NovelToon NovelToon

Ciuman Pertamaku

Episode - 01.

"Halo!"

"Halo! Tamara.. kamu ada dimana?" tanya seseorang dari seberang sana.

Terlihat gadis dengan pakaian serta hitam itu tengah berbicara lewat telepon yang di pegangnya. Terlihat gadis itu sedang memegang kepalanya yang terasa sakit itu dengan tangan kanannya.

"Aku ada di klub malam." ucap gadis yang bernama Tamara itu. Gadis itu juga terlihat sedang meminum minuman keras sehingga membuatnya sedikit mabok saat berbicara dengan seseorang di teleponnya itu.

"Kamu gila ya!!! Pokoknya aku nggak mau tau! Kamu tunggu di situ jangan kemana-mana, mengerti!! Aku akan segera menjemputmu." ucap orang yang berada di seberang sana dengan nada sedikit marah.

Setelah itu sambungan telepon pun berakhir dengan orang di seberang sana yang memutuskan sambungan tersebut. Sedangkan, Tamara langsung meletakkan ponselnya di atas meja tempatnya duduk sembari menidurkan kepalanya di atas meja dengan kedua tangannya.

Gadis itu juga terlihat meneteskan air matanya dengan pandangannya yang kosong. "Kenapa kalian harus bercerai? Kenapa kalian jahat sama aku? Kenapa? Kenapa kalian sangat jahat!"

Saat gadis itu sedang berbicara dengan keadaan mabok. Seorang laki-laki yang sedang lewat di depan Tamara mendengar perkataan gadis itu. Sehingga membuatnya menoleh ke arahnya.

Laki-laki itu juga mengedarkan pandangannya ke sekeliling mencari seseorang yang mungkin saja bersama dengan gadis yang sedang mabok itu. Namun, terlihat tidak ada yang bersama dengan gadis itu setelah beberapa saat ia memperhatikannya.

"Dia datang ke sini sendirian ya? Terus bagaimana caranya dia pulang kalau gadis ini sedang mabok begitu." ucap laki-laki yang kini masih berdiri di dekat gadis itu.

Kemudian, laki-laki itu pun memilih untuk duduk di depan gadis itu. Dan melihat gadis itu yang sedang berbicara dengan dirinya sendiri. "Sepertinya dia sedang ngelantur."

Laki-laki itu kemudian, menepuk-nepuk pundak gadis itu dengan pelan. "Hei!!"

"Hei!! Kamu bareng sama siapa di sini?" tanya laki-laki itu dengan suara yang keras. Karena takut gadis itu tidak mendengar ucapannya, karena musik di klub malam itu begitu keras.

Tidak ada sahutan dari sang gadis. Sehingga membuat laki-laki itu kembali menepuk-nepuk pundak gadis itu. Namun, kali ini dengan sedikit lebih keras agar gadis itu meresponnya. Dan benar adanya, gadis itu langsung mendongakkan kepalanya ke arah laki-laki itu sembari mengusap-usap pundaknya yang terasa sakit akibat tepukan keras dari laki-laki itu.

"Auw! Kamu siapa? Kenapa kamu malah memukul pundak ku?" ucap Tamara dengan suara khas maboknya. Ia menunjuk dengan jari telunjuknya ke arah laki-laki yang kini berada di hadapannya itu.

"Maaf sudah memukulmu. Tapi tadi aku bertanya, kamu ke sini bareng sama siapa?" ucap laki-laki itu lagi dengan suara yang keras.

"Oh, aku ke sini sendirian." sahut Tamara dengan mata yang memicing. Air mata yang tadi mengalir itu nampak sudah kering dan terlihat jelas di pipi gadis itu. Membuat laki-laki yang melihatnya mengernyitkan dahi.

"Kamu menangis ya?" tanya laki-laki itu lagi.

Tamara yang memang sedang mabok saat itu langsung menganggukkan kepalanya dengan menyunggingkan senyumannya sembari meminum kembali minumannya.

"Kenapa?"

"Kenapa? Kamu tidak tahu ya, kalau papa sama mama aku bercerai?" ucap gadis itu dengan kondisi yang mabok pipinya yang mulai memerah itu langsung menidurkan kembali kepalanya di atas meja.

