sakit dikepalanya. ‘Kenapa kejadian ini terasa sangat familiar? Apa yang terjadi padanya?

Tentu saja! Saat itu, ketika keluarga Serkan datang untuk melamar, mereka secara khusus meminang Arimbi, putri kandung keluarga Rafaldi. Ketika dia melihat Emir yang cacat berniat menikahinya, Arimbi merasa pria itu mencoba menyeret hidupnya kedalam penderitaan selamanya.

Dia ingat kejadian itu! Arimbi mengingat apa yang terjadi, dia memberitahu Emir dengan tegas saat itu kalau dia lebih baik mati daripada menikah dengannya. Sejenak Arimbi merasa ada yang tidak beres. Dia merasakan sakit pada pergelangan tangannya, ketika dia melihat ke sekeliling, dia menyadari bahwa dia tidak sedang berada dirumah sakit. Ini terjadi sebelum dia menikahi Reza!

Dua pengawal melangkah mendekati ranjang tempat dia terbaring, dengan suara kasar pengawal itu memerintahnya.

“Nona Rafaldi, tolong bangun dan ikut dengan kami! Anda tidak bisa ada disini.”

Arimbi sntak kehilangan kata-kata. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Apakah dia kembali ke masa lalu setelah kematiannya?

“Bolehkah aku meminjam cermin?” dia bertanya pada pengawal itu.

Sejenak Arimbi merasa bersemangat kalau dia tidak mati tapi kembali ke tahun sebelum dia menikahi Reza. Meskipun begitu, dia hanya ingin memastikan dugaannya.

Emir yang sedang mendorong kursi rodanya keluar kamar itu masih bisa mendengar ucapan Arimbi, dia berhenti lalu menoleh pada Arimbi dengan tatapan sinis. Para pengawal hanya diam menunggunya bicara. Setelah mengecap bibirnya, Emir berkata dengan dingin, “Beri dia ponselmu!”

Semua ponsel memiliki kamera depan, itu sama saja dengan menatap cermin. Salah satu pengawal itu mengeluarkan ponselnya lalu menyalakan kamera dan memberikannya pada Arimbi.

Dia meraih ponsel itu dan melihat bayangannya di layar, tak ada keputus asaan serta kesuraman diwajahnya. Walaupun wajahnya terlihat sedikit pucat, itu mungkin akibat kekurangan darah akibat percobaan bunuh dirinya. Apapun itu, terlihat jauh lebih baik dibandingkan dengan dirinya sebelum kematiannya. Sudah jelas ini adalah wajahnya saat dia berusia dua puluh tiga tahun. Dia bersorak didalam hatinya, dia baru saja terlahir kembali! Dia kembali ke masa dua tahun lalu!

Kini orang tuanya masih hidup dan dia belum menikah dengan Reza Alvis Kanchana. Ini adalah awal yang baru untuknya, tak ada satupun tragedi yang sudah terjadi. Semua kembali ke masa dimana dia sudah enam bulan tinggal bersama orang tua kandungnya. ‘Ya Tuhan! Aku terlahir kembali! Ini sungguh luar biasa. Terimakasih Tuhan! Kau memberiku kesempatan kedua untuk mengubah takdirku. Kali ini aku tidak akan membuat keputusan yang salah didalam hidupku!’ sumpahnya didalam hati.

Dari ujung matanya dia melihat pengawal dibelakang Emir meraih gagang pintu dan membukakannya untuknya. Arimbi dengan gerakan cepat segera melompat dari ranjang dan menjejalkan ponsel itu ketangan pengawal yang memberinya ponsel itu. “Tuan Emir, berhentilah! Aku ingin bicara.”

Arimbi berteriak dan berlari kearah Emir menghadang jalannya. Dia kini berdiri dihadapan pria itu, kali ini Arimbi sudah memutuskan untuk memperbaiki kesalahannya dikehidupan sebelumnya.

Tatapan mata Emir sangat dingin pada Arimbi. Meskipun tatapan dingin dan tajam itu membuat Arimbi ketakutan dan gemetar tapi dia tidak akan mundur kali ini dia harus melakukan yang benar.

“Tuan Emir.”

“Katakan! Cepat!” suara berat pria itu terdengar sangat dingin, singkat dan tegas ketika dia bicara. Arimbi *******-***** tangannya, itu adalah kebiasaannya sejak kecil setiap kali dia merasa gugup.

