"Kania tidak mau menikah dengan laki-laki itu. Kami tidak saling mengenal dan bahkan Kania juga sudah punya kekasih, Bu!" seru Kania memohon sambil meminta pengertian ibunya.
Namun tentu saja sang Ibu takkan mudah ditaklukkan mengingat kenyataan yang sudah terjadi dan itu di depan matanya.
Plakk!
Satu tamparan langsung bersarang pada pipi Kania, tapi ketahuilah itu bukan tanpa alasan.
"Ibu benar-benar kecewa sama kamu Nia! Tidak mempunyai hubungan apapun dengan calon suami kakakmu sendiri, lalu bagaimana dengan kejadian kemarin malam. Kalian bermesraan?!"
Mayang menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir mengingat kelakuan putri bungsunya dengan calon menantunya itu.
Di saat semua orang sedang panik, kalut dan juga khawatir akan kaburnya Tiara malam itu, Mayang tanpa sengaja memergokinya Kania dan Arland yang sedang bermesraan. Dia melihatnya dengan mata sendiri.
Awalnya perempuan itu sangat mengkhawatirkan acara pernikahan yang sudah di depan mata dan tinggal menghitung hari. Mayang khawatir akan menciptakan malu diantara kedua belah pihak keluarga, sekaligus bingung dengan alasan Tiara kabur dari pernikahan.
Namun setelah melihat kelakuan Kania dan Arland, rasa khawatir serta bingung itu terjawab sudah. Semuanya terasa jelas sekarang.
"Bagaimana mungkin Tiara tak kabur, kalau dia sendiri mungkin sudah tahu perselingkuhan kalian berdua." Perempuan paruh baya itu langsung menggelengkan kepala. "Ibu benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiranmu Kania. Ada apa, Nak. Mengapa berubah begini sejak kehilangan ayahmu, Nak. Apakah luka kehilangan yang tak bisa kamu tanggung dalam hati membuatmu menjadi perempuan kejam dan penghianat seperti ini?!" tanya Mayang diakhir kalimatnya dengan nada suara yang bergetar.
Sungguh dia sangat malu dengan perbuatan putri tertuanya yang meski hanya anak angkat itu, tapi sangat disayanginya tanpa membedakannya dengan Kania. Dia malu karena Tiara menjadi pengecut yang melarikan diri menjelang hari pernikahannya.
Namun lebih malu lagi di saat setelahnya dia sendiri melihat betapa kejinya perbuatan putri kandungnya.
Sebagai orang tua tunggal yang baru kehilangan suami, ditambah aib yang bagaikan kotoran yang dilemparkan ke wajahnya, rasanya Mayang tak sanggup dengan semua itu dan bahkan berpikir akan menyusul suaminya saja.
"Kuburan Ayahmu bahkan masih basah Kania, dia baru pergi sebulan lalu. Ibu bahkan bahkan sempat berpikir walaupun Tiara sudah mencoreng muka Ibu, setidaknya masih ada kamu, Nak.
Namun apa? Kalian sama saja! Tidak ada yang kasihan padaku yang merupakan perempuan tua serta sudah renta ini. Kalian masih saja menyiksaku dengan perbuatan memalukan kalian! Satunya kabur menjelang pernikahannya dan satunya malah menjalin hubungan dengan calon kakak iparnya sendiri! Yatuhan ... tolong ambil nyawaku sekarang, aku sudah tak sanggup menghadapi malu yang diberikan kedua putriku ini!!"
Perih rasanya Kania mendengar perkataan ibunya yang demikian, tapi sungguh semuanya yang terjadi tak seperti yang sudah ibunya lihat. Beliau sebenarnya hanya salah paham.
Sementara itu, Kania yang dituntut ini itu membuatnya tak bisa berpikir jernih atau bahkan memberi penjelasan atas apa yang sudah terjadi.
