Terlihat dari kejauhan seorang gadis cantik dengan pipi chubby sedang berjalan bersama teman teman nya. Mereka keluar dari gerbang sekolah yang tak lain adalah SMA Terfavorit di kotanya. Gadis itu sedang bercanda dan tertawa bersama dua sahabatnya, dia terlihat begitu bahagia, namanya adalah Kanaya Almira.
Tak jauh dari mereka ada sesosok pria tampan dengan wajah dingin dipenuhi kebencian yang sedang menunggu salah satu dari mereka bertiga. Kanaya berjalan mendekati pria yang sedang berdiri di dekat mobil mewahnya sambil melemparkan senyuman. Diapun masuk kedalam mobil dan melambaikan tangan kepada dua sahabatnya. Pria itu tak lain adalah kakaknya Kanaya, Rendy Saputra.
Salsa sahabat dari Kanaya Almira. Mereka berteman dari sejak kecil, bahkan mereka saling mengucapkan janji jika besar nanti mereka akan tetap bersama.
Tiara sahabat Kanaya dan Salsa, mereka bertemu ketika masih Sekolah Dasar dan mereka sering menghabiskan waktu bersama. Bahkan mereka dijuluki Tiga Serangkai.
-----
Sepulang sekolah kanaya dan dua sahabatnya berencana untuk pergi ke cafe sambil mengerjakan tugas hari ini. Mereka biasa pergi ke sweet cafe, karena itu adalah cafe yang berada di tengah tengah antara rumah kanaya dan dua sahabatnya.
Ketika melewati gerbang kanaya berencana akan memberi tahu kakaknya karena kedua orang tua mereka sedang melaksanakan perjalanan bisnis ke luar negeri untuk waktu yang cukup lama.
Kanaya tinggal di rumah mewah dan besar bersama keluarganya. Dia adalah anak perempuan satu satunya di keluarga Saputra.
Ketika dia sedang mengeluarkan ponselnya pandangannya tertuju pada mobil mewah hitam yang ia kenali.
"Kakak gue jemput nih, lain kali aja ya ke cafe nya kalo enggak kalian ke rumah gue aja. "ucap ku pada mereka dan mereka pun menganggukkan kepala tanda setuju.
Aku menghampiri Kak Rendy yang sedang berdiri di samping mobilnya.
"Tumben kakak yang jemput?" tanya ku pada Kak Rendy, dia hanya diam seolah-olah tidak mendengarkan ku berbicara.
Tanpa banyak bicara lagi aku langsung masuk kedalam mobil dan melambaikan tanganku pada dua sahabatku. Selama perjalanan aku tidak berbicara apa pun, karena bosan aku mengambil headset dari tasku dan langsung mendengarkan musik.
Baru 15 menit kami meninggalkan sekolah kak Rendy langsung membuka pintu dan menyuruhku keluar.
"Keluar!" perintah Kak Rendy tegas.
"Kenapa, kan masih jauh?" tanya ku yang bingung tiba tiba disuruh untuk keluar.
"Aku harus menjemput Shella." jawab Kak Rendy ketus.
Aku pun keluar dari mobilnya, Kak Rendy langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Aku pun mulai berjalan kaki utuk pergi ke halte bus yang lumayan dekat dari tempatku sekarang.
Di tengah perjalan hujan tiba-tiba turun deras aku berlari sekuat tenaga tetapi tetap saja basah kuyup. Untung jarak ke halte bus sudah dekat dan aku berteduh di halte bus. Sekitar 5 menit bus yang akan ku naikin pun datang, ku keluarkan kartu transportasi dan langsung ku tempelkan lalu mencari tempat duduk.
---
Sekitar 15 menit aku sudah sampai dijalan arah ke rumahku. Aku keluar dari bus dan berlari karena masih hujan deras aku memaksakan untuk segera pulang. Setelah sampai didepan rumah satpam pun membuka gerbang dan memberiku payung karena melihatku sudah basah kuyup.
"Non, ini payungnya bawa!" ucap pak satpam sambil menyodorkan payung yang dipakainya kepadaku.
"Tidak usah pak udah deket gini." balasku sambil berlari.
Ku tekan bel rumah dan datanglah Bi Sumi, dia kaget melihatku yang sudah basah kuyup karena kehujanan. Bi Sumi pun berlari membawa handuk dan memberikannya padaku.
"Terima kasih Bi, jangan bilang siapa-siapa ya aku kehujanan!"
Bi Sumi pun menganggukkan kepalanya tanda setuju.
Aku langsung masuk kedalam rumah dan berlari ke kamarku untuk mandi. Selesai mandi aku langsung membaringkan tubuhku di tempat tidur karena aku merasa begitu lelah dan pusing.
Bi Sumi yang tadi melihatku kedinginan langsung pergi ke dapur dan membuat bubur untuk ku. Tak butuh waktu lama Bi Sumi sudah selesai membuat bubur dan siap untuk mengantarkan bubur itu ke kamar ku.
