"Jo cepat!" Teriak Gibson. Mendengar teriakkan yang menggelegar, Jojo berlari dengan tergopoh-gopoh, menghampiri ayah mertuanya yang akan berangkat bekerja.
Jonathan Wiston, adalah menantu di keluarga Gibson Wiguna. Namun sayangnya Jojo tak pernah di anggap sebagai menantu dalam keluarga Gibson. Keberadaannya di dalam rumah Gibson hanya semata-mata sebagai seorang sopir.
Jojo bertahan menjadi menantu keluarga Gibson, semata-mata hanya karena sang istri yaitu Zizi yang selalu menghormati dirinya sebagai suaminya, hanya saja Zizi tak berdaya untuk karena seluruh keluarga Gibson tak menganggap Jojo sebagai seorang menantu.
Namun hal tersebut tak memudarkan cinta Jojo pada Zizi, Jojo rela melakukan apa saja bahkan dirinya di hina pun Jojo tak pernah melawan.
"Ma-maaf pa. Aku ke toilet sebentar tadi. Perutku terlalu mulas, tidak bisa di tahan lagi," ucap Jojo sambil memegang perutnya.
"Selalu saja beralasan. Cepat buka pintunya dan antar ke kantor!" titah Gibson dan Jojo pun bergegas membukakan pintu mobil dan mempersilahkan ayah mertuanya untuk masuk.
"Bagaimana bisa putriku bisa cinta mati dengan pria lamban seperti kamu. Cepat antar ke kantor dan jangan biarkan klien menunggu." Titah Gibson sambil masuk ke dalam mobil.
"Baik pa."
Seperti biasa, setiap pagi Jojo akan mengantarkan ayah mertuanya ke kantor setelah itu ia akan kembali ke rumah untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan akan kembali menjemput Ayah mertuanya saat jam kerja selesai.
Gibson sengaja tidak membawa mobil sendiri, karena dia ingin memberikan pekerjaan pada Jojo dengan antar dan jemput dirinya setiap hari.
Sejak menjadi menantu terakhir di keluarga Gibson, dan setelah mempersunting Zizi anak terakhir dari keluarga Gibson Wiguna. Kehidupan Jojo semakin tidak karuan, di perlakukan seperti seorang pelayan yang harus melayani seluruh keluarga mertuanya, jika tidak maka Jojo diancam harus keluar dari rumah tanpa istrinya.
Jojo berjanji, selama kehidupan keluarganya tidak di ganggu maka Jojo bersedia menjadi pelayan di rumah keluarga mertuanya itu.
Setelah mengantar Gibson ke kantor, Jojo segera menuju supermarket untuk membeli kebutuhan dapur sesuai dengan daftar yang di berikan ibu mertuanya pada Jojo sebelumnya.
"Ayam, daging, telur, brokoli, sawi, rempah -rempah sepertinya sudah semua," gumam Jojo saat memeriksa belanjaannya menyesuaikan daftar belanja. Jojo segera mengantri di kasir untuk membayar. Semua mata memandang laki-laki tampan dan juga gagah itu sedang membawa barang belanjaan, namun Jojo nampak cuek tak perduli orang mengatakan apa tentang dirinya.
Sesampainya di rumah, bukannya di sambut, Zizi langsung marah-marah padanya karena Jojo yang tak pernah mau mendengarkan ucapannya.
"Mas, kenapa mas masih melakukan ini. Mas menantu di rumah ini bukan seorang pelayan. Sudah cukup mas mengorbankan harga diri mas demi diriku. Aku tidak mau mereka terus menerus merendahkan dan menginjak-injak harga diri Mas Jojo. Sakit hatiku mas, melihat mas diperlakukan begini,"ucap Zizi dengan sedih, melihat suami yang ia cintai di perlakukan tidak seperti babu oleh keluarganya hanya karena statusnya yang tidak jelas dan tidak bekerja.
