NovelToon NovelToon

Pengasuh Adikku Jodohku

Bab 1: Menganggap benalu

Bab 1: Mengganggap benalu

Kayla salsabila biasa di sapa kayla, dia adalah gadis yang baik, penyayang, pintar dan ramah pada siapa pun. Dia seorang yatim piatu, papa dan mama nya meninggal saat ia menginjak usia 13 tahun karena kecelakaan pesawat

Dia saat ini hidup dengan keluarga paman dan bibinya, bibi nya merupakan kakak dari sang papa, namun sayangnya, keluarga bibi nya tak pernah menyayanginya, kehadiran Kayla hanya di anggap benalu dalam kehidupan mereka.

Meskipun keluarga paman dan bibi nya adalah orang berada mereka tidak pernah mengeluarkan uang untuk keperluan k

Kayla, Kayla hanya bisa bersekolah hingga SMA, selama ini iya bekerja paruh waktu untuk bertahan.

Kayla selalu diperlakukan buruk oleh sang bibi, entah itu kekerasan secara langsung ataupun ucapan, tapi kayla tak pernah membenci mereka, karena bagi Kayla hanya mereka keluarga satu-satu nya yang ia punya.

Hari sudah sore Kayla bergegas membereskan rumah yang terlihat begitu berantakan, entah siapa pelakunya tampak nya barang barang yang berserakan itu sangat disengaja dibuang ke sembarang tempat, kayla yang melihat hal itu hanya menatap lesu pakaian yang berada dilantai.

Bagi kayla hal ini sudah biasa dikediaman bibi nya, ia bahkan sudah tau siapa pelaku yang membuat pakaian itu berserakan.

“Kayla ambilkan aku minum, aku haus cepat,” teriak diana merupakan adik sepupu kayla, walau begitu usia mereka hanya berbeda setahun.

“Diana apa kau membuang pakaian mu lagi, lihat lah ini sangat berantakan, apa kau tak mau membereskan nya?” tanya Kayla sambil menyodorkan pakaian yang ia pungut sebelum nya.

“Kau mau menceramahi ku HAH!” bentak Diana sangat lantang.

“Ada apa ini?” suara Bibi terdengar saat baru menuruni tangga.

“Aku menyuruh nya untuk mengambil air untuk ku, dia malah memarahi ku, ma.”

“Kau mau membantah?!” bentak Bibi.

“Tapi Bi, diana terus membuang pakaian nya dengan sengaja berulang kali, lihat lah itu Bi, itukan seragam sekolah diana,” ujar Kayla.

“Kamu mau hitung hitungan sama adik mu, apakah begitu berat untuk mu membersihkan pakaian adik mu, bersihkan cepat! dan ambil kan air untuk adik mu?” perintah Bibi dengan nada yang tinggi.

“Maafkan aku Bi” Kayla menunduk.

Dengan langkah yang pelan kayla memungut baju yang berserakan itu, tidak lupa mengambilkan air untuk diana yang diperintahkan oleh sang bibi sebelum nya.

Selesai bersih-bersih, kayla menyiapkan makan malam untuk keluarga bibinya, dan seperti biasa, kayla selalu berdiri disebelah meja saat mereka makan.

Melihat kayla yang bersikap seperti itu bagaikan pembantu yang sedang melayani raja nya, kayla merupakan kelurga sang bibi namun bagi bibi nya ia bukan seseorang yang patut di anggap dan dihargai tempat nya dalam keluarga itu.

“Cih, kenapa rasanya aneh seperti ini, apa kau ingin membuat ku sakit perut? apa kau sengaja melakukan nya karena aku memarahi mu tadi?” bentak Bibi.

“Tidak mungkin aku melakukan hal sejahat itu Bi, sebelum masakannya ku sajikan, aku sudah mencicipinya terlebih dahulu,” jelas Kayla membela.

“Kau coba saja ini,” ucap Bibi mencengkram tangan kayla erat kemudian menyuapkan makanan pada mulut kayla kasar.

“Gimana? Enak? “ tanya Bibi dengan nada suara yang tinggi.

“Tapi Bibi, tadi rasanya udah pas ko?” jawab Kayla dengan wajah yang cemas.

“Masih menyangkal kamu ya, dasar anak nggak tau diri!” bentak Bibi sambil meremas tangan Kayla dengan kuat.

“Bi sakit bi, saya berani sumpah Bi, saya tidak melakukan nya dengan sengaja.”

“Halah alasan aja tu mah, pasti karena dia nggak terima karena dimarahi sama Mama,” Diana tersenyum sinis.

“Oh jadi begitu rupanya,sini kamu,” Bibi menarik Kayla dengan kuat hingga meninggalkan ruang makan.

