NovelToon NovelToon

My Mate

1

Apa salah Ku?

Mengapa kalian begitu membenciku?

Aku sudah melakukan apapun, agar kalian tidak memandang ku Rendah.

Ingin Aku berteriak, melontarkan pertanyaan yang selama ini bersemayam di dalam hati ku.

Namun, Aku sadar. Kalian tidak akan pernah mau menjawabnya.

Aku hanya seorang gadis biasa, seorang gadis lemah yang kalian anggap rendah.

Satu harapan ku, suatu hari seseorang akan datang. Dia akan menyelamatkan Aku dari rasa benci kalian.

Siapa itu?

Mate.

Yea, hanya Mate lah menjadi harapan Sara. Cinta sejati yang Moon goddess takdirkan untuk menyelamatkan Sara.

Wanita yang di anggap sebagai pembawa sial. Wanita yang di tuduh sebagai penyebab lenyapnya Alpha King.

Wanita yang di benci oleh semua anggota pack.

Dialah Sara, Gadis cantik berperawakan elegan dengan kulit putih dan rambut hitam legam. Tinggi tubuh sara mencapai 175cm.

Tinggal di Blue Moon pack. Dia terlahir dari sepasang suami istri yang telah meninggal 11 tahun yang lalu. Di kalah itu perang besar terjadi.

Meskipun kedua orang tuanya adalah seorang Alpa dan Luna yang terhormat. Sara tidak di perlakukan dengan baik oleh Anggota pack.

Dia di perlakukan seperti omega. Bahkan lebih rendah dari itu. Semua orang bebas memperlakukan dirinya seperti babu.

Entah apa yang salah, Sara juga tidak tahu. Dia hanya tahu bahwa tidak ada satu orang pun yang memperlakukan dirinya dengan baik di pack ini.

"Aku ingin pergi"

Selalu kata itu sempat terbesit di dalam hati Sara.

Namun, Seakan takdir tidak mau melepaskan dirinya bahagia. Sara tidak bisa keluar dari pack itu.

Luna queen tidak pernah memberikan Sara kesempatan untuk pergi. Dia selalu meminta gadis ini tetap tinggal bersama nya di dalam pack yang seperti neraka bagi Sara.

Oh iya, sampai lupa. Luna Queen, adalah ratu dari segala Luna di dalam dunia immortal. Hanya wanita itu lah yang baik pada Sara. Dialah yang mempertahankan gadis itu untuk tetap tinggal bersamanya di Blue moon pack.

"Luna, Aku tidak bisa tetap tinggal di sini. Semua orang membenci Aku" mohon Sara.

Namun, Luna Queen tetap tidak mau melepaskan Sara. Dia tetap menggeleng dan memohon agar Sara tetap tinggal di sini.

"Tidak Sara, kamu tidak boleh pergi. Kamu harus tetap di sini. Kedua orang tua mu mempercayakan kamu kepada ku!"

"Tapi Luna, Aku tidak bisa menahan cacian dan makian mereka. Aku juga tidak bisa melawan, karena mungkin aku pantas mendapatkan nya." Lirih Sarah.

Terlihat jelas di manik mata Sara, terdapat kesedihan yang mendalam.

Brak!

Sara dan Luna Queen terkejut, mereka langsung berdiri dari bangku taman belakang pack.

Lutut Sara langsung bergetar, dia takut pada pria yang baru saja menghancurkan kayu yang tidak jauh dari Sara dan Luna duduk.

"Rava, kamu ini kenapa sih. Membuat mama terkejut saja!" hardik Luna Queen.

Sedangkan pria yang dia hardik itu tidak bergeming. Sorot mata tajam dan buas nya tertuju pada Sara yang menunduk ketakutan. Tangan nya mencengkram erat lengan baju Luna Queen.

"Berhentilah membuat mama ku memohon. Dasar pembawa sial!" tekan Rava.

Luna Queen murka. Berani sekali putranya berkata seperti itu pada Sara.

"Stop Ma, jangan membela wanita tidak tahu diri itu!" seru Rava menghentikan mama nya yang hendak menyela ucapan nya.