Jojo langsung memeluk Zizi dan mencoba menenangkan.
"Aku tidak papa sayang, Aku rela melakukan ini semua asalkan aku bisa selalu melihatmu tersenyum, jangan kuatir aku tidak keberatan mereka memperlakukan aku seperti ini selama satu tahun belakangan ini dan sudah membuatku menjadi terbiasa." jawab Jojo sambil mengusap pucuk rambut istrinya.
"Tapi tidak seharusnya mereka memperlakukan mu seperti ini mas.... Di rumah ada pelayan yang bisa belanja tidak harus kamu." Zizi semakin mempererat pelukannya, karena merasa kasihan dengan nasib suaminya.
"Jojo, mana belanjaannya...." Panggil ibu mertuanya.
"Tunggu sebentar ma!" saut Jojo.
"Kamu dengar sayang, mama memanggilku. Pergilah bekerja, aku di rumah baik-baik saja."
Setelah Jojo melepaskan pelukan sang istri, ia pun bergegas membawa barang belanjaannya ke dapur dan menyerahkannya ke ibu mertuanya.
"Semuanya sesuai daftar belanja ma." jelas Jojo
"Letakkan semuanya di atas meja dan sekarang cuci semua baju yang ada!" perintah Ana sang ibu mertua.
"Tapi ma..."
"Tapi apa ? Apa kamu tidak mau mengerjakannya? Ingat Jo kamu di rumah ini hanyalah menantu tidak berguna, tidak ada yang menyukai keberadaan mu di rumah ini. Jika kamu masih ingin tinggal disini maka kerjakan apa yang di perintahkan. Kalau sudah tidak mau melakukannya, silahkan angkat kaki dari rumah ini dan jangan berharap kamu bisa membawa Zizi keluar dari rumah ini. Kamu keluar dari rumah, maka Zizi akan menjadi milik laki-laki lain." Ancam Ana.
"Baiklah ma, aku kan akan mencucinya." jawab Jojo yang tak bisa membantah.
"Bagus. Cepat pergi sana dan selesaikan pekerjaan mu."
Jojo pun segera mencuci pakaian. Sebenarnya Jojo sudah sering melakukannya, namun hari ini Jojo merasa sangat malas untuk melakukan pekerjaan, namun ancaman dari ibu mertuanya itu membuat Jojo terpaksa harus menurut
*
*
*
Di kantor, Gibson di hadapkan dengan masalah perusahaan yang mengalami krisis dana yang mengancam perusahaan bisa bangkrut. Gibson membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulihkan kembali perusahaannya.
"Pak, pak Leo dari direktur perusahaan LB datang dan ingin bertemu dengan bapak," ucap sekertaris Gibson.
"Suruh dia masuk."
Tak lama kemudian, seorang pria muda masuk ke dalam ruangan Gibson.
" Apa kabar paman Gibson?" Tanya Leo, membuat Gibson terkejut, pasalnya Leo tidak membuat janji sebelumnya untuk bertemu.
Gibson segera menyambutnya, tak perduli Leo lebih muda, tapi perusahaannya berada di atas perusahaan GB.
"Aku dengar perusahaan paman sedang membutuhkan dana cukup besar untuk mengatasi krisis perusahaan. Aku datang untuk membantu paman mengatasi krisis yang paman alami dan aku janji akan menyokong dana sampai perusahaan ini kembali stabil." jelas Leo.
"Apa kamu sungguh-sungguh? Perusahaan ini membutuhkan biaya besar dan aku sedang bingung mencari sumber dana. Jika kamu bisa membantu aku akan sangat berterimakasih padamu dan di kesempatan mendatang aku pasti akan membalas semua kebaikanmu,"ucap Gibson sedikit sumringah setelah mendengar Leo mau bantu.
"Etttss, Paman jangan senang dulu. Semua tidak ada yang gratis."
"Maksudmu?"
