NovelToon NovelToon

Kenapa Harus dia?

Bab.1 Kenyataan Pahit

“Apa bik, Desi hamil??” tanyaku tak percaya, jujur aku kaget saat tahu kalau Desi beneran hamil, jadi tadi malam saat acara ulang tahun Eka, Desi pingsan gara-gara itu???

Otak ku langsung berpikir dengan cepat,pertanyaan demi pertanyaan yang muncul membuat aku pusing. Dengan siapa dia hamil? Selama ini aku tak pernah tahu dia dekat dengan siapa pun itu, Faisal pacar nya bahkan baru saja tiba di Indonesia karena menjadi TKI di Negara orang. Jadi tidak mungkin kalau Faisal Ayah dari bayi itu.

Bik Nur langsung menubruk kaki ku dan bersimpuh, berulang kali ia memohon maaf padaku, aku jadi bingung.. Kenapa mereka harus meminta maaf padaku..

“Maafin kami Nis, kami ceroboh dan kecolongan! Tolong maafin kami!” kata-kata itu saja yang terus diucapkan bik Nur, namun aneh nya, mang Adi pun seolah malu dan menundukkan wajah nya.

Aku jadi semakin bingung harus bagaimana, apa mereka malu padaku karena Desi ketahuan hamil, tapi kenapa padaku kata-kata maaf itu mereka ucapkan?

“Bik.. Mang Adi.. tolong.. jangan seperti ini, jujur aku bingung.. kenapa kalian minta maaf padaku,” tanya ku lagi, aku tidak ingin membuka peluang pada pikiran jahat ku untuk berpikir yang tidak-tidak pada mereka semua.

“Nisa.. Desi hamil anak..” suara Bik Nur terhenti.

“Anak Yudi!” sambung mang Adi, dengan ekspresi datar nya.

Jedeer!!

Bagai tersambar petir disiang hari, aku sungguh tak percaya dengan kalimat terakhir mang Adi , yang mengatakan kalau Desi mengandung anaknya Yudi, Yudi calon suamiku??

Aku menutup mulut ku tak percaya, mataku membulat sempurna menatap Desi, sekujur tubuh ku terasa kaku,dan sulit ku gerakan, apa ini.. Nyatakah ini Tuhan.. Jika ini mimpi buruk tolong bangunkan aku! Tanpa sadar air mata ku sudah lirih tanpa aku berkedip sama sekali, hatiku hancur... Sehancur-hancur nya.. dadaku bergemuruh hebat, aku tak kuasa menahan beban ini..

“Nisa.. Ampuni Desi, bibik tahu dia salah, tapi bibik mohon Nis, biarkan Yudi bertanggung jawab! Apa kamu tega Desi hamil tanpa suami?” sambung Bik nur lagi, haaaa!!! kata-kata bik Nur barusan bagai belati yang mengoyak seluruh kepercayaanku. Mas Yudi... Ternyata berkhianat selama ini ?? Dan itupun dengan Desi? Sahabat ku sendiri!

Aku beranjak bangun dari dudukku, seketika kaki ku bergerak perlahan kearah pintu, tubuhku sudah tak bisa dikendalikan lagi, kubiarkan ia bergerak sendiri dengan dituntun kata hati, perlahan aku mulai meninggalkan rumah Desi, aku masih bisa mendengar suara Bik Nur dan mang Adi memanggil ku, tapi sama sekali tak kuhiraukan. saat ini aku hanya ingin pulang, karena jarak rumah ku dan rumah Desi hanya sekitar 2 rumah saja, bahkan halaman rumah ku masih nampak jelas dari rumah Desi.

Dari jarak yang begitu dekat, bisa dilihat tenda yang sudah berdiri tegak dihalaman rumahku dengan dekorasi berwarna putih dan cream. Karena pernikahan ku dengan Yudi akan dilangsung kan 3 hari lagi.. Yah 3 hari.. dan sekarang.. Aku mendengar kabar kalau dia menghamili orang lain.

Ya Allah.. harus bagaimana aku sekarang, apa yang harus aku katakan pada Ibu dan juga kakek, rasanya aku gak sanggup untuk sekedar menatap wajah mereka..