"Kamu yang berhenti Rava. Kamu tidak boleh bersikap seperti itu!"

"Kenapa tidak boleh? Wanita pembawa sial itu sudah pantas untuk mendapatkan semua cacian dan hinaan. Bahkan dia lantas untuk di siksa!"

Sara menahan air mata agar tidak jatuh. Dia tidak mau di sebut mencari simpati Luna Queen.

Namun, saat ini Sara benar benar merasa sangat takut. Rava bisa saja membunuh nya, namun karena ada Luna di sini, Sara sedikit merasa tenang.

Alpa Rava, pria tampan yang di usia mudanya harus memikul beban berat.

Setelah peperangan terjadi, Rava merasa kehidupan nya mulai di renggut. Dia harus berusaha keras untuk menjadi kuat, menggantikan posisi papa nya yang sementara di jaga oleh mama nya.

Rava menganggap itu semua adalah kesialan. Mamanya harus hidup sendiri seumur hidupnya. Dan dia harus kehilangan masa muda nya.

Semua itu Rava limpahkan kepada Sara. Hanya dia yang menjadi penyebab semua kesialan yang menimpa dirinya.

"Kamu yang sabar ya Sara. Suatu hari kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang setimpal" bisik Luna sambil memeluk Sara.

"Terimakasih Luna. Hanya Luna yang mengerti aku, Terimakasih sudah baik padaku" balas Sara lirih.

"Oh iya Sara, untuk beberapa bulan ke depan, mungkin aku akan pergi ke suatu tempat. Aku ingin kau merawat kebun ini"

"Huh?"

Sara terdiam, Luna queen akan pergi dan itu akan lama?

"Luna pergi?" lirih Sara sedih.

Luna tersenyum tulus, menangkup wajah gadis malang itu.

"Aku hanya pergi sebentar, tidak akan lama sayang"

"Iya Luna, aku tidak apa apa. Aku pasti akan merasa kesepian jika Luna tidak ada di sini" lirih Sara.

Mereka kembali berpelukan, menikmati waktu sore. Di dalam hati Sara merasa sangat sedih. Dia bisa membayangkan bagaimana kehidupan nya setelah Luna pergi nanti.

...🍀🍀🍀TBC🍀🍀🍀...

2

Seperti biasanya, Sara baru saja menyelesaikan semua pekerjaan nya. Dia merasa lelah dan mulai merenggangkan tubuh.

Namun tiba-tiba. . .

"Akhh"

Sara teriak kesakitan, tiba-tiba saja seseorang menjambak rambutnya.

"Mengapa Kau muncul di hadapan ku?" Rava membentak.

Dia semakin menarik kuat rambut Sara, sehingga membuat gadis itu semakin meringis kesakitan.

"Ampun Alpha, aku hanya lewat"

"Lewat? " tanya Rava dan di jawab dengan anggukan kepala oleh Sara.

Plak~

Sara tersungkur di tanah, pipi nya memerah memperlihatkan jejak telapak tangan Rava.

Ini bukan yang pertama kalinya, ini sudah yang kesekian kalinya. Sara bahkan tidak ingat sudah berapa kali dia mendapatkan perlakuan seperti ini.

"Apa salah ku Alpha, mengapa kau selalu menyiksa ku? " tanya Sara memberanikan diri.

"Salah kau bilang? "

"Akhh..sakit Alpha. " Rintih Sara ketika Rava kembali menjambak rambutnya.

Bukan hanya itu, Rava kini mulai menyeret paksa Sara dengan menarik rambutnya.

"Salah mu adalah hidup di pack ini" Teriak Rava penuh emosi. Dengan kekuatan yang dia miliki, sara di banting ke tanah yang sanga keras.

Kruk

Suara tulang belulang Sara terdengar rapuh. Beruntung dia adalah keturunan Serigala. Jika dia keturunan manusia, mungkin dia sudah sekarat.

Perlakuan Rava yang tidak berdasar ini, membuat Sara begitu pilu. Dia masih ingat, dulu Rava sangat menyayangi dirinya.