Keluarga Arland menuntutnya menjadi pengantin pengganti, dan ibunya juga mendukung itu bahkan tidak mau tahu dengan penjelasannya.
"Bu, Kania tidak seperti itu!" lirih Kania masih berusaha, walau hatinya kini tak sanggup, sehingga air matanya pun luruh begitu saja.
"Tidak seperti itu bagaimana, masih ngotot kamu mengelak, hah?!" tanya Mayang sambil menepis tangan Kania yang mencoba mengusap bahunya untuk menenangkannya. "Padahal kamu tahukan Nia, kalau pernikahan ini amanat ayahmu sebelum meninggal.
Kamu juga tahu, kalau jelas-jelas tak harus Tiara yang menjadi pengantinnya, tapi kamu menolak saat itu karena bilang sudah punya pacar, Nia!! Lalu sekarang apa Nak, kamu bahkan mau-maunya digerayangi Arland seperti seperti perempuan rendahan. Andai Ibu tidak memergoki kalian, mungkin hal yang lebih buruk akan terjadi.
Kenapa Nak, kenapa Kania Wulandari. Disaat kamu punya kesempatan menjadi istri, kamu malah memilih menjadi selingkuhan?!" tanya Mayang dengan penuh kecewa dan juga hancur akan perbuatan kedua putrinya sendiri.
➡➡➡
Flashback!
Arland sedang menuju apartemen kekasihnya Lyra. Setelah mendengar kabar kalau Tiara mantan istrinya kabur, hatinya sangat senang dan tak sabaran untuk mengatakan kabar itu langsung pada pujaan hatinya.
Tak perlu menekan bel, Arland yang tahu pin apartemen milik kekasihnya langsung menekankan angkanya saja, lalu kemudian masuk dengan gampangnya.
Namun apartemen terlihat gelap dan hampir tanpa pencahayaan yang langsung membuatnya bingung.
Tak hanya itu, suara ******* orang yang memadu kasih langsung terdengar ditelinganya. Lalu siluet dua orang yang bergerak seperti melakukan hubungan badan langsung membuatnya syok bukan main.
Arland yang tak mau salah paham, segera mendekat untuk memastikan itu bukan kekasihnya.
Sayang sekali dugaannya berakhir benar dan itu memang Lyra. Mundur perlahan, Arland segera berlalu dari sana tanpa disadari keduanya.
Menuju klub malam dan minum di sana untuk melupakan masalahnya.
"Arrrggghhh! Sial!! Bahkan sampai aku berlalu dari sana, perempuan rendahan itu masih tak menyadari kehadiranku. Dia bahkan sangat menikmati dibawah pria itu!!" geram Arland sambil berteriak dengan kencangnya.
Dia marah dan benar-benar merasa pecundang serta menyesal karena tak menonjok pria yang sudah meniduri kekasihnya, dan sangat menyayangkan tindakannya yang pergi begitu saja dengan tenangnya. Harusnya dia gampar saja pipi perempuan rendahan itu untuk memberikan perhitungan atas penghianatannya.
Namun sekarang semua itu sudah berlalu, tak masalah karena masih ada lain waktu untuk membalasnya.
Minum dan terus meneguk alkohol sampai merasa kepalanya sedikit pusing.
Merasa sadar serta percuma meminum alkohol dan tak ada gunanya, Arland beranjak hendak pulang atau mungkin akan pergi menenangkan diri dengan cara lain.
Akan tetapi langkahnya malah tertahan, saat melihat sosok yang dikenalnya sedang terkapar dan akan dibawa oleh dua pria entah kemana.
"Lepaskan perempuan itu!" tegas Arland langsung menghadangnya. "Aku bilang lepaskan dia!!" teriak Arland naik pitam.
"Jangan menghalangi kami, Bro. Dia milik kami!" seru salah satu dari pria itu.
"Dia istriku, bagaimana bisa kalian bilang milik kalian?!" sarkas Arland dengan spontan berkata demikian tanpa sadar.
