Di jalanan yang ramai dan banyak sekali kendaraan hingga membuat jalanan tersebut terlihat macet, namun ada satu mobil yang melintas dengan begitu cepat. Dia tidak peduli jika dia melintas di jalan darurat karena baginya itu sama saja dengan jalan pada umumnya, banyak pasang klakson yang tidak senang dengan keberadaan mobil tersebut.
"Apakah dia gila? melewati jalur darurat dengan begitu santainya?" Heran salah satu supir yang melihatnya.
"Apa kau tidak lihat plat dari mobil itu? siapa yang berani mengganggunya?" Balas temannya dengan menggelengkan kepalanya.
"Pantas saja......."
Sedangkan, di dalam mobil lainnya nampak seorang laki-laki yang tengah menatap lurus mobil tersebut yang melaju dengan kecepatan tinggi. Dia melirik jam tangannya dan terus menerus mendecak kesal.
"Tuan? sepertinya itu mobil nona Valerie, tunangan anda." Balas laki-laki yang tengah memegang stir mobil itu.
"....." Laki-laki yang di panggil tuan itu nampak tak peduli sedikitpun, bagaimana bisa dia memiliki tunangan sejak kecil dan sampai detik ini dia belum pernah melihatnya sekalipun?
Foto? ya, dia pernah melihatnya dan wanita tersebut nampak cantik memang. Namun, apakah foto tersebut asli? entahlah, bukankah jaman sekarang banyak sekali aplikasi untuk membuat foto terlihat cantik dan tidak sesuai dengan yang aslinya.
Sosok laki-laki tampan dengan garis wajah yang tegas, dia terlihat sempurna di lihat dari sudut pandang manapun. Selain itu, sosok laki-laki tersebut sangatlah terkenal karena kemampuannya yang tidak bisa di ragukan kembali dalam dunia bisnis, kekayaan nomor satu di beberapa negara membuatnya begitu di puja oleh hampir 99,9% wanita di dunia ini.
Mungkin, hanya ada 1% yang tidak menyukainya, dia adalah tunangannya sendiri. Entah bagaimana pun, wanita tersebut enggan sekali mengakui statusnya itu.
"Valerie!!!!" Panggil seseorang dengan begitu lantang.
Valerie yang merasa namanya di panggil langsung menolehkan kepalanya ke arah sumber suara, terlihat sosok laki-laki dewasa yang tengah menatapnya tajam. Valerie yang melihat itu langsung menunjukkan cengiran nya saja dan segera menghampiri laki-laki paruh baya itu.
"Ayah? kenapa kau tampan sekali hari ini? oh apakah ayah mencukur kumis lagi hari ini? sepertinya ada satu bulu yang nampak tumbuh cepat, dia terlihat panjang seorang diri." Ucap Valerie dengan meneliti kumis sang Ayah yang langsung menepis tangan sang putri semata wayangnya itu.
"Jangan membohongi Ayah!! apa kau berbuat ulah lagi pagi ini?" Tanya nya dengan sorot mata yang tajam.
"Oh ayolahhhh Ayah....... Apa Ayah tidak merindukan putri semata wayang mu ini? aku baru saja kembali dari LA, seharusnya Ayah memeluk dan mencium ku. Bukannya memarahi ku seperti ini, apakah Ayah sudah tidak menyayangi ku lagi?" Cemberut Valerie yang langsung membuat raut wajah sang Ayah berubah seketika, detik berikutnya laki-laki paruh baya itu memeluk dan mencium kening sang anak yang nampak tersenyum miring. Caranya memang selalu ampuh!!
"Istirahat lah dulu di ruangan Ayah, setelah itu kita pergi cari makan siang. Ada sesuatu yang ingin Ayah sampaikan kepadamu." Lembut sang Ayah dengan mengelus rambut panjang Valerie.
"Baik Ayah..." Angguk Valerie yang masuk kedalam gedung pencakar langit itu.
Para pegawai yang melihat sosok wanita cantik yang nampak seperti Barbie di dunia nyata ini membuat mereka langsung menatapnya dengan tatapan yang penuh dengan pujaan, mereka menghormati Valerie sama seperti mereka menghormati sang Ayah. Mereka tahu, bahwa Valerie merupakan pewaris dari perusahaan Caesillia'company, karena hanya Valerie lah putri satu-satunya dari keluarga terpandang ini.
