Di sebuah kamar yang tertata rapi dengan dekorasi sederhana, cat tembok berwarna babypink menunjukkan jika pemilik tubuh memiliki karakter lembut. Meja belajar dengan rak buku yang menyatu tertata rapi, terlihat ada beberapa memo yang tertempel di papan putih kecil samping meja belajar. Seprai katun dengan motif bunga daisy, bau harum yang tercium diruangan menandakan pemilik tubuh gadis yang rajin.
Mata Nyssa memindai seluruh isi ruangan dengan takjub. Jiwa keibuannya mengagumi pemilik tubuh yang sangat memperhatikan kenyamanan kamar tidur. Meskipun berbeda dengan seleranya, tapi memang selera seorang gadis feminim.
Beberapa saat yang lalu, ia telah memastikan bahwa dirinya terbangun ditubuh seorang gadis berumur 19 tahun. Ia merasakan sakit kepala, saat semua ingatan pemilik tubuh berkelebat dipikirannya. Meskipun masih tidak bisa percaya, jika ia menempati tubuh lain, ia harus beradaptasi, mungkin karena nama yang sama semua hal yang mustahil ini bisa terjadi. Yang pasti, dalam keyakinannya semua yang terjadi padanya saat ini tidak ada diterangkan dalam kitab maupun hadist yang pernah ia pelajari. Akan tetapi, ia meyakini ketetapan yang telah Allah berikan padanya "jadilah, maka terjadilah".
Tinggal di kota R, kota yang sama sekali tak ia kenal. Rumah dua lantai yang tak terlalu besar, kamar yang ia tempati ada di lantai satu bersebelahan dengan kamar tamu. Sedangkan di lantai dua terdapat kamar utama yang tempati oleh ayah dan ibu tirinya juga kamar adik tirinya. Dengan halaman belakang yang tak terlalu luas dan halaman depan yang hanya cukup untuk parkir dua mobil.
Nyssa menerawang kehidupannya sebagai ibu dua orang anak. Ingatan terakhirnya adalah ia sedang tidur dengan anak keduanya yang sedang demam. Sedangkan anak pertamanya tidur bersama sang suami dikamar lain. Air matanya mengalir deras memikirkan bagaimana nasib anak-anak dan suami yang ia tinggalkan. Semoga Allah selalu melindungi mereka, besar harapannya kelak dapat menemui mereka namun ingatannya buram, apalagi dengan adanya permasalahan pemilik tubuh. Ia hanya dapat berdoa, semoga Allah selalu melindunginya dan memberikan petunjuk padanya.
Setelah menata hati, ia mulai berjalan menuju cermin yang terdapat di lemari pakaian. Melihat pantulan dirinya yang ada di cermin, dengan tinggi badan sekitar 165 cm, bentuk tubuh yang berkembang dengan baik, kulit putih tak pucat, bulu mata lentik, hidung mancung. Secara keseluruhan pemilik tubuh adalah seseorang yang cantik, hanya saja tidak terlalu menata penampilan, sehingga kecantikannya terlihat biasa saja. Ditambah lagi dengan perbedaan keyakinan. Nyssa yang terbiasa menutup aurat merasa tidak sanggup jika menjalani hidup pemilik tubuh.
Beberapa saat merenung, Nyssa mulai memahami keinginan pemilik tubuh ini. Pemilik tubuh ingin segera keluar dari rumah ini dan hidup mandiri. Tabungan telah ia persiapkan, dengan alasan ingin fokus kuliah dan berencana menempati apartemen peninggalan sang ibu. Namun nasib berkata lain, ia dipaksa menikah menggantikan adik tirinya. Usia mereka hanya terpaut beberapa bulan, karena adik tirinya bukan anak dari sang ayah melainkan anak yang dibawa oleh ibu tirinya.
Pernikahan itu sebenarnya kesepakatan antara ibu tirinya dengan teman sosialitanya. Akan tetapi, dua hari yang lalu calon mempelai pria mengalami kecelakaan dan belum siuman sampai sekarang. Bertepatan dengan kabar diterimanya pengajuan transfer universitas adik tirinya. Dengan alasan ingin fokus study, maka ibu tirinya meminta pemilik tubuh untuk menggantikan sang adik. Keputusan pengganti ini telah disetujui oleh pihak laki-laki karena mereka hanya menginginkan agar anak mereka segera menikah.