Sedangkan, laki-laki yang berada di depannya itu langsung terdiam saat mendengar perkataan gadis itu. Sekarang, laki-laki itu mengerti kenapa gadis di hadapannya itu menangis.

"Mereka berdua jahat! Mereka sudah tidak menyayangi ku lagi. Mereka pergi meninggalkan anaknya sendirian di rumah itu. Hiks!! Mereka jahat!!" lirih gadis itu dengan kembali meneteskan air matanya. Laki-laki di hadapannya itu juga mendengar perkataannya yang begitu sangat lirih itu.

Kemudian, laki-laki itu bangkit dari tempat duduknya dan langsung mengangkat tubuh gadis itu dan merangkul pundak gadis itu dan langsung membawanya ke keluar dari klub malam tersebut. Dan saat laki-laki itu memboyong gadis yang kini berada di rangkulannya, tiba-tiba teman dari laki-laki itu menghentikan langkahnya.

"Hei!! Itu siapa yang kamu bawa Dimas?" tanya temannya yang melihat laki-laki itu sedang memboyong seorang gadis yang mabok di rangkulannya.

"Gak tau! Aku hanya ingin mengantarkannya pulang." sahut laki-laki yang di panggil Dimas itu.

"Kamu gak tau dia siapa, tapi mau mengantarkannya pulang? Memangnya kamu tau alamat rumahnya di mana?" tanya teman Dimas itu.

"Eh, iya juga ya. Aku kan nggak tau rumahnya di mana," ucap Dimas dengan polosnya.

Temannya yang melihat Dimas yang nampak kebingungan itu hanya menggelengkan kepalanya. "Dasar bodoh! Yaudah, kamu tanyakan saja saat di dalam Mabil nanti. Siapa tau dia memberikan alamat rumahnya."

Dimas pun mengangguk dan langsung memilih untuk keluar dari klub itu pada temannya. "Yaudah nanti aku tanyakan saat sudah ada di mobil. Btw, aku pulang duluan ya. Maaf banget gak bisa temenin."

Temannya Dimas itu pun mengangguk faham dan menepuk pundak laki-laki itu. "Udah nggak apa-apa. Kamu antar saja gadis itu jika sudah mendapatkan titik alamat rumahnya, lagipula kasian gadis itu sepertinya mabok berat."

"Yaudah dulu bro! Aku mau antar gadis ini dulu. Tolong bilang kepada yang lain, aku gak bisa gabung malam ini." ucap laki-laki itu sebelum benar-benar pergi.

"Tenang saja. Nanti aku beritahu mereka kok." ucap temannya itu.

Kemudian, laki-laki itu pun keluar dari klub malam tersebut dengan membawa gadis itu keluar bersamanya. Dan langsung memasukkan gadis itu ke dalam mobilnya saat mereka berdua sudah berada di parkiran. Dimas membantu gadis itu untuk masuk ke dalam mobilnya dengan secara pelan-pelan agar tidak membuat kepala gadis itu terbentur.

Tamara yang mabok itu pun duduk di depan bersama laki-laki itu. Kemudian, laki-laki itu pun masuk ke dalam mobilnya dan hendak membantu gadis itu untuk memasang seat belt nya.

Namun, tiba-tiba saja saat laki-laki itu membantu memasangkan seat belt tersebut. Tangan gadis itu tiba-tiba menarik tengkuk leher laki-laki itu, sehingga membuat laki-laki tersebut menabrak wajah gadis itu dan...

Bibir keduanya menyatu dengan posisi kepala keduanya saling menyentuh. Dimas yang menyadari bahwa bibirnya sudah bersentuhan dengan bibir gadis itu langsung mendorong gadis itu sehingga bibir keduanya terlepas.

"Astaga!! Ciuman Pertamaku." ucap Dimas dengan kaget. Karena ciuman pertamanya harus di renggut oleh gadis yang tidak dikenalnya alias gadis yang hendak ia tolong.

Dimas menyentuh bibirnya yang sudah basah akibat ******* yang di berikan oleh gadis itu. Membuat Dimas menatap ke arah bibir yang ada di depannya itu. Bibir yang merah dari gadis itu membuatnya terbuai sehingga dengan sadarnya. Dimas memajukan kembali wajahnya yang mencium bibir ranum gadis di hadapannya itu.