Sejak meninggalnya sang Ibu di usianya yang baru menginjak 13 tahun, Valerie memilih untuk pergi ke LA. Di mana, negara tersebut merupakan negara yang di tinggali oleh sang nenek dan kakeknya yang masih hidup, Valerie tinggal disana karena ingin menenangkan dirinya.
Namun, setelah di pikir-pikir. Nampaknya tidak terluka tidak hanya dirinya, melainkan sang Ayah juga yang nyatanya jauh lebih terluka dari pada dia sendiri. Hingga akhirnya, setelah Valerie berusaha 20 tahun dan dia sudah lulus S1 barulah dia kembali ke sisi sang Ayah, selain untuk menemaninya, Valerie juga ingin melihat tunangannya itu secara langsung. Jika saja ini bukan amanat dari Ibunya, mungkin Valerie sudah menolaknya mentah-mentah sejak dulu.
Namun, Valerie tidak bisa melakukan apapun. Karena hanya itulah permintaan Ibunya selama ia hidup, apakah Valerie akan menolaknya? tentu saja tidak, meskipun dia amat sangat terpaksa namun hanya inilah cara satu-satunya untuk menunjukkan bahwa dia bisa menuruti keinginan terkahir sang Ibundanya.
"Jackson Cristopher Bryon...... Laki-laki berusia 30 tahun dengan kemampuan yang luar biasa sehingga bisa menduduki posisi teratas dari ribuan pembisnis yang ada di dunia, kekayaannya tidak ada yang bisa menandingi, dia juga tidak pernah memiliki satu wanita manapun karena jika dekat dengan wanita lain maka dia akan muntah?? apakah masuk akal???" Heran Valerie setelah membaca artikel tentang tunangannya itu.
"Dia juga sudah mengumumkan pada media mengenai tunangannya, namun tidak ada yang tahu siapa wanita tersebut? hahaa kau memang cerdas bro, aku suka ini...." Senang Valerie karena ternyata hubungannya masih di rahasiakan.
"Namun, banyak asumsi yang mengatakan bahwa tunangan dari sosok milyader ini ialah putri tunggal dari salah satu milyader yang sedang melangsungkan pendidikannya di luar negeri......" Valerie mengeryit, nampaknya itu bukanlah hal besar karena banyak putri tunggal dari keluarga kaya, tidak hanya dirinya bukan? dan lagi, untuk pendidikan... apakah hanya dirinya? karena hampir semua anak perempuan yang lahir dari keluarga kaya akan tinggal dengan orang tuanya, mereka tidak diizinkan untuk pergi jauh.
"Aku tidak peduli, selagi identitas ku aman ya... Terserah apa kata mereka." Santainya dengan memakan cemilan yang tersedia di ruangan Ayahnya yang nampak luas dan besar ini.
••••
Kini, Valerie duduk di hadapan sang Ayah yang nampak serius menatapnya. Valerie nampak heran, ada apa ini? karena di samping sang Ayah ada pengacara juga.
"Valerie, pasti kau merasa heran kenapa Ayah membawa pengacara kesini."
"....." Valerie hanya mengangguk pelan, dia rasa ada sesuatu yang aneh dengan Ayahnya.
"Apa kau menyayangi Ayah nak?" Tanya nya lagi dengan serius.
"Tentu saja, kenapa Ayah sangat aneh hari ini?" Heran Valerie dengan menatap raut wajah Ayahnya yang nampak lelah itu.
"Kau tahu bukan bahwa usia Ayah sudah tidak muda lagi, Ayah ingin istirahat. Ayah ingin melihat rumah ibu mu, Ayah juga ingin seperti teman-teman Ayah yang sibuk berkebun dan memancing." Jelasnya dengan tersenyum kecil.
"Tunggu, apa maksud Ayah?" Heran Valerie dengan perasaan anehnya.
"Ayah sudah mendiskusikan hal ini dengan keluarga Tunangan mu bahwa kau akan tinggal dengan Jackson untuk mengurus perusahaan Ayah, tenang saja. Kau bisa meminta bantuan kepadanya....."
"AYAH!!!!!!!"
Terlihat apartemen mewah yang menjulang begitu tinggi, di lihat dari manapun itu adalah apartemen paling mewah yang anda di antara apartemen lainnya.
Berdiri sosok wanita cantik dengan raut wajah yang penuh dengan tekuk kan, terlihat dengan jelas bahwa dia tidak menyukainya.