Diana yang melihat kayla tersiksa merasa puas. Karena ini yang ia inginkan, diana juga lah yang sudah mencampurkan banyak bumbu masakan dengan racikan yang berbeda-beda sehingga membuat rasa dari masakan tersebut terasa aneh, saat kayla selesai mencicipi masakan tersebut diana sengaja menyuruh kayla bergegas keluar dari dapur dengan alasan bibi yang memanggil nya, saat itu lah kesempatan bagi diana untuk membuat makanan kayla terasa tak enak.

“Sekarang tidur sana kau diluar jangan masuk sebelum pagi!” perintah Bibi yang sudah mendorong kayla keluar dari rumah nya.

“Diana ayo kita makan diluar saja mamah sudah tidak selera makan di rumah,” ajak Bibi pada putri nya.

“Rasakan itu,” Diana melenggang pergi mengikuti langkah ibu nya dengan tersenyum mengejek.

Kayla yang mengetahui itu hanya diam saja dan tertunduk menahan air mata yang sudah tak mampu terbendung lagi.

Saat mereka sudah pergi isak tangis kayla terdengar pilu “Hiks...hiks Mama, Papa, aku kangen kalian, kenapa hiks, kenapa Kayla harus ngerasain ini semua, kenapa bibi dan diana selalu jahat sama aku, apa aku... hiks... tidak pantas menerima kasih sayang apapun?” lirih Kayla mengusap-usap tangan nya pada wajah.

“Pa, Ma, Kayla lelah, kenapa papa sama mama ninggalin Kayla sendiri, kalo papa sama mama ada, mungkin kayla nggak bakal ngerasa menderita ini hiks,” keluh Kayla lagi sembari menatap langit malam dengan air mata membasahi pipi.

Kayla terdiam, perutnya bergetar sekaligus mengeluarkan bunyi menandakan lapar, kayla melirik ke kiri dan ke kanan, tak seorang pun malam ini yang terlihat melintas di sekeliling rumah nya.

Kayla bangun dari duduk nya, dengan pipi yang masih terlihat basah kayla mengusap nya pelan kemudian dengan cepat berjalan menuju jalan raya yang sepi itu.

“Aku lapar, apa ada yang bisa ku makan dengan uang segini,” Mayla mengeluarkan uang dari saku celana nya.

“Aku cuman punya uang segini, 10 ribu bisa beli makanan nggak ya,” Kayla menatap seduh uang yang berada di telapak tangannya.

Ting, ting, ting

Bunyi pukulan mangkok dari sebrang jalan.

“Nah itu ada bakso,” mata kayla membulat bahagia dengan cepatnya ia melangkah menuju gerobak bakso yang tak jauh darinya.

“Mas mas beli bakso nya,” teriak Kayla dengan ceria nya.

“Eh mba mau beli bakso ya, kirain mau beliin hati abang”

“Hahaha abang bisa aja bakso nya satu ya bang, ”Kayla terdiam. “Astagfirullah sampai lupa,” Kayla melirik tukang bakso yang sedang menyiapkan bakso untuk nya. “Anu bang mau nanya?” tanya kayla dengan nada yang pelan.

“Ada apa neng?”

“Anu bakso nya semangkok berapa ya?”

“Bakso nya semangkok 10 ribu neng.”

“Alhamdulilah kirain bakso nya ngelebihin uang saya mas.”

“Enggak mahal ko mbah bakso nya.”

“Hahaha iya mas,” Kayla tersenyum manis.

Sepertinya masa sedih nya sudah berakhir dengan adanya gerobak bakso disampingnya.

Nah ini bakso nya neng di jamin wenak,“ tutur Mas penjual bakso dengan satu jempol tangan di angkat .

“Terimakasih mas.”

Bab 2: Alexander Wirlos

Bab 2 Alexander Wirlos

Jam menunjukan pukul 12 malam.

Di sebuah gudang yang kosong terdengar bunyi senapan beradu keras dengan tembakan yang bersahutan.

DOR...

DOR...

DOR...

“Bersiap lah untuk mati hari ini,,” ucap pria itu dengan penuh penekanan di akhirnya.

“Aku tak akan kalah dengan mu, tanah itu milik kami, kau tidak berhak mengambil harta apapun dari kami!” teriak musuh dari sisi tembok yang sedang mencoba menghindari senapan tersebut bunyi senapan terhenti satu persatu musuh yang bersembunyi bermuculan di tiap sudut nya.

Kini perkelahian terjadi, satu persatu musuh dari musuh berjatuhan dengan hilang nya kesadaran.

Bugh...

