NovelToon NovelToon

Derita Istri CEO

Pernikahan Yang Tidak Inginkan

Cinta adalah sebuah rasa yang setiap orang memilikinya. Pernikahan adalah impian semua orang. Dan menikah dengan orang yang kita cinta adalah harapan setiap pasangan kekasih. Namun, itu tidak terjadi pada kisah Julian Dominic dan Alexa Olivia Jhonson. Keduanya terpaksa disatukan karena suatu kejadian yang tidak di sangka - sangka. Di tinggalkan oleh orang yang Julian cintai di hari pernikahan mereka, membuat Julian terpaksa menikahi Alexa demi menyelamatkan nama baik keluarganya, itu yang membuat Julian semakin merasa marah dan kesal. Tidak ada cara lain selain menerima pernikahan itu, tapi dalam hatinya Julian berjanji akan membuat Alexa menderita dan menyesal karena sudah menjadi istrinya.

Suara langkah kaki memasuki kamar, membuat Alexa menghentikan lamunannya dan mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Seketika raut wajah Alexa berubah melihat sosok yang masih terbalut jas pengantin berwarna hitam berdiri di hadapannya. Wajah pria itu begitu dingin dan sorot matanya terpancar sikap arrogant.

"Kau ngapain ada di sini?" tanyanya yang tak suka melihat pria itu berada di dalam kamar.

"Apa salah aku ada di sini? Ini kamar pengantin. Aku rasa kau tidak perlu bertanya lagi!" tanya balik Julian sambil berjalan mendekati Alexa.

"Hapus air matamu, aku tidak ingin orang berpikir kalau aku menyiksamu." suara berat itu menegur Alexa seraya memberikan tatapan yang begitu dingin pada Alexa yang duduk tidak begitu jauh darinya. "Apa sebenarnya kau menginginkan menikah denganku?" sambungnya dengan berkata begitu sarkas.

"Jangan sembarangan bicara kau, Julian! Aku menggantikan Kakak perempuanku, karena aku tidak ingin keluargaku juga malu!" Alexa menjawab dengan berapi-api. Dia tidak terima dengan apa yang di katakan oleh pria yang kini telah resmi menjadi suaminya itu.

Ya, hidup Alexa seolah telah berhenti di sini. Menikah adalah hal yang di impikan oleh semua wanita. Tapi pernikahan ini bukanlah pernikahan miliknya. Andai waktu bisa di putar Alexa ingin melarikan diri. Tapi Sekarang dirinya telah terjebak dalam sebuah ikatan pernikahan yang tidak dia inginkan. Julian Dominic, pria yang ada di hadapan Alexa sekarang sudah resmi menjadi suaminya. Alexa meyakinkan dirinya kalau semua ini sudah terlanjur dan dia tidak bisa mundur lagi. Apalagi dia tidak memiliki pilihan lain lagi karena hanya dirinya yang bisa menyelamatkan nama baik keluarganya.

Julian tersenyum sinis. "Bisa saja kau beralasan untuk menggantikan Kakak perempuanmu tapi kau sebenarnya menginginkan pernikahan ini. Sebenarnya kau bisa melarikan diri, dan menolak. Tapi kau malah menerimanya."

"Apa aku tidak salah dengar? Harusnya kau yang mencegah pernikahan ini! Aku hanya membantu menyelamatkan keluargaku. Jika kau menentang pernikahan ini, maka ini tidak akan pernah terjadi. Kau bisa beralasan. Kau tidak mungkin menikahi wanita yang tidak pernah kau kenal sebelumnya, bukan!" Alexa membalikkan ucapan dari Julian.

Julian membuang napas kasar. Kemudian menarik dagu Alexa dan menatap manik mata cokelat itu, "Kau mengatakan padaku, menggantikan posisi Kakak perempuanmu karena ingin menyelamatkan keluargamu. Maka jawabanmu dan jawabanku adalah sama. Aku tidak memiliki pilihan lain. Kau yang telah memutuskan, maka aku menanggung apa yang telah kau putuskan. Kau dan aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini. Kita sama-sama terjebak dalam pernikahan yang tidak pernah kita inginkan ini." Julian berkata dengan tegas. Sorot mata tajam dan arrogant menatap lekat Alexa.

Alexa menepis kasar tangan Julian yang menyentuh dagunya itu.