"Maksudku, aku akan menyokong dana untuk perusahaan paman tapi dengan satu syarat, yaitu berikan putri bungsu paman padaku. Aku jatuh cinta padanya saat pertama kali bertemu dan aku ingin memilikinya paman." Jelas Leo membuat Gibson tercengang.
"Apa?! Tapi Zizi sudah punya suami."
"Semua keputusan ada di tangan paman, Mau perusahaan GB pulih dangan memberikan Zizi padaku Atau mempertahankan pernikahan mereka dan perusahaan paman akan Hancur. Aku akan memberi paman waktu tiga hari untuk berfikir, jika paman tidak bisa membayar maka siap-siap paman akan jadi miskin." Setelah mengutarakan niatnya, Leo pun segera meninggalkan ruangan Gibson.
Di balik uluran tangan Leo ada niatan terselubung. Leo memanfaatkan kesulitan yang di alami Gibson untuk mendapatkan apa yang di inginkan.
Disisi lain, Tawaran Leo membuat Gibson semakin pusing ia harus mengambil keputusan antara perusahaan yang ia bangun selama ini atau kebahagiaan putrinya. Pilihan yang sulit bagi Gibson dan waktu tiga hari tidaklah mungkin bisa membuatnya mengambil keputusan sesulit itu.
Keputusan apa yang akan di ambil oleh Gibson?
To be continued ☺️☺️
Gibson Wiguna terus berfikir mengenai dua pilihan yang Leo hadapkan pada dirinya. Setelah memikirkan matang-matang, akhirnya Gibson pun mengambil keputusan yang sulit yaitu mengorbankan kebahagiaan putrinya dengan alasan demi bertahannya perusahaan .
Makan malam pun tiba, Semua keluarga duduk bersama di meja makan tak terkecuali Jojo juga. Gibson membiarkan semuanya makan malam dulu sebelum membuka pembicaraan. Sebelumnya Gibson dan istrinya Ana sudah bicara terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membicarakan hal tersebut pada Zizi dan Jojo.
Makan malam terasa hening dan tak seperti biasanya. Keheningan itu pecah saat Gibson mulai angkat bicara.
"Papa ingin bicara dengan kalian berdua,"ucap Gibson. Zizi dan Jojo saling memandang dan sekian detik kemudian kembali fokus menatap papanya dan siap mendengarkan apa yang akan papanya itu bicarakan.
"Papa ingin kalian berdua secepatnya bercerai," titah Gibson singkat. Ucapan Gibson begitu ringan seakan perceraian mereka layak untuk dilakukan.
Keduanya tercengang, mendengar perkataan papannya
"Apa Pa, cerai?! Papa gak bisa seenaknya meminta kami bercerai, aku dan mas Jojo saling cinta dan kami berjanji tidak akan berpisah. Papa gak punya hak untuk memutuskan hubungan kami."Saut Zizi tak terima.
Brakkk....
Gibson menggebrak meja makan, membuat semua yang ada terangkat pundaknya kerena terkejut.
"Papa punya hak, karena kamu anak papa. Saat ini papa mau kalian bercerai. Kamu tau dari awal keluarga ini tidak pernah menerima kehadiran Jojo dan saat ini papa sudah muak melihat Jojo ada di rumah ini." Bentak Gibson.
"Kalau papa muak melihat kami. Maka izinkan kami meninggalkan rumah ini. Kami masih bisa hidup di luar sana tanpa bantuan dari keluarga ini." Zizi tak terima dan dia berusaha melawan, karena Zizi masih ingin mempertahankan hubungannya dengan sang suami.
"Jaga ucapanmu Zizi. Sampai kapanpun kamu tidak bisa meninggalkan rumah ini. Kalian mau cerai secara baik-baik atau papa akan buat kalian pisah dengan paksa."Ancam Gibson lalu pergi meninggalkan meja makan dengan penuh kemarahan.