Tubuhnya terpental jauh, darah segar keluar dari mulut nya karena tendangan di perut sangat kuat.

Pria itu mendekat kearah musuhnya yang terkapar lemah tidak berdaya,“Bukan sudah kukatakan, jangan pernah bermain-main dengan ku,” ucapnya tegas dengan sorot mata yang tajam.

Seketika pria itu berdiri dan melayangkan timah panas itu pada musuhnya.

DOR…

Timah panas itu bersarang tepat di kepala. Orang yang terkena tembakan tersebut seketika tewas tak bernyawa.

“Lapor tuan, semua anak buah dari pihak musuh sudah habis tidak tersisa,” lapor salah satu anak buahnya.

“Kau bereskan semua kekacauan ini, dan bakar tempat ini hingga tak tersisa,laporkan dimana ia menyembunyikan sertifikat tanah nya dan juga uang ku, aku akan pulang terlebih dahulu,” perintah nya dengan nada yang dingin diikuti wajah datarnya yang terlihat menyeramkan.

Dia kemudian melangkahkan kakinya pergi meninggalkan tempat itu, tidak lupa dikuti bawahan nya dari belakang.

Tempat yang tadi nya megah sekarang menjadi lautan darah yang penuh dengan mayat didalam nya, bau anyir darah yang menyengat memenuhi tempat itu hingga keluar ruangan.

Pria itu adalah alexander wirlos. Dia adalah lelaki berparas tampan , memiliki bentuk tubuh yang sempurna membuat setiap kaum wanita yang melihat nya akan terkesima dengan ketampanannya.

Namun dia memiliki sifat yang dingin, kejam dan tegas, ia sangat sulit didekati bahkan wanita sekalipun tak membuat nya tergoda

Baginya bisnis dan pembantaian adalah hal yang utama dari hal lainnya, hal seperti itu cukup kesulitan baginya untuk mencari pasangan pendamping padahal usia nya sekarang sudah menginjak 23 tahun.

Banyak diluar sana orang- orang belum mengetahui identitas asli alexander, yang tidak disangka-sangka adalah pimpinan mafia, alex sendiri memiliki banyak bisnis di wilayah kota, bahkan di luar negeri pun ia dikenal sebagai pebisnis muda yang handal, namun sayangnya identitas diri nya yang merupakan seorang mafia dirahasiakan, hanya orang-orang yang bersangkutan atau orang berada saja yang mengetahui hal itu.

Saat ini, ia tengah membantai parah musuh.

Awalnya mafia itu bekerja sama dengan mafia milik alex. Setelah mafia itu sudah berada di abang kesuksesan ia mengkhianati alex dengan mengambil semua uang milik alex dan mengambil kembali sertifikat atas hak tanah yang pernah dijanjikan oleh nya untuk diberikan kepada alex sebagai perantara kesepakatan kerja sama.

Alex yang merasa dirinya dipermainkan, dan hanya dimanfaatkan secara diam-diam membuat nya murka dan tidak terima, tanpa pikir panjang, ia menyerang dan menghabisi semua nya tampa tersisa.

Dia pun melanjutkan mobilnya menuju mansion pribadinya.

Sesampainya disana ia bergegas masuk dan kemudian langsung ke kamarnya dan segera tidur.

****************

Pagi-pagi buta kayla terbangun dari tidur nya, dengan mata yang masih berat ia memaksakan nya untuk terbuka, ia melirik pada tangannya yang terdapat jam yang melingkari di pergelangan tangan , jam menunjukan pukul 03:23 subuh, udara yang semakin mendingin membuat kayla tak bisa tidur dengan nyenyak, kayla yang saat ini berada di luar ruangan hanya pasrah dengan hukuman yang bibi nya berikan.

“Dingin sekali,” keluh kayla sambil mengusap dirinya lembut mencoba menghangatkan diri.

“Apa aku ketuk saja pintu nya, aku tak tahan lagi, ini sangat dingin,” kayla bangun dari duduk nya dengan cepat ia melangkah menuju pintu dan kemudian mengetuk nya kuat.

Tok...tok...tok...

“Bii.. bibi? Biarkan aku masuk bi.. diluar sangat dingin,” keluh kayla dari luar ruangan.

Dari dalam ruangan tak terdengar sautan apapun, kayla yang menyadari panggilan nya diacuhkan kembali terdiam dan duduk disisi pintu yang tertutup.

“Kenapa bibi begitu kejam hiks,” kayla meneteskan air matanya lagi.

Air mata yang keluar membuat kayla sangat lelah dan kembali tertidur, waktu terus berjalan hingga menunjukan pukul 06:15.