"Tapi jika kau tidak pernah menginginkan pernikahan ini, lebih baik kita berpisah saja! Kau bisa mendapatkan wanita yang kau cintai! Menikah dengannya, begitu pun denganku!" Mata Alexa memerah, menatap Julian lekat. Suaranya kini sedikit melembut dari sebelumnya.

"Berpisah? Itu hanya ada di mimpimu!" Julian menyunggingkan senyuman sinis. Dia membelai air mata Alexa. Menghapusnya dan berdesis tajam, "Ketika kau mengantarkan dirimu, maka tidak ada kesempatan untuk mundur. Kita tidak akan berpisah. Saat ini kau harus menebus apa yang sudah kau dan keluargamu lakukan padaku. Kau hanya perlu mengingat, kalau kau itu adalah istri pengganti dan jangan pernah menganggap dirimu lebih. Harusnya jika kau ingin melarikan diri lakukan sebelum kita menikah." Julian menjauhkan tubuhnya dari Alexa.

"Sudahlah, aku tidak ingin berdebat denganmu lagi, lebih baik kau ganti gaunmu itu. Apa kau mau tidur dengan gaun pengantin itu!" Tegas Julian dengan tatapan dingin pada gaun pengantin yang masih melekat di tubuh Alexa.

Alexa melihat tubuhnya sendiri. Benar saja, tubuhnya masih terbalut gaun pengantin. Kini Alexa tidak lagi berkata, dia menghentakkan kakinya lalu masuk kedalam kamar mandi untuk mengganti gaun pengantinnya dengan baju tidur.

...***...

Alexa keluar dari kamar mandi, Julian nampaknya sudah berbaring di tempat tidur. Mata Julian sudah terpejam, tapi Alexa tahu, pasti Julian belum tertidur. Perlahan Alexa mendekat, memutar menuju ke sisi kiri yang kosong. Bukannya ikut berbaring di sana, Alexa hanya mengambil bantal bermaksud untuk membawanya di sofa yang ada di kamar itu. Baru saja selangkah dia berjalan suara bariton Julian mengejutkannya.

"Mau kemana kamu?" tanya Julian dengan suara beratnya, membuat Alexa terlonjak.

"A-Aku mau tidur di sofa." jawab Alexa gugup.

"Naik! Siapa yang memintamu untuk tidur di sofa?!" Tanya Julian membentak Alexa.

Alexa mendekap bantalnya, bukannya naik ke tempat tidur, Alexa malah mundur beberapa langkah, wajahnya ketakutan, jantungnya berdegup kencang.

"Lebih baik aku tidur di sofa saja." pinta Alexa dengan nada memohon.

Julian langsung bangkit dari ranjang dan melangkah mendekat ke arah Alexa, Julian sangat benci jika ada perempuan yang selalu membantahnya.

"Mau apa kamu? Aku belum siap melakukan itu denganmu." ucap Alexa memberanikan diri.

"Kenapa? Bukankah kita sudah sah menjadi suami istri?"

"Aku nggak mau! Saat ini aku benar-benar belum siap," lirih Alexa memohon pada Julian.

Julian kemudian langsung membopong tubuh Alexa. Lalu menghempaskannya ke tempat tidur. Alexa kemudian langsung mengambil selimut, berusaha melindungi tubuhnya kalau - kalau Julian akan menyentuhnya.

"Tidur di sini! Dan jangan memancingku. Bisa - bisa aku benar-benar akan meminta hakku malam ini!" Seru Julian kemudian naik ke atas ranjang dan membaringkan tubuhnya di samping Alexa.

Alexa pun menurut, dengan cepat Alexa memilih untuk tidur saja, berharap hari barunya menyambutnya dengan lebih baik lagi.

...******...

Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih likenya dong untuk author.D

Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen votenya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai lupa yah~

Author selalu menunggu komenan dari kalian loh😁

Makasih...

Bersambung....

Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.

Jangan lupa like, komen, vote dan juga hadiahnya.

Perjanjian Pernikahan

Dan waktu berlalu begitu cepat, tak terasa kini hari telah berganti. Malam yang gelap sudah beralih menjadi hari baru yang cerah. Tepat di hari ini juga, status hidup Alexa sudah berubah. Sesaat Alexa memijat pelan pelipisnya ketika dia merasakan sedikit pusing. Alexa mengedarkan pandangannya, menatap sekelilingnya. Seketika raut wajah Alexa langsung berubah saat dia menyadari dirinya masih berada di dalam kamar pengantin.