Sara menatap punggung Rava yang perlahan menjauh.

"Bunuh saja aku jika kehadiran ku membuat mu tak suka" lirih Sara, matanya sudah mulai berkaca-kaca.

Rava berbalik,dia kembali mendekati Sara. Membuat gadis itu terkesiap, dia tidak menyangka Rava mendengar lirih hatinya

"Kau ingin aku membunuh mu? " tanya Rava menyeringai. Dan itu sangat menakutkan bagi Sara.

Plak~

Rava kembali menampar Sara dan mencengkram kuat dagu nya.

"Tidak akan pernah Aku Membiarkan kau mati dengan mudah." Ucap Rava dan berlalu pergi. Menghempaskan tubuh Sara ke tanah.

Sara meringkuk di atas tanah memeluk tubuhnya sendiri. Mereka yang berlalu lalang hanya tersenyum kecut menyaksikan penderitaan Sara. Tidak akan ada yang memiliki niat baik itu membantunya.

"Kau kembali menyiksanya? " tanya Malvin.

"Akan selalu menyiksanya" balas Rava duduk di bangku kerjanya.

"Jangan sampai hal itu membuatmu lupa untuk mencari Mate mu Alpha" Peringat Malvin.

Rava hanya diam dan mulai berkutat dengan dokumen dokumen yang berisikan tentang laporan pack.

Sejujurnya Rava juga sangat ingin menemukan Mate nya, namun apalah daya moongodes belum menunjukkan pada nya siapa Luna dari Blue Moon pack.

Hari sudah sore tapi Sara masih memiliki banyak pekerjaan, semenjak Luna Melani pergi semua orang kembali menyiksanya.

"Cepat kerjakan, ini dan itu" bentak Sunah menunjuk semua pekerjaan, mulai dari mencuci piring, mengepel dan mencuci pakaian. Semua ini sudah memiliki petugasnya masing masing, namun mereka dengan seenaknya memerintah Sara untuk melakukan semuanya.

"Aku sangat lelah" batin Sara memijat betisnya yang sudah terlalu lama berdiri.

Bug!

Sebuah apel melayang tepat di kepala Sara. Janet, salah satu omega dengan sengaja melempar apel itu pada Sara.

"Kerjalah yang benar" bentak Janet melotot.

"I-iya" balas Sara kembali melanjutkan pekerjaannya.

Sudah pukul 01.30 akhirnya Sara menyelesaikan semua pekerjaannya.

"Ahhh, akhirnya selesai juga." Ujar Sara merenggangkan otot tubuhnya, kemudian dia pun bergegas menuju ke kamarnya untuk beristirahat.

Bayangkan saja, sejak siang hingga larut malam dia baru saja berhenti bekerja. Belum lagi penyiksaan yang Rava berikan kepadanya tadi.

Brak!! Brak!!

Baru saja Sara menutup mata, sudah terdengar lagi suara gebrakan keras pada pintu kamar nya.

Dengan tubuh yang sangat lelah dan mengantuk, Sara bangkit dari tidurnya dan langsung membuka kan pintu kamar.

"Heh ayo bangun, dan siapkan Sarapan" Bentak Sunah menatap tajam Sara.

"I-iy-iya" jawab Sara patuh.

Gadis itu kembali ke dapur. Baru beberapa menit rasnya dia dari dapur itu. Kini dalam keadaan mengantuk dia kembali ke sana.

Sara tak bisa fokus memasak, matanya yang berat sulit untuk ia buka.

Jam masih menunjukkan pukul 2.30 Sara sudah kembali di bangunkan. Sementara para omega lainnya masih tertidur pulas.

Prang!!!

Sara terkejut, mata nya terbuka lebar setelah tanpa sengaja menubruk sesuatu. Dia melihat siapa yang baru saja ia tubruk. Secara spontan Sara langsung menunduk takut.

"Maafkan saya Alpha" ucap

Sara dengan nada suara bergetar.