"Papa jangan mengancam ku. Aku tidak akan pernah berpisah dengan mas Jojo."Teriak Zizi kesal saat menyaut perkataan papanya.
"Pikirkan baik-baik Zizi, jangan biarkan papamu bertidak nekat untuk memisahkan kalian. Lebih baik kalian cerai saja, dan kamu bisa mendapatkan pria kaya yang bisa membahagiakan kamu bukan malah menyusahkan."Saut Ana yang sama saja dengan Gibson ingin perceraian Putrinya.
Dengan kesal Zizi kembali duduk kali ini dia menatap suaminya yang tak mau melawan ucapan papanya dan malah memilih diam.
"Kenapa mas malah diam? Seharusnya mas bilang ke papa kalau kita tidak akan bercerai, tapi kenapa mas malah diam seribu bahasa, mas takut atau mas juga ingin bercerai dariku? Aku gak ingin kita pisah titik." Zizi semakin kesal.
"Zizi sayang. Kamu tau 'kan papa tidak pernah mendengarkan perkataan ku. Bagi papa ucapan ku hanyalah angin lalu yang tidak perlu di tanggapi. Tapi kamu tenang saja, tidak mungkin aku tinggal diam saat rumah tanggaku di usik. Aku pasti akan mencari jalan keluarnya. Aku pastikan tidak ada yang bisa menceraikan kita,"ucap Jojo menenangkan sambil mengusap pucuk rambut istrinya dengan lembut.
"Aku takut papa berbuat nekat untuk memisahkan kita mas, aku tidak mau ada yang melukaimu."Ungkap Zizi akan kekuatirannya. Jojo hanya tersenyum walaupun dalam hati ada amarah saat ada orang lain yang ingin menghancurkan keluarganya namun Jojo memilih diam, karena diam bukan berarti kalah.
Setelah selesai makan malam, Jojo menyendiri di balkon sedangkan Zizi memilih tidur lebih awal. Ia pun memikirkan ucapan Gibson yang meminta dirinya untuk bercerai.
Jojo menghubungi seseorang yang ia kenal dan ingin memastikan tebakannya benar atau tidak.
Setelah melakukan beberapa panggilan, akhirnya panggilannya pun diangkat oleh Adi yaitu Asisten Gibson. Jojo dan Adi saling kenal dan mereka akrab semenjak Jojo sering datang ke kantor untuk mengantarkan papa mertuanya.
"Ada apa Jo, malam-malam menghubungiku?" tanya Adi di seberang telepon.
"Aku butuh bantuan mu sedikit. Em... apa aku boleh tau, apa perusahaan papa mertua sedang mengalami masalah? Aku hanya menebak sih sebenarnya, soalnya papa tiba-tiba berubah." Tanya Joko tanpa basa-basi.
"Apa pak Gibson tidak memberitahumu? perusahaan GB sedang mengalami krisis keuangan dan jika tidak segera di atasi kemungkinan besar perusahaan akan bangkrut. Tadi padi ada direktur dari perusahaan LB datang berkunjung. Aku tidak tahu apa yang di bahas oleh mereka karena pak Gibson memintaku untuk keluar." Jelas Adi.
Jojo pun akhirnya tau alasan kenapa papa mertuanya itu kembali mengusik rumah tangganya. Ia pun ingin melakukan sesuatu untuk membantu papa mertuanya dan berharap rumah tangganya tidak lagi di usik setelah dirinya berhasil membantu.
Setelah merenung sesaat Jojo ingin pergi ke dapur untuk mengambil air dingin. Tak sengaja Jojo melihat ruang kerja Gibson terbuka dan sepertinya ada seseorang di dalam. Jojo menghampiri dan melihat masih ada Gibson yang sedang termenung seorang diri, memikirkan sesuatu yang membuatnya tak bisa tidur.
"Apa aku boleh masuk pa?" tanya Jojo dan Gibson hanya berdehem.