Kemudian Alexa menghela nafas kasar. Ia berusaha untuk tidak menangis meratapi nasib buruknya. Dengan perlahan ia menuruni ranjang dan melangkah menuju ke arah kamar mandi.

Tidak mau terlalu berlama-lama, sekitar dua puluh menit kemudian, akhirnya Alexa baru keluar dari kamar mandi. Dan menuju ke arah walk in closet mengganti pakaiannya. Alexa memilih dress berwarna peach yang berukuran pas dan roknya sedikit di atas lututnya kemudian Alexa berjalan ke arah ruang makan yang ada di hotel itu. Dan ternyata Julian sudah berada di meja makan. Alexa pun mulai duduk di meja makan itu.

"Julian, boleh aku bertanya?" tanya Alexa.

"Makan dulu sarapanmu, karena aku juga ingin sarapan. Sampai kapan aku harus menunggumu yang sangat lamban itu." omel Julian sambil mengambil sandwich dan mulai menikmatinya.

"Siapa suruh kamu menungguku. Kamu bisa makan dulu tadi." Alexa yang kesal akhirnya menyahuti Julian.

"Kamu itu benar-benar tidak berterima kasih ya, aku itu menunggumu karena takut kamu nggak mau makan sendirian. Harusnya kamu itu bilang terima kasih." tukas Julian benar - benar membuat Alexa kesal.

"Iya deh, makasih ya buat Tuan Julian Dominic yah terhormat. Anda itu sudah mau menunggu saya untuk sarapan." sahut Alexa.

"Hem." Hanya deheman yang keluar dari bibirnya. "Alexa," Julian memanggil Alexa dengan nada dingin dan raut wajahnya tanpa ekspresi.

"Ada apa?" tanya Alexa.

"Sebelum aku berangkat, aku ingin ingatkan satu hal padamu. Jangan mencari masalah. Sekarang kau adalah istriku. Aku tidak akan pernah mengusik kehidupan pribadimu. Tapi nama belakangmu sudah berganti dengan nama keluargaku. Jadi? Jangan mencari masalah yang membuatku malu. Karena aku tidak pernah mentoleransi sedikitpun masalah yang kau buat." Julian berucap tegas dengan penuh peringatan.

"Kau tidak perlu mengancamku. Aku bukanlah wanita yang bodoh," jawab Alexa dan wajahnya tidak mau menatap Julian yang mengajaknya berbicara.

Julian tersenyum sinis mendengar jawaban dari Alexa.

"Terserah apa yang kau katakan. Dan hari ini aku akan pulang malam. Jika orang tuaku menghubungimu. Katakan padanya, aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku." Julian berkata dengan nada datar.

"Lebih bagus kalau kau tidak usah pulang!"

"Good girl!" Balas Julian yang bangkit dari duduknya dan meninggalkan Alexa seorang diri di kamar hotel.

Selepas kepergian Julian, Alexa menelan makanannya dengan kasar. Kehidupan baru yang sesungguhnya akan segera di mulai, dimana Alexa harus pintar bersandiwara dan bermain peran.

"Hidup baru! Permainan baru!" Gumam Alexa.

...***...

Sehari setelah menikah Alexa pindah ke mansion milik Julian dan di sambut dengan ramah oleh Ibu mertuanya.

"Ayo masuk menantuku." ajak Ibu mertua Alexa

"Iya, Mama." jawab Alexa.

Alexa di bawa ke salah satu kamar yang berada di kamar atas. "Nah Alexa, ini kamar kamu dan juga Julian. Kamu istirahat ya. Nanti, jika Julian sudah pulang, kamu tolong siapkan pakaiannya!" Pinta Ibu mertuanya.

"Maafkan kami karena harus membuatmu dalam posisi sekarang."

"Tidak apa-apa, Ma. Mungkin ini memang takdirku."

"Kamu yang sabar yah. Buatlah Julian jatuh cinta padamu. Mama yakin, Julian pasti akan menerimamu suatu saat nanti." ujar Ibu mertuanya lagi.

"Iya, Ma. Aku berusaha jadi istri yang baik untuknya." jawab Alexa dengan ragu - ragu.