Cepat cepat Dia memungut serpihan kaca gelas yang tak sengaja ia pecahkan.

"Akhh sakit Alpha" pekik Sara sembari merintih kesakitan.

Tangannya dengan sengaja di injak Rava saat Sara memegang pecahan kaca.

Tanpa berbicara Rava langsung pergi meninggalkan Sara yang masih merintih kesakitan, tangannya berlumuran darah.

Sara membereskan semua pecahan kaca itu dan membalut lukanya dengan kain. Jika biasanya werewolf tak menunggu waktu lama untuk menyembuhkan lukanya, namun berbeda dengan Sara. Dia membutuhkan waktu 2 hari untuk menyembuhkan diri sendiri.

Seluruh anggota pack terlihat sangat sibuk, menyiapkan acara penyambutan para Hewolf dan Shewolf yang nanti malam akan memenuhi umur 17 tahun.

Sara tersenyum kecut ia merasa sedih, dia iri pada mereka yang bisa merasakan keberadaan World di dalam diri mereka di usia mereka yang ke 17 tahun. Sedangkan dirinya, jangankan berubah bentuk, merasakan adanya Wolf di dalam dirinya saja dia tidak bisa.

Sara merasa, Mood goddess memang menakdirkan dirinya untuk hidup sendirian.

"Oh moon goddess, apa yang sedang engkau rencanakan untuk ku" lirih Sara di dalam hati nya.

...----------------...

Malam pun tiba, bulan bersinar sangat terang. Para Shewolf ataupun Hewolf sudah berkumpul menantikan waktunya untuk berganti sift.

Mereka sudah tidak sabar ingin melihat seperti apa wolfnya dan sekuat apa.

Di ujung sana, Rava terlihat tegas memberikan arahan pada Anggota nya. Agar ritual dan pergantian shift mereka berjalan sesuai aturan pack.

Sara menatap lekat sang Alpha yang terlihat begitu mempesona, Sara tidak pernah bisa menolak pesona Rava. Sejahat apapun pri itu kepadanya, Sara tetap mengagumi pemimpin nya itu.

Rava menoleh ke arah Sara berdiri. Cepat cepat gadis itu langsung bersembunyi di balik pohon agar Rava tidak melihat kehadirannya.

Bukan tidak menyadari kehadirannya, Rava bahkan dapat merasakan kehadiran Sara. Karena dia merupakan Alpha King.

Rava ingin menghampiri Sara dan menyiksanya namun, niatnya harus dia lupakan karena bulan purnama semakin bersinar terang.

"Aauuuuuuu"

"Aauuuuuuu"

Para Shewolf dan Hewolf mulai melolong panjang, beberapa dari mereka telah merasakan regenerasi dalam tubuh mereka.

"Auuuuuu" Rava melolong panjang menyambut anggota nya yang sudah sebagian berganti sift dan berlari sekencang mungkin ke dalam hutan.

"Ggrrrrr"

"Grrrrr"

Sara berjalan mundur dan berlari memasuki rumahnya, ia menyadari jika situasi seperti ini sangat tidak aman untuk dirinya berada di luar. Bisa bisa ia menjadi bahan percobaan untuk mereka.

Bug!

Sara jatuh tersungkur ketika seekor serigala berwarna hitam menghantam tubuhnya.

"Grrrr" geram serigala itu menyeringai seolah pamer pada Sara.

Takut takut Sara ngesot mundur kebelakang saat serigala itu mendekat kearahnya.

"Jangan ganggu aku"

"Grrr"

"Aku tak akan mengganggu" lirih Sara ketakutan.

"Akhh!!! "

Sara menutup mata dengan kedua tangan nya. Menunggu serigala itu melompat kearahnya.

Beberapa menit kemudian kebingungan, dia tidak merasakan apapun, Sara membuka matanya, dia merasa penasaran dengan serigala tadi akan menyerangnya.

"Kemana serigala itu" ujarnya celingak celinguk. Namun serigala hitam itu tidak terlihat lagi.

"Sebaiknya aku pergi!" gumam Sara segera bangkit dan berlalu masuk ke dalam kamar kecil nya.