Sebenarnya, pernikahan akan dilaksanakan minggu depan. Dikarenakan kondisi mempelai laki-laki yang sampai sekarang belum siuman, maka acara pernikahan akan ditunda sampai kondisi memungkinkan. Akan tetapi, pemilik tubuh harus menandatangani surat perjanjian yang berisi apapun keadaan mempelai laki-laki setelah siuman nanti, pernikahan tetap akan dilaksanakan. Surat perjanjian itu dimaksudkan agar calon pengantin tidak akan kabur untuk kedua kalinya.
Hal inilah yang membuat pemilik tubuh keberatan dan merasa tidak dihargai. Sudah dipaksa menggantikan menikah, juga dipaksa menerima apapun kondisinya pasca kecelakaan. Ingatan terakhir pemilik tubuh adalah pertengkarannya dengan ibu tirinya, serta kekecewaannya terhadap sang ayah yang tidak membelanya. Saat ini Nyssa masih bisa merasakan perasaan sedih pemilik tubuh.
Nyssa menarik nafas dalam saat ia membayangkan perubahan total pada kehidupannya mendatang. Ia harus bersikap layaknya pemilik tubuh, bukan lagi sebagai ibu rumah tangga dengan dua anak. Ia juga harus rela menjalani pernikahan pemilik tubuh.
Apa hukumnya, haram, halal, sunnah, makruh? Tiada daya upaya, hanya Allah yang Maha Kuat.
Bisa saja Nyssa memilih kabur, tapi kemana? Ia tidak mengetahui letak geografis tempat ini. Ingatan pemilik tubuh hanya sekitar kota tempat tinggalnya. Jika kabur dan bersembunyi, kemungkinan besar akan cepat ditemukan. Akhirnya, Nyssa berada di keputusan akhir, yaitu memutuskan untuk menjalani takdir yang telah diberikan Allah. Dengan harapan ia dapat merubah kesedihan pemilik tubuh dengan kehidupan yang bahagia. Dosa atau tidak, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Pemberi Pengampunan.
Ia pun memutuskan untuk mandi dan berganti pakaian, untungnya pemilik tubuh gadis yang sederhana jadi pakaian yang dimilikinya pun tergolong tertutup. Setelah mengenakan atasan sweater dan celana kulot, ia mencari syal yang dapat dikenakan sebagai hijab. Sepertinya ia harus berbelanja hijab dan mukena. Karena pemilik tubuh tak memiliki keyakinan, ini juga merupakan cobaan baginya untuk tetap menjaga marwahnya sebagai muslim dilingkungan yang berbeda keyakinan.
Ia memulai kegiatan yang biasa dilakukan pemilik tubuh, yaitu menyiapkan makanan sebelum berangkat kuliah. Karena hanya ada satu ART yang bertugas khusus untuk membersihkan rumah, dan terkadang membantu pemilik tubuh jika tidak diperhatikan orang rumah. Berhubung ia telah mengalami kehidupan seorang ibu rumah tangga, menyiapkan makanan bukanlah masalah. Menurut ingatan pemilik tubuh makanan yang disiapkan pun tak berbeda jauh dengan yang biasa ia masak. Setelah satu jam berkutat di dapur, beberapa hidangan telah siap. Dibantu ART, ia menghidangkan makanan dimeja makan.
"Mba Nyssa tidak apa-apa kan?" tanya ART yang bernama Ratih dengan pandangan tak dapat dijelaskan. Mungkin terkejut dengan penampilan Nyssa yang mengenakan syal sebagai hijab.
"Tidak apa-apa bi, aneh ya?" ia tahu, pasti perubahan penampilannya akan membuat orang-orang heran.
"Tidak mba, semakin cantik malahan." sambil menampilkan dua jempolnya. Ratih juga seorang muslim, namun tidak mengenakan hijab.