“Tuan Emir.” ucapnya kembali.

“Bawa perempuan ini keluar dari sini!” perintah Emir pada pengawalnya. Dia sudah kehilangan kesabarannya pada wanita itu. Sebelum dia mendengarkan wanita itu lagi, dia memerintahkan anak buahnya untuk membawa Arimbi keluar dari rumahnya.

“Tuan Emir, aku akan menikah denganmu! Aku ingin menikahimu!”

Hal yang seharusnya dia lakukan di kehidupan sebelumnya, akhirnya dia mengucapkan untaian kata-kata itu. Emir telah memberikan semua kebaikan padanya saat dia berada di titik terendah dikehidupan sebelumnya, ketika dia membutuhkan bantuan hanya pria itu yang menolongnya jadi Arimbi melakukan apa yang benar kali ini, dia akan menikahi pria itu! Bahkan meskipun pria itu bertemperamen buruk, tidak sabaran dan cacat dia tetap bersedia menikah dengannya dan hidup bersama pria itu sepanjang hidupnya.

Dia telah membuat keputusan yang salah dikehidupan sebelumnya dan berakibat sangat buruk sehingga dia kehilangan nyawanya dan juga nyawa putrinya. Kini Arimbi mengubah takdirnya kembali. Setelah mendengar ucapan wanita itu, semua orang diruangan itu ternganga tak percaya. Apa wanita ini gila?

Setelah mendengar ucapan Arimbi, kini Emir balik mencacinya, “Nona Rafaldi apa kau yakin kau benar-benar mengiris tanganmu dan bukannya membenturkan kepalamu terlalu keras ke tembok saat mencoba bunuh diri?”

Wajah Arimbi berubah merah saat mendengar ucapan pria itu. “Tuan Emir, a---aku bersungguh-sungguh ingin menikahimu. Aku sudah memikirkannya dengan baik dan aku bersedia menikahimu dan aku akan merawatmu seumur hidupku. Aku janji akan selalu mendampingimu!”

Bagaimanapun caranya, hidupnya bergantung pada pria itu. Dikehidupan sebelumnya dia menolak Emir, tapi dikehidupan sekarang dia bertekad akan tetap menikahinya.

“Ah! Apa kamu tidak keberatan dengan kakiku yang cacat? Apa kamu tidak takut kalau aku menjadi kejam karena kakiku cacat? Bukankah kamu yang bilang kalau keluargaku menggunakan kekuasaan mereka untuk memaksakan pernikahan ini?”

“Tuan Emir! Aku tidak peduli dengan semua itu! Aku akan menikahimu.”

Di kehidupan sebelumnya, setelah menikah Reza menggunakan alasan kehamilannya sebagai cara untuk berhenti memperlakukannya layaknya seorang istri namun saat Amanda tiba-tiba muncul dihadapannya menggendong seorang bayi laki-laki yang usianya sama dengan putrinya, dia sadar bahwa Reza memang tidak peduli padanya dan tidak berniat menyentuhnya lagi. Sampai hari kematiannya, dia tidak pernah tahu siapa ayah dari putrinya.

“Arimbi Rafaldi! Kamu menganggapku apa? Aku, Emir Rayyanka Serkan bukanlah seseorang yang bisa kamu datangi lalu kamu tinggalkan begitu saja sesuka hatimu. Kamu pikir kamu siapa?” Tatapan mata Emir sangat dingin pada Arimbi, “Bukan ideku untuk datang pada keluargamu dan melamar. Aku tidak pernah punya perasaan padamu! Kamu bukan tipeku!”

Begitu Arimbi mendengar kalimat pria itu, sontak wajahnya memucat. ‘Gawat! Ini benar-benar gawat! Aku harus menikah dengan Emir! Apapun caranya aku harus mengubah takdirku!’ pikirnya. Sejenak dia mencoba memikirkan cara agar dia bisa menikahi pria itu, bagaimanapun hanya ini satu-satunya cara untuk mengubah takdirnya dan dia tak boleh kehilangan kesempatan ini.

“Keluar sekarang!” teriak Emir sambil mengarahkan telunjuknya kearah pintu.

Arimbi menggigit bibir bawahnya sementara matanya yang besar dan cantik menatap pria itu tanpa berkedip sedikitpun. Tanpa diduga Arimbi melakukan sesuatu yang gila tanpa diduga sama sekali.

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!