Kini aku berada tepat dihalaman rumah, kulihat pakde Warno kakak Ibu ku sudah tiba dari luar kota, mereka sedang bercengkrama sekaligus melepas rindu, Ibu dan kakek nampak bahagia sekali. Kulangkahkan kaki ku yang terasa berat masuk kedalam kamar.

"Nisa.. Ini loh pakde Warno udah datang.. Salam dulu nak.." suara berat ibuku menguar di telinga, tapi aku enggan menoleh ke arahnya.. Maaf Bu.. rasanya aku masih belum sanggup.

"Loh Nisa!!" panggil Ibuku lagi.

"Kenapa toh Sus, teriak-teriak gitu!"

"Itu loh pak Nisa! pulang dari rumah Desi kok murung gitu, pakde nya jauh-jauh datang malah di cuekin!"

"Wis toh, mungkin Nisa capek, namanya mau nikah itu pasti banyak pikiran!" jawab Kakek ku, aku tetap tak menghiraukan mereka, kini aku sudah berada dikamar ku, kamar pengantin yang akan aku gunakan bersama dengan mas Yudi.

Kamar ini juga sudah didekorasi dengan mawar dan melati.. Aroma pengantin sudah menguar disana, kamar ku sudah persis seperti kamar pengantin, tapi pernikahan ku hancur bahkan sebelum dimulai... Air mata ku banjir, sakit! sungguh sakit sekali!

Aku meringkuk, memeluk lututku sendiri.. Air mata yang sejak tadi kutahan kini tumpah seluruh nya.. Aku merasa sangat rapuh dan sulit bertahan..

"Mbak Susan!! mbak !!" suara Bik Rana menggema memanggil nama Ibuku, Bik Rana tetangga samping rumah Desi.

"Ada apa toh . teriak-teriak gitu," Bik Rana mengatur nafasnya lebih dulu, aku rasa dia akan memberi tahu soal kehamilan Desi, apa beliau dengar semuanya??

"Desi mbak,"

"Desi kenapa? mbok ya ngomong itu yang jelas loh Dan!"

"Desi hamil mbak!"

"Apa??"

"Iya mbak.. Desi hamil,"

"Yah terus kenapa Ran.. gak baik mah ceritain tetangga kita sendiri!" jawab Ibu, memang Ibuku bukan tipe orang yang suka menceritakan aib orang lain.

"Ya masalah nya Desi itu hamil anak Yudi, calon mantumu!"

"Apa!!" terdengar suara kakek dan Ibuku memekik bersamaan, Ibu langsung menatap kamar ku, ia teringat saat aku masuk rumah tanpa ada kata sepatah pun.

"Yudi calon suami Nisa Sus??"

"Iya mas, karena dikampung sini, cuma calon suami Nisa yang namanya Yudi!"

"Astaghfirullah, ini gak bisa dibiarin Sus, aku gak setuju kalau dia sampai menikah sama laki-laki yang bajingan seperti itu!" pakde Warno ikut bersuara menyatakan keberatan nya jika aku sampai jadi menikah dengan mas Yudi.

"Tunggu dulu, siapa tahu Rana salah dengar, kamu yakin Dan? kalau Desi anak si Nuriah itu hamil dengan calon suami Nisa?" imbuh Kakek ku, memang beliaulah yang paling bijak, karena tak serta merta langsung menerima apa yang disampaikan orang lain, kakek tetap mencari tahu dulu kebenaran nya.

"Ya bener loh pakde, aku denger sendiri, bahkan mereka minta maaf sama Nisa karena merasa kecolongan!"

"Kurang ajar!!" hardik Kakek ku dengan geram.

"Ya Allah pak, apa tadi Nisa murung gara-gara itu?" Ibu langsung berlari menuju kamar ku, "Nisa!! Nis.. Buka pintunya nak!" Ibu menggedor-gedor pintu kamar ku dengan keras, aku diam tak bereaksi, kaki ku berat untuk melangkah, lidahku keluh untuk menjawab Ibuku, maaf Bu.. Aku kembali memeluk lututku sendiri dipojokan kamar, aku tidak pernah merasa tidak seberdaya ini.. dalam sekejap laki-laki yang ku anggap paling mencintaiku, menghancurkan seluruh dunia ku.