Koper besar dengan beberapa pelayannya yang ikut serta untuk membantu sang nona pindah rumah, ini memang bukan hal yang mengejutkan untuk mereka karena cepat atau lambat nona nya itu akan segera menikah juga.
"Selamat datang nona, apakah anda ingin mengambil kamar VIP?" Sapa sang resepsionis dengan tersenyum ramah.
Dengan malas, Valerie menunjukkan kartu identitasnya yang memperlihatkan semua tentangnya. Sontak saja para resepsionis itu langsung terkejut dan segera membantu barang bawa Valerie, siapa yang tidak mengenal sosoknya itu.
Apartemen tersebut milik tunangannya, dan beberapa waktu lalu sekertaris pemilik apartemen itu memberitahu semua pegawai apartemen untuk menyambut kedatangan tunangan tuannya.
VALERIE CAESILLIAS SACHI
Dengan kedatangan Valerie, semua akses di tutup. Hal tersebut agar tidak membuat Valerie merasa tak nyaman sehingga orang-orang yang berada di kamarnya tidak diizinkan untuk keluar, selain menjaga keamanannya, mereka juga tahu untuk merahasiakan hal tersebut.
"Nona, ini adalah ruangan pribadi tuan Jackson, silahkan masuk. Semua keperluan anda sudah di urus dan seharusnya anda tidak perlu membawa banyak barang." Ucap mereka dengan menundukkan kepalanya.
"Kau melarang ku untuk membawa barang peninggalan ibu ku? apakah ada peraturan seperti ini disini?" Kesal Valerie, sikap angkuh dan sombongnya membuat mereka tak heran lagi. Karena itu merupakan julukan untuk nya di setiap orang yang pernah berinteraksi dengannya.
"B-bukan seperti itu nona, kami tidak berani. Tolong maafkan kesalahan kami....." Tunduk mereka yang membuat Valerie berdecak kesal, tanpa mengucapkan sepatah katapun Valerie langsung masuk kedalam ruangan milik Jackson yang terlihat sangat mewah dan hampir semuanya bernuansa hitam.
"Sangat menyebalkan!" Kesal Valerie dengan duduk di sofa dan segera memainkan ponselnya, Valerie langsung mengirimkan fotonya pada sang Ayah bahwa dirinya sudah tiba di kediaman milik Jackson.
••••
"Tuan, apakah anda tidak ingin menemui nona Valerie? ini sudah waktunya jam makan malam." Ucap Roger yang merupakan sekertaris Jackson.
"Apa kau lihat peduli padanya?" Balas Jackson dengan datar.
"B-bukan seperti itu tuan, tapi bagaimana pun juga nona Valerie adalah tunangan anda. Sebaiknya anda bertemu untuk menyapanya terlebih dahulu..." Nasihat Roger yang membuat Jackson menutup laptopnya dan segera menatap Roger seperti harimau yang akan memakan mangsanya.
"Baiklah, ini sudah larut malam. Saya harus kembali pulang, sampai jumpa tuan....." Roger langsung lari terbirit-birit, dia sudah tahu bahwa saat ini Jackson pasti sedang marah besar padanya.
Untuk Jackson sendiri, dia mendecak kesal dan segera membuka laptopnya kembali. Entah ada dorongan dari mana, Jackson membuka cctv yang ada di dalam apartemennya. Mata Jackson mengeryit heran setelah melihat pantulan diri dari sosok tunangannya itu yang kini sedang duduk berbaring di sofa ruang tamu dengan baju tidur yang lumayan tipis.
Selain itu, Jackson juga melihat Valerie yang terus tertawa terbahak-bahak karena melihat sesuatu yang ada di dalam ponselnya.
"Ukhukk.....!!"
Jackson langsung terbatuk-batuk saat melihat Valerie yang sadar akan kamera cctv, namun bukan itu yang membuat Jackson terkejut. Melainkan karena melihat Valerie yang tengah mengacungkan jari tengahnya dengan ekspresi yang penuh dengan ejekan.
Ini pertama kalinya ada wanita yang bertingkah seperti itu terhadapnya, terlebih dia adalah tunangannya sendiri.
"Apakah dia gila?" Heran Jackson dengan mematikan laptopnya.
