Hujan turun begitu deras membuat karyawan PT Garansindo Garment yang baru saja keluar dari pabrik berlarian mencari tempat berteduh.
Seorang gadis cantik nampak nekat menerobos derasnya hujan dan segera naik keatas angkot yang sengaja menunggu di depan pintu gerbang pabrik.
Angkot pun melaju setelah dipenuhi penumpang.
"Depan kiri pak!" seru Kartini kemudian memberikan uang lima ribuan untuk ongkosnya
Gadis itu berlari menuju ruang UGD. Ia langsung mengusap wajah lelaki tua yang terbujur kaku didepannya.
"Maafkan Tini Pak, aku gak bisa jadi anak yang baik buat bapak," ucap wanita itu kemudian terisak.
"Apa anda walinya?" tanya seorang wanita menghampirinya
"Benar saya putrinya," jawab Kartini
"Silakan anda menuju ruang administrasi untuk mengurus biaya pengobatan sekaligus pemulangan jenazah," ucap sang perawat
Kartini kemudian mengikuti wanita itu ke loket administrasi.
Seorang kasir langsung memberikan struk tagihan selama pasien kepada wanita itu.
Tini tampak bingung, gadis itu beberapa kali menghubungi calon suaminya namun pria itu sama sekali tak mengangkat ponselnya.
Tentu saja hal itu membuat Tini semakin tertekan.
"Ya Allah kenapa kau berikan cobaan begitu berat di saat hari pernikahan ku sudah dekat," gadis itu kemudian menuju ke mesin anjungan tunai mandiri untuk menari tabungannya untuk membayar biaya pengobatan ayahnya.
"Maafkan aku Mas, terpaksa memakai uang untuk biaya pernikahan kita, untuk biaya pemakaman ayahku," ucapnya gusar
Siang itu juga jenazah ayah Tini dimakamkan di pemakaman umum setempat.
Sampai malam menjelang Herman calon suami Tini tidak kelihatan batang hidungnya di rumah duka. Tini yang sibuk mengurusi pemakaman ayahnya tak sempat menghubungi pria itu.
"Ya ampun kasian banget kamu nduk ngurusin semua ini sendirian, memangnya dimana Mas mu, kenapa dia belum kelihatan?" tanya seorang wanita paruh baya sambil membantu wanita itu mempersiapkan makanan kecil untuk acara tahlilan.
"Mungkin Mas Herman sibuk Budhe, soalnya minggu depan kan dia sudah harus cuti, jadi dia harus menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum cuti," jawab Tini
"Emangnya kamu tetap mau melakukan resepsi pernikahan di tanggal itu, apa kamu gak mau merubahnya karena kamu masih berduka?"
"Sebenarnya sih pengin saya undur Bude tapi nanti kena cash. Sayang kan apalagi budget pernikahan kami pas-pasan jadi ya terpaksa lanjut sesuai rencana. Aku harap ayah ngertiin aku," jawab gadis itu parau
"Bener juga sih, jadi kamu tuh kaya makan buah simalakama. Semoga saja semuanya berjalan lancar dan tidak ada para netizen yang berkomentar nyiyir,"
"Aamiin Bude," jawab Tini
"Ngomong-ngomong memangnya kenapa kamu tiba-tiba ingin mengganti catering makanannya?" tanya Bude Arsih
"Kata siapa Bude?" jawab Tini terkejut
"Pemilik Ketering itu kan teman Bude nah dia bilang kemarin Si Herman menemuinya dan meminta uang pembayaran Ketering karena ia ingin mengganti catering nya," jawab Arsih
"Kok Mas Herman gak ngasih tahu aku ya Bude??"
Kerena penasaran Tini kemudian menghubungi Herman namun lagi-lagi pria itu tak mengangkat ponselnya membuat Tini tampak kesal.
"Kenapa sih dari pagi telponnya gak aktif!"
"Coba saja datengin rumahnya kali aja dia udah pulang," jawab Bude
"Nanti deh kalau acara tahlil nya udah selesai,"
Tini kemudian membawa makanan kecil itu ke depan.
