NovelToon NovelToon

The World Of Game Systems

Chapter 1 - Alur Hidupku itu Seperti Ritme yang Monoton

Terdengar suara bel 3 kali, yang merupakan tanda waktu pelajaran sudah habis.

“Baiklah waktu pelajaran selesai, sampai bertemu besok. Hati hati dijalan!”

Terlihat seorang Sensei sedang menghapus papan tulis dan keluar dari kelas. Murid murid merapikan tempat duduknya, dan memberi salam kepada Sensei.

[[Baik Sensei, terimakasih atas pelajarannya.]]

Diantara mereka ada yang mengatakan,

“Hei, mari kita ke kedai itu!”

“Yosh, waktunya menamatkan game ini!”

Suasana kelas yang sebelumnya hening akhirnya pecah. Mereka lebih bersemangat daripada saat waktu pelajaran tadi.

Aku melihat ke arah jam dinding sudah menunjukan pukul 3 sore, Sudah waktunya pulang.

Tidak seperti siswa pada umumnya, Aku tidak mau membuang buang waktu hanya untuk kegiatan club yang merepotkan.

Lebih baik aku langsung pulang dan menikmati waktu waktu santaiku untuk menyelesaikan Quest-Quest di game Rythme

Sudah hampir 8 bulan aku sekolah di sini, tidak di butuhkan waktu yang lama hampir semua anak memiliki kelompok bermainya sendiri. Sedangkan aku? Pastinya tidak, dilihat dari manapun tidak ada yang menarik dariku apalagi cara bicaraku yang sedikit terbata bata, karena itu aku memilih untuk menjadi pendiam dan jarang berbicara dengan teman sekelas.

Tapi, persetan dengan semua itu selagi aku menduduki top 1 pemain game Rythme di prefektur ini aku tidak masalah.

Saat aku hendak berjalan keluar kelas tiba tiba lelaki yang duduk di depanku memanggilku.

“Aoi, itu”

Aku? Kenapa? Ada apa tiba tiba? Ini terasa baru pertama kali namaku dipanggil di SMA ini, tapi, Siapa? Siapa dia, aku tidak tahu namanya.

“Eh… i-iya kenapa?”

“Dasar, Taka, namaku Hoshizora Taka loh. tidak tau ya, padahal aku duduk didepan mu” Ujarnya mengenalkan diri itu.

Bukan begitu maksudku, bukannya tidak tahu tapi aku lupa. Tapi mau bagaimana lagi.

“Ma-maaf, Taka-san ya, ada perlu apa ya”

“Ayolah jangan terlalu formal gitu. Jadi maukah kamu mengajariku game yang kamu mainkan biasanya itu.”

“Ayo ayo~~ kamu terlihat ahli dalam melakukan itu”

Gadis yang duduk disebelahku ini tiba tiba menyahut obrolan kami. Hana Eri, Memang dia selalu melihatku bermain game Rythme, dan hampir setiap hari menggangguku. tapi kenapa harus dengan nada bicaranya seperti itu didepan kita berdua? Dasar.

“Huft…. baiklah baiklah, jadi kapan memulainnya” aku berbicara dengan nada pasrah dan duduk kembali

“Nice, tapi maaf aku tidak bisa sekarang, aku harus pergi ke klub Lari. Untuk saat ini bolehkah aku bertukar kontak dengan mu, Aoi Syafiqi.” Sambil mengeluarkan ponselnya.

Aku tidak bisa menolaknya, dia mengucapkan nama lengkap ku dan terseyum sambil memberikan smartphone - nya.

“Aku juga aku juga, aku punya semua kontak teman sekelas tapi hanya punyamu saja.”

Lagi lagi Eri menyela obrolan kami, tidak bisa di elak lagi. Mau bagaimanapun juga sampai kapan aku terus menyendiri dan tidak mau berkomunikasi dengan teman sekelas,

Pada akhirnya aku bertukar kontak dengan mereka berdua. Setelah itu aku langsung pergi meninggalkan kelas dan menuju rumah.

Di perjalanan, aku teringat jika Taka adalah ketua kelas dan anak dengan nilai akademik yang bagus di ujian kemarin, kemampuan olahraganya juga sangat menonjol. Sangat tercerminkan sosok main character di sebuah Anime.

Sementara aku, semuanya saja tidak lebih dari cukup apalagi sangat kurang di bidang olahraga, pastinya seorang NPC.

"Sial, aku pasti tidak akan jadi sosok yang berguna. Walaupun aku berusaha, pastinya membutuhkan tenaga yang sangat banyak." itu sangat merepotkan dan hasilnya belum tentu pasti. Memang lebih baik aku gini saja, tidak dibutuhkan dan tidak membutuhkan.

Sesampainya di rumah aku langsung bermain game favoritku, pastinya bergenre Rythme. aku bisa saja bermain game lainnya seperti MOBA, MMORPG, dan ChessBoard. Tapi sepertinya lebih tertarik dengan game Rythme, sebenarnya baru baru ini aku mulai bermain game Rythme.

Karena sejak kecil aku tidak pernah bisa memainkan satupun alat musik dan akhirnya menemukan salah satu game bernuansa musik yang menyesuaikan ritme dari musik tersebut, yang berarti kita harus menekan tombol sesuai ritme/ketukan musik.

Tak terasa waktu malam pun datang, aku sadar jika belum melepas seragam sejak pulang sekolah. Sebelum itu sebaiknya aku pesan beberapa makan malam dengan aplikasi, sangat malas sekali untuk pergi keluar mencari makan malam di cuaca yang dingin ini.

Saat aku membuka smartphone- ku, terlihat ada notifikasi pesan. Waktuku buka ternyata itu pesan dari Taka yang isinya hanya kata “Ayo bersenang senang besok!”

Mengapa dia mengirim pesan seperti itu, maksudku apakah hal seperti ini normal untuk orang yang saling bertukar kontaknya? Aku hanya sekedar membalas “iya.” Aku tidak tahu harus membalas pesannya bagaimana, ini terasa seperti aku baru memegang smartphone.