Percekcokan pun terjadi setelahnya dan mereka dipisahkan oleh petugas keamanan yang ada di sana, kemudian setelahnya Arland bisa pulang dengan sosok dikenalnya dan sudah ditolongnya.
"Heii, adik ipar. Kau sudah bangun?!" Arland tersenyum menyeringai melihat orang itu yang ternyata adalah Kania perlahan membuka mata.
Saat ini mereka sudah sampai di depan rumah orang tua Kania, tapi masih di dalam mobil.
"Kak Arland, aku dimana?" tanya Kania langsung begitu tersadar dan mengedarkan pandangan.
Entah mengapa Arland yang sedikit mabuk itu tiba-tiba mengingat penghianatan pacarnya dan menjadi marah.
Melihat dihadapannya ada Kania dan terlihat menggoda, Arland pun nekat untuk melampiaskannya pada calon adik ipar itu.
Bukan lewat perlakuan kasar, tapi sentuhan yang cukup intim. Bahkan tak segan meninggalkan jejak kemerahan di leher Kania. Tak cukup satu dia membuat beberapa.
Sementara itu Kania yang diperlakukan demikian tak bisa menolak, sebab dalam pengaruh alkohol. Dia memang sudah membuka mata, tapi belum sepenuhnya sadar, dan sepertinya kadar alkohol yang sudah membuatnya sampai tak sadarkan diri itu cukup keras.
Gadis itu cuma bisa pasrah dan mereka terus melakukannya, sampai saat ketika kaca jendela mobil digedor keras.
Itu Mayang Ibunya Kania dan dialah yang sudah menggedornya.
Sebelumnya dia sudah mendengar suara mobil yang berhenti di depan rumah. Dia jadi penasaran karena setelah beberapa saat tak ada siapapun yang masuk.
Beranjak dan menghampirinya untuk memastikan. Melihat mobil bergerak aneh, hal itupun membuatnya penasaran. Mendekat dan hampir menempelkan wajahnya ke mobil untuk melihat apa yang terjadi di dalam. Kemudian langsung menjadi syok, ketika sudah menyaksikan apa yang terjadi di sana.
➡➡➡
TBC
Pernikahan terjadi begitu saja menghancurkan hati, perasaan dan hubungan Kania bersama kekasihnya. Tak ada yang tersisa selain doa keluarga dan juga tamu undangan agar pernikahan mereka langgeng sampai maut memisahkan.
Berakhirnya acara sudah pasti menyisakan lelah yang luar biasa, tapi bukan cuma itu. Hati yang tak mampu dipaksakan untuk berdamai membuat awal pernikahan yang harusnya penuh kebahagiaan, malah naas menjadi perasaan sesak yang luar biasa.
Kania tak bisa menahannya lagi ketika sudah di dalam kamar pengantinnya. Menumpahkan perasaannya lewat isakan dan air mata.
"Cih, dasar cengeng. Berpisah dengan ibumu saja sudah menangis heboh!"
Arland yang baru masuk langsung menatap sinis istrinya dan mendengus kasar.
"Perempuan tak tahu diri, harusnya kau sekarang langsung saja melayaniku atau setidaknya menyiapkan pakaian ganti untukku. Bukan malah menangis perpisahanmu dengan ibumu dan pernikahan ini!" seru Arland mengomel sambil menyindir Kania.
Mendengar itu, Kania merasa tersindir dan langsung bangkit. Dia beranjak dari tempat tidur dan langsung menuju lemari pakaian. Hendaknya ia menyiapkan pakaian untuk suaminya itu, tapi melakukannya dengan keadaan yang sama menangis sambil terisak.
Arland yang melihatnya langsung mengusap tengkuknya, sebab merasa aneh. Dia tak menyangka kalau Kania akan menuruti ucapannya dengan cara yang seperti itu.