Tiba-tiba Bude Arsih memanggilnya, Tini buru keluar menemuinya.
"Ada apa Bude?"
"Ada tamu yang mau ketemu," jawab Bude kemudian mempersilakan seseorang menemui Tini
Gadis itu terkejut saat melihat seorang pemilik gedung tempat resepsi pernikahannya akan di langsungkan menemuinya.
"Ada keperluan apa Pak, sampai anda jauh-jauh datang ke sini?" tanya Tini
"Saya hanya ingin memastikan apa benar anda berniat mengganti gedung untuk acara pernikahan anda?" tanya pria itu begitu kaku
Tini langsung menggelengkan kepalanya, "Sama sekali tidak Pak, lagian saya sudah cocok dengan tempat dan harganya. Memangnya kenapa?" tanya Tini begitu penasaran
"Calon suami anda yang mengatakan jika kalian akan mengubah gedung dengan alasan harganya terlalu mahal, katanya dia menemukan gedung lain dengan harga lebih murah dengan fasilitas lebih baik,"
"Hah, tidak mungkin," ucap Tini begitu terkejut mendengar jawaban pria itu
"Apa dia meminta pengembalian uang sewa gedung?" tanyanya dengan wajah cemas
"Iya, tapi aku belum memberikannya karena aku menunggu jawaban anda,"
"Oh syukurlah," ucap Tini lega
Gadis itu tak habis pikir kenapa Herman melakukan hal itu, saat ia kembali tak bisa menghubunginya. Gadis itu kemudian menghubungi beberapa orang yang dipercaya menangani pernikahannya.
Seketika tubuhnya lemas saat mengetahui beberapa orang mengembalikan uang kepada Herman.
"Sebenarnya apa yang terjadi kenapa kamu melakukan semua ini Mas,"
Tanpa berpikir panjang Tini segera menyalakan sepeda motornya menuju kampung sebelah. Gadis itu hendak menemui Herman di rumahnya dan menanyakan tentang semua pembatalan tersebut.
Setibanya di kediaman Herman wanita itu terkejut saat tahu pintu rumahnya di gembok.
Salah seorang tetangganya mengatakan jika Herman dan keluarga sedang pergi ke luar kota.
"Katanya baru balik bulan depan Mba,"
"Bulan depan??" ucap Tini tidak percaya
"Memangnya ada urusan apa Yu?" tanya Tini
"Kurang tahu, katanya sih mau nikah, cuma aku juga gak tahu pasti siapa yang mau nikah. Kalau mbaknya pengin lebih jelas tanya saja sama Yu Darmi, kebetulan dia yang diamanahkan untuk menjaga rumahnya,"
"Baik, terimakasih atas informasinya Yu," Jawab Tini
Gadis itu kemudian menuju ke kediaman Yu Darmi bersama wanita itu.
Saat melihat Tini Yu Darmi langsung memberikan sebuah surat kepada wanita itu.
"Sebaiknya kamu segera melupakan Herman, dia sudah menikahi wanita lain di kota. Dan dia meninggalkan surat ini untuk kamu," ucap Yu Darmi tanpa basa-basi
Tini segera membuka surat itu, rasanya seperti di sambar petir saat membaca isi surat itu. Tini tidak menyangka jika Herman memakai uangnya untuk menikah dengan seorang wanita di Jakarta.
Dengan derai air mata Tini kembali pulang ke rumahnya. Arsih yang melihatnya seolah tahu apa yang terjadi pada Tini.
"Sudahlah orang kaya dia mending gak usah di tangisin. Lagian mendingan begini daripada kalian harus berpisah setelah menikah, itu lebih menyakitkan," tutur Arsih
"Mending sekarang kamu juga gak usah kerja di pabrik lagi. Udah capek gak ada duitnya, mending bantu Bude bikin baju pengantin. Kamu tuh pinter jahit aku yakin bisa membuat design baju pengantin yang bagus. Nanti hasil karyamu Bude rekomendasikan sama langganan Bude," imbuh Arsih
Alih-alih menghiburnya Arsih memberikan segepok uang kepada Tini untuk melunasi hutang-hutang ayahnya.