"Untuk apa kemari?" tanya Gibson tanpa menoleh, ia masih saja bersandar di kursi sambil melihat sesuatu di balik dinding kaca yang tembus pandang.
"Aku ingin membantu masalah keuangan perusahaan papa. Jika papa mengizinkan. Asalkan papa tidak memintaku untuk menceraikan Zizi, aku mencintainya pa," ucap Jojo mengungkapkan maksudnya.
Gibson langsung bangkit berdiri, lalu mendekati Jojo dengan tatapan merendahkan.
"Apa kamu bermimpi? bagaimana kamu bisa membantu masalah perusahaan, kalau hidupmu saja masih menumpang di keluarga ini. Jangan mencari uang banyak, dua juta saja kamu tidak bisa mendapatkannya, sok mau jadi pahlawan. Lebih baik segera ceraikan Zizi dan tinggalkan rumah ini. Menantu tidak berguna," ucap Gibson menghina.
Jojo lagi-lagi hanya bisa menghela nafas, setiap mendapatkan penghinaan.
Lalu apa yang aku dilakukan Jojo untuk meyakinkan ayah mertuanya itu?
To Be continued ☺️☺️
Seperti biasa Jojo akan mengantarkan Gibson pergi ke kantor. Sepanjang perjalanan Jojo tak banyak bicara, ia sangat malas jika harus berurusan dengan kata perceraian. Namun dalam keheningan tiba-tiba Gibson membuka pembicaraan, yang tak seperti biasanya.
"Apa kamu serius ingin membantu papa mengatasi krisis perusahaan GB?" tanya Gibson. Entah apa yang ada dipikiran ayah mertua Jojo saat itu. Jojo yang mendengar langsung menganggukkan kepada.
"Iya pa. Kalau papa mengizinkan aku ingin membantu. Beri waktu aku satu Minggu aku akan mencari dananya?" Jawab Jojo tanpa ekspresi.
"Satu Minggu? Apa kamu yakin? kamu pikir masalah perusahaan ku itu hanya lelucon. Dengarkan aku Jo, papa punya satu pilihan untukmu jika kamu ingin membantu. Datanglah ke perusahaan WLS untuk perjanjian kontrak penyaluran bahan baku. Jika kamu berhasil dan perusahaan WLS mau menandatangani kontrak. Maka papa akan membiarkan kamu tetap tinggal di rumah. Tapi jika tetap gagal, maka kamu harus bercerai dengan Zizi saat itu juga. Waktumu hanya tiga hari, pikirkan saja caranya agar kamu bisa mendapatkan tanda tangan kontrak itu."Jelas Gibson sepanjang perjalanan.
Jojo hanya terdiam, memikirkan cara untuk mendapatkan tanda tangan tersebut. Tiga hari adalah waktu yang sangat singkat dan kemungkinan gagal hampir delapan puluh persen, kecuali jika Jojo mengambil tawaran yang pernah di berikan padanya.
Akhirnya mereka pun sampai di perusahaan GB. Gibson menahan Jo untuk tidak pulang lebih dulu dan meminta Jo mengikutinya ke ruangannya.
Sesampainya di ruangan, Gibson segera mengambil berkas dari dalam laci dan melemparkannya di atas meja.
"Itu adalah berkas yang perlu di ajukan ke perusahaan WLS. Ini adalah kontrak besar, jika kamu bisa meyakinkan Manager perusahaan untuk menandatangani ini, Maka perusahaan GB akan selamat, tapi perlu kamu ingat tidak cuma perusahaan ini yang sedang mengajukan tender, tapi ada beberapa perusahaan lain yang mengelola bahan baku yang sama dengan perusahaan GB, sedang berusaha untuk memenangkan tender tersebut." Jelas Gibson.
"Iya aku paham, Pa." jawab Jo.
Bukan tanpa sebab, Gibson meminta Jo untuk melakukannya, karena Gibson sudah memiliki rencana yang matang sebelumnya.