"Kau menakuti nya" Teriak Arvie di dalam diri Rava.

"Memangnya jika di takut kenapa? " balas Rava kesal. Serigalanya selalu saja membela gadis pengkhianat itu.

"Kau tidak boleh seperti itu kepadanya" peringat Arvi, Rava tidak membalas, dia memutuskan midlink nya, Karena bosan mendengar celotehan serigala bucin itu.

Arvi hanya diam dan melihat saja, ia menunggu waktu dimana Rava akan menyesal.

"Jangan duduk saja sialan, cepat carilah Mate ku"

"Hei itu mate ku juga" serga Arva kesal.

"terserah kau saja yang terpenting kamu menemukannya. "

Kembali Rava memutuskan midlink nya.

"Sara"

Merasa namanya di panggi Sara celingak celinguk mencari sumber suara.

"Hei, aku disini, di dalam tubuh mu." Sapa Sari dari dalam fikiran Sara.

"Apa kau Wolf ku? "

"Yah aku wolf mu, Sari" jawab Sari penuh semangat, ini adalah pertemuan pertama mereka.

"Maaf jika aku baru hadir"

"Tidak apa apa, yang penting sekarang kau bersama ku" jawab Sara tersenyum haru. Dia tidak menyangka akhirnya dia memiliki seorang teman.

"Terimakasih moon goddess, kau telah menghadirkan Sari bersama ku" puji syukur Sara.

...🍀🍀🍀TBC🍀🍀🍀...

3

Rava baru saja tiba di perbatasan pack. Semua Warior termasuk Gamma dan Beta menunduk hormat pada Alpha King.

"Bagaimana keadaan perbatasan? " tanya Rava.

"Semuanya aman Alpha, sama seperti biasanya tak ada rogue yang mampu masuk ke wilayah kita. " Jelas Rian.

"Bagus."

Rava berlalu pergi, meninggalkan perbatasan.

"Pack selalu aman Rav, mulai lah untuk mencari mate kita" desak Arvie di dalam pikiran Rava.

Rava tidak menjawab ia terus berlari membela hutan belantara.

Langkah kaki nya terhenti, Rava menajamkan penciuman nya. Aroma lavender campuran strawberry yang menyegarkan masuk ke dalam Indra penciuman nya.

"Mate!! Mate!! " teriak Arvie melompat lompat kegirangan.

"Tenang lah Ar, kau membuat Aku tidak fokus! " geram Rafa.

"Cepat cari dia!!! Mate!! " desak Arvie kegirangan. Dia berusaha mengambil alih tubuh Rava, terlihat dari mata Rava yang berubah ubah.

"Itu Mate kita!! " tunjuk Arvie.

Mata Rava menangkap sosok gadis yang tengah membersihkan taman belakang pack.

Tubuh gadis itu menegang, seperti nya dia juga merasakan kehadiran mate nya.

Saat berbalik, Sara terkejut melihat kehadiran Rava di belakang nya.

"Aa-Alpha" sapa Sara ketakutan.

Sementara yang di panggil hanya diam saja, pria itu tidak menyangka. Mate nya adalah wanita yang selama ini dia siksa.

"Kemarilah Mate" panggil Arvie.

Sara terkejut, mendongak menatap wajah Rava. Dari suaranya yang terdengar serak. Sara tahu dia bukanlah Rava, tapi adalah Arvie. Serigala gagah milik Rava.

Takut takut Sara mulai mendekat, menatap mata Arvie yang kehijauan.

"Mate kita Sara" gumam Sari girang.

"Mate!! Mate!!, auuuuuuuuuuuuu. " Sara memejamkan matanya menahan ngilu di kepalanya akibat dari lolongan keras dari Sari.

Plak~

"Jangan mimpi kau akan menjadi Mate ku!! " bentak Rava berhasil mengambil alih tubuhnya.

Sara tersungkur di tanah, tamparan tiba-tiba dari Rava membuatnya terkejut.

"Aa-Alpha" lirih Sara.