Aku menangis tanpa suara, tapi semua nya sudah terjadi, seluruh warga desa akan tahu..

"Nisa kau dengar Ibu nak.. buka pintunya!" aku masih tak bergeming.

"Bapak! ini loh Nisa gak mau buka pintu kamarnya,"

"Apa?? Kenapa dia jadi bodoh cuma karena laki-laki bajingan seperti Yudi!"

Bab.2 Terpuruk

Ku dengar Kakek ku berjalan mendekat kearah pintu juga,mungkin ingin membujukku membuka pintu. Namun apa daya ku, kaki ku benar-benar tidak bisa kugerakan, lidah ku keluh untuk menjawab panggilan mereka, batin dan jiwa ku benar-benar terguncang dengan kejadian ini.

Flash back on

Kejadian ini satu hari tepat sebelum kehamilan Desi terkuak.

"Nis.. Gimana rasanya mau nikah?" tanya Desi padaku, saat ini kami sedang ada di kamarku, karena beberapa orang yang memasang tenda dan dekorasi sudah mulai berdatangan dan mengerjakan tugas mereka masing-masing.

"Ya begitulah.. kalau Deg-degan belum sih.." jawabku.

"Persiapan nya udah rampung semua atau belum Nis?" tanya nya lagi, memang Desi ini adalah sahabat dekat ku, dari kami duduk disekolah dasar, hingga sekolah menengah atas kami selalu bersama, bahkan duduk pun bersama, padahal jarak rumah Desi dengan ku tak jauh, hanya beda 3 rumah saja.

"Alhamdulillah udah semua Des, agak pusing juga sih, ternyata mau nikah itu ribet, capek kudu mondar-mandir kesana kemari!" aku memijit pelipis ku yang mulai pening, faktanya mengurus pernikahan itu tidak semudah kelihatannya.

"Calon manten gak boleh ngeluh, makanya banyakin istirahat, sini gue bantuin pijitin biar lebih fresh, pasti aura Lo keluar banget pas hati H,"

"Bener ni Lo mau mijitin gue?" tanya ku.

"Iya.. udah sini cepetan, entar lagi gue mau ketemu Faisal!" terang Desi lagi.

"Wah.. Faisal balik ya?" kini aku sudah mengubah posisi menjadi telungkup, sungguh sahabat ku yang satu ini memang jago sekali memijit, sahabat terbaik lah pokok nya.

Desi mulai membaurkan minyak Zaitun kebadan ku, dan memijitnya perlahan, seketika tubuhku terasa lebih relaks dan tenang.

"Jadi Faisal beneran balik kesini cuma buat kenikahan gue doang?" tanya ku tak percaya, Faisal itu kekasih nya Desi , sejak ia masih kelas 1 SMA, mereka LDR karena memang Faisal pergi untuk menjadi TKI di Malaysia.

"Ya enggak lah, emang kontrak kerja dia udah habis kaki, udah waktunya dia balik!" jawab Desi.

"Wah.. dilamar dong elo.. bakal nyusul gue ini kayak nya," ejek ku padanya.

"Iihh apaan sih elo, belum mikir kesana lah Nis!"

"Lah kenapa? kalian udah pacaran lama loh, udah waktunya Lo minta kepastian sama Faisal!"

"Males gue ih bahas ini!" ucap Desi dengan nada kesal, membuat ku sedikit heran, biasa nya perempuan kalau sudah saling jatuh cinta, terus bahas soal pernikahan pasti bahagia banget, ini kenapa Desi berbeda? seperti kurang serius menjalin hubungan, ia juga kerap Gonta ganti pacar saat Faisal di Malaysia. Mungkin setiap pemuda tampan dikampung kami sudah pernah menjadi pacar nya. Desi itu gadis yang cantik, ia juga gampang sekali bergaul, jadi mungkin.. karena itulah dia banyak akrab dengan pemuda pemuda disini.

"Lo ini ya Des, udah LDR-an 4 tahun, masih aja uring-uringan kalau bahas soal nikah sama Faisal, heran gue tuh.."

Desi diam tak menyahuti ocehan ku, saat aku membahas tentang keseriusan hubungan mereka.

"Ni dah selesai, gue balik ya Nis!"

"Oke deh, thanks ya.. udah bikin gue lebih seger!" ucapku.