"Setidaknya walaupun sambil menangis, seka dulu air mata dan ingusmu. Ch, kalau begitu caranya pakaianku bisa kotor!" cibir Arland dengan tajamnya sebelum kemudian berlalu menghilang di balik pintu kamar mandi.
➡➡➡
Sedikit merasa lebih baik setelah menangis tanpa tahu malu di hadapan suaminya, kini Kania sudah terlihat lebih fresh dengan wajah yang telah dibersihkan dari make-up.
Dia belum mencuci muka, hanya membersihkan dengan seadanya menggunakan produk kosmetik pembersih. Meski pakaiannya sudah berganti sekarang.
Kania yang merasa lelah langsung naik ke atas tempat tidur dan berbaring di sana. Menarik selimut dan mencoba memejamkan mata.
Sayang sekali baru pulas, Kania sudah harus membuka mata dengan terpaksa karena merasa selimutnya tersingkap. Langsung merinding ketika melihat suaminya yang sudah selesai mandi hanya memakai bawahan saja, atau tepatnya celana tidurnya saja. Selain itu tak ada apapun bahkan sehelai benang pun yang membalut tubuh bagian atasnya. Arland telanjang dada.
"Mau apa kamu?!" tanya Kania refleks mundur, tapi sayang pergerakannya terbatas, sebab dia langsung merasakan kehadiran sandaran ranjang dibelakangnya.
"Mau menidurimu, memangnya apa lagi," jawab Arland terang-terangan.
Membuat Kania ketakutan setengah mati. Dia tak memikirkan hal itu sebelumnya, karena tak ada hubungan apapun sebelumnya selain adik dan kakak ipar, Kania pikir Arland tak mungkin menyentuhnya.
"Tidak. Tolong jangan lakukan itu!" seru Kania sambil gelang-geleng kepala.
"Aku akan tetap melakukannya, kamu mau atau tidak. Perduli setan dengan julukan suami yang memperk*sa istrinya. Aku akan tetap menyentuhmu Kania!" tegas Arland sebelum kemudian menyeringai aneh dan itu langsung menakuti Kania.
"Ah, ya. Ngomong dadaamu lumayan. Ditinggalkan yang lebih kecil sekarang aku dapat yang lebih besar. Setidaknya aku sedikit beruntung," lanjut Arland dengan frontal membuat deru nafas Kania bergerumuh hebat.
Gadis itu memejamkan mata, menangis kembali sambil gelang kepala. "To-tolong jangan ... kita tak saling mencintai ...."
"Kau pikir kita butuh cinta untuk melakukan itu? Salah. Kita cuma butuh nafsu, Kania. Lagian itu seharusnya tak salah karena kita sekarang adalah sepasang suami-istri!" ujar Arland dengan telapak tangan yang sudah merambat entah kemana.
"Kak Ar--"
"Jangan panggil kakak, aku suamimu. Jadi 'mas,' saja Kania!" tegas Arland dengan tak mau dibantah.
"Ma-Mas ...."
"Nah, begitu. Panggilanmu semakin membuatku bergairah!"
Arland langsung menyeringai devil dan semakin menakutkan di mata Kania.
"To-tolong berhentilah! Aku mohon, aku tak siap dengan ini ...."
Anehnya kali ini Arland benar-benar menghentikan aksinya, tapi bukan karena melainkan hal lain yang baru disadarinya.
"Sialan! Kau sedang datang bulan!!" geram Arland merasa kepala akan meledak.
Namun walaupun malu karena Arland yang memastikannya, Kania merasa cukup lega.
"Malam ini kau bisa tidur nyenyak, tapi tidak malam-malam lain. Menyingkir dan pergi dari kasurku. Dasar perempuan tidak berguna!" gusar Arland sangat marah.
'Aku tidak akan membiarkan kejadian lama terulang kembali. Aku tidak akan menjaga kegadisan istriku, akan kumiliki dia secepatnya,' batin Arland dengan serius.