"Sara, ada apa dengan mate kita? " tanya Sari sedih, ia mampu merasakan sakitnya tamparan dari seorang Mate yang seharusnya bersikap lembut penuh kasih sayang.

Namun, apa yang Rava lakukan. Dia memperlakukan mereka dengan sangat kasar.

"Enyahlah dari hadapan ku! " titah Rava dingin.

"Berani sekali kau berkata seperti itu pada Mate mu sendiri!! " Balas Sari dingin.

Dia berdiri tepat di hadapan Rava, menatap tajam padanya. Ini tentu bukan sifat Sara yang selalu menunduk dan takut. Dia adalah Sari, wolf yang jauh lebih pemberani dan kuat.

"Kau? "

"Iya, Aku, Sari. Wolf nya. Mate mu! " jawab Sari bangga.

"Kau tak bisa mengelak jika kami adalah Mate mu!! semua telah di atur oleh MOONGODES!! "

"Cih, apa kau yakin? " decak Rava tersenyum miring.

Sari mundur beberapa langkah ketika Rava terus melangkah maju mendekatinya. Rasa takut menyelimuti hatinya, namun berusaha Dia tutupi.

"Kau tidak boleh menyakiti Mate mu" Seru Sari mengingatkan.

"Siapa bilang? bukankah Mate itu miliki kita? " Ucap Rava balik bertanya. Dia menyeringai, membuat Sari merinding ketakutan.

"Tentu saja. " Seru Sari. Dia masih melangkah mundur.

"Bagus, jadi Aku bisa bebas melakukan apa saja pada Mate ku! "

"Akhh!! "

Sari meringis menahan sakit di lehernya. Rava mencengkram kuat leher Sara.

"Kau bisa membunuh nya!! " bentak Arvie tak terima Matanya di sakiti. Sebisa mungkin ia berusaha mengambil alih tubuh Rava, namun tetap tidak bisa Rava menahannya dengan sangat kuat.

"Hentikan bodoh! " maki Arvie.

Wajah Sara sudah merah padam, nafasnya mulai tercekat. Dengan mengumpulkan sisa tenaganya, Sara merapalkan beberapa mantra yang tiba tiba melintas di benaknya. Setelah itu dia berteriak kuat.

"Jangan sakiti aku!! "

Tubuh Rava terpental jauh, dia tidak menyangka kekuatan Sara sekuat itu.

Sara menghirup udara sebanyak mungkin, hampir saja dia kehilangan nyawanya.

Melihat Rava yang terpental jauh, Sara menatap kedua telapak tangannya. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lakukan.

"Maaf kan aku, maaf kan aku Alpha" ucap Sara ketakutan dan berlari pergi dari sana.

"Wah, Mate ku ternyata luar biasa." Decak kagum Arvie.

Sedangkan Rava terdiam sembari memegangi perutnya, dia juga tidak bisa mempercayai apa yang baru saja di lakukan oleh wanita lemah yang bahkan tak bisa berganti shift itu.

"Kau lihat itu, Mate ku sungguh kuat! "

"Dia bukan Mate ku"

"Kau gila, dia itu Mate kita yang di karuniai MOONGODNES" tutur Arvie. Rava tidak merespon.

"Sari, apa kau lihat tadi. Aku tidak tahu apa yang membuat ku merasa begitu kuat! " ucap Sara menatap kedua tangannya.

"Aku yakin Sara, kita memiliki sesuatu yang luar biasa. "

"Aku tidak yakin" balas Sara menghela nafas berat, ia tak ingin terlalu berharap.

"Kenapa?, kau harus yakin Sara. " ujar Sari meyakinkan Sara akan kekuatan yang mereka miliki.

"Kau tahu, kita adalah wolf yang paling lemah di pack ini. Bahkan yang paling rendah, aku tak ingin terlalu berharap. " jelas Sara panjang lebar.

"Sebenarnya apa yang terjadi, mengapa kita di perlakukan seperti ini? " tanya Sari.