"Do'akan yaa bi, semoga istiqomah." hanya ini yang dapat ia ucapkan agar Ratih tak curiga bahwa sebenarnya ia bukan pemilik asli tubuh ini.
"Aamiin.. Semoga Allah selalu meridhoi mba Nyssa."
Tak lama ayah dan ibu tirinya turun dan duduk untuk memulai sarapan. Tak ada komentar dari kedua orangtuanya, ia merasa nyeri dihatinya mungkin perasaan pemilik tubuh masih tersisa. Karena sekarang ia yang memegang kendali, maka ia akan bersikap acuh terhadap perlakuan kedua orang tua yang ada didepannya.
Tak ingin bergabung sarapan, ia memutuskan untuk masuk ke kamar bersiap untuk berangkat kuliah. Langkahnya terhenti sebelum meninggalkan rumah, saat ibu tirinya menyuruhnya pergi ke rumah sakit setelah pulang kuliah untuk menjenguk calon suaminya. Nyssa hanya menjawab sekedarnya dan berjalan menuju garasi menaiki motor matic hadiah ulang tahun pemilik tubuh dari ayahnya saat masuk universitas.
Pemilik tubuh tak memiliki teman, sehingga memudahkan Nyssa dalam menjalani kegiatan di kampus. Hanya satu orang yang sedari tadi memperhatikan perubahannya, yaitu senior yang tertarik dengan pemilik tubuh. Namun dari ingatan pemilik tubuh, tidak ada perasaan spesial terhadap senior tersebut. Jadi untuk apa ia repot-repot menjelaskan, anggap saja tidak kenal.
Selesai mengikuti mata kuliah, ia menyempatkan ke kantin untuk membeli sandwich dan air mineral yang kemudian ia makan dibangku dekat parkiran. Ada perasaan hampa yang saat ini ia rasakan dihatinya. Ia masih merasa tak percaya dan bingung dengan apa yang dialaminya sekarang dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun segera ia tepis "Kuatkanlah aku Yaa Allah" ucapnya lirih.
Ada nada pemberitahuan di ponselnya, saat diperiksa ternyata nama rumah sakit dan nomor kamar yang dikirim oleh ibu tirinya. Karena ia sudah menata hati, maka ia akan menjalani kehidupan pemilik tubuh dengan sebaik-baiknya.
Disinilah ia sekarang, didepan kamar rawat inap VVIP tempat laki-laki yang tak ia kenal dan berstatus calon suami. Ada rasa enggan yang menggerogotinya, karena ia jiwa yang telah bersuami dan selalu menjaga marwahnya sebagai seorang istri kini menemui laki-laki lain. Juga perasaan enggan dari pemilik tubuh yang juga sama sekali tidak mengenal laki-laki tersebut, dan tidak menginginkan pernikahan ini.
"Ini Nyssa yaa?" tanya perempuan paruh baya yang datang dari belakang Nyssa.
"Iya, saya Nyssa tante." secara refleks mengulurkan tangan didepan perempuan paruh baya tersebut, yang disambut dengan senyuman. Kemudian menariknya untuk dibawa masuk kedalam dan menyuruhnya untuk duduk.
"Nyssa ternyata cantik sekali, panggil saya Mami Sita mulai dari sekarang. Karena kamu calon menantu mami."
"Iya tan,, emm Mami." perasaan enggan yang dirasakannya sekarang ini perlahan reda. Karena ia tak menyangka jika calon mertuanya seorang muslim yang juga mengenakan hijab meskipun masih dengan jambul yang terlihat.
Setelah berbincang-bincang sebentar, ia dapat memahami jika calon mertuanya Papi Agam seorang muslim. Sedangkan Mami Sita yang ada dihadapannya ini adalah seorang mualaf. Kehangatan menyelimuti perasaannya sekarang ini, mungkin pemilik tubuh merasa diterima oleh keluarga ini. Ia bisa memakluminya, karena ia juga menilai jika keluarga ini ramah, berbeda dengan ibu tiri pemilik tubuh yang meskipun baik namun tidak memikirkan perasaannya saat berhubungan dengan anaknya sendiri. Memang benar kata peribahasa, "Darah lebih kental dari air".