Setelah mengirim balasan, aku langsung pergi mandi. Di kamar mandi aku merasa ada hal yang harus kulakukan, tapi apa? Biasanya aku tidak ada kegiatan lagi. Aku mencoba untuk mengingat lagi sambil berendam, tapi percuma memang seperti ini keseharianku.

Setelah selesai mandi, aku heran kenapa tidak ada pengantar makanan. Biasanya sehabis mandi dia sudah datang, apa ada antrean, yah sudah lah aku akan menunggu beberapa menit sambil bermain game lagi.

*Beberapa menit kemudian.

Tunggu, aku sudah berhasil menyelesaikan hampir 2 level dari game ini, aku merasa sudah 1 jam aku bermain. Tapi kenapa dia tidak datang, aku kesal dan membuka smartphone -ku tapi saat aku lihat kembali, ternyata satu pesananpun belum aku konfirmasi.

'Sial, jadi itu sebabnya. Aku tadi terlalu sibuk dengan pesan Taka, Argh sialan.'

......................

'Stage baru telah dimulai ya, yaudahlah lagian sama saja seperti Stage sebelumnya.'

Aku memulai pagi ini dengan sepotong roti dan secangkir kopi, dilanjut dengan memakai seragam untuk berangkat ke sekolah.

Di perjalanan aku teringat pesan dari Taka semalam, dan penasaran apa yang akan terjadi setelah ini.

Tanpa aku sadari, aku melihat Taka dan seorang gadis berjalan didepanku.

'Sebentar, dia siswi? Satu sekolah denganku? Tidak – tidak, dilihat darimanapun itu bukan seragam siswi SMA.'

'Ah, benar itu seragam siswi SMP.'

'Tapi, mengapa Taka berjalan dengan seorang siswi SMP, Pacarnya? Tidak mungkin itu SMP loh SMP! Aneh, mungkinkah anak seperti dia suka dengan perempuan yang lebih muda?'

'Tidak! Ada kemungkinan juga! Taka seorang ketua kelas, dia juga atlit olahraga. Pastinya dia terkenal dikalangan siswi.'

Sekarung pertanyaan itu belibet dalam pikiranku.

Membingungkan, masih pagi sudah separah ini, sepertinya akan ada event baru di stage ini. Sial otak ku dipenuhi dengan rasa penasaran.

Tidak pikir panjang, aku mempercepat langkah ku dan mendekati mereka berdua, Terlihat siswi itu memiliki rambut yang panjangnya hampir menutupi tubuh bagian belakangnya, warnanya hitam dan sedikit kebiruan nampak seperti amethys yang sangat berharga, indah dan sangat menawan. Tingginya beda jauh dengan Taka, mungkin 40 cm? sedikit dibawah pundak.

Waktu aku fokus dengan siswi disamping Taka, aku tidak tahu kalau ada beberapa anak tangga dan terjatuh dengan cara yang konyol. B.a.j.i.n.g.a.n, dasar pagi penuh sial.

“Hei Ma, Tidak kah kaka itu perlu bantuan?”

“Tidak usah ya, dia jatuh karena kesalahannya sendiri, Maki harus hati hati ya saat jalan.”

Sepasang anak dan ibu berjalan di sebelah ku, dan mengatakan itu dengan lirih

'Sial, kau kira aku tidak dengar gitu? Dasar! udah ah.'

Gawat aku ketinggalan dengan mereka, aku mencoba sedikit berlari untuk mengejar mereka berdua.

Waktu aku melihat mereka berdua di persimpangan jalan, gadis itu berlari ke arah lain dan melambaikan tangan sambil berbicara dengan Taka, dan Taka juga membalasnya.

“Ta-Kyun~~ Semangat Sekolahnya ya, sampai ketemu lagi nanti~”

'Ha? Apa itu? Sudah jelas itu pacar! Pacar! Pasti! Aku yakin 100% dalam lubuk hatiku! Dilihat dengan mata telanjang itu sudah memperlihatkan sebuah pasangan, alur “berangkat sekolah bersama kekasih!” itu ada di game Romance!'

Akhirnya semua rasa penasaranku lebur. Dasar, pagi yang merepotkan. Lagian aku terlihat seperti Stalker.

Setelah menyelesaikan beberapa keanehan pagi ini Finnaly sampai juga di Gate sekolah. Baik, waktunya menjadi karakter sampingan sesuai ritmeku.

“Oy! Pagi, Aoi! Gimana – gimana siap mengajari aku hari ini? Kenapa nih cemberut, bentar kau lari? Liat keringatmu.”

Taka menepuk pundak ku dan mulai bicara denganku dengan suara keras.

Sial, berisik sekali. Ini masih pagi, liat lah situasi. Aku merasa semua anak tiba tiba melihatku loh, Dasar perusak ritme.

“I-iya, omong omong kamu terlalu keras.”

“Ah maaf – maaf salahku.”

Aku sedikit berbincang soal game Rythme dengan Taka sambil berjalan menuju kelas.

Saat memasuki kelas bersama Taka, suasananya sangat berbeda, biasanya aku bagaikan seekor ngengat yang terbang, tapi hari ini tidak.

'Apa ini? Semua orang diam, Menakutkan. '

Hingga seseorang murid di bangku tengah menyapa kedatangan Taka, rambut coklat tenang yang seiras dengan warna matanya tersebut sangat cocok pada parasnya.

“Pagi, Taka! Game tadi malam, sangat menegangkan bukan?”

'Eh, seseorang berbicara dengan Taka. Soal game ya? Jadi dia tidak hanya tertarik dengan game Rythme.'

Aku meninggalkan Taka dan langsung duduk di tempatku.

Kemudian siswa yang duduk di depanku mulai berbicara denganku.

“Ada apa nih, kamu mulai dekat dengan Taka, ya?”

“Ti- tidak aku hanya bertemu denganya tadi di depan gerbang.”

“Hmm~~ bukannya kamu bertukar kontak dengannya kemarin?”

Hana yang selalu menggangguku tiba tiba datang dan menyela.

Dasar, perempuan ini sangat menyebalkan. Aku menyesal selalu berbicara dengan dia karena kami hampir memiliki hobi yang sama

Sebenarnya dia perempuan yang cukup cantik, tapi sayangnya dia tidak pandai berbicara dengan orang, hobinya juga nonton anime dan membaca komik bergenre yaoi. Jadi dia benar benar akut. Memalukan.