"Sekarang pergilah! manfaatkan waktu yang kamu miliki sebaik mungkin, jika kamu tidak ingin berpisah dengan Zizi."
Saat Jo hendak pergi, tiba-tiba Sandi saudara ipar Jo tiba-tiba muncul dengan rasa kecewa kerena menyerahkan tender penting pada Jo sedangkan Sandi yang sudah berusaha dan menunggu tender ini merasa tak di hargai dan ia tidak terima.
"Apa yang papa pikirkan? Kenapa papa serahkan tender penting ini pada Jo yang jelas-jelas bukan karyawan perusahaan ini dan tidak punya kemampuan apa-apa. Kenapa papa begitu Percaya padanya. Seharusnya aku yang mendapatkan kesempatan itu bukan dia." ungkap Sandi dengan kesal.
"Kak, aku hanya-"
"Diam kamu, laki-laki miskin dan bodoh seperti kamu mana bisa berurusan dengan orang penting perusahaan, yang ada kamu hanya akan mempermalukan perusahaan. Lebih baik berikan berkas itu padaku biar aku yang melakukannya dan kamu lebih baik selesaikan pekerjaanmu jadi tukang kebun sana." Usir Sandi dan merampas berkas yang ada di tangan Jo.
Tak ada pencegahan dari Gibson membuat Jo berfikir jika papa mertuanya itu hanya ingin mempermalukan dirinya saja. Jo pun pergi meninggalkan perusahaan Gibson dengan kesal.
Setelah meninggalkan perusahaan Gibson, Jo pergi ke perusahaan WLS, perusahaan yang bergerak di beberapa bidang industri skala internasional dan saat ini perusahaan sedang mengembangkan produk baru dan membutuhkan pemasok bahan baku. Ada beberapa perusahaan yang sudah mengajukan, namun Perusahaan WSL masih mempertimbangkan sebelum memutuskan untuk memilih salah satu perusahaan untuk menjalin kerja sama dan memasok bahan baku terus menerus selama masa kontrak.
Di depan gerbang perusahaan yang berdiri dengan sepuluh tingkat. Jo memfokuskan tatapannya pada papan nama perusahaan yang berlogo WSL.
"Akhirnya dengan terpaksa aku harus menginjakan kaki di perusahaan ini. Aku sudah menjilat air liurku sendiri. Hah, ternyata Aku dibalikan oleh kata-kataku sendiri. Dulu aku bilang tak akan pernah menginjak kaki di perusahaan WLS tapi detik ini aku sudah menginjakkan kedua kakiku di halaman ini." Gumam Jo sambil mengacak pinggang.
Saat hendak masuk, dua orang lelaki yang berbadan kekar tiba-tiba menghadang langkah Jo. Mereka adalah penjaga keamanan perusahaan.
"Maaf Perusahaan ini tidak menerima tamu orang miskin seperti anda." ucap salah satu security.
"Miskin?!" Jo menyernyitkan keningnya, lalu segera memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah di depan kaca yang memantulkan bayangan dirinya. Jo baru menyadari jika dirinya berpenampilan sangat buruk bahkan hanya menggunakan alas kaki sandal jepit. Hal tersebutlah yang membuat kedua penjaga keamanan mengira dirinya adalah gembel.
"Tidak bisakah Kalian mengizinkan aku masuk sebentar? aku hanya ingin bertemu dengan manager kalian sebentar saja. Izinkan aku bertemu dengannya, atau bisakah kalian panggilkan manajer kalian untuk menemui aku," ucap Jo.
"Memangnya kamu siap? Gembel seperti kamu berani memerintah kami. Manager perusahaan tidak akan mau bertemu dengan orang miskin seperti kamu. Lebih baik kamu pergi saja, percuma kamu memohon kami tidak akan mengizinkan kamu masuk." Tegas penjaga sambil mendorong Jo menjauh.