Dia merebahkan kepalanya di sandaran sofa dengan mata yang terpejam lelah, apakah dia harus pulang? namun, jika dia pulang.... dia enggan bertemu dengan Valerie. Akan tetapi, jika dia tidak pulang maka dia tidak akan bisa menyampaikan amanat yang di berikan oleh Ayahnya Valerie untuk mengajarinya di perusahaan.
Hingga akhirnya, setelah berfikir cukup lama. Akhirnya Jackson memutuskan untuk pulang ke apartemen, dia segera mengambil kunci mobilnya dan juga jasnya.
Karena hari sudah mulai malam, jalanan terlihat sangat sepi dan gelap. Jackson mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga ia berhenti di parkiran khusus untuknya.
Dia berjalan dengan begitu tegasnya, semua orang yang melihat sosoknya langsung menundukkan kepalanya karena entah bagaimana, Jackson memiliki aura tersendiri sebagai seorang pemimpin. Hal itu membuatnya di pandang dan di hormati dengan begitu luar biasa.
"Tuan...." Sapa para pelayan laki-laki, tak ada satupun pelayan wanita di sisi Jackson. Hal itu karena Jackson malas meminum obat anehnya, entah kenapa dia bisa memiliki penyakit seaneh itu.
Melihat keadaan apartemen yang sudah gelap, membuat Jackson berfikir bahwa Valerie mungkin sudah tidur, dan lagi sekarang juga sudah hampir dini hari.
Entah lupa atau bagaimana, Jackson justru malah berjalan keruangan tempat tidur milik Valerie yang notabenenya ada di samping kamarnya. Disana Jackson melihat sosok wanita cantik yang sedang tertidur dengan jendela yang terbuka lebar, wajah cantiknya menarik perhatian Jackson untuk semakin mendekat.
Hingga akhirnya, Jackson berdiri di samping Valerie yang sedang tertidur pulas di atas ranjang.
"Gaya tidur yang aneh..." Gumam Jackson karena melihat gaya tidur Valerie yang terlihat seperti benang kusut.
••••
Matahari pagi mulai muncul dengan seiringnya waktu, Valerie yang baru saja terbangun merasa aneh dengan suasana kamar tidurnya yang baru pertama kali ini ia tempati.
"Hmm... Aku lupa kalo aku sudah di buang oleh Ayah." Gumam Valerie dengan menggaruk rambutnya yang terlihat begitu kusut, tak lupa dia juga sedang menguap sehingga sosoknya terlihat seperti pengemis jalanan.
"Apa kau sudah bangun?" Tanya seseorang yang membuat Valerie langsung melotot kan matanya, di depannya terlihat sosok laki-laki tampan yang hanya memakai kaos hitam pendek dengan celana berbahan kain halus pendek tengah menatapnya datar.
"Dia memang tampan seperti yang di rumorkan." Gumam Valerie tanpa sadar.
"Hmm ya." Angguk Valerie dengan segera bangkit dari tempat duduknya dan hendak menghampiri Jackson yang saat itu juga langsung menyodorkan kayu panjangnya.
"Jaga jarak dua meter!" Tegasnya yang membuat Valerie mengangguk paham, dia lupa bahwa laki-laki di depannya enggan sekali berdekatan dengan wanita.
"Kenapa kau disini?" Heran Valerie yang nampak duduk manis di atas ranjangnya, tampangnya yang seperti orang bodoh membuat Jackson sedikit kesal.
"Apa aku tidak boleh berada di rumahku sendiri?" Tanya Jackson dengan penuh penekanan.
"Aku tahu ini rumahmu, dan lagi aku juga tidak mengakui rumah ini. Aku hanya bertanya, kenapa kau ada di kamarku? apa kau mau berbuat yang tidak senonoh padaku?!!" Panik Valerie yang langsung melindungi tubuhnya dengan selimut.
Jackson yang melihat itu menggeram tak senang, kenapa wanita di depannya terus saja membuatnya emosi?
"Cepat pergi mandi setelah itu temui aku di ruang makan!"
Valerie yang mendapatkan bentakan dari Jackson langsung cemberut, dengan cepat dia segera bergegas pergi ke kamar mandi. Semua kebutuhannya sudah tersedia disana, tanpa ada satupun yang kurang.
Pagi ini, Valerie memilih rok span pendek berwarna putih dengan tangtop putihnya yang di padukan dengan blazer yang memiliki warna senada. Tak lupa high'heels nya juga yang berwarna putih, rambut panjangnya ia biarkan tergerai indah.