Gadis itu yang juga masih tersadar meskipun sedang mabok. Langsung meraih tengkuk leher laki-laki itu dan membalas ciumannya. Sehingga, terjadilah peristiwa yang membuat keduanya terbuai di dalam mobil tersebut.

.

.

.

...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....

...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...

Episode - 02.

Episode Sebelumnya..

Tamara yang mabok itu pun duduk di depan bersama laki-laki itu. Kemudian, laki-laki itu pun masuk ke dalam mobilnya dan hendak membantu gadis itu untuk memasang seat belt nya.

Namun, tiba-tiba saja saat laki-laki itu membantu memasangkan seat belt tersebut. Tangan gadis itu tiba-tiba menarik tengkuk leher laki-laki itu, sehingga membuat laki-laki tersebut menabrak wajah gadis itu dan...

Bibir keduanya menyatu dengan posisi kepala keduanya saling menyentuh. Dimas yang menyadari bahwa bibirnya sudah bersentuhan dengan bibir gadis itu langsung mendorong gadis itu sehingga bibir keduanya terlepas.

"Astaga!! Ciuman Pertamaku." ucap Dimas dengan kaget. Karena ciuman pertamanya harus di renggut oleh gadis yang tidak dikenalnya alias gadis yang hendak ia tolong.

Dimas menyentuh bibirnya yang sudah basah akibat ******* yang di berikan oleh gadis itu. Membuat Dimas menatap ke arah bibir yang ada di depannya itu. Bibir yang merah dari gadis itu membuatnya terbuai sehingga dengan sadarnya. Dimas memajukan kembali wajahnya yang mencium bibir ranum gadis di hadapannya itu.

Gadis itu yang juga masih tersadar meskipun sedang mabok. Langsung meraih tengkuk leher laki-laki itu dan membalas ciumannya. Sehingga, terjadilah peristiwa yang membuat keduanya terbuai di dalam mobil tersebut.

...****...

Sedangkan di sisi lain. Devina sahabat Tamara yang menelponnya tadi sudah sampai di klub malam itu dengan naik taksi. Kemudian, gadis itu langsung berlarian ke dalam klub malam tersebut dengan perasaan yang gelisah takut terjadi sesuatu kepada sang sahabat.

Setelah masuk ke dalam klub tersebut, Devina langsung mengedarkan pandangannya mencari sosok sahabat yang dicarinya itu. Namun, gadis itu tak melihat sahabatnya.

Ia pun langsung berlari sembari mendorong tubuh orang-orang yang sedang asyik berjoget-joget di tempat itu dengan menelisik seluruh orang yang ada di sana.

"Aduh! Tamara, kamu ada di mana?" ucapnya sembari terus mengedarkan pandangannya ke penjuru klub tersebut. Namun, gadis itu tak menemukan sang sahabat.

"Mungkinkah, dia sudah pulang? Tapi.. dia kan sedang mabok bagaimana caranya dia pulang?" ucap gadis itu lagi dan langsung menarik rambutnya gusar.

"Oh, iya. Aku harus telfon dia lagi." setelah itu Devina langsung meraih ponselnya yang ada di saku celananya dan mengeluarkannya sembari mencari memanggil sahabatnya.

Sambungan teleponnya pun tersambung kepada sahabatnya itu. Namun, gadis itu tidak mengangkatnya, sehingga membuat Devina semakin cemas dibuatnya. "Aduh, Tamara! Angkat dong telfonnya! Kamu kemana sih?"

"Lagi cari siapa mbak?"suara seseorang terdengar di belakang Devina dan sontak membuat gadis itu langsung membalikkan tubuhnya menatap ke arah laki-laki yang kini sudah berada di belakangnya dengan tersenyum manis.

"Eum.. lagi cari sahabat saya," ucap Devina dan langsung membalikkan badannya lagi membelakangi laki-laki itu.

Laki-laki yang bertanya kepada gadis itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat itu dan kembali berucap. "Sahabatnya itu namanya siapa? Siapa tau, aku mengenalnya."

"Nggak! Anda tidak akan tahu." ucap gadis itu dengan suara judesnya.