Bukan tanpa alasan dia menegaskan hal itu atau bersikap berengsek begitu. Penghianatan Lyra membuatnya muak dan merasa bodoh. Selama ini dia selalu menjaga kekasihnya itu, menahan diri untuk tak menyentuh lebih jauh, tapi sayangnya dia malah mendapatkan akhir yang tak bisa diduga.
Perempuan yang dijaganya itu tak ubahnya hanyalah perempuan rendahan, begitu mudahnya melebarkan selakangkang untuk pria lain.
➡➡➡
Pagi hari tiba, Kania dibangunkan oleh sinar matahari yang mengintip dari balik gorden jendela.
Dia begitu pulas semalam, walaupun hanya tidur di sofa tanpa selimut sama sekali. Meski setelah itu badannya terasa pegal sekali.
Melirik ke sekitar dan menemukan Arland suami masih tertidur. Dia begitu nyenyak berbaring di atas kasur empuknya dan juga selimut tebalnya.
Ah, iya. Semalam setelah insiden Arland yang memergoki tamu bulanannya, Kania masih tahu diri untuk membersihkan tangan suaminya itu meski harus menahan malu setengah mati. Selain itu, Kania juga mandi setelahnya.
Meraih HP dan memeriksanya, Kania mendapatkan pesan romantis dari kekasihnya. Ah, ya. Pria itu masih belum tahu masalah pernikahannya dan bahkan isi pesan itu adalah ungkapan selamat kepada Tiara kakaknya yang pacarnya pikir adalah orang yang menikah semalam.
Andai dia tak harus dinas keluar kota, mungkin dia bisa hadir dan tahu segalanya. Mungkin juga setelah mendengar penjelasan dari orang sekitarnya, kekasihnya itu mungkin akan membencinya. Kania sudah menghianatinya.
"Cih! Bangun tidur harusnya kau siapkan sarapan untuk kita, bukan malah main HP seperti itu!!" cibir Arland yang bangun-bangun sudah berkata dengan pedasnya.
Tiba-tiba entah kapan bangunnya kini sudah menjulang tinggi di hadapan Kania, tapi tak hanya itu. Arland tak bisa diam ketika sudut matanya menemukan hal ganjil di HP Kania.
Brakk! Dia merebut HP dari Kania lalu menghempaskannya setelah melihat sederet pesan romantis di sana.
"Mau mencoba menghianatiku, hahhh?!" Arland beralih kini sudah mencengkram pipi istrinya dengan kasar.
Kania menggelengkan kepalanya berusaha menepis tuduhan itu.
"Masih berani mengelak bahkan setelah ku pergoki demikian? Kau pikir aku bodoh dan goblok, sampai begitu mudahnya kau tipu, hah?!!" amuk Arland dengan tak terima."Katakan siapa dia? Siapa orang yang sudah mengirimkan pesan sampah padamu di pagi ini??"
Arland menuntut hendak mendapatkan jawaban, tapi anehnya pria itu malah membungkam dan membuat Kania bahkan tak bisa berbicara.
➡➡➡
TBC
Arland dan Kania segera keluar hotel dan kembali ke rumah pribadi Arland. Mereka langsung ke sana bahkan tanpa sarapan terlebih dahulu.
Begitu sampai, Arland langsung memerintah Kania untuk membuatkan sarapan untuknya.
"Buat yang enak jangan makanan sampah yang hambar atau kurang bumbu," kata Arland dengan bossy.
Sebenarnya Kania memang bisa memasak. Hanya saja bisa memasaknya untuk hal yang sederhana, menumis dan memasak mie instan saja, hanya semacam itu dan yang lainnya dia tak bisa.
Oleh karena itu, Kania tak yakin bisa memenuhi ekspektasi dari suaminya. Ingat makanan jaman sekarang bisa dipesan online, Kania pun memesannya di toko online kepercayaannya.