Valerie juga memakai perhiasan yang membuatnya terlihat semakin cantik dan memukau, di lihat dari manapun Valerie memang memiliki aura yang mahal.
Dengan langkah yang pasti, Valerie menghampiri Jackson yang sedang duduk di kursi yang ada di ruang makan, di hadapannya tersaji roti dan juga susu.
"Untukku mana?" Tanya Valerie dengan tampang yang kasihan, seperti anak kucing yang minta di beri makan.
Jackson sontak langsung menatap kearahnya, Jackson sedikit terpukau dengan sosok Valerie yang terlihat cantik alami.
"Benar-benar menyebalkan." Cemberutnya dengan mengambil roti yang ada di hadapan Jackson, namun tanpa sengaja Valerie justru malah menyentuh tangan Jackson hingga membuat Jackson tersentak dan langsung bangkit dari tempat duduknya.
Wajah Jackson terlihat marah, namun Valerie sendiri justru malah menatapnya dengan tatapan yang penuh dengan penasaran.
"Kenapa? aku tidak mengambil milikmu." Ucap Valerie tanpa dosa, dia segera mengoleskan rotinya dengan selai stroberi.
Jackson terdiam, kenapa dia tidak mual? di tatapnya Valerie berkali-kali. Terlihat biasa saja dan fokus pada makanannya, namun detik berikutnya Jackson melotot kan matanya saat melihat Valerie dengan santainya meminum susu yang ada di gelas miliknya.
"Aku keselek Ukhukk Ukhukk Ukhukk...." Jujur Valerie hingga meneguk habis susu milik Jackson.
"Apa kau tidak memiliki et...."
"Sudah, jangan berisik. Aku harus pergi ke kantor untuk pertama kalinya...." Potong Valerie yang segera bersiap.
"Tidak, sebelum kau mengambil alih perusahaan ayahmu kau harus bekerja di perusahaan ku terlebih dahulu." Tegas Jackson.
"WHAT?" Kaget Valerie.
"Ayahmu sudah setuju, meskipun kau sudah pintar dalam perusahaan namun kau belum pernah terjun langsung ke lapangan. Terlebih, kau juga belum memiliki pengalaman yang cukup untuk bisa duduk di kursi ayahmu." Jelas Jackson dengan menatap Valerie yang nampak terdiam.
"Apakah aku bekerja sebagai sekertaris mu?" Tanya Valerie memastikan.
"Tidak, kau akan bekerja sebagai karyawan biasa dengan identitas yang tersembunyi." Ucap Jackson yang lagi-lagi membuat Valerie melotot kan matanya.
Dengan cepat Valerie mendekati Jackson dan memegang kedua tangannya, ekspresinya benar-benar menyedihkan.
"Aku tidak mau jadi karyawan biasa, oh ayolah...... jangan menyiksa ku seperti ini Jack!!! aku tahu kau tidak menyukaiku tap...." Rengek Valerie yang mendapat dorongan dari Jackson.
"Ini semua sudah menjadi kesepakatan antara aku dan ayahmu! cepat bersiap." Tegas Jackson yang pergi begitu saja.
Valerie menendang kursi yang sebelumnya di duduki oleh Jackson hingga membuat kakinya sakit.
"Sial!"
Valerie berjalan dengan ekspresi yang benar-benar buruk, dia melirik jam tangannya dan segera pergi ke parkiran. Disana dia tidak melihat mobil sport keluaran terbarunya, tapi hanya ada mobil biasa dan itupun terlihat biasa saja untuk sosok dirinya yang nampak mewah.
"Nona, tuan bilang nona tidak di perbolehkan memakai perhiasan yang terlalu mencolok dan.... di larang juga memakai pakaian yang branded." Ucap seorang wanita yang akan menjadi pelayan Valerie mulai sekarang.
"APAAAAA? APA DIA GILA?" Kaget Valerie dengan suara yang begitu lantang.
Untuk Jackson sendiri, dia tersenyum miring saat melihat kemarahan Valerie. Namun detik berikutnya senyum tersebut langsung hilang begitu saja dan tergantikan oleh ekspresi yang datar.
"Tuan?" Panggil Roger dengan khawatir.
"Atur jadwal pertemuan dengan dokter pribadiku." Ucap Jackson.
"Baik tuan."