Melihat gadis itu terlihat cuek, laki-laki itu pun mengangkat kedua bahunya dan memilih untuk pergi dari hadapan gadis itu. Melihat laki-laki itu sudah pergi, Devina langsung bergidik ngeri. "Serem banget! Bulu kuduk ku jadi berdiri saat di sapa sama laki-laki tadi."

"Lagian Tamara lagi! Ngapain sih tuh anak harus ke tempat ini. Mana pencahayaannya remang-remang begini, gimana aku bisa menemukan dia coba!" omel Devina sendiri karena tak kunjung menemukan sang sahabat.

Setelah beberapa saat kemudian. Devina pun keluar dari tempat itu dengan membawa tangan kosong tanpa menemukan sahabatnya yang entah di mana. "Aduh gimana dong ini. Tamara juga gak angkat telefon nya lagi. Bikin orang cemas aja tuh anak!"

Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas tapi gadis itu belum ditemukannya. Dan saat Devina sudah menyerahkan mencari sosok sahabatnya itu dan hendak pulang. Tiba-tiba sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan gadis itu.

Terlihat jendela kaca mobil itu terbuka dan menampilkan seorang laki-laki yang tadi menghampirinya dengan tersenyum ke arahnya. Devina yang melihat laki-laki itu pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain sembari melihat apakah ada taksi yang lewat.

"Hei!!! Butuh tumpangan?" tanya laki-laki yang berada di dalam mobil itu.

"Enggak!" sahut Devina dengan judesnya dan tanpa melihat ke arah orang yang tak dikenalnya itu.

"Udah gak usah bohong! Ayo, aku antar kamu pulang." ucap laki-laki itu lagi dengan sedikit nyaring.

"Nggak, makasih!"

Laki-laki itu nampak menghembuskan nafasnya panjang saat laki-laki itu sabar menghadapi gadis di depannya itu. "Hei! Kalau kamu menunggu taksi di jam seperti ini, mau kamu menunggu sampai jam lima subuh pun taksi gak bakalan ada yang lewat di jalan ini."

Devina masih mengabaikan perkataan laki-laki yang tak dikenalnya itu. Mungkin itu hanya taktik seorang laki-laki yang mencoba untuk menggodanya agar ikut dengannya. Gadis itu terus dengan pendiriannya yang mengabaikan laki-laki di depannya itu.

"Hei! Jangan bilang, kamu gak mau karena kamu takut aku apa-apain ya?" ucap laki-laki itu sekedar menebak.

Mengetahui tebakannya benar. Laki-laki itu hanya menggelengkan kepalanya dan langsung turun dari mobilnya untuk menghampiri gadis itu. Devina yang melihat laki-laki itu turun dari mobil langsung bersiap-siaga takut-takut laki-laki itu akan menyergap dirinya.

"Mau ngapain kamu?" ucap Devina dengan tas yang sudah berada di tangannya, siap untuk memukul laki-laki di depannya itu.

"Apa sih! Aku tuh cuma mau bersikap baik ya mau nolongin kamu. Ini itu sudah malam, jika kamu masih berdiri di tempat ini akan mengundang hasrat Laki-laki untuk memakan mu." ucap laki-laki itu dengan kesal.

"Kalau kamu enggak mau aku tolongin, yaudah! Terserah! Tapi jangan menyesal ya, jika ada seseorang yang akan menggoda kamu." sambungnya lagi. Dan laki-laki itu hendak pergi untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Tu-tunggu!!!" ucap Devina menahan tangan laki-laki itu yang hendak pergi.

Laki-laki itu pun langsung membalikkan badannya dan melihat ke arah gadis itu. "Apa lagi? Kamu mau mengira kalau aku bakal menerkam mu, iya? Ck!! Jangan terlalu pede! Tipe selera ku itu bukan kaya kamu."

"Udah, ah lepas! Ngapain kamu pegang-pegang tangan aku?" ucap laki-laki itu mencoba melepaskan tangan gadis itu.

"Maafkan aku. Tapi, bisakah kamu mengantarkan aku pulang?" ucap Devina yang kali ini harus menanggung malu karena tadi tawaran laki-laki itu di tolaknya.