Disaat bersamaan Sandi yang mewakili perusahaan GB dan Dafa yang mewakili perusahaan LN tiba di halaman perusahaan WLS dan mereka langsung mencibir Jo yang berani datang ke perusahaan untuk mengemis.
"Eh... ada si miskin, kenapa dia ada di sini?" ucap Sandi mengejek.
"Hai kalian, kenapa kalian membiarkan gembel seperti dia datang ke perusahaan ini. Apa kalian ingin membuat citra perusahaan ini jadi buruk. Lebih baik usir dia, bahkan kalau perlu seret sekalian."
"Izinkan saya masuk, saya ada janji meeting dengan manager perusahaan." imbuh Sandi
" Saya juga ada janji meeting dengan manager." saut Safa.
" Baiklah kalian bisa tunggu sebentar, saya akan konfirmasi dengan dalam yang bersangkutan ." Ucap salah satu penjaga keamanan yang terlihat jangkung dan yang satunya lagi masih menahan Jo dan tidak membiarkan Jo bisa masuk.
Jo yang tak bisa berbuat apa-apa memilih menghubungi seseorang untuk membantunya agar bisa masuk perusahaan. Segera saja Jo merogoh ponselnya di saku celana.
Jo segera mencari nama seseorang yang dia simpan di layar pipih yang kini ada di tangannya. Setelah scroll ke bawah akhirnya Jo menemukan namanya dan segera menekan panggilan telepon.
Setelah menunggu beberapa kali dering, seseorang pun akhirnya mengangkat panggilan dari Jo.
"Halo..."
"Aku sedang berada di perusahaan WLS, ingin bertemu dengan manager umum. Tapi mereka menahan ku bahkan mengusirku. Bisakah bantu aku agar bisa masuk ke dalam?" ucap Jo saat panggilan teleponnya di angkat.
"Tolong di tunggu, Saya akan segera datang untuk menjemput." ucap Tio dan segera mematikan panggilan Jo dan bergegas keluar untuk menemuinya.
"Sial, Apa yang sudah mereka lakukan." Gerutu Tio.
Sandi dan Dafa sudah dipersilahkan menunggu di lobby sedangkan Jo masih saja di tahan di luar.
"Apa yang kamu tunggu lagi disini? sudah aku katakan, perusahaan ini tidak menerima gembel seperti kamu menginjakkan kaki di gedung perusahaan. Lebih baik segera tinggalkan perusahaan ini selagi aku mengusir mu baik-baik, atau kamu ingin di seret keluar dengan paksa?"
"Perusahaan macam apa ini, merekrut penjaga keamanan yang tidak punya attitude baik seperti kalian. Aku rasa hari ini adalah hari terakhir kalian bekerja, mungkin besok kalian sudah menjadi pengangguran," ucap Jo membuat mereka panas dan dengan paksa menyeret paksa Jo keluar gerbang.
Di dalam lobby Sandi memperhatikan bagaimana kedua petugas keamanan itu memerlukan Jo dengan tidak baik.
"Rasain kamu Jo, salah siapa kamu berani mau mengambil tender ini dariku. Akan aku buktikan padamu kalau aku yang layak mendapatkannya bukan kamu." gumam Sandi sambil menyeringai melihat pemandangan di luar yang membuatnya puas.
Sesampainya di gerbang perusahaan, Jo di dorong hingga tersungkur ke tanah.
"Ini yang kamu inginkan bukan, di usir paksa. lebih baik kamu pergi dari sini sekarang."
"Aku tidak akan pergi dari sini, sebelum aku bisa bertemu dengan manager Kalian."
"Sial, dasar keras kepala. Silahkan tunggu sampai tahun depan pun, pak Robert tidak akan pernah menemuimu." Mereka pun meninggalkan Jo di luar gerbang dan kembali bekerja untuk menjaga keamanan.
To be continued ☺️☺️☺️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!