"Eh iya.. Gue lupa Nis, nanti malam ada acara ulang tahunnya Eka, dia mau kita datang entar malam, dan ya.. Yudi juga berharap elo datang Nis!" katanya.

"Gue kan lagi dipingit, entar emak gue tau disana ada bakal ketemu Yudi, ngamuk dia!" Desi terdengar sedikit terkekeh mendengar penuturan ku.

"Hahahaha bisa, entar Lo pergi sama gue, terus disana ketemu deh sama Yudi, santai aja itu cuma mitos, Lo kan anak zaman sekarang, masih percaya aja sama yang begituan!" jelas Desi memberikan solusi.

Aku dan Yudi memang akan menikah 4 hari lagi, aku menjalin kasih dengan nya sejak aku duduk di bangku SMA kelas 2, anak-anak gadis dikampung ku, memang kerap menikah muda, Ada yang lulus SMA langsung menikah, sangat jarang sekali ada yang melanjutkan pendidikannya hingga dibangku kuliah, aku pun melakukan hal yang sama.

Menjelang pernikahan, Ibu dan kakek ku melakukan tradisi pingitan, pantang bertemu bagi calon mempelai laki-laki dan perempuan. Tapi aku tak begitu mengindahkan tradisi itu, aku dan Yudi masih sering bertukar pesan, atau menelpon hanya untuk melepas rindu kami. Padahal Ibu selalu saja mewanti-wanti agar aku manut sama kebiasaan adat yang sudah mereka lakukan.

Setelah Desi pulang, aku langsung menuju lemari untuk mencari baju apa yang akan aku kenakan nanti malam, saat aku sedang sibuk mencari-cari baju, tanpa sengaja siku tangan ku menyenggol foto ku dengan mas Yudi satu tahun yang lalu.

Bingkai Foto tersebut hancur berserakan dilantai, rupanya suara pecahan itu mengundang Ibu ku untuk datang kekamar ku.

"Nis apa yang jatuh?" tanya Ibuku.

"Oh ini Bu, fotoku sama mas Yudi, gak sengaja kesenggol!" jawabku sambil membereskan pecahan bingkai dan juga kaca nya, tak sengaja serpihan kaca kecil menusuk jariku, perih sekali rasanya.. meski hanya berdarah sedikit.

"Kok bisa jatuh di Nis, kamu ini gak hati-hati loh!"

"Gak sengaja Bu,"

"Biasanya kalau foto kita sama pasangan jatuh, pertanda buruk," celetuk Ibuku lagi, meski menurutku itu mitos, tapi entah kenapa hatiku sedikit terusik. Apa benar?

"Mitos itu Bu!"

"Anak zaman sekarang tu kalau dikasih tau ngeyel! lagian kamu ngapain sih ngacak-ngacak lemari gitu?"

"Emm, ini Bu.. nanti malam Eka ulang tahun...Aku diundang, boleh ya aku datang?" rengek ku, agar Ibu mengizinkan aku pergi kesana.

"Yudi ikut?" selidik Ibu.

"Emm enggak Bu kayak nya!" maaf Bu, terpaksa aku harus berbohong.

"Yaudah jangan malam-malam pulang nya, kamu tuh calon pengantin loh Nis, harus nya gak boleh kelayapan!"

"Iya Ibuku sayang.." Aku mencium sekilas pipi nya, sejak Ayah ku pergi meninggalkan kami 3 tahun yang lalu, Ibu lah satu-satunya orang yang bekerja keras untuk kehidupan ku, dan juga kakek ku.

*

Pukul 8 malam, Desi sudah datang menjemput ku dengan motor maticnya, aku berpamitan pada Kakek dan Ibu, lalu melenggang pergi menaiki motor bersama Desi.

Jarak rumah ku dengan rumah Eka hanya sekitar 1 km saja, saat aku dan Desi tiba disana, calon suami ku Mas Yudi sudah menanti ku di halaman, senyum manis terukir diwajah nya yang tampan.

"Des, liat deh.. calon suami gue ganteng ya?" Tanya ku padanya, kulihat sejak tadi Desi juga memperhatikan mas Yudi, mata nya hampir tak berkedip sama sekali.