Aku ingin mengatakan alasannya, tapi bel berbunyi, aku tidak berniat membuat keributan dan menggangu kelas. Dan tidak ingin jadi sorotan.

Saat jam pertama dimulai, Taka dari depan memberi kode kepada ku dengan gerakan jari, R-E-S-T, hanya itu yang aku pahami, aku tidak terlalu paham dengan maksudnya. Mungkin jika ku susun jadi REST, yang berarti istirahat dalam bahasa inggris.

Tapi mengapa? Apa dia mau memanfaatku, seperti dia menyuruhku untuk bermain game itu dan di tonton oleh teman teman di waktu istirahat? Aku heran, tapi firasatku tidak ada baik baiknya.

“Aoi! Aoi Syafiqi-kun! Kamu boleh melamun saat tidak ada yang menjelaskan di depan.”

“Ah, maaf Sensei.”

Sial aku melamun karena hal remeh seperti itu, anak anak di kelas tertawa dan memandangiku. Terlebih lagi Taka, apasih maunya dia itu. Merepotkan.

...****************...

Chapter 2 - Teman Baru

*Bel istirahat berbunyi.

Waktu yang ditunggu telah tiba, rasanya melegakan. Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang? Sepertinya pilihan terbaik adalah membeli beberapa makan siang di kantin.

'Sebentar, bagaimana urusan dengan Taka?'

Pertanyaan itu tiba tiba terselip pada otakku.

Aku melihat ke arah tempat duduknya, tapi dia sudah menghilang entah kemana. Siapa yang peduli? Lebih baik aku segera pergi ke kantin sebelum kehabisan.

'Ah, aku ingat. Dia pergi ke kamar mandi tadi sebelum istirahat, tapi mengapa sampai sekarang dia belum kembali?'

Setelah keluar dari kelas, aku melihat Taka berjalan di lorong. Aku tidak tahu pasti darimana dan apa yang telah dia lakukan, tapi terlihat dia membawa beberapa kantung plastik yang berisi banyak makanan dan camilan didalamnya.

'Apa yang dia lakukan? Jadi Kacung? (Julukan untuk pembantu tanpa imbalan.) Tapi, mengapa dia sampai rela begitu. Ada beberapa kemungkinan dia melakukan hal tersebut, seperti disuruh oleh orang yang jabatannya lebih tinggi seperti guru dan ketua osis. Bisa juga dia dipaksa oleh para preman sekolah, tidak tidak! Mana ada hal seperti itu disini.'

'Ada kemungkinan juga dia disuruh pacarnya, ah iya…. Itu lebih masuk akal. Tapi tunggu, pacarnya bukan siswi SMP yang aku lihat tadi pagi? Tidak! Ada kemungkinan juga dia punya simpanan lain di sekolah ini. Bukannya tidak mungkin, dia anak populer loh, apa yang tidak bisa dilakukannya dengan semua kelebihan itu.'

Batinku reflek mengatakan seluruh semua kemungkinan yang terpikirkan secara spontan.

“Ternyata kamu ya Aoi! Tepat sekali! Eh, Ngapain kamu ngelamun disini!”

Taka tepat berada di depanku dan dia berbicara sedikit keras.

'Ah, sial aku terlalu lama memikirkan orang lain yang tidak ada hubungannya denganku. Sampai tidak sadar dengan lingkungan sekitarku.'

“I-iya Maaf, aku hanya berpikir sedang apa kamu membawa makanan sebanyak itu.”

“Oh….ini! Nih, ayo kita kembali ke kelas, Yogairu sudah menunggu.”

Apa ini? Semuanya berisi makanan dan camilan. Yogairu? Siapa dia? Bagaimanapun ini sudah dititipkan kepadaku. Mau, tidak mau aku harus mengikutinya. Merepotkan.

Saat masuk ke kelas, seseorang berbicara dengan Taka.

“Hanya ini? Dari tadi kamu ngapain sebelum istirahat?”

“Dasar, sebagian di bawa Aoi, lihat!”

Jadi sebelum istrirahat tadi dia pergi ke kantin dengan alasan ke kamar mandi. Dia menjadikan alasan keluar kelas hanya untuk membeli semua makanan ini? Aku hampir tidak percaya itu.

“Mantap! Eh, Aoi?......jarang sekali! Tidak! Hampir tidak pernah sama sekali,”

Orang yang sebelumnya berbicara dengan Taka, mulai berbicara denganku. Dia sedikit terkejut melihatku dan sempat melirik ke tempat duduk ku.

Aku tidak tahu siapa dia, tapi sepertinya sangat dekat dengan Taka. Dia sangat ber-energik bukan? Pasti merepotkan memiliki teman seperti dia.

“Ti-tidak aku hanya membawakan barang milik Hoshizora-san.” Ungkapku terbata bata.

“Jadi begitu jalan ceritanya. Eh, kamu menjadi pembantu Taka? Apa yang telah dia lakukan padamu?” Tugas Yogairu menyetujui nan memahami ucapan anehku.

“Pembantu? otakmu buat berpikir! Dasar! Apa salahnya berteman dengan teman sekelas? Terlebih lagi jangan panggil aku dengan nama keluarga, itu terlihat seperti nama perempuan. Memalukan!”

Taka sedikit membentak sambil memberikan botol air dan berpaling membelakangiku saat dia melarang menyebut dengan nama keluarganya.

Aku heran, mengapa Taka tidak mau orang orang memanggil nya dengan nama keluarga. Memang “Hoshizora” memiliki kesan untuk perempuan tapi apa masalahnya? Lagian itu juga bukan urusanku.

“Ah, Maaf, aku tidak tahu soal itu.” Kataku.

“Ngomong ngomong kenalkan, Kineku Yogairu. Dia tidak ada bedanya dengan mu, hanya seorang maniak game.” Jelas Taka, sepertinya dia melupakan kejadian beberapa detik sebelumnya.

“Ha? Maniak game? Kau tidak melihat dirimu sendiri sialan?” Sanggah Yogairu.

“Faktanya memang begitu! Setidaknya aku ada aktivitas lain selain bermain game Ecchi sepertimu.”