"Merepotkan! Yaudah, naik! Tadi di tawarin gak mau." sahut laki-laki itu. Kemudian, laki-laki itu pun melepaskan tangan Devina dan langsung berjalan menuju ke tempat duduknya dan langsung diikuti oleh Devina yang langsung masuk ke dalam mobil laki-laki itu.

Keduanya pun sudah berada di dalam mobil dengan keheningan yang terjadi di sana. Laki-laki itu fokus pada mengemudinya sedangkan Devina. Gadis itu menatap ke arah jendela menatap jalanan yang sudah nampak sepi itu.

"Btw.. sahabat kamu sudah bisa di hubungi belum?" tanya laki-laki itu kemudian. Mencoba memecahkan keheningan di antara mereka berdua.

"Nggak tau. Aku sudah mencoba menghubunginya berulang kali tapi dia tidak mengangkatnya," balas Devina tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kamu sudah menghubungi keluarganya, belum? Siapa tau sahabatmu itu sudah sampai di rumahnya."

Devina menggelengkan kepalanya. "Keluarganya sudah bercerai dua bulan yang lalu dengan meninggalkan anaknya sendirian di rumahnya."

Laki-laki yang sedang mengemudi mobilnya itu mengernyitkan keningnya saat mendengar penuturan gadis di sampingnya itu. "Maksud, kamu. Kedua orang tuanya meninggal sahabatmu itu sendiri? Jadi... sahabatmu itu tinggal sendiri tanpa tinggal bersama salah satu orang tuanya?"

Devina pun hanya mengangguk kecil. "Iya, sahabatku ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya entah dimana keberadaannya. Dan itu yang membuatnya menjadi depresi, menutup dirinya dan sering keluar malam hanya untuk minum-minum untuk sekedar menghilangkan rasa sakitnya."

"Kasian sekali, sahabatmu itu. Dia mungkin sangat terpukul dengan perceraian kedua orang tuanya." ujar laki-laki itu. Dan langsung mendapat anggukan kepala dari gadis di sebelahnya.

.

.

.

...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....

...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...

Episode - 03.

Episode Sebelumnya..

"Maafkan aku. Tapi, bisakah kamu mengantarkan aku pulang?" ucap Devina yang kali ini harus menanggung malu karena tadi tawaran laki-laki itu di tolaknya.

"Merepotkan! Yaudah, naik! Tadi di tawarin gak mau." sahut laki-laki itu. Kemudian, laki-laki itu pun melepaskan tangan Devina dan langsung berjalan menuju ke tempat duduknya dan langsung diikuti oleh Devina yang langsung masuk ke dalam mobil laki-laki itu.

Keduanya pun sudah berada di dalam mobil dengan keheningan yang terjadi di sana. Laki-laki itu fokus pada mengemudinya sedangkan Devina. Gadis itu menatap ke arah jendela menatap jalanan yang sudah nampak sepi itu.

"Btw.. sahabat kamu sudah bisa di hubungi belum?" tanya laki-laki itu kemudian. Mencoba memecahkan keheningan di antara mereka berdua.

"Nggak tau. Aku sudah mencoba menghubunginya berulang kali tapi dia tidak mengangkatnya," balas Devina tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kamu sudah menghubungi keluarganya, belum? Siapa tau sahabatmu itu sudah sampai di rumahnya."

Devina menggelengkan kepalanya. "Keluarganya sudah bercerai dua bulan yang lalu dengan meninggalkan anaknya sendirian di rumahnya."

Laki-laki yang sedang mengemudi mobilnya itu mengernyitkan keningnya saat mendengar penuturan gadis di sampingnya itu. "Maksud, kamu. Kedua orang tuanya meninggal sahabatmu itu sendiri? Jadi... sahabatmu itu tinggal sendiri tanpa tinggal bersama salah satu orang tuanya?"

Devina pun hanya mengangguk kecil. "Iya, sahabatku ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya entah dimana keberadaannya. Dan itu yang membuatnya menjadi depresi, menutup dirinya dan sering keluar malam hanya untuk minum-minum untuk sekedar menghilangkan rasa sakitnya."

"Kasian sekali, sahabatmu itu. Dia mungkin sangat terpukul dengan perceraian kedua orang tuanya." ujar laki-laki itu. Dan langsung mendapat anggukan kepala dari gadis di sebelahnya.

...****...