"Des.." Aku mengguncang bahu nya.

"Eh iya.. Nis.. ganteng kok.. mas Yudi ganteng, jawabnya yang agak malu-malu.

"Awas terpesona, calon suami gue tu!"

"Udah terpesona sejak dulu!"

Degh..

Bab.3 Firasat Buruk

Kenapa kata-kata Desi mengusik hatiku, seperti ada ribuan jarum yang menghujam seketika. Kenapa aku tidak terpikirkan sama sekali, kalau Desi bisa saja menyukai Yudi juga. Pasalnya dulu saat aku punya pacar sebelum Yudi, Desi juga menyukai nya.. Hingga mereka selingkuh dibelakang aku.

"Loh Des, Si Faisal mana? kata nya tadi Lo mau ketemu dia?" tanya ku mengalihkan pembicaraan.

"Masih temu kangen dia sama orang tua nya, kemungkinan besok baru kita ketemu!" Aku mengangguk-anggukkan kepala ku, karena bingung harus membuat obrolan apa lagi, karena kuperhatikan sejak tadi ia selalu saja memandang Mas Yudi, tatapan nya dalam sekali.

"Sayang aku cantik banget sih!" kata Mas Yudi, yang sudah ada di hadapan ku, sangking tak sadarnya aku karena terlalu memperhatikan Desi sejak tadi. Aku tersenyum mendengar pujiannya, karena malam ini aku menggunakan dress dibawah lutut berwarna peach, rambut ku yang memang lurus aku gerai begitu saja.

"Thanks ya Des, udah bawa Nisa kemari!"

"Sama-sama mas!" jawab nya, kata-kata nya tak ada yang aneh dan biasa saja, namun entah kenapa, aku yang merasa tak enak sendiri.

Acara ulang tahun Eka berlangsung dengan meriah, kami bersenda gurau dengan teman-teman yang lain nyaa.

Hingga saat Desi membantu Nining mempersiapkan minuman untuk teman-teman yang lain, ia ambruk pingsan tak sadarkan diri.

Aku panik dan langsung beranjak dari duduk ku, aku melihat keadaan nya sangat pucat, saat ku sentuh kening nya, ternyata suhu badannya sangat panas, semua teman-teman panik termasuk mas Yudi. Tanpa aba-aba mas Yudi langsung menggendong Desi ke atas sofa. Bisa kulihat Mas Yudi begitu khawatir, bahkan ketika aku sakit dan hampir pingsan saat dikolam renang, ia tak sekhawatir itu padaku.

Namun aku tak ingin berpikiran terlalu jauh, karena mas Yudi dan juga Desi sudah berteman sejak dulu. Karena bisa dibilang dulu.. Desi lah yang gencar menjodohkan kami berdua.

Selang beberapa saat akhir nya Desi sadar, ia membuka mata nya dengan pelan, aku langsung bertanya apa yang ia rasakan hingga membuat nya jatuh pingsan seperti itu.

"Lo kenapa Des? sakit?" tanya ku padanya. Desi masih belum menjawab, mungkin kepala nya masih terasa pusing, hingga dibutuh kan beberapa saat untuk membuat nya sadar.

"Lo sakit?" tanya ku ulang.

"Entahlah.. Gue pusing banget!" jawab nya dengan suara yang masih parau.

"Nis.. kayak nya Desi gak bisa deh pulang sendirian, aku boleh ya nganterin dia pulang..kasihan kan.. Nanti kamu pulang sendiri bawa motor nya Desi, gimana?" usul Mas Yudi memberikan solusi. Aku menangkap gelagat yang tak biasa disini, kenapa seperti nya mas Yudi sangat takut sekali Desi kenapa-kenapa, aku pun cemas.. Tapi rasanya perhatian mas Yudi padanya begitu... Ah entah lah!

"Ya sudah!" jawab ku pada akhirnya.. karena aku bingung harus menjawab apa. Beberapa saat kemudian, aku melihat mas Yudi membonceng Desi dan berlalu pergi. Aku menatap nanar kepergian mereka, seperti tak rela.. namun aku tetap harus berpikir logis.. Setelah mereka hilang dari pandangan ku, aku bergegas menuju motor Desi dan hendak pulang juga.