“Kepalamu penuh dengan hal Ecchi! kalau memang itu, berarti kamu juga. Bukannya kemarin malam lu bermain bersamaku. Bodoh!”

Ini sangat berisik, sungguh. Aku tidak tau mereka bercanda atau tidak, tapi ini membuktikan jika mereka adalah teman dekat. Sebaiknya ini segera dihentikan, aku tidak mau lainnya terganggu karena mereka berdua.

“Ka – kalian main game apa memang nya?” Tanyaku menyela perdebatan mereka berdua.

[[Ha?]]

Serentak mereka langsung mengalihkan pandangannya padaku, namun tidak lama kemudian perdebatan kecil itu malah semakin membara.

“Dengar tuh, ini semua karena mu Baka Zora!”

“Apa? Kamu yang tidak bisa menerima faktanya, bodoh! Dasar, Yoga KinEcchi!”

Tidak bisa, ini malah memperburuk situasi. Ini harus dihentikan sekarang, aku tidak mau mereka mengatakan hal yang lebih aneh lagi.

Aku melihat ke arah makanan mereka berdua.

“Eh, kalian tidak mau? Ini semua aku makan ya?”

Dengan cepat aku langsung mengambil makanan yang ada di meja mereka.

“Tu – tunggu, bagian ku! Seenaknya sendiri kamu.” Kata Kineku.

“Kamu belum cukup? Aku masih belum makan sebagiannya.” Kata Taka.

“Nih, waktu istirahat hampir habis. Jika kalian terus berdebat, bel tidak menunggu kalian sampai selesai.”

Dasar, akhirnya tenang juga. Itu cukup membuatku lelah, beruntungnya cuma beberapa anak saja yang ada di kelas dan tidak menarik perhatian mereka. Tapi sebenarnya aku juga penasaran dengan game yang dimainkan Taka dan Kineku, sepertinya menarik.

“Anu – sejujurnya, aku penasaran dengan game yang kalian bicarakan tadi.”

[[Uhuk! Ha?]]

Mereka berdua tersedak bersamaan, aku pikir apa pertanyaan ku aneh?

“Bu- bukan begitu maksudku, aku tidak tertarik dengan hal Ecchi nya. Tapi penasaran bagaimana gamenya.” Sambungku sedikit tergopoh.

“Tidak, aku hanya bercanda loh tadi itu cuma-.”

“Kau tertarik dengan hal gituan ya? Tidak usah malu – malu, lagian kita juga sesama laki. Iya kan Baka?”

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Yogairu menyela Taka.

“Apa yang kamu katakan KinEcchi! Otak mesum! Itu hanya game Shadow of Light versi mobile.” Pungkas Taka.

“Otak lu ya mesum bodoh! Siapa yang nge – Simp dengan Vyolen, Ha?!”

'Ya ampun mereka bertengkar lagi, benar benar tidak bisa akur.'

Ternyata yang dimainkan mereka berdua adalah game MOBA PC yang baru baru ini rilis global di mobile. Aku sudah bosan dengan game Shadow of Light, terlebih lagi aku sudah di tingkat yang paling tinggi. Jadi aku mulai jarang bermain game itu.

“- ha? Apa kau bilang! Bukannya kamu yang melakukan itu!”

“Otak mesum mana bisa berkata jujur, dasar!”

Sampai kapan ini berhenti, dari tadi mereka berdua saling mengolok - olok tidak ada habisnya. Aku tidak mau ikut campur lagi, aku harus segera pindah dari sini.

Di saat aku merapikan bungkus makananku dan bersiap untuk pergi dari mereka berdua, suara bel berbunyi. Jam istirahat habis, aku bersyukur jika saja ini lebih lama lagi, entah aku bisa bertahan atau tidak.

Perilaku mereka berdua sangat berbeda dari jam istirahat, itu seperti mereka memiliki kepribadian ganda. Menakutkan.

......................

Waktu pulang, Taka menghampiriku dan mulai berbicara denganku.

“Aoi, mampir dulu di kantin yuk! Sekalian mengajariku bermain game mu itu.

Oh, iya. Aku lupa sudah menerima ajakannya kemarin, ini pasti merepotkan. Aku harus mencari alasan untuk menolaknya.

*Kesempatan pertama.

“Eh, bukannya kamu ada kegiatan club?” Tolakku lembut.

“Ah…. Soal itu, aku sudah sering bolos beberapa hari ini. Jadi jangan pikirkan itu.”

Sial, kalau begini aku tidak bisa menolaknya.

*Kesempatan kedua.

“Tapi baterai ponselku hampir habis.”

“Tidak apa! Aku bawa Charger dan powerbank mini, gimana? Efektifkan?”

Pasrah dah, mau gimana lagi. Sepertinya hari ini jadi hari yang melelahkan.

“Baiklah baiklah. Ayo kita pergi.”

“Ayo – Ayo! Sebentar aku mengajak satu orang lagi.”

Taka berlari ke tempat duduk Yogairu, dia sepertinya tertidur.

*Plak!

“Woy KinEcchi! Sampai kapan kau tidur, bodoh! Ayo kita main game, sialan!”

Taka memukul Kineku yang sedang tertidur dengan keras sambil berteriak membangunkannya. Aku tidak paham, apa itu yang namanya ‘sahabat’? Sungguh kejam.

“Tidak bisa kau membangukan ku dengan cara lain, sialan? Pukulanmu sakit bodoh!” Geram Yogairu.

“Tidak bisa! Cepat! Nanti nasi ayam katsu habis di borong murid perempuan.”

“Ada katsu hari ini di kantin? Ayo cepat sialan!”

“Aoi! Ayo!”

Apa yang barusan ku lihat? Kineku langsung bersemangat mendengar ayam katsu dan pedebatan mereka yang berisik langsung reda. Sangat melelahkan jika berteman dengan orang orang yang Brutal itu.

Mereka berlari sangat cepat, aku tidak bisa mengikutinya. Tidak, memang aku yang tidak pernah berlari. Ini terlalu menghabiskan tenaga.

Sesampainya di kantin, aku melihat Taka dan Kineku makan di meja paling pojok. Mereka berdua disana mungkin karena itu tempat terdekat dengan colokan charger, Taka pasti ingat apa yang kukatakan sebelumnya.