"Ya sudah, kamu sekarang rapikan baju - baju kamu ya, Mama pulang dulu."

"Baik Ma,"

...***...

Alexa sudah selesai mengitari mansion barunya, tidak ada yang sepesial. Alexa malah merindukan suasana kamar di rumah orang tuanya Rumah dua lantai itu nampak sepi.

Julian laki - laki itu pergi sejak tadi pagi entah kemana. Alexa tidak tahu dan tidak mau tahu

Malam harinya Julian baru pulang dari kantor, lalu masuk kedalam kamar, dia menatap Alexa seperti menatap musuh yang sangat ia benci.

"Kamu sudah pulang? Aku siapkan pakaian." ucapku sambil berjalan menuju ke arah walk in closet.

"Alexa, ikut aku ke ruang kerjaku. Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu." Julian tidak menjawab pertanyaan dari Alexa. Dia malah menyuruh Alexa untuk pergi ke ruang kerjanya.

Alexa pun langsung mengikuti langkah Julian masuk kedalam ruang kerjanya. Setelah sampai di ruang kerja Julian. Julian memberikan sebuah map pada Alexa.

"Apa ini?" tanya Alexa ingin tahu.

Aku akan menjelaskan, jika kau sudah membacanya." Julian berucap dengan tegas. Sorot mata yang terpancar dan sifat arrogantnya itu menatap Alexa dingin.

Alexa diam. Dia masih tidak mengerti. Namun, tidak mungkin Alexa kembali mendesak Julian untuk menjelaskannya. Kemudian Alexa mulai membacanya :

Pihak pertama : Julian Dominic

Pihak kedua : Alexa Olivia Jhonson

Pihak pertama menjamin semua kebutuhan hidup pihak kedua selama menjadi istrinya.

Kedua belah pihak harus bisa menjaga nama baik masing-masing dan jangan terlibat dalam skandal apapun, terutama dengan lawan jenis.

Pihak kedua di larang melawan pada pihak pertama.

Pihak kedua harus menuruti semua permintaan pihak pertama.

Alexa menutup berkas itu dan berkata di dalam hati, "Astaga, saya kira perjanjian macam ini ada di cerita fiksi saja. Rupanya saya sendiri juga mengalaminya."

"Bisa kau jelaskan perjanjian apa ini, Julian!" Kilat matanya menajam teralih pada Julian yang berdiri di hadapannya.

"Perjanjian pernikahan kita. Sekarang kau tidak memiliki pilihan lain selain harus menuruti perkataanku." jelas Julian. "Cepat kau tanda tangani perjanjian itu!" Ucapnya lagi dengan mendesak.

"Julian, kau benar - benar pria yang menyebalkan! Apa yang selama ini tertulis di media tentang dirimu hanya omong kosong! Kau adalah pria yang menyebalkan yang pernah aku temui! Aku membencimu!" Alexa meluapkan apa yang ada di hatinya. Setelah dengan terpaksa menandatangani surat perjanjian itu. Kemudian Alexa hendak melangkahkan kakinya meninggalkan ruang kerja Julian.

"Jadi selama ini kau memperhatikanku lewat media?" senyuman samar di bibir Julian terukir kala mendengar perkataan Alexa.

Perkataan dari Julian sukses membuat langkah Alexa terhenti. Dia langsung membalikkan tubuhnya, menatap Julian dengan tatapan yang dingin. "Aku hanya tidak sengaja melihat berita tentang dirimu! Kau ini percaya diri sekali!" Jawabnya tegas.

Tanpa berkata lagi, Alexa langsung berjalan meninggalkan ruang kerja Julian. Terlihat wajah Alexa yang masih begitu kesal. Julian menyeringai melihat punggung Alexa yang mulai menghilang dari pandangannya.

"Menarik." gumamnya.

...*****...

Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih likenya dong untuk author.D

Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen votenya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai lupa yah~

Author selalu menunggu komenan dari kalian loh😁

Makasih...

Bersambung....

Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.