"Nisa?" suara Eka dan Yahya memanggil ku dari belakang.

"Kompak bener kalian manggil gue!"

"Ni anak, malah becanda!"

"Kenapa sih.."

"Santai banget sih Lo liat calon suami nganterin orang lain?" ucap Eka.

"Iya ni.. Gak kapok sama kejadian tempo dulu?" tambah Yahya.

"Desi kan bukan orang lain, dia masih temen kita juga kan?" jawabku.

"Ya kita tahu.. Tapi Lo liat-liat sikon dong Nis.. Desi tu suka ngerebut punya Lo, gemes banget sih gue liat nya!" sambung Fadil.

"Entah.. naif banget jadi perempuan, heran gue, gak cukup kasusnya Eno dulu?" terang Yahya lagi.

"Itukan dulu Ya.. Lagian Desi punya Faisal, kalau sampai mereka berdua ada main dibelakang gue, gue nikahin kedua nya!" kata ku sambil tertawa kecil, aku sengaja mencairkan suasana karena mereka cemas padaku, aku paham.. Bahkan aku juga merasakan hal yang sama, tapi aku tidak ingin menuduh nya sembarangan.

"Lo ini ya Nis, kita cemas banget sama Lo.. kita takut Lo kecewa lagi kayak dulu.. apalagi sebentar lagi lo akan nikah.. amit-amit deh Nis.. tenda dirumah Lo udah berdiri.. jangan sampai ada apa-apa!"

"Mudah-mudahan mereka gak kayak gitu.. Gue percaya sama mereka berdua, lagian ini ya.. kalau sampai mas Yudi yang ngantar aku pulang, bisa habis dia sama Ibuku!"

"Ya udahlah, kalau gitu, Lo pulang dianterin aja ya sama Fadil.. gue takut calon manten kenapa-napa!" cibir Eka.

"Boleh deh, gue balik ya Ka, Yahya!" usai cipika cipiki aku pulang kerumah dengan diantar oleh Fadil, meski kami memakai motor masing-masing, tapi Fadil tetap mengawasi ku dari belakang. Begitulah cara teman-teman ku menjaga ku selama ini.

Sesampai dirumah, aku langsung mengecek ponsel ku, berharap Mas Yudi mengabari aku.. Namun nihil, tak ada satupun pesan atau telepon nya padaku.

Kenapa perasaan ku jadi tidak karuan..

Ada apa ini...

*

Keesokan harinya saat subuh, aku kembali mengecek ponsel ku, namun tetap saja, belum ada kabar dari nya.. Beberapa tetangga dan saudara dekat sudah ada yang kerumah karena acara masak memasak akan dimulai hari ini, "Kemana kamu mas??" tanya ku sendiri, akhirnya kuoutuskan untuk mengirimi nya pesan lebih dulu.

1 jam 2 jam..

Hingga pukul 8 pagi pesan ku baru dibalas.. ia mengatakan jika semalam ia langsung ketiduran begitu pulang dari mengantar Desi pulang. Hanya itu saja balasan nya.. tak ada kata-kata manis seperti biasa nya..

Sekitar pukul 9 pagi, tiba-tiba mang Adi, Ayah nya Desi menelpon ku.

(Halo Nisa..)

"Halo mang.. Ada apa ya..?" tanya ku penasaran, harusnya hari ini mang Adi dan Bik Nur sudah kerumah ku untuk membantu memasak dan mengerjakan pekerjaan lain, tapi kenapa mereka malah menelpon ku?

(Kamu bisa kerumah mamang sekarang? sendiri aja ya Nis, jangan ajak ibumu!) kata nya lagi.

"Memang nya ada mang?"

(Sudah kamu kesini aja dulu!)

"Oke mang.. Nisa langsung kesana!"

Flash back off

"Nisa!!! buka pintunya!! kalau kamu gak buka, pakde dobrak ya!" suara pakde Warno membangunkan aku dari lamunan tentang semalam..

Tanda-tanda itu sudah ada.. tapi kenapa aku tidak menyadari nya sama sekali!

Kenapa kalian berdua tega.. kalian sengaja menyakiti aku sampai seperti ini??

Padahal aku tidak pernah mengusik hidup mu Des.. aku tak pernah menyukai pacar mu sedikitpun..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!