Aku juga penasaran dengan nasi ayam katsu yang dibicarakan mereka berdua, jadi aku pergi dahulu untuk memesannya.

“Ibu, 1 paket nasi ayam katsu ya!” Pintaku kepada ibu penjaga di salah satu kios.

“Aduh, maaf ya baru saja 4 paket terakhir diambil oleh 2 anak itu.”

Ibu kantin menunjuk ke arah Taka dan Yogairu yang sedang makan dengan lahap.

Sudah kuduga pasti seperti ini, dasar mereka sangat rakus.

“Oh, iya bu. Kalau begitu saya pesan minuman es coklat saja.”

“Siap…....”

Setelah memesan minuman aku pergi ke tempat mereka berdua. Ketika aku mendekati mereka, mereka berdua sedang bermain game MOBA.

Hei, bukannya tadi kalian makan? Cepat sekali! Dan sebelumnya kamu mengajak aku untuk bermain game Rythme, tapi apa yang kalian mainkan itu adalah game Shadow of Light dengan satu Match yang cukup lama.

“Aku datang, maaf terlambat.”

Tidak ada tanggapan dari mereka berdua, seberapa fokus kalian?

“Aku datang! Maaf terlambat!”

Aku sedikit berteriak sambil menaruh minumanku dengan keras. Kali ini ada reaksi, lalu Taka menatapku. Lah, dia langsung fokus melanjutkan gamenya.

Kineku, anak ini tidak bereaksi sama sekali. Mengapa dia tidak menggunakan konsentrasi itu waktu pelajaran? Dilihat dari kantung matanya mungkin dia kurang tidur karena sering begadang, karena itu Kineku selalu tidur waktu pelajaran.

Sepertinya mereka akan melanjutkan gamenya, jadi aku menunggu sebentar sambil bermain gameku sendiri.

Sekitar 20 menit berlalu, aku melihat jam sudah jam 15.40. ini sudah sore.

Mereka berdua terlihat hampir selesai bermain. Aku tahu dari cara bermain mereka yang sangat fokus, dan tentu saja aku sudah bosan dengan game itu.

“Kau bikin lama bodoh! Tinggal selesaikan apa susahnya sialan!” Sahut Taka, ekspresi kesal menatap Yogairu.

“Memangnya kamu tidak pernah melakukannya, Baka Zora!”

“Liat situasi, bodoh! Tidak kasian dengan Aoi bermain game sendiri?”

Padahal gamenya sudah selesai tapi mereka masih aja mempersalahkan itu.

“Sudah sudah kalian berdua, banyak murid di sini. Kalian terlalu berisik.” Aku berniat untuk melerai mereka.

Dengan mudahnya Taka kembali normal, dan mengingat kembali tujuan awal kita kemari.

“Oh ya! Ajari aku bermain game ritmemu itu.”

“Aku tidak pandai dalam mengajari, jadi aku hanya menunjukkan caraku bermain dan sedikit tipsnya.” Jelasku sembari membuka aplikasi game tersebut.

Taka melihatku dengan serius, aku hanya menjelaskan tentang Tap note, Slide note, Long not itu hanya dasar dan itu pasti ada tutorialnya di game manapun. aku merasa tidak enak dengan Taka, tapi hanya ini yang bisa kulakukan.

*Stage Clear!

“Wahh keren Aoi! Konsentrasi mu luar biasa! Semua perfect! Itu seperti sebuah kontes lagu asli! Hebat!” Puji Taka, entah itu kebohongan atau bukan. Namun mata berbinar takjub itu sedikit menganggu.

“Cih, itu game hanya pencet pencet tombol sesuai lagunya, apa susahnya?” Di sisi lain, Yogairu seolah meremehkan game Rythme

“Kamu mau mencobanya, Kineku?”

Kineku sedikit meremehkan game Rythme, aku membiarkan dia bermain sebentar. Aku sedikit kesal dari tadi, jadi aku memberikannya Stage yang sedikit susah.

“Nih, ini kesulitannya normal, pemula pasti bisa.” Ujarku memberikan ponsel.

“Ha? Kamu terlalu meremehkan pemain Fasthand sepertiku.”

Kineku memulai gamenya, dia terlihat percaya diri.

[miss, lost, bad]

Apa itu? Dimana semua kepercayaan dirinya? Bahkan memencet dengan tepat tidak pernah sekali pun. Aku merasa bersalah, Taka terus mengolok – oloknya.

“Bodoh, bodoh, bodoh dimana kekuatan jari mu bodoh!” Ejek Taka.

*Stage Failed……

“Cih… sialan…”

“Bodoh, bodoh sini aku coba.”

Taka mengambil Smartphone – ku dan langsung memulai gamenya.

Tangannya sedikit gemetaran, aku tidak yakin dia bisa menyelesaikannya. Aku kasihan dengan Taka jika Kineku membalas mengoloknya. Tepatnya aku tidak mau mereka ribut lagi.

[Perfect, Perfect, Combo!]

Sepertinya Taka punya bakat alami, sekali mencoba dia sudah sedikit lancar. Aku sedikit lega.

*Stage Clear!

“Yosh aku bisa, Yoga bodoh, KinEcchi Bodoh!” Cibirnya menjulurkan lidah pada Yogairu.

“Huh, itu cuma keburuntungan mu, Stage nya lebih gampang dari sebelumnya.”

Jika disebut keberuntungan itu menurutku bukan, saat pertama kali aku mencoba Stage ini aku hampir mengulanginya 4 kali. Tapi tidak untuk Taka, dia hampir Full Combo di percobaan pertama. Sangat mengesankan.

“Baiklah baiklah, ini sudah mulai gelap. Sebaiknya kita segera pulang.” Ajakku, sejujurnya aku tidak masalah jika pulang terlambat. Tapi kalau bersama mereka ini...

“Ayo! Aku ingin segera pulang, meng – install game Rythme dan langsung memainkannya!”

“Ya, aku sudah muak dengan omongan Taka….”

Mereka berdua menyetujuinya, walau alasan yang berbeda.