"Terimakasih banyak Bude atas bantuannya, tapi maaf aku gak bisa menerima ini karena Bude udah banyak bantu aku," tolak Tini
Tini kemudian menerima tawaran Arsih untuk bekerja di butiknya.
Selama bekerja dengan Arsih, Tini selalu curiga dengan sebuah kamar kosong yang ada di rumah Arsih.
Wanita itu bahkan melarangnya untuk masuk ke kamar itu apalagi mendekatinya.
Suatu malam Gadis itu begitu penasaran saat mendengar suara berisik di kamar tersebut.
Karena tak bisa tidur ia keluar untuk melihat apa yang terjadi di kamar itu.
*Tak, tak, tak!!
*Grep!!
Tini begitu terkejut saat merasakan seseorang menyentuh bahunya.
"Jangan pernah mendekati sesuatu yang tak boleh kamu lihat, karena kamu bisa celaka," ucap Arsih yang terlihat begitu berbeda malam itu.
Wanita itu terlihat lebih cantik anggun malam itu, aroma wangi melati merebak saat wanita itu memasuki ruangan itu.
Malam itu Tini hampir tak bisa memejamkan matanya. Semalaman ia harus menahan rasa takut yang tiba-tiba menderanya saat ia mulai merasakan ada sesuatu yang aneh di kamar itu. Mulai dari wangi melati yang membuatnya merinding. Ditambah bunyi derit ranjang di kamar kosong membuat suasana semakin mencekam.
Pagi harinya Tini melihat Arsih terlihat muram. Wanita cantik itu terlihat gusar sembari menatap lekat gaun pengantin miliknya.
"Kenapa Bude?" tanya gadis itu penasaran
"Sepertinya kita mengalami nasib yang sama Tin,"
"Maksudnya?" tanya Tini terlihat penasaran
"Mas Pram juga tiba-tiba menghilang tanpa kabar, padahal baru minggu kemarin dia datang memberikan uang untuk biaya pernikahan kami," jawab Arsih
"Memangnya Om Pram juga punya wanita idaman lain?"
"Bukan, kabar terakhir yang aku terima dia bangkrut dan menghilang entah kemana," jawab Arsih
"Bude yang sabar ya, mungkin ada yang lebih baik dari Om Pram yang akan menjadi jodoh Bude," hibur Tini
"Sepertinya tidak ada pria lain sebaik Pram, andai saja aku tidak mendekatinya mungkin semua takkan berakhir seperti ini," jawab Arsih terlihat begitu sedih
Sore harinya seorang pengusaha muda datang menemui Arsih. Lelaki itu terlihat seumuran dengan Tini dan sangat tampan.
Melihat kedekatan Arsih dan pria itu membuat Tini curiga.
"Katanya lagi sedih tapi kok udah mesra-mesraan aja sama cowok lain, mana ganteng banget lagi cowoknya. Salut sama Bude meskipun ia sudah tua tapi banyak banget penggemarnya. Gak tanggung-tanggung semua cowok yang mendekatinya semuanya bukan orang sembarangan, andai saja aku bisa seperti dia," ucap Tini sembari menatap koleksi gaun pengantin milik Arsih.
Wanita itu kemudian menghitung satu persatu gaun pengantin itu.
"Ada sembilan gaun pengantin, berarti Bude sudah sembilan kali gagal menikah. Alhamdulillah aku baru sekali dan mudah-mudahan ini yang terakhir," ucap Tini kemudian menutup lemari itu
Tidak lama dua orang pria bertubuh kekar datang mencari Tini.