"Entahlah" balas Sara pasrah. "Aku juga tidak tahu apa yang terjadi dan mengapa semua orang membenciku. "

"Bahkan Mate kita tak menginginkan kehadiran kita" sambung Sara.

Sara menatap sungai yang terletak di perbatasan antara dunia manusia dan pack.

"Siapa kau? " tanya Sara berbalik merasakan kehadiran seseorang, sejak kemunculan Wolf nya Sara menjadi lebih peka.

"Maafkan aku Luna" sesal Malvin.

Sara melotot mendengar panggilan Malvin untuk nya. "Apa maksud mu? "

"Aku tidak sengaja menyaksikan pertengkaran mu dengan Alpha. " Jelas Malvin yang di balas anggukan pelan dari Sara.

"Jangan panggil aku seperti itu, aku tidak pantas untuk itu"

"Tidak, walau bagaimana pun kau tetaplah Luna pack ini. " Sanggah Malvin. Ia sudah bersumpah pada dirinya untuk selalu memperjuangkan siapapun Luna pack ini.

"Tidak, aku tidak pantas. Aku mohon agar kau menyimpan semua rahasia ini" tutur Sara kemudian berlalu pergi.

"Kau harus bertahan, aku yakin Moongodnes memberikan yang terbaik untuk kawanan kita" teriak Malvin yang ia yakin dapat di dengar Sara meski telah jauh.

"Kau pasti bisa" lirih Malvin menatap punggung Sara.

"Aku yakin dia gadis yang luar biasa" ucap Jerk Wolf Malvin.

"Yah, aku juga berfikir begitu" balas Malvin.

Sara kembali bekerja seperti biasanya, berusaha mengalihkan fikiran nya yang terus saja ingin menghampiri setiap kali melihat atau merasakan kehadiran Rava.

Ikatan pasangan Mate memang sangatlah kuat, Sara kesulitan untuk menahan dirinya. Namun ia tak ingin di sakiti Rava lagi, lebih baik ia menghindar dari pada terus merasakan sakit dari batin hingga jasmaninya.

"Ini, Sunah menyuruh mu untuk membersihkan ruangan Alpha" ucap Janet memberikan sapu pada Sara.

"Ba-baiklah" Sara menunduk berlalu menuju kamar Rava.

"Masuk saja" ujar Sari,

"Aku takut jika dia ada di dalam" balas Sara ragu ragu, ia hanya berdiri menatap pintu besar kamar Rava.

"Maaf Alpha, aku di tugaskan untuk membersihkan kamar anda" ucap Sara menunduk ketika mendali Rava sedang duduk di sofa kamarnya. Tanpa berbicara Rava beranjak keluar.

Sara bernafas lega melihat kepergian Rava, ia bisa membersihkan ruangan ini tanpa rasa takut.

"Malangnya nasib kita" keluh Sari sedih.

"Tenanglah, aku yakin Moongodnes merencanakan sesuatu yang indah untuk kita"

"Hei itu perkataan ku" hardik Sari tak terima, sementara Sara hanya terkekeh pelan.

waktu pun berlalu, akhirnya Sara selesai membersihkan kamar sang Alpha.

Glek!

Sara menegang ketika ingin keluar mendapati Rava berdiri di depan pintu ingin masuk ke kamarnya.

"Maaf Alpha" lirih Sara menunduk dan menggeser tubuhnya memberi jalan.

"Dia sangat menggemaskan" puji Arvie tersenyum menatap Sara.

"Apanya yang lucu, gadis pembawa sial seperti nya tak memiliki daya tarik sedikit pun"

"Jangan menghina Mate ku! " hardik Arvie.

"Dia bukan Mate kita!! "

"Bukan Mate mu, tapi Mate ku!! " balas Arvie tak mau kalah.

Sara telah keluar dari kamar Rava, berjalan cepat menuju kamarnya. Ia tak tahan lagi, jika terus terusan berada di sekitar Rava maka ia tak bisa menjamin bisa menahan diri untuk tak berlari kearah Mate yang tak menginginkannya.

...🍀🍀🍀TBC🍀🍀🍀...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!