Kami akhirnya bersiap dan berjalan keluar sekolah, rumah Yogairu ke arah selatan sedangkan rumahku dan rumah Taka ternyata satu arah.

Sebelum berpisah di persimpangan, Yogairu berbicara denganku.

“Aoi, panggil aku Yogairu saja! Lebih simpel bukan?”

“Baiklah Yoga – san.”

Yoga berlari sambil berteriak ‘selamat tinggal’ kepada kita berdua.

Hari ini sangat menyenangkan, ini berbeda dari hari sebelumnya. Aku merasakan ritme yang bagus. Walau sangat melelahkan tapi semuanya tidak terasa karena tingkah laku mereka berdua, aku harus berterima kasih kepada Taka karena sudah mengajakku.

“Pemandangan langit sore hari sangat indah bukan?” Sahut Taka, menyilangkan lengannya tuk bersandar sembari menikmati Indahnya langit.

“Benar! Tidak ada yang lebih baik dari melihat Sunset.”

“Oh, ya Aoi. Bagaimana jika malam akhir pekan, kamu datang ke rumahku? Kita ajak Yoga juga, kita habiskan semalaman penuh untuk bermain game!”

Taka mengajakku ke rumahnya? Sepertinya seru. Aku juga mulai bosan dengan kehidupan ku yang hanya menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.

“Hari sabtu besok ya? Boleh aku juga punya banyak waktu luang.” Ucapku setuju.

“Sudah diputuskan! Yosh, baiklah aku akan mempersiapkannya.”

Taka sepertinya senang sekali, akupun merasa begitu. Mungkin dari hari ini sampai seterusnya alur Ritmeku akan berubah.

......................

Saat aku didepan Minimarket aku melihat gadis yang berjalan bersama Taka tadi pagi sedang membuka pintu dan keluar sambil membawa kantung yang terlihat berisi sayuran.

“Ahh…. Asteria – chan kebetulan sekali. Oh ya, hari ini giliran kamu yang bikin makan malam ya?” Sapa Taka, kedua matanya sangat fokus pada gadis tersebut.

“Ta-Kyun?”

Gadis itu berlari ke arah Taka dan langsung memeluknya.

“Selamat datang Ta-Kyun! Kenapa kamu terlambat pulang hari ini.”

Makan malam? Terlambat pulang? apa itu, mereka berdua satu rumah? Aku tidak tahu lagi. Taka, dia sangat susah dipahami.

Bersambung.......

Chapter 3 - Pesta Malam yang Kelam

Gadis itu tiba - tiba memeluk Taka yang ada disebelahku, dia memakai baju yang imut, kaos berwarna hijau serta memakai manset dibaliknya dengan celana pendek dan kaos kaki sepanjang betis. Jika dilihat sedekat ini, dia lebih kecil dari yang kukira, tapi itu wajar untuknya yang dalam masa pertumbuhan.

Lalu apa yang harus aku lakukan? Meninggalkannya? Tidak – tidak, itu tidak sopan. Bagaimana dengan menyapanya? Mungkin itu yang terbaik, tapi itu terlihat sedikit aneh, terlebih lagi aku juga tidak mengenalnya. Ahh, masa bodoh! Lebih baik aku memberi salam dengannya.

“Ha – halo.” Sapaku perlahan, mencoba untuk membuka perbicaraan nyaman dengannya.

“Ta – kyun, siapa dia? Dia orang asing bukan?”

Ah, dia menganggapku sebagai orang asing, itu sudah pasti. Aku terlihat menjijikkan, blak – blakan sekali.

Tapi sungguh, dia imut, matanya bulat berwarna hijau, bibirnya tipis, itu sangat sempurna dengan jepit rambut berbentuk bintang menempel di rambutnya yang hitam dan sedikit kehijauan. Itu mengingatkanku akan keindahan gugusan bintang di luar angkasa bebas, mungkin tidak sebanding jika mengiaskanya dengan bintang yang dapat menghiasi langit waktu malam.

“Asteria, dia teman sekelas kakak. Namanya Aoi Syafiqi, dia bukan orang asing tahu, minta maaf dan beri salam kepadanya.”

Perjelas Taka perlahan kepada adiknya, jika dilihat secara langsung dia benar benar menjadi seorang kakak.

“Baiklah….. Anu, Maaf aku kira kakak adalah orang asing." Liriknya dari balik pelukan Taka.

'I – imut! Dia seperti anak rubah yang baru keluar dari sarangnya, dia malu malu. Suaranya juga lembut, itu sangat lucu.' Sepatah kalimat yang muncul langsung sesaat mendengar suaranya.

“Ah, tidak usah dipikirkan hal itu. Kamu adiknya Taka ya? Senang bertemu denganmu!”

Sebentar, di – dia? Adik? Sedekat itu? Apakah itu hal yang umum sebagai pasangan adik – kakak? Berpelukan? Serius, itu sudah seperti sepasang kekasih, orang orang pasti beranggapan begitu, aku yakin dengan itu!

“I-iya, Aku adiknya Taka – niisan, namaku Asteria Hoshizora."

Imuttt, tidak! ini terlalu imut. Bisa bisanya Taka tidak pernah bercerita jika punya adik seimut ini.

“Iya….. Hoshizora – chan.”

“Baiklah ayo kita pulang bersama!” Teriak Taka dengan semangat.

Aku berpikir jika hubungan mereka lebih dari sekedar adik dan kakak, liat saja mereka. Bergandengan tangan saat berjalan diluar seperti pasangan kekasih.

“Ta- Taka, ini mungkin sedikit tidak sopan. Tapi apakah yang kamu lakukan dengan adik perempuanmu itu adalah sesuatu yang wajar? Ah tidak, maksudku bukannya itu sedikit memalukan?” Aku berbicara kepadanya dengan suara lirih.

“Hemm? Ini biasa kok! Aku dan Ta – kyun sudah sering melakukan ini. lagian Ta – kyun hanya milikku seorang.” Asteria yang mendengar itu langsung menjawabnya dengan tegas dan pegangannya semakin erat pada lengan Taka.

“Sudah sudah lagian Aoi tidak akan merebut kakakmu darimu.” Taka mengatakan itu sambil mengelus – elus kepala Asteria.