••••
"Halo ayah? ayah..... kau tahu? laki-laki sialan itu justru malah menyiksaku disini, aku tidak suk....."
"Halo? nak? apa yang kau katakan? ayah tidak bisa mendengarnya sayang, saat ini ayah sedang memancing di danau. Sepertinya tidak ada sinyal, selamat tinggal. Selamat bersenang-senang...."
"Halo?"
"Halo ayah?"
"Ayah??"
"HAISHHHHH!!!!!!"
Valerie memukul stir mobil dengan kesal, dia tahu bahwa ayahnya hanya berpura-pura. Namun tetap saja, dia merasa sangat kesal dan ingin sekali mencabik-cabik seseorang.
Karena tidak ada pilihan lain, akhirnya Valerie keluar dari dalam mobil dan segera melangkahkan kakinya menuju perusahaan besar yang tertulis dengan jelas C'Bryon Company.
Semua orang nampak menatap Valerie dengan tatapan yang berbeda-beda, pasalnya saat ini Valerie hanya memakai rok selutut berwarna hitam, dengan kemeja yang berwarna merah. Rambutnya ia ikat tinggi, tak lupa sepatu pantofel biasa.
Mungkin mereka semua terkejut dengan penampilan Valerie yang tidak cocok berada disana, karena bagaimanapun juga orang yang bekerja disana sangatlah memperhatikan penampilan dan hampir dari mereka semua memakai pakaian yang branded.
Bahkan, untuk cleaning servis maupun OB pun tidak seburuk penampilan Valerie, terlebih Valerie juga memakai kacamata karena takut identitasnya diketahui.
"Nona Sachi?" Sapa resepsionis pada Valerie.
Valerie terdiam, sebelum akhirnya mengangguk. Itu adalah nama belakangnya, Sachi.
"Anda langsung saja naik ke lantai 2, disana khusus untuk karyawan kelas bawah." Ucap mereka dengan sedikit tersenyum penuh ejekan.
"Baik, terimakasih." Balas Valerie dengan mengepalkan tangannya.
Saat Valerie hendak melangkahkan kakinya, dia di kejutkan dengan para pegawai yang mendadak berbaris rapih.
"Heh anak bodoh! cepat berbaris, tuan sudah sampai di depan." Bentak seorang wanita yang lebih cocok berada di klub malam dari pada berada di perusahaan besar seperti ini.
Valerie tidak bergeming, dia memilih untuk segera pergi dari sana. Dia tidak ingin melihat wajah Jackson yang menurutnya sangat menyebalkan itu, jika Valerie melihatnya, Valerie takut jika dia tidak bisa mengontrol emosi nya. Bukankah lebih bahaya jika Valerie mengeluarkan amarahnya di hadapan mereka semua?Yang ada, Valerie akan di sebut gila oleh mereka.
"Hhhh lelahnya....." Keluh Valerie dengan duduk di kursi kerjanya.
Disana nampak orang-orang yang memperhatikannya, mereka semua memiliki penampilan yang terlihat biasa namun bisa Valerie yakini bahwa mereka memiliki otak yang luar biasa karena hampir semua yang ada di ruangan tersebut memakai kacamata minus.
"Hai, aku Sachi." Sapa Valerie dengan menundukkan kepalanya.
"Ahh Sachi, perkenalkan aku Ian. Lebih tepatnya Adrian." Ucap seorang laki-laki dengan begitu antusias, dia terlihat manis dan tampan.
"Aku Julian, temannya Ian." Tambah seorang laki-laki yang nampak ceria.
"Baik." Senyum Valerie dengan menatap mereka berdua yang terlihat menerimanya, karena yang lainnya memilih untuk tidak peduli sama sekali dengan kehadirannya disana.
"Siang nanti, bagaimana kalau kita makan bersama? kami akan memperkenalkan lingkungan disini, mau kan?" Tanya Julian dengan penuh harap.
"Hmm... Baiklah." Angguk Valerie dengan tersenyum kecil.
"Okee, aku akan memperkenalkan mu pada teman kami juga. Dia berada di lantai 3, dia jauh lebih cerdas dari kami berdua. Tapi tenang saja, dia sangat baik dan ramah juga." Jelas Ian.
"Tentu."
Valerie sendiri kenapa dia bisa menerimanya begitu saja? padahal, dulu dia tidak pernah memiliki teman. Karena setiap dia berteman, mereka selalu mengkhianatinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!