Devina dan laki-laki yang tak dikenalnya itu pun akhirnya sampai di rumahnya. Gadis itu pun turun dari mobil laki-laki itu dengan berjalan beberapa kali dari Mabil berwarna hitam itu.

Laki-laki yang mengantarkannya pun ikut turun dan menghampiri Devina sembari melihat ke arah rumah gadis itu yang bisa dibilang cukup besar itu.

"Ini rumah kamu?" tanya laki-laki itu saat ia sudah berada di dekat gadis itu.

Devina mengangguk. "Iya, ini rumah ku."

Kemudian, laki-laki itu mengangguk kecil. "Yaudah, kalau begitu masuk aja. Aku juga mau langsung pulang udah ngantuk banget ini."

Laki-laki itu hendak melangkahkan kakinya untuk masuk kembali ke dalam mobilnya. Namun, laki-laki itu harus terhenti saat tangan gadis itu menahannya tangannya lagi. Tentu saja hal itu membuat laki-laki itu harus membalikkan badannya dan menatap wajah gadis itu dengan tatapan heran.

"Kenapa?" tanya laki-laki itu pun penasaran. Kenapa gadis itu menahan tangannya.

"Ma-maaf. Kalau boleh tau, nama kamu siapa?" ucap Devina dengan menatap ke arah laki-laki itu. Tangannya juga ia lepaskan agar tak membuat laki-laki itu merasa risih dengannya.

Laki-laki itu menatap wajah gadis itu dengan tatapan heran. "Bukannya tadi waktu di klub malam, kamu judes banget ya? Tapi kenapa sekarang...,"

"Kalau gak mau ngasih tau nama kamu juga gak apa-apa. Aku tidak akan memaksa kok!" ucap Devina memotong ucapan laki-laki di hadapannya itu. Ia juga mulai kesal karena harus menanggung malu karena laki-laki itu malah skakmat nya dengan pertanyaan konyol itu.

Devina pun langsung membalikkan badannya dan berniat untuk masuk ke dalam rumahnya, karena tidak ingin menatap wajah laki-laki tidak tau diri itu. Menurutnya.

"Rudy." ucap laki-laki itu kemudian saat melihat gadis itu sudah hendak pergi meninggalkannya masuk ke dalam rumahnya. Dan langkah gadis itu terhenti saat mendengar nama laki-laki itu.

Dan saat Devina sudah membalikkan badannya, laki-laki itu sudah masuk ke dalam mobilnya dan langsung menancapkan gasnya pergi meninggalkan Devina yang masih berdiri di tempatnya dengan pandangannya yang mengarah pada mobil hitam yang sudah melaju cepat itu.

"Dasar!" ucapnya. Kemudian gadis itu pun masuk ke dalam rumahnya setelah mengunci pintu pagarnya.

Sedangkan di rumah Dimas. Laki-laki itu sedang terduduk di sofa yang tidak jauh dari tempat tidurnya sedang memandangi seorang gadis yang sedang tertidur pulas di tempat tidurnya itu. Laki-laki itu juga terlihat menghela nafasnya dan langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa tersebut dengan kedua tangannya yang sebagai bantalan nya.

Lama laki-laki itu memandangi langit-langit kamarnya yang bernuansa serba putih itu. Hingga akhirnya laki-laki itu menutup kedua matanya karena tidak kuat menahan rasa kantuknya.

Keesokan harinya. Cahaya matahari pun mulai menunjukkan sinarnya dan masuk ke dalam sela-sela jendela kamar laki-laki yang sedang tertidur pulas di atas sofa nya. Seorang gadis yang sedang tertidur pulas di atas ranjang itu mulai menggeliat saat cahaya matahari itu mengganggu tidurnya.

Perlahan-lahan gadis itu membuka matanya dan mendapati selimut tebal tengah menutupi seluruh tubuhnya. Gadis itu masih menggeliatkan tubuhnya seakan menyuruhnya untuk tidur kembali. Beberapa saat kemudian, gadis itu bangkit dan duduk di ranjang itu sebelum pandangannya kembali pulih.