“Ini mungkin karena aku dulu belum pernah dekat dengannya, dan kami baru sering berkomunikasi baru baru ini.” Sambungnya.

“Baru baru ini ya? Jadi sebelumnya hubungan kalian tidak sedekat ini.” Timpalku kembali, aku sedikit kehilangan akal sehatku ketika menanyakan hal privasi itu.

“Benar, karena aku bersama kakakku di kota ini, sedangkan Asteria dan orangtuaku berada di luar kota. Asteria datang saat kakakku tiada, dan menemaniku hingga saat ini.” Waktu Taka mengucapkan itu raut wajahnya berubah, dia terlihat menahan kucuran air matanya dalam kantung matanya.

Aku merasa bersalah telah mengatakan itu, mungkin itu adalah kenangan yang paling dia cintai selamanya.

“Maaf, aku merasa bersalah karena bertanya soal itu. Aku sungguh minta maaf!”

“Ahhh, udah lah Ta – kyun! Sekarang kan Ta – kyun punya aku, karena itu jangan bersedih.” Ucap Asteria berusaha untuk menyemangati Taka.

Cahaya matahari yang terbenam menghiasi kami bertiga, sang surya telah menyelesaikan tugasnya dengan baik dan ingin mengakhiri hari dengan senyuman yang indah.

“Oh ya, kami akan mengadakan pesta kecil di malam akhir pekan. Cuma Aoi dan Yogairu, bagaimana? Asteria juga mau ikut?” tanya Taka kepada adiknya.

“Iya pastinya!” Asteria menyetujuinya dengan senang.

“Baiklah!” tidak tau mengapa, aku sangat senang mendengar itu. Seakan itu adalah hari yang akan kunanti seumur hidup.

“Ta – kyun… bolehkah aku ajak satu temanku….” Asteria mengatakan itu dengan suara yang lirih, itu sangat imut!

“Hmm, aku sih tidak masalah. Bagaimana dengan mu Aoi?” Jawab Taka sembari menatapku.

“Tidak apa! Bukannya semakin banyak semakin seru?”

Bulan mulai menggantikan Matahari yang telah bersinar sepanjang hari, pertemuan antara benda langit itu menciptakan langit senja berwarna kemerahan. Cukup indah untuk membuat seseorang bertanya – tanya mengapa jiwa serta hati kita tidak pernah sebebas itu.

......................

Hari yang ditunggupun datang, selama ini banyak hal baru yang kulakukan belakangan ini. Seperti-

1, Berangkat menuju sekolah bersama Taka dan adiknya.

2, Aku mulai dekat dengan mereka berdua (bermain game)

3, Tidak menyendiri waktu istirahat.

Selama aku bersama teman temanku, aku merasa banyak perubahan dari diriku. Ini terasa seperti lahir kembali menjadi seorang remaja dengan lingkungan baru.

Malam hari pun tiba, aku bersiap siap menuju rumah Taka.

Mungkin akan terjadi hujan malam ini, cuacanya juga mulai dingin. Untung saja aku memakai jaket dan Headset yang menhangatkan telingaku. Sebaiknya aku sedikit mempercepat langkahku, tidak lucu jika ditertawakan mereka ketika datang kehujanan dan basah kuyup.

Setelah berjalan beberapa menit, aku sampai di depan rumahnya. Ini memang kawasan komplek yang setiap rumahnya hampir sama. Tapi, aku tidak mungkin salah rumah karena sudah ada tulisan ‘hoshizora’ di pagarnya.

Aku melihat seseorang yang menunggu di depan pintu sambil melihat smartphone - nya, dia terlihat seperti Taka tapi dia sedikit berbeda dengan penampilan bebasnya.

“Permisi….” Aku mencoba untuk memberitahukan diriku jika sudah berada di depan rumahnya.

“Hai Aoi! Kenapa kamu diam disana? Kenapa kau tidak masuk?” Taka terkejut kemudian langsung membuka pagar rumahnya dan mempersilahkanku masuk.

Saat berada di ruang tamu, aku disambut meriah oleh mereka. Aku melihat gadis berambut ponytail berwarna ungu cerah disebelah Asteria, apakah dia adalah teman Asteria yang di ajaknya? Sangat imut, apalagi gaya rambutnya yang memberikan poin tambahan.

“Selamat datang niisan!” ucap Asteria dengan senyumannya yang imut.

“Lambat! Aku menunggumu sampai kopiku dingin bodoh!” Yoga mengatakkan itu sambil melempar boneka kepadaku.

Aku tidak heran dengan apa yang dia katakan, tapi melempar benda disekitarnya itu tidak baik.

“Ah Kumarokun!” Gadis berambut ponytail itu berteriak dan matanya mengarah kepada boneka yang kutangkap.

'Ha? Kumarokun? Boneka ini punya nama ya, ini pasti milik teman Asteria.' Gumamku memandangi boneka beruang dengan ukuran cukup besar dan pas di genggam diantara kedua tangan.

Sebagai pemilik dari benda itu, dia memanggilku lirih.

“Ni – nissan, Boneka, Milikku.”

Menggemaskan! Imut sekali! Dia mengatakannya dengan menundukkan wajahnya, ini berkah karena aku telah menangkap boneka ini. Tidak, Kumarokun! Terimakasih Yoga – kun!

“Ah, Ini milik mu ya, kalau boleh tau siapa namamu.”

Aku memberikan boneka itu dan mulai berbincang dengannya.

“Iya, terimakasih! Namaku Azuzi Namida.” Serunya sembari mengenalkan diri.

“Azuzi – chan ya, aku Aoi Syafiqi. Senang bertemu denganmu!”

“Baik Aoi – san!”

Dia gadis yang periang, Asteria dan Azuzi cukup imut untuk mereka yang masih SMP. Rasanya ingin kembali pada masa itu.

“Kalau sudah berkumpul semua, mari kita mulai!” teriak Taka sambil mengangkat gelas berisi sirup sebagai tanda jika pesta dimulai.

[[YA!]]

Kami pun memulainya dengan Game MOBA yang belakangan ini populer, aku sedikit tidak percaya jika Asteria dan Azuzi bermain game tersebut, bahkan mereka berdua berada di tingkat yang sama denganku.