"Maaf apa benar ini Mbak Kartini?" tanya salah seorang dari mereka
"Iya memangnya ada apa ya Pak?" tanya Tini
"Perkenalkan saya pengurus koperasi simpan pinjam Harapan Baru, kebetulan Mas Herman calon suami Mbak meminjam uang sejumlah dua tujuh puluh juta rupiah katanya untuk biaya pernikahan. Dia bilang uangnya ada sama anda dan meminta saya untuk menagih hutangnya kepada anda," jawab wanita itu seketika membuat Tini tercengang
"Kok bisa saya yang bayarin, lagipula kami sudah tidak ada hubungan apa-apa jadi aku tak bisa membayar hutang-hutangnya," jawab Tini
Pria itu kemudian menyerahkan sebuah salinan kwitansi kepada Tini.
Seketika Tini merasa sesak saat menerima kwitansi itu darinya.
"Ya Allah tega banget kamu Mas. Padahal uang sewa gedung ini adalah uang tabungan bersama tapi kamu menganggap itu uangmu dan menyuruhku membayar hutang-hutangmu," ucapnya gusar
Tini menatap wanita itu dengan wajah gusar. Ia benar-benar tak menyangka jika harus membayar hutang Herman.
Herman yang sudah tidak bisa dihubungi pasca batal menikah terpaksa membuat Tini mendatangi
mendatangi kediaman Herman di desa sebelah untuk memastikan apakah mereka sudah kembali dari Jakarta atau belum.
Meskipun ia tahu mereka belum kembali setidaknya Tini bisa memberitahu keluarga Herman tentang hutangnya.
Seperti sebelumnya hanya Bibi Herman yang bisa ditemui oleh Tini.
Saat Ia memberitahu tentang hutang Herman wanita itu memang membenarkan jika keponakannya sengaja meminjam uang di koperasi karena saat itu ia tak bisa mengambil uang pada pemilik gedung karena harus mendapatkan persetujuan dari Tini.
"Dia bilang uang yang dipakai untuk membayar gedung adalah uangnya jadi dia hanya meminta setengahnya saja untuk melunasi hutang sisanya ia ikhlaskan buat kamu,"
Seketika Tini tertawa mendengar ucapan itu.
Wanita itu kemudian menyerahkan kwitansi pembayaran gedung kepada Bibi Herman.
"Sebenarnya uang sewa gedung itu ada sekitar 70 jutaan, tapi karena di potong denda pembatalan saya hanya menerima 60 juta rupiah, dan uang ini adalah uang tabungan kami berdua, jadi uang milik Mas Herman hanya 30 juta saja, jadi terus terang saja saya keberatan jika harus melunasi sisanya. Apalagi Mas Herman sudah mengambil uang catering makanan. Jadi kedatangan saya berharap bibi bisa menyampaikan hal ini kepada Herman," tutur Tini
Namun Bibi Herman menolak wanita itu memberitahukan kepada Tini jika ia sudah tidak berhubungan lagi dengan Herman. dan keluarganya.
Tini terpaksa kembali tanpa membawa hasil. Setibanya di rumah ia langsung menuju ke rumah Arsih untuk mengantar hasil jahitannya.
Melihat Tini yang terlihat murung membuat Arsih bertanya apa yang terjadi padanya.
Tini kemudian menceritakan tentang hutang Herman yang berjumlah 70 juta rupiah. Ia mengatakan jika dirinya hanya memiliki uang 60 juta dan itupun akan dipakainya untuk modal usaha.
"Sudah jangan sedih, nanti biar Bude yang bayarin," jawab Arsih dengan entengnya
Meskipun tak enak hati karena selalu merepotkan Arsih tetap saja ia merasa lega karena sudah mendapatkan uang untuk membayar kekurangan hutang Herman.
Malam itu Tini sengaja menolak menginap di kediaman Arsih.
Sebelum pulang ke rumah gadis itu terkejut saat melihat seorang wanita melempari rumah Arsih dan melabarak wanita itu.
"Dasar wanita Iblis, pelakor, perusak rumah tangga orang kembalikan suamiku, kembalikan harta bendanya juga!" seru wanita itu sambil terus melempari kediaman Arsih dengan batu.
Namun anehnya Arsih tetap diam dan acuh dengan wanita itu. Ia malah menyuruh satpam rumahnya untuk mengusir wanita itu.