Berkunjung

Tengah malam Julian masuk kedalam kamarnya. Julian melihat ke arah tempat tidur, disana Alexa sudah tertidur pulas. Julian membaringkan tubuhnya di samping Alexa. Julian menatap langit-langit kamar, Julian tidak menyangka bahwa dia menikah dengan wanita yang tidak di cintainya. Andai saja, Alexa tidak menggantikan Vanya, hidupnya pasti sudah jauh lebih baik. Tapi kebahagiaannya harus lenyap dalam hitungan detik saja. Pikirannya kini tidak bisa lagi berpikir jernih. Ingin sekali dirinya lepas dari tanggung jawab sialan ini.

Beberapa jam kemudian Alexa terbangun dari tidurnya. Dia sangat kaget melihat Julian sudah tidur di sampingnya. Alexa buru - buru beranjak dari tempat tidurnya menuju ke arah sofa, dia membaringkan badannya di sofa untuk melanjutkan tidurnya.

Matahari sudah menyinari bumi, Julian terbangun dari tidurnya dan melihat Alexa sudah tidak ada di sampingnya. Julian melihat ke sekeliling kamar dan mata Julian menatap Alexa yang masih terlelap di sofa, Julian mendekati Alexa, di lihatnya wajah Alexa yang tenang saat tidur. "Cantik, hidung yang mancung, dan juga bibir yang seksi." gumam Julian.

"Julian, kenapa kamu menatapku seperti itu?" kaget karena Julian memperhatikannya tanpa menyadari kalau Alexa sudah bangun.

"Siapa yang menatapmu? Tadi aku itu cuma memastikan, kau ngiler saat tidur atau tidak!" Jawab Julian sambil mencari-cari alasan.

"Aku tuh nggak pernah ngiler!" Jawab Alexa.

"Ya sudah kita bersiap - siap, karena kita akan kerumah orang tuaku." Ucap Julian mengalihkan pembicaraan. "Sekarang kamu cepat mandi dan pakai baju yang bagus." sambung Julian.

Alexa menggeleng - gelengkan kepalanya. "Tidak mau aku dirumah saja. Aku kan bukan istrimu," jawab Alexa menolaknya.

"Jangan membuatku menyeretmu dan memandikanmu seperti bocah, Alexa! Aku tidak akan segan!" Ancam Julian.

Alexa kemudian langsung berjalan ke arah kamar mandi sambil menghentak - hentakkan kakinya.

Kini Alexa dan Julian sudah bersiap untuk berangkat menuju ke rumah orang tua Julian. Di dalam mobil tidak ada yang memulai obrolan. Julian yang fokus mengemudi dan Alexa yang melamun, tidak tahu apa yang ada di pikirannya saat ini.

Mobil Julian mulai memasuki mansion milik keluarganya. Setelah memarkirkan mobil, Julian dan Alexa pun turun dari mobil dan melangkah masuk kedalam rumah dan langsung menuju ke arah ruang keluarga. Kedatangan mereka disambut hangat oleh Ibu Julian yang memberikan senyuman penuh dengan kasih sayang.

"Yang di tunggu akhirnya datang juga. Mama pikir kalian tidak akan datang kesini," ucap Bella, pada anak dan menantunya.

"Tentu saja aku datang, Mah." jawab Julian dengan nada dingin.

"Mama Bella?" sapa Alexa saat melihat ibu mertuanya berdiri di hadapannya.

"Hi sayang. Bagaimana kabarmu?" Bella langsung memberikan pelukan hangat pada Alexa.

"Aku baik, Ma." jawab Alexa. "Bagaimana denganmu sendiri, Mah?" tanya balik Alexa.

"Aku juga baik, sayang." jawab Bella sambil melirik ke arah Julian.

"Julian, apa kamu tidak ingin mengajak Alexa berbulan madu? Atau kalau kau masih sibuk, kau bisa mengambil weekendmu. Kalian bisa menghabiskan waktu bersama dan saling mengenal lebih dekat," ujar Bella memberikan saran.

"Weekend, aku selalu memiliki meeting dengan rekan bisnisku. Banyak pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan," tukas Julian dingin dan raut wajah yang datar. Ya, kali ini dia harus kembali bersabar menahan emosinya.

"Julian, kau tidak bisa-"

"Mah, saat ini Julian sedang sibuk. Aku juga masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Karena sebelumnya aku tinggal di negara R dan sekarang aku akan menetap lagi di negara M. Dan aku juga masih harus mengurus banyak hal di sini," sambung Alexa yang berusaha memberikan pengertian. Tidak ada pilihan lain, dia harus membela Julian di hadapan Ibu mertuanya.