Game ini cukup simpel, tujuan utamanya yaitu mengalahkan wilayah musuh dengan setiap karakter yang memiliki Ability khusus. Yang dimainkan oleh sesama player dengan sistem 5 vs 5 dan lamanya 1 pertandingan kurang lebih 20 menit sampai 1 jam.

Aku sungguh tidak percaya, hanya dengan bermain bersama sama. Aku bisa merasakan sensasi yang sangat berbeda saat aku bermain sendiri. Luar biasa!

Sudah cukup lama kami bermain, Aku dan Taka memutuskan untuk berhenti. Tapi Yogairu masih memaksa untuk melanjutkannya.

“Ayolah kalian, kita sudah memenangkan 4 kali pertandingan berturut turut, bukannya kita tidak terkalahkan? Ayo kita lanjutkan.” Ucap Yoga sambil menunjukkan layar Smartphonenya.

“Dasar, kamu tidak lihat Asteria dan Azuzi sudah mengantuk? Mari kita beristirahat sebentar.” Balas Taka dengan nada bosan.

Langit malam sunyi, angin berhembus membawa awan gelap yang menutupi keindahan langit. Cuaca semakin dingin, hujan rintik mulai turun, bulir – bulir hitam mulai meluncur turun dari mega hitam menuju bumi yang basah, dengan ditaburi suara petir yang bersahutan.

“Uwahh hujan! Pas sekali bukan? Mari kita lanjut menonton beberapa film!” Asteria mengatakannya seraya menunjukkan beberapa DVD.

Mereka semua tidak ada yang keberatan, termasuk aku. Kami melanjutkan pesta tersebut dengan menonton beberapa film Action. Udara dingin dan rintikan hujan menambah suasana kebersamaan.

Ditengah menonton film tiba tiba Yogairu mengatakan sesuatu.

“Sial, Jika saja kita punya kekuatan khusus seperti di ga-“

*Zlar

Tiba tiba kilat menyambar bersamaan dengan suara gemuruh nan keras dan diikuti listrik yang padam, membuat rumah ini gelap tanpa pencahayaan sedikit pun.

[[Aaaahhh!]]

Dua suara gadis kecil berteriak ketakutan, aku tidak tahu harus merasa beryukur atau keberatan untuk menolongnya.

“Tenanglah, rumah ini sudah terpasang lampu darurat. Tunggu sebentar ini pasti akan bekerja.” Ucap Taka untuk menenangkan situasi.

Lampu yang ada di tengah ruangan mulai menyala, itu adalah lampu darurat. Walau sedikit redup, ini bisa bertahan lama, dan cukup untuk menerangi satu ruangan.

“Baik – baik sudah cukup dramanya, selagi ini hujan mari kita lanjut nonton film horror!” Seloroh Yogairu sambil menyalakan Laptop miliknya.

Kami melanjutkannya dengan menonton film Horror. Untukku film itu sangat membosankan, itu benar benar tidak menyeramkan. Tapi aku sungguh berterimakasih dengan Yogairu, karena saat ini Azuzi menempel padaku, ini membuatnya jauh lebih baik.

Ini sudah sampai di akhir film, listriknya juga masih belum hidup. Aku melihat sekeliling, mereka semua sepertinya ketiduran. Aku juga mulai mengantuk, tapi akan aneh jika aku tidur disamping Azuzi. Jadi aku akan menunggu sedikit lebih lama.

Ah, sial. Mataku sangat berat, sedikit demi sedikit aku mulai memejamkan mataku. Tapi, saat aku sudah menyerah dan berniat untuk tidur. Terdengar suara gadis, aku yakin itu bukan Azuzi atau Asteria. Aku beranggapan itu hanyalah imajinasiku.

“Bagaimana jika setiap manusia memiliki kemampuan khusus seperti di game game pada umunya.”

Suara itu terdengar dengan jelas, itu seperti apa yang dikatakan Yogairu sebelumnya. Karena penasaran, aku memaksakan diri untuk membuka mata.

Aku melihat seorang gadis dihadapanku, dia melihatku dengan tatapan yang serius. Warna biru di mata dan rambutnya mengingatkanku dengan luasnya samudra dan indahnya langit, dia memakai jubah berwarna putih yang bersinar sambil menggenggam 2 bunga mawar yang berwarna biru dan merah. Dia nampak sangat mempesona di gelapnya malam.

“Hei, apakah kau mendengarku?” Tanyanya, pandangan serius itu tidak terbatas.

“I – iya.”

“Jadi bagaimana rasanya?”

“Apa maksudmu?”

“Sesuatu yang kuucapkan tadi, Bagaimana rasanya?”

'Apa yang dia maksud, aku tidak mengerti. Dia berkata jika manusia memiliki kemampuan khusus? Bagaimana itu mungkin, tapi aku merasakan sesuatu yang aneh dalam tubuhku. Aku merasa sedikit bebas dan bersemangat. Apa ini?'

“Dipikir secara rasional itu tidak akan terjadi dalam kehidupan nyata, tapi ini berbeda. Ini bukan Mimpi, tapi ini nyata. Aku merasa ini sangat aneh.” Lirik heran sendiri dengan situasi di tubuhku.

“Apanya yang aneh? Ini kehidupanmu bukan? Bukannya yang disana itu Taka dan adiknya, Asteria?”

Dia menunjuk ke arah Taka, dan aku melihatnya. Itu benar benar dia, aku masih tidak percaya ini. Bagaimana dia bisa tahu? Dan apa hubungannya dia denganku?

“Tidak! Ini hanyalah mimpi!” Sanggahku tegas.

“Hmm? Apakah kamu berpikir begitu, Aoi – kun?

“Sudah cukup! Jelaskan apa mau mu!”

Aku mulai kesal, hingga mulutku tak sanggup menahannya.

“Ara – Ara padahal aku sudah menyelamatkanmu loh, mengapa kamu bertindak begitu padaku.”

“Ha?! Menyelamatkan? Hentikan omong kosong mu!”

Balasan untuk teriakan itu adalah wajahnya yang semakin dekat dalam pandanganku.

“Omong kosong ya? Jadi biar aku jelaskan semuanya.”

Bersambung.....

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!