"Aneh, biasanya Bude paling berempati dengan orang lain kenapa sekarang ia berubah. Ia cenderung lebih cuek saat menghadapi wanita itu,"
Namun karena tak mau ikut campur dengan urusan Arsih, Tini memilih untuk pergi meninggalkan tempat itu.
Tepat pukul sebelas malam Tini mendengar suara berisik warga memberitahukan kebakaran rumah . Namun karena kelelahan Tini yang enggan bangun dari ranjangnya memilih melanjutkan tidur tanpa mencari tahu rumah siapa yang dilalap api.
Pagi harinya saat mendatangi kediaman Arsih gadis itu benar-benar tercengang saat melihat istana megah Arsih sudah habis terbakar. Hanya kepulan asap dan sisa-sisa bangunan yang bisa ia lihat.
Ia kemudian mendatangi rumah kerabat Arsih dan seketika gadis itu menangis histeris saat melihat jenazah Arsih yang tewas terbakar
Kini ia kebingungan mencari uang untuk membayar sisa hutang Herman. Saat gadis itu kebingungan seorang pria datang menemuinya untuk mencari Arsih.
"Maaf anda siapa, dan ada perlu apa dengan Bude Arsih?" tanya Tini
"Saya Jaka Kelana, kebetulan saya datang kesini untuk mengambil benda pusaka yang di pinjam oleh Arsih, karena perjanjian kami sudah berakhir maka aku harus mengambil pusaka itu lagi," jawab pria itu
"Benda pusaka apa Mas, mungkin saya bisa membantu mencarikannya?"
"Sebuah baju Pengantin," jawab Pria itu membuat Tini tercengang
"Tapi semua barang-barang milik Bude habis terbakar satupun yang tersisa," jawab Tini
Namun seolah tak percaya dengan Tini pria itu kemudian mendatangi kediaman Tini yang sudah habis terbakar.
Betapa terkejutnya Tini saat pria itu menemukan sebuah Gaun pengantin yang sama sekali tidak tersentuh api diantara tumpukan barang-barang yang sudah terbakar.
"Bagaimana mungkin Baju itu masih bersih tanpa tersentuh api??"
Setelah menemukan baju itu pria itu pamit undur diri. Namun Tini menahan pria itu karena penasaran.
"Kalau boleh tahu benda pusaka apa baju pengantin itu sampai tak bisa disentuh oleh Api?"
"Ini adalah pusaka pesugihan," jawab pria itu.
"Kalau boleh tahu benda pusaka apa baju pengantin itu sampai tak bisa disentuh oleh Api?"
"Ini adalah pusaka pesugihan," jawab pria itu.
"Pesugihan??" Tini tampak tak percaya mendengar jawaban pria itu
"Bukankah pesugihan itu identik dengan tumbal, tapi Bude Arsih itu hidup seorang diri jadi darimana ia mendapatkan tumbal untuk pesugihannya," tutur Tini berusaha memberikan alibinya
"Tidak semua tumbal pesugihan dari keluarga sendiri, ada juga pesugihan yang boleh memberikan tumbal orang lain,"
Kembali Tini terhenyak mendengar jawaban pria itu. Antara percaya dan tidak wanita itu kemudian mengajak pria itu untuk berbincang lebih intens di kediamannya.
"Terus terang saja aku penasaran Mas, apalagi pesugihan ini tidak mengharuskan tumbal dari keluarga tapi orang lain lalu bagaimana caranya?"
Pria itu kemudian menjelaskan tentang pesugihan Gaun pengantin. Dimana orang-orang yang menjalaninya tidak akan pernah menikah seumur hidupnya. Karena setiap kali ia bertemu dengan pria yang ia sayangi maka Sang Ratu Kidul akan mengambil nyawanya sebagai tumbal. Sebaliknya saat kekasihnya mati ia akan mendapatkan harta kekayaan sesuai mahar yang ia berikan saat perjanjian.
"Bagaimana kita bisa tahu jika pria itu menyukai kita dan akan menjadi tumbal?" telisik Tini makin penasaran
Lelaki itu tersenyum sinis kemudian menyeruput kopinya.