"Baiklah, tapi Mamah harap kalian bisa meluangkan banyak waktu bersama. Tunggu, tapi kalian tidak berencana menunda memilki anak, bukan?" tanyanya dengan tatapan yang serius ke arah Alexa dan Julian.

Alexa sedikit terkejut mendengar pertanyaan yang terlontar dari ibu mertuanya. Entah dia harus berkata apa jika membahas tentang anak. Terpikir memiliki anak dengan Julian saja tidak pernah muncul dalam benaknya. Sesaat Alexa mengalihkan pandangannya, menatap dingin wajah Julian. Dia masih menunggu Julian yang menjawab pertanyaan ibu mertuanya.

"Aku dan Alexa baru menikah? Banyak hal yang harus kita pahami satu sama lain. Aku harap Mama mengerti." tukas Julian menegaskan. Terlihat wajahnya tampak malas menjawab pertanyaan dari Ibunya.

Alexa hanya tersenyum. Beruntung, Julian sudah menjawab pertanyaan itu. Sungguh Alexa tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan dari mertuanya tentang anak. Padahal dirinya saja baru menikah dengan Julian. Sebenarnya, meski dirinya menikah dengan Julian, dia tidak mungkin memiliki anak dengan Julian. Astaga, itu tidak akan pernah terjadi. Alexa langsung menepis pikirannya kala memikirkan tentang anak.

Bella mendesah pelan. "Ya sudah, Mamah mau menyiapkan makanan dulu. Kalian beristirahatlah di kamar."

Alexa mengangguk. "Baik Mah,"

Bella tersenyum, seraya mengecup pipi Alexa. Kemudian dia berjalan meninggalkan Julian dan juga Alexa.

"Julian," panggil Alexa seraya menatap pria itu.

"Ada apa?" tanya Julian dingin.

"Kau mengatakan aku harus berpura-pura pada kedua orang tuamu untuk berperan menjadi seorang istri. Tapi kenapa kau menolak permintaan Ibumu yang meminta kita untuk berbulan madu?" Alexa bertanya dengan tatapan yang serius.

Julian tersenyum sinis. Dia mendekat dan menarik dagu Alexa dengan jari telunjuknya. "Apa kau menginginkan bulan madu denganku? Seperti pasangan yang baru menikah lainnya? Itu yang kau harapkan?"

Raut wajah Alexa berubah kala mendengar perkataan dari Julian. "Keinginanku? Tentu tidak! Aku tidak mau sama sekali! Aku hanya bertanya kenapa kau menolak? Apa kau tidak takut Ibumu curiga?"

Kini Julian mendekatkan bibirnya ke telinga Alexa seraya berbisik sarkas, "Kau takut ibuku curiga, atau memang kau menginginkannya?Ah, jangan - jangan kau ingin mendapatkan sentuhan dariku? Apa kau tidak pernah mendapatkannya, hingga sampai kau meminta seperti ini?"

Alexa langsung mendorong dada Julian dengan keras. Tatapannya berubah menjadi tajam ke arah pria itu. " Jangan macam-macam kau, Julian! Kalau kau berani menyentuhku aku akan membunuhmu! Sudahlah, berbicara denganmu selalu membuatku kesal. Lama - lama aku bisa menua jika terus berbicara denganmu. Karena setiap harinya aku pasti akan selalu marah - marah."

Tanpa berkata lagi Alexa langsung berjalan meninggalkan Julian yang masih tidak bergeming dari tempatnya. Rasanya dia sangat lelah selalu berdebat dengan pria menyebalkan itu.

Julian memasukkan tangannya di saku celananya. Tatapannya terus menatap punggung Alexa yang mulai menghilang dari pandangannya. Seringai di wajahnya muncul mengingat rasa kesal Alexa.

"Wanita yang menarik." kata Julian dengan senyum yang penuh arti.

...*******...

Hay... hay! Kalian yang sudah baca Bab ini jangan lupa kasih likenya dong untuk author.D

Kalau ada yang mau ngasih 🌷atau ☕ juga boleh kok hehehe. Seperti biasa author juga mau mengingatkan pada para reader ku. Yuk, kasih sajen votenya untuk author. Komentarnya juga jangan sampai lupa yah~

Author selalu menunggu komenan dari kalian loh😁

Makasih...

Bersambung....

Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!