Tak lama seorang kurir datang dan Kania segera mengambil pesanannya. Menaruhnya ke atas wajan untuk memanaskannya supaya lebih hangat. Kania bermaksud untuk menipu suaminya.
"Ini bukan masakan kamu, tapi kamu pesan?!" tanya Arland sambil menatap tajam.
Kania meneguk ludahnya kasar, kaget karena sudah ketahuan.
"Jadi kamu tidak mau?" tanya Kania memberanikan diri.
Karena merasa lapar juga dia menarik piring makanan milik Arland dan dengan cepat memakannya.
"Hey, apa yang kau lakukan?" tanya Arland cukup terkejut dengan reaksi Kania.
Bahkan setelah berkata demikian, istrinya itu tetap saja lanjut memakannya tanpa mau menjawab pertanyaannya.
Karena pernikahan yang tidak dia inginkan, Kania beberapa hari terakhir jarang makan. Bahkan setelah seharian pesta, hampir tak ada makanan yang masuk ke dalam tubuhnya selain hanya air mineral dan juga vitamin.
Tentu saja karena hal itu, Kania sangat kelaparan dan begitu Arland memperlihatkan gelagat penolakan pada nasi goreng yang dia pesan. Kania tak menyia-nyiakan kesempatan itu dan langsung memakannya lahap.
"Dasar istri sialan. Apakah kau tak punya malu, makan sendiri bahkan sampai tak mendengarkan perkataanku!" geram Arland muak dengan hal itu.
Namun Kania yang sudah kelaparan walaupun sakit hati, dia tak menghentikan acara makannya. Menulikan telinga demi kebaikan lambung.
Tak tahan dengan hal itu, Arland segera bangkit dan bergegas segera pergi dari rumah. Dia ingat masih punya pekerjaan penting yang harus segera di selesaikan.
"Oh, jadi begini caranya menghadapi tuan paling benar dan suka seenaknya itu. Dengan cara mengabaikan ucapannya dan menganggapnya angin panas. Hm, bagus juga, karena pada akhirnya dia yang lelah mengoceh panjang segera pergi dari sini!" seru Kania sambil memperhatikan kepergian suaminya dengan senang hati.
Sungguh siapa yang tahan dengan pria seperti itu. Suka sekali menilai orang dan berkata kasar.
➡➡➡
"Sayang waktunya makan siang!" seru Lyra datang ke kantornya dan menghampiri Arland saat ini.
Jujur saja sebelum kejadian itu, dimana dia memergoki Lyra main panas dengan selingkuhannya. Arland sangat senang dengan perhatian Lyra yang demikian ini.
Namun setelahnya dan sekarang ini, Arland masih muak. Dia hanya belum menunjukkannya saja, karena berpikir mungkin lebih baik memberi perhitungan pada perempuan rendahan itu dengan main cantik. Memukul tanpa menyentuh, begitulah sistem rencananya.
"Kamu mau makan siang sekarang sayang?" tanya Lyra bersikap tenang seolah-olah tak terjadi apapun dengannya dan Arland.
Namun memang dia tak tahu bukan, kalau Arland sudah mencium atau melihat perselingkuhannya.
"Maafkan aku, Lyra. Mungkin nanti saja. Bisakah tinggalkan aku sendiri, karena aku harus menyelesaikan pekerjaanku secepatnya!" seru Arland, karena benar-benar muak ada Lyra dihadapannya.
"Sayang, kenapa kau selalu seperti ini sih? Selalu lebih mementingkan pekerjaan daripada kesehatan. Sebenarnya tak masalah jika kamu tak mementingkan aku, tapi kumohon jangan terlalu memaksakan diri. Aku tak mau kamu sampai sakit," jelas Lyra begitu perhatian.
Jika dulu dia senang dengan perhatian itu, kini dia malah terdengar jijik.
"Tolong jangan seperti ini Lyra, aku benar-benar sibuk. Pergilah!" ujar Arland dengan tegas mengusir kekasihnya itu.