"Permisi, Non bibi boleh masuk?" tanya Bi Sumi dibalik pintu.
Aku yang mendengar samar suara bi Sumi langsung berteriak mempersilahkannya masuk.
"Iya bi, masuk aja gak dikunci kok." teriak ku dengan suara berat.
Bi sumi pun menyimpan bubur panas di atas meja samping tempat tidurku. Dia yang wajahku pucat langsung menempelkan punggung tangannya di keningku, Bi Sumi pun kaget karena suhu tubuhku yang naik.
"Non Kanaya demam, bibi ambilkan air dan handuk dulu untuk di kompres." ujar Bi Sumi yang panik dan langsung turun ke bawah.
Bi Sumi pun naik ke kamar ku dan membawa alat untuk mengompres ku dan tak lupa termometer. Bi Sumi langsung memasukan termometer ke mulutku, lagi-lagi Bi Sumi kaget melihat suhu tubuhku begitu panas 40°C.
Ketika bibi sedang meletakan handuk basah di keningku suara telpon rumah terdengar bergema dari lantai bawah. Bi Sumi langsung turun dan mengangkat telepon yang ternyata dari Pak Hardi yang tak lain ayah Kanaya.
"Bi, di rumah baik baik saja kan? Rendy selalu pulang ke rumah kan, Bi?" tanya Pak Hardi tak sabar.
"Iya, Tuan semua baik-baik saja dan Den Rendy juga selalu pulang ke rumah. Tapi tuan, Non Kanaya demam tinggi dia kehujanan sepulang sekolah tadi." jawab Bi Sumi yang terpaksa mengadu kepada majikannya itu.
"APA! Ya sudah saya akan telepon Rendy untuk membawa Kanaya ke Rumah Sakit, jaga Kanaya dengan baik, Bi!" Pak Hardi kaget mendengar penuturan pembantunya itu.
---------
Rendy yang sedang makan bersama Shella pacarnya langsung kaget ketika ponselnya berdering. Dilihat nama yang tertera dilayar ponselnya ternyata ayahnya.
"Halo yah, ada apa? " tanya Rendy to the poin.
"Kanaya demam, bawa dia ke rumah sakit!" perintah ayahnya yang panik.
"Kan ada Bi Sumi, aku sedang rapat yah." balas Rendy yang tidak mau mengurusi adiknya itu.
"Sepenting itu kah pekerjaan mu dibanding adikmu?" tanya ayahnya yang sudah geram dengan jawaban Rendy.
"Iya nanti selesai rapat aku antar kan dia." jawabnya dengan malas.
Rendy pun langsung menutup sambungan teleponnya dan melanjutkan makan bersama pacarnya. Shella yang begitu penasaran langsung menanyakan apa yang barusan dia bahas dan ayahnya.
"Kenapa sayang kok mukanya malah bad mood?" tanya Shella penasaran.
"Biasa suruh ngejaga anak kecil." balas Rendy yang langsung mengirimkan pesan kepada assisten nya untuk mengantar Kanaya ke rumah sakit.
"Maksud kamu, adik kamu itu?" tanya Shella kembali dengan senyuman sinis.
Rendy pun menganggukkan kepalanya dan langsung memakan pesanan yang sudah mereka pesan.
--------
Sekitar 1 jam Soni assisten yang Rendy suruh sudah datang ke rumahnya. Dia keluar dari mobil dan langsung menekan bel rumah, tak lama Bi Sumi pun keluar.
"Saya soni assisten Pak Rendy, saya di suruh untuk mengantarkan nona Kanaya ke rumah sakit." tutur Soni menjelaskan.
Bi Sumi pun langsung mempersilahkan Soni masuk dan mengajaknya ke kamar Kanaya, Kanaya yang sedang tertidur langsung digendong dan dibawa ke dalam mobil diikuti Bi Sumi.
Sesampainya di rumah sakit Kanaya yang masih tertidur langsung diperiksa dokter dan dipasangkan jarum infus.
"Bagaiman keadaannya,Dok?" tanya Soni pada dokter yang baru memeriksa adik bos nya.
"Pasien kekurangan darah dan demam, saya sarankan untuk di rawat 2-3 hari dulu agar cepat pulih." jawab Dokter menjelaskan secara detail.
"Baik dok lakukan yang terbaik." seru Soni dan Bi Sumi bersamaan.
Selama di rumah sakit Bi Sumi jarang pulang ke rumah, begitu pun Rendy yang tidak pulang bahkan melihat Kanaya saja dia tidak pernah.
Ketika Kanaya membukakan mata melihat sekelilingnya dan Bi Sumi yang duduk di sampingnya sambil menempelkan kepalanya di ranjang pasien.
"Ahh pasti bibi mengadu."gumam ku dalam hati.
Kanaya yang berusaha bangun tidak sengaja menyenggol Bi Sumi, ia pun langsung terbangun melihat Kanaya sudah siuman.