Dan saat gadis itu sudah tersadar bahwa dirinya tidak berada di dalam kamarnya sendiri langsung membulatkan matanya dan langsung mengedarkan pandangannya ke segala arah. Sehingga pandangannya tertuju pada sesosok laki-laki yang masih tertidur pulas di atas sofa dengan kedua tangannya yang berada di atas dadanya.

Dengan sangat pelan-pelan, gadis itu berdiri dan berjalan menuju ke arah laki-laki yang tertidur pulas itu. Gadis itu menatap wajah laki-laki itu dengan sangat lekat. Wajah itu sangat familiar di kepalanya.

"Siapa laki-laki ini? Dan.. kenapa aku ada di kamar ini? Ini kamar siapa?" gumamnya dalam hati. Kemudian, gadis itu berjalan kembali ke arah ranjang untuk mengambil ponselnya yang ada di atas meja samping ranjang itu.

Setelah meletakkan ponselnya ke dalam tasnya. Ia langsung membuka pintu kamar tersebut dengan secara pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara yang akan membuat laki-laki itu terbangun dari tidurnya. Setelah berhasil, ia langsung berlari menuruni anak tangga dan keluar dari rumah itu.

Sedangkan di dalam kamar itu. Dimas yang baru saja menggeliatkan tubuhnya saat cahaya matahari yang muncul dari arah jendela kamarnya, membuatnya membuka mata. Laki-laki itu mulai bangun dari tidurnya dan duduk sembari mengucek matanya.

Setelah itu, ia melirik ke arah tempat tidurnya dan melihat tempat itu sudah kosong tanpa seorang pun yang ada di sana. "Loh! Kemana gadis itu?"

Laki-laki itu kemudian bangkit dari tempatnya dan mencoba mencari sosok gadis yang semalam ia bawa ke rumahnya itu. Namun, setelah menelusuri seluruh rumahnya, ia tak melihat gadis itu di manapun.

"Apa dia sudah pergi ya?" ucapnya pada diri sendiri.

Dan saat itu juga muncullah seorang wanita paruh baya dengan membawa sepiring nasi goreng beserta telur mata sapi yang bertengger di atasnya. Dimas pun dengan cepat langsung menghampirinya bermaksud untuk menanyakan keberadaan gadis itu.

"Bibi...," panggil Dimas kepada wanita yang merupakan pembantunya yang sudah bekerja cukup lama di rumahnya.

"Eh, Den Dimas sudah bangun ya," ucap wanita paruh baya itu sembari meletakkan sepiring nasi goreng tersebut di atas meja makan.

Dimas pun mengangguk sambil tersenyum kecil ke arahnya. "Iya bibi. Oh iya bibi.. bibi ada melihat seorang gadis nggak?"

"Seorang gadis? Eum.. bibi tidak melihat seorang gadis di sini den." ucap wanita itu dengan mata yang menyipit.

"Memangnya kenapa den? Aden Dimas membawa seorang gadis ya ke dalam rumah ini?" ucap wanita paruh baya itu mencoba menebaknya.

Dimas yang mendengar perkataan sang bibi. Hanya menelan ludahnya sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Enggak kok! Aku cuma tanya saja bibi. Yaudah! Kalau begitu Dimas ke dalam kamar dulu ya bibi."

"Loh! Mau kemana? Ini nasi gorengnya sudah siap!" ucap bibi itu saat majikannya malah berniat untuk pergi.

Dimas pun yang mendengar suara sang bibi itu pun langsung menghentikan langkahnya. "Dimas mau mandi dulu aja bibi. Setelah itu Dimas akan langsung turun."

Setelah mengatakan itu. Laki-laki itu pun langsung pergi kembali ke dalam kamarnya bersiap untuk mandi. Tentang gadis itu? Biarlah, mungkin gadis itu sudah kembali kerumahnya, begitulah pikir laki-laki itu.

.

.

.

...Terimakasih buat kalian semua atas sempatnya sudah mampir ke novel aku yang amburadul ini. Maaf, Jika novel ini masih gak jelas ya! Mohon Dimaafkan, karena saya juga masih pemula untuk belajar membuat novel. Meskipun novelku sangatlah membosankan! Sekali lagi mohon dimaafkan ya....

...Untuk itu jangan lupa untuk tinggalkan like ya, bagi yang berbaik hati. Sekali lagi terimakasih banyak sudah mampir. 🙏...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!