Sungguh walaupun mau bermain cantik untuk memberinya perhitungan, Arland juga merasa tak cukup kuat menahan diri jika Lyra masih bersikeras berlama-lama di sana.
"Hm, baiklah. Kau ini memang selalu begini. Lebih sayang pekerjaanmu ketimbang aku!" seru Lyra sambil dengan tak terduga memberi kecupan di pipi Arland.
Perempuan itu lalu pergi setelah melakukannya, sementara Arland yang sudah dikecup dibagian pipinya tanpa bisa dielak itu, setengah berlari masuk ke dalam toilet yang ada di ruangnya dan dia segera membersihkan pipinya itu, seperti sedang membersihkan kotoran saja.
"Sial. Perempuan tercemar itu berani-beraninya melakukan ini padaku!" geramnya dengan tak terima.
Tak lama setelah selesai mencuci pipinya yang habis di kecup opeh Lyra itu, Arland segera mendapati notifikasi yang membuatnya geram.
Tak bisa menahan diri dia segera menghubungi asisten pribadinya. "Riko tolong segera blokir kartu debit ku yang ada di Lyra. Secepatnya!" tegas Arland karena tak mau uangnya terpakai oleh perempuan rendahan seperti Lyra.
Tak hanya itu, dia juga tak bisa tinggal diam setelahnya. Entah mengapa dia jadi terpikirkan Kania istrinya. Memikirkan perempuan itu dan membuatnya sampai menghubungi Bi Surti karenanya.
"Katakan pada perempuan itu supaya segera datang ke kantorku dan membawakan makan siang!!" ujarnya dengan bossy.
Tanpa sadar dia malah ingin melihat istrinya secara langsung untuk melampiaskan kekesalannya.
Namun kemudian saat Kania sudah di sana sambil membawa makan siangnya, Arland malah mengusap wajahnya kasar.
"Ini bukan masakanmu, tapi Bi Surti!" serunya sambil kemudian dengan sigap melindungi makan siangnya itu dari terkaman Kania.
Jujur saja Arland masih trauma dengan insiden tadi pagi, dimana saat dia mengucapkan kalimat yang mirip Kania langsung menerkam makanannya.
"Mau masakan Bi Surti atau aku, apa bedanya? Bukankan itu sama-sama makanan dan bisa di makan?" balas Kania memberitahu.
"Jangan sok tahu kamu!" geram Arland.
Kania menghela nafas dan walaupun berpikir suaminya akan marah, tapi dia berniat jujur saja.
"Aku tidak bisa memasak. Mungkin bisa, tapi aku cuma bisa memasak masakan simpel. Mie instan misalnya. Apakah kamu mau?" kata Kania menjelaskan.
"Cih, sialan. Istri macam saja yang sudah aku dapatkan ini. Ternyata memasak saja tak bisa!" kesal Arland tak menyangka fakta itu.
"Tapi Kania, aku suka perempuan yang bisa memasak. Belajarlah dan ambil kursus memasak!" seru Arland menambahkan sembari memaksa Kania melakukan apa maunya.
Tak langsung menjawab, Kania malah menelusuri seisi ruang kerja suaminya itu, lalu menemukan tupperware makanan yang mungkin ada isinya.
"Itu apa?" tanya Kania penasaran.
Arland ikut menoleh dan menemukan makan siang dari Lyra ada di atas mejanya.
"Memangnya apa yang kau lihat?" tanya Arland balik, tapi dengan ketus dan sampai membuat Kania menghela nafas.
"Mungkinkah itu bekal makan siangmu, tapi dari--"
"Hentikan pikiran bodohmu, itu makanan hewan untuk binatang!" potong Arland membuat Kania berpikir keras.
'Hewan dan binatang apa bedanya?!' batin Kania heran sendiri dengan perkataan suaminya.
➡➡➡
TBC
➡➡➡
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!