Dari perbincangan itu pula ia tahu, bahwa sebenarnya mami kecewa dengan keputusan ibu tirinya yang mengusulkan Nyssa sebagai pengganti. Akan tetapi setelah bertemu dengan Nyssa, Mami bersyukur telah setuju dengan usulan pengganti. Karena Mami merasa langsung akrab dengan Nyssa, berbeda dengan kesannya saat bertemu adik tiri Nyssa. Beliau juga merasa menyesal telah memintanya menandatangani surat perjanjian itu.
"Sini sayang, mami kenalin sama calon suami kamu." Nyssa mengangguk, kemudian mengikuti Mami Sita menuju brankar pasien.
"Ini calon suami kamu sayang, namanya Azmy Al Fatah."
Laki-laki kisaran umur 25 tahun, tinggi sekitar 180 cm, wajah yang tegas namun pucat, terpasang alat bantu pernafasan juga patient monitor.
"Assalamu'alaikum kak Azmy, saya Nyssa." dengan gerakan refleks menangkup kan tangannya didepan dada. Mami Sita yang melihatnya tersenyum geli.
"Ini calon istrimu sayang, lekaslah bangun sayang. Rugi kamu kalau sampai tidak melihat kecantikan calon istrimu." goda Mami Sita sambil membelai kepala anak laki-laki nya. "Kamu tidak akan menyesal dengan calon mu yang sekarang sayang, Mami jamin. " batin Mami Sita.
Setelah beberapa waktu menemani Mami Sita menjaga Azmy. Nyssa berpamitan pulang. Hatinya yang mulai nyaman, kini harus kembali keruh karena suasana rumah.
Beberapa hari menjalani rutinitas sebagai Nyssa pemilik tubuh, ia menjadi lebih terbiasa dengan kehidupannya yang sekarang. Walaupun masih merasakan kehampaan juga kerinduan pada keluarganya, terutama anak-anaknya. Apakah suaminya bisa menangani mereka? Bagaimana dengan tubuhnya? Mati atau bagaimana nasibnya, ia tak tahu.
Ia hanya dapat berpasrah segalanya kepada Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Di setiap doa yang ia panjatkan adalah memohon perlindungan untuk keluarga kecilnya, juga memohon petunjuk disetiap langkahnya karena Allah Maha Memberi Perlindungan dan Maha Pemberi Petunjuk.
Perubahan sikap dan tampilannya yang semakin tertutup tidak mempengaruhi kesehariannya, sebab pemilik tubuh sebelumnya seorang gadis yang pemalu dan penurut. Jarang sekali keluar rumah jika tidak ada keperluan. Ia dapat menyimpulkan, dari awal pemilik tubuh memang sudah diabaikan oleh sang Ayah. Hanya saja pemilik tubuh terlalu takut mengakuinya, sehingga setiap hari selalu melakukan pekerjaan rumah dengan baik berharap mendapatkan perhatian dari sang ayah. Namun semuanya sia-sia, hanya ART dan sopir dirumah itu yang peduli dengannya.
Sang ayah yang melihatnya sekarang berhijab, tak berkomentar apapun. Seakan-akan tak peduli entah anaknya berkeyakinan atau tidak. Hanya satu yang menurutnya masih manusiawi, meskipun pemilik tubuh diabaikan uang saku bulanannya tak pernah telat. Makanya, tabungan pemilik tubuh terkumpul banyak karena sifat hemat pemilik tubuh. Tapi ia tak tau apakah jumlah itu setara dengan yang diberikan kepada adik tiri pemilik tubuh atau tidak. Masa bodoh juga, daripada berburuk sangka ia memilih mensyukuri apa yang didapatnya dari pemilik tubuh.
Kegiatannya sekarang bertambah satu, yaitu sepulang kuliah atau hari libur menyempatkan untuk menemani Mami Sita menjaga Azmy. Ini sudah satu minggu sejak ia bangun di tubuh baru, selama satu minggu ini pula ia sudah berkunjung di rumah sakit. Ia mulai terbiasa bercengkrama bersama Mami Sita dan Papi Agam. Sedangkan Azmy, masih tetap sama dengan tidur lelapnya di brankar pasien.
"Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumslm.. Masuk sayang, kamu bawa apa hari ini?" tanya Mami Sita antusias.
Selama seminggu ini, setiap ia menjenguk ke rumah sakit menyempatkan untuk memasak makanan. Karena itulah keahliannya, daripada membawa buah tangan yang lain mungkin tak berarti bagi mereka yang sudah berkecukupan. Ada kutipan buku yang terlintas di ingatannya, "Jika ingin menyenangkan mertua, maka masaklah makanan. Jika ingin suami betah, kenyangkan lah perutnya." Meskipun sampai sekarang ia masih enggan mengakui calon suaminya, paling tidak ia bisa berbaur terlebih dahulu.
"Nyssa bawa masakan padang mi, ada rendang, gulai nangka, daun singkong rebus, sama sambal ijo teri." jawab Nyssa yang segera mencuci tangannya setelah meletakkan rantang makanan dimeja dekat sofa. Mami Sita dan Nyssa pun menyantap makan siang bersama Rara, asisten pribadi Mami Sita.
Selesai makan siang dan membereskan rantang makanan, Mami Sita mengatakan bahwa ia harus menemani Papi Agam mengurus bisnis diluar kota selama beberapa hari. Mami Sita meminta Nyssa menemani Azmy untuk sementara waktu selama Mami Sita absen. Mami Sita menjelaskan, akan ada perawat khusus yang akan menangani semua kebutuhan Azmy. Yang perlu Nyssa lakukan hanyalah menemani dan sesekali mengajaknya berbicara agar dapat merangsang kesadaran Azmy. Mami Sita juga akan meninggalkan asisten pribadinya untuk membantu dan menemani Nyssa.
Karena tak ada pilihan lain, ia menerima permintaan Mami Sita. Lagipula ia tidak akan merawat Azmy secara langsung dan ada yang menemaninya jadi tak masalah.
Nyssa meminta izin untuk pulang terlebih dahulu untuk mengambil beberapa keperluan selama menemani Azmy nanti. Mami Sita sangat antusias, memerintahkan asisten pribadinya untuk mengantar dan membantu Nyssa bersiap.
"Assalamu'alaikum bi.." salam Nyssa yang masuk kedalam rumah disambut Ratih.
"Wa'alaikumsalam mba Nyssa, di rumah lagi sepi. Bapak sama ibu pergi menjenguk non Alexsa." jelas Ratih yang hafal dengan pertanyaan Nyssa selama beberapa hari ini.
Hal itu ia lakukan karena ia malas sekali bertemu dengan orang tua pemilik tubuh yang mengabaikan anaknya. Jadi selama seminggu ini ia menghindar untuk bertemu, hanya pesan teks yang beberapa kali dikirimkan oleh ibu tirinya untuk memastikan bahwa Nyssa melakukan perannya dengan baik.
Jika ia berada ditubuhnya sendiri mungkin akan segera menceramahi orang tua pemilik tubuh supaya tidak mengabaikan anaknya. Jangan sampai menyesal dikemudian hari karena anaknya sudah tidak bersama mereka lagi.
Nyssa meminta Rara menunggunya diruang tamu, dan meminta Ratih untuk menemaninya. Sementara ia berkemas di kamar, menginap di rumah sakit mungkin lebih baik daripada di rumah yang hampa. Setidaknya untuk menunjukkan kepada Ayah pemilik tubuh, bahwa anaknya yang sekarang bukan lagi anak yang meminta perhatiannya. Meskipun sebagai anak akan menanggung dosa karena mengabaikan orang tuanya, tapi apa boleh buat. Berharap seperti apapun tidak merubah keadaan. Bahkan secara kasar, hidup dan mati pemilik tubuh seperti tak ada artinya.
Nyssa yang menempati tubuh anaknya yang mendapat keuntungan, karena tak perlu memikirkan pandangan orang tuanya. Karena Nyssa sudah terbiasa hidup sendiri sebagai yatim piatu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!