"Setelah menjalani ritual pesugihan gaun pengantin setiap wanita akan terlihat sangat cantik dan memiliki aura yang memikat khususnya di mata para pria. Tidak sulit mendapatkan pria manapun yang ingin kau jadikan tumbal, semuanya akan bertekuk lutut di kakimu setelah berjabat tangan denganmu," jawab pria itu
"Lalu apa saja yang dibutuhkan untuk Melaka ritual itu?" tanya Tini lagi membuat pria itu mulai mengerti arah pembicaraan gadis itu
"Apa kau tertarik untuk melakukan ritual pesugihan gaun pengantin?" tanyanya sinis
"Gak tau juga sih, tapi terus terang saja aku penasaran," jawab Tini tanpa basa-basi
"Jangan pernah menganggap pesugihan adalah sesuatu yang mudah untuk mendapatkan kekayaan. Karena semua jenis pesugihan itu resikonya besar, mungkin kau melihat kehidupan Arsih yang nyaris sempurna, tapi cobalah lihat kebelakang. Berapa kali ia harus meratap dan menangis darah karena kehilangan pria yang ia sayangi. Dan asal kau tahu kematiannya pun tidak lepas dari karma yang harus ia terima karena ia mencoba menolak seorang pria yang sedari awal sudah ia targetkan menjadi tumbal. Dia harus menebus nyawa kekasihnya dengan nyawanya. Jadi kalau menurut saya jangan melakukan pesugihan jika kau ingin hidup bahagia," jawab Jaka
"Kau tahu banyak tentang pesugihan ini apa kau seorang dukun?" tanya Tini
"Aku bukan seorang dukun, aku hanya seorang perantara yang menjembatani pertemuan antara Nyi Ratu Kidul dengan para pelaku pesugihan," jawab pria itu berterus terang
"Jadi kau juru kuncinya. Lalu apa guba baju pengantin itu?"
"Gaun pengantin ini menjadi waktu untuk mengukur berapa lama hubungan antara pelaku pesugihan dengan tumbal. Hubungan mereka pasti berakhir saat gaun pengantin yang dibuat oleh pelaku pesugihan selesai di jahit. Sang Tumbal yang biasanya mengalami kebangkrutan karena harta bendanya sudah diberikan kepada pelaku pesugihan akan menghilang dan kemudian mati," jawab Jaka Kelana
"Bagaimana jika si pelaku pesugihan memutuskan hubungan mereka sebelum gaun itu jadi, apa yang akan terjadi padanya?" tanya Tini
"Pelaku pesugihan akan menjadi tumbal berikutnya," jawab Pria itu dengan santai
"Mengerikan sekali,"
"Untuk itu, jangan pernah mencoba untuk melakukan ritual pesugihan, lebih baik mensyukuri apa yang ada agar kau bisa hidup bahagia daripada hidup bergelimang harta tapi tak pernah bahagia," ucap kelana kemudian berpamitan
Setelah kepergian Jaka Tini kembali ke kediaman kerabat Arsih untuk membantu memandikan jenazah wanita yang selalu membantunya itu.
Setibanya di rumah duka ia begitu terkejut saat mengetahui tak ada seorangpun yang mau memandikannya.
Jasad Arsih yang mengeluarkan bau yang sangat busuk membuat semua orang tak berani mendekatinya.
Namun Tini nekad memandikan jenazah itu meskipun ia harus memakai masker berlapis seperti wafer tango.
Saat memandikan jenazahnya, gadis itu menemukan bunga kantil yang masih digenggam oleh Arsih.
Ia mengambilnya dan memasukannya kedalam saku bajunya.
Selesai memandikan jenazah Arsih wanita itu terkejut saat melihat sosok wanita cantik berdiri dihadapannya dengan memakai baju bak Puteri Keraton.
Seketika aroma busuk yang menyeruak dari tubuh Arsih berubah menjadi wangi aroma melati setelah kedatangan wanita itu.
"Matur nuwun cah ayu sudah mau membersihkan Arsih," ucap wanita itu kemudian menghilang.