"Alhamdulillah Non udah sadar. Mau bibi bantu, Non?" tanya Bi Sumi dengan perasaan yang lega.
"Iya, Bi. Tolong saya mau duduk!" pinta Kanaya dan Bi Sumi membantuku untuk bangun.
"Bi, Kak Rendy kesini gak?" tanya Kanaya penasaran.
Bi Sumi pun menundukkan kepalanya, dan Kanaya pun faham maksud dari tingkah Bi Sumi.
"Yaaaahhhh." Kanaya menarik nafas panjang yang membuat dada ku terasa sesak.
Bi Sumi mengambil kotak makanan yang ia beli di rumah makan depan Rumah sakit.
"Non, makan dulu ya!" ucapan Bi Sumi membuyarkan lamunan Kanaya.
Kanaya makan dibantu Bi Sumi, Bi Sumi menyuapi Kanaya dengan lembut seperti ikatan Ibu dan Anak. Selang beberapa menit ponsel Kanaya berdering dan nampak lah nama Bunda dilayar ponselku.
"Halo, Bunda?" Tanya Kanaya diujung telepon.
"Hai, Sayang! Gimana keadaan kamu sekarang?" Tanya Lia, yang tak lain adalah Bundanya yang khawatir.
"Udah mendingan,Bun dan besok juga udah boleh pulang." Jawab Kanaya tidak ingin Bundanya khawatir dengan keadaannya.
"Syukurlah! Maafin Bunda ya gak bisa pulang, soalnya bunda harus nemenin ayah dan ngurusin beberapa urusan." Ucap Lia penuh penyesalan.
"Iya gak masalah, Bunda sehat kan?" Tanya Kanaya.
"Bunda sehat kok, Ayah kamu juga sehat dia buru-buru menyelesaikan semua urusannya biar cepat-cepat pulang katanya." Balas Lia yang lega mendengar suara putrinya.
"Hahah masa sih, Bun? Bunda aku kangen kalian." Rengek Kanaya pada Bundanya.
"Bunda juga sama, tunggu kami pulang ya. Sudah dulu Ayah kamu harus meeting sekarang." Ucap Lia diakhir sambungan telepon.
Lia pun memutuskan sambungan teleponnya. Kanaya menatap Bi Sumi dan tanpa sadar air matanya terjatuh. Bi Sumi yang melihatnya menangis langsung kaget dan memeluk tubuh mungil Kanaya. Kanaya mulai mengatur nafas dan menenangkan pikirannya yang kacau.
"Kak sebegitu benci kah kamu padaku? Dosa apa yang aku perbuat padamu?" tanyanya pada diri sendiri.
Pagi ini Kanaya sudah diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit, Bi Sumi membereskan barang-barang yang dia bawa kemarin. Kanaya berjalan lambat keluar dari pintu rumah sakit berharap bahwa Rendy menjemput mereka.
"Terkadang realita terlihat bodoh saat di sandingkan dengan ekspektasi." Gumam Kanaya dalam hati
Dia mengeluarkan ponsel dan mencoba menghubungi kedua sahabatnya, membuka WhatsApp dan menyapa sahabat-sahabatnya digrup chat yang khusus untuk mereka bertiga.
Kanaya: "Sedih deh hari ini aku gak bisa masuk sekolah."
Salsa: "Lo sakit ya? Sekarang dimana, Nay?"
Tiara: "Iya lo dimana gue sama salsa mau jemput lo, hari ini gue bawa mobil."
Kanaya: "Rumah Sakit Pelita, cepetan ya."
Mereka pun tak membalas lagi. Sekitar empat puluh lima menit mobil mewah berwarna putih berhenti dihadapan Kanaya dan Bi Sumi. Tiara menurunkan kaca mobilnya dan menyuruh kedua orang itu untuk masuk.
Selama perjalan mereka bercanda, tertawa, bernyanyi bersama seakan semua rasa kecewa yang Kanaya rasakan hilang. Bi Sumi yang melihat Nona mudanya bahagia langsung memotret mengabadikan momen itu tanpa mereka sadari.
Ponsel Lia pun berbunyi dan di lihatlah pesan masuk itu ternyata dari Bi Sumi, dia tersenyum bahagia melihat layar ponselnya.
"Kenapa, Bun?" tanya Ayah pada Bunda yang merasa aneh.
"Nih liat,Yah Kanaya bahagia banget ya, Bunda jadi pengen pulang gak sabar pengen meluk putri kita." balas Bunda dengan mata yang berbinar-binar.
Dalam hatinya dia merasa bersalah atas kejadian 16 tahun lalu. Kini air matanya tak bisa di tahan lagi, Lia menundukkan kepalanya sambil mengusap air matanya yang jatuh. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya jika kejadian itu terbongkar, dia sudah tidak bisa membayangkannya lagi. Akan bagaimana reaksi Kanaya jika dia tahu kebenaran ini?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!