Tidak lama beberapa orang menepuk-nepuk pipi gadis itu berusaha membangunkannya.
Perlahan Tini membuka matanya dan ia begitu terkejut saat mendapati banyak orang yang mengerubunginya.
"Apa yang terjadi denganku?" tanyanya dengan wajah kebingungan
"Kamu tadi pingsan abis mandiin jenazah Arsih, kamu pasti gak tahan baunya ya?" ucap salah seorang wanita paruh baya kemudian memberikan segelas teh manis kepadanya
"Terimakasih Yu," ucap Tini kemudian meminum air pemberiannya
Karena hari sudah sore dan mayat Arsih juga sudah dimakamkan, Tini memutuskan kembali ke rumahnya.
Setibanya di rumah karena terlalu lelah Tini memutuskan untuk langsung tidur.
Tak ada yang aneh malam itu hanya saja saat tengah malam ia mulai terusik saat mendengar bunyi pintu rumahnya di gedor-gedor oleh seseorang.
Saat ia keluar ternyata seorang penagih hutang yang datang. Pria itu menagih hutang Herman kepadanya dan mengancam akan menyita rumah Tini jika ia tidak melunasi sisa hutang Herman.
Tini yang merasa stress dan tidak punya apa-apa lagi untuk dijual terpaksa menemui Jaka Kelana di desa sebelah.
Sebenarnya ia juga tak ingin melakukan ritual pesugihan namun ia tak punya pilihan lain selain melakukannya. Apalagi wanita itu tak mau menjual rumahnya untuk melunasi hutang Herman.
"Apa saya bisa berhenti menjalani ritual ini setelah tujuan saya tercapai?" tanya Tini
"Tentu saja akan ada harga yang harus dibayar jika kau memutuskan berhenti, menjalani ritual ini,"
"Apa kau tidak bisa membantuku suatu hari nanti jika aku ingin berhenti?" tanya Gadis itu lagi
"Sudah ku bilang aku bukan dukun yang bisa membantumu memutuskan hubungan dengan pesugihan aku hanya seorang perantara yang mempertemukan mu dengan Kanjeng Ratu Kidul, itu saja. Masalah yang lainnya itu urusan mu dengan beliau dan saya tidak berhak ikut campur. Kalau kau masih ragu sebaiknya urungkan saja niatmu sebelum kau melakukan ritual yang aku sebutkan nanti," jawab Jaka
Karena tak punya pilihan lain Tini akhirnya menyetujui syarat-syarat yang di berikan oleh Jaka. Gadis itu menganggap jika ia tidak menikah seumur hidupnya itu adalah hal yang tidak begitu berat, ia yakin bisa menjalaninya.
Ki Jaka Kelana kemudian meminta Tini untuk menyiapkan Gentong (tempat air ), ayam cemani, bunga setaman, dupa, dan Sempur warna merah. Ia menyuruh Tini untuk mempersiapkan sebuah kamar kosong untuk melakukan ritual pesugihan dengan Kanjeng Ratu Kidul.
Setelah persyaratan dipenuhi Jaka Kelana membawa Tiwi ke sungai terpanjang di desa itu.
Ia menyuruh gadis itu untuk menunggu kedatangan sang Ratu di tempuran air.
Malam itu cuaca sangat cerah membuat Tini tak kesulitan untuk menjalani ritual pemanggilan Sang Ratu Kidul bersama Jaka Kelana.
Meski suasana mistis begitu kental namun gadis itu berusaha menyembunyikan ketakutannya.
Ia melihat Jaka mulai membakar dupa dan membaca mantera, lelaki I menggerakkan tangannya dan sesekali memukul-mukul tanah seperti memanggil seseorang.
Tidak lama air yang tenang berubah menjadi pusaran yang deras, angin berhembus kencang seolah menyambut kedatangan seseorang. Suara gamelan dan gemerincing suara delman mulai terdengar.
Saat sesosok wanita cantik muncul dari dasar sungai Jaka Kelana kemudian meninggalkan Tini bersama wanita itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!