“He pemalas bangun segera bersihkan rumah dan buatkan sarapan pagi untuk ku,” perintah sang bibi sambil menyenggol tubuh kayla degan ujung kaki nya.

Kayla yang saat itu sedang terbaring dilantai bersegera bangun dan masuk kedalam rumah nya, pertama-tama ia membasuh wajahnya dan kemudian bersegera menyiapkan sarapan pagi untuk bibi, diana dan pamannya.

Tak butuh waktu lama, sarapan pagi telah siap, kayla menyajikan makanan dimeja makan kemudian memangil bibi dan pamannya untuk makan bersama.

“Bibi sarapan nya sudah siap,” kayla memanggil bibi nya dengan suara yang lembut.

“Diana ayo sarapan dulu nak?” panggil bibi dari arah pintu kamar diana.

“Iya Ma, bentar.”

Keluarga itu pergi menuju meja makan yang sudah terdapat hidangan diatasnya, kayla tersenyum bahagia melihat sarapan yang pagi ini ia masak, ia kemudian bersegera duduk disisi meja yang terdapat kursi disebelahnya.

“Kamu ngapain duduk disitu! Ambil piring mu dan makan di dapur!” bentak bibi pada kayla.

“Baik,” wajah kayla terlihat sedih mendengar perkataan bibi yang begitu kasar padanya.

Dengan perlahan ia mengambil makanan dari piring itu.

“Eh ngapain ambil banyak-banyak, kamu tu makan nya segini aja,” bibi menarik piring kayla dan menumpahkan makanan yang di sendok kayla, dari piring yang bundar itu hanya menyisikan nasi yang sedikit.

Kayla menatap piring nya lesu dan kemudian mengambil kembali piring itu dari tangan bibi nya pelan.

Diana tersenyum sinis.

"Wah makanan kucing itu namanya hahaha,” tawa diana mengejek.

Diana beralih menatap ibu nya, “Mama hari ini aku mau kenalin pacar ku sama mama, pacar aku tu tampan banget Ma, dan satu lagi dia juga kaya loh Ma."

“Wah bagus dong nak siapa nama nya?” tanya sang ibu dengan wajah yang sumringah.

“Namanya reza ma,” jawab diana sembari melirik kayla yang sudah mematung dari kejauhan.

Walau begitu kayla dengan kesadaran nya dengan cepat pergi dan menghindar dari obrolan ibu dan anak itu.

Jam 09:12.

Seperti biasa kayla masih sibuk dengan pekerjaannya sebagai babu dirumah bibinya, kayla yang saat itu segan bersih-bersih di dapur mendengar suara bising dari kamar diana berada.

“Huwaaa mamah kalung dan cincin ku hilang mah, cincin dan kalung pemberian pacar ku hilang ma,” lirih diana mencari cari ke sudut ruangan.

Bab 3: Di usir

Bab 3: Di usir

“Huwaaa Mama kalung dan cincin ku hilang Ma, cincin dan kalung pemberian pacar ku hilang Ma,” lirih diana mencari cari ke sudut ruangan.

“Ko bisa hilang, kamu taruh nya dimana?” tanya sang ibu ikut cemas mencari ke sudut ruangan.

“Bibi ada apa ribut-ribut?” tanya kayla dari arah pintu.

“Cincin dan kalung diana hilang, tadi kamu kan yang bersihin kamar diana.”

“Saya memang bersihin kamar diana sebelum nya, tapi saya tidak melihat ada kalung atau pun cincin dikamar diana Bi,” jelas kayla dengan pelan.

“Ma, tu kan tadi diana yang terakhir masuk kekamar aku, pasti dia yang curi perhiasan ku Ma,” teriak diana menuduh kayla.

“Bohong! saya berani sumpah bukan saya yang mencurinya bi, dari tadi saya sibuk bersih-bersih di dapur.”

“Sudah Ma kita geledah aja kamarnya Ma pasti dia nyembunyiin perhiasan ku disana.”

Diana dan bibi melangkah menuju kamar kayla yang berada dekat dengan dapur, barang diana yang tadinya tertata dengan rapinya sekarang sudah berserakan memenuhi lantai.

“Nah ini apa!” bentak diana mengangkat kalung emas dari tangannya.

“Dasar kurang ajar kamu kayla! Berani-beraninya kamu mencuri perhiasan anak saya!” teriak bibi kayla dengan kerasnya.

“Bi bukan saya yang mencurinya.”

“Kamu masih mencari-cari alasan, lihat pakai mata kamu, ini perhiasan anak saya kenapa biasa ada di lemari kamu, memang nya perhiasan ini bias jalan sendiri!” bentak bibi dengan menjambak rambut kayla keras.

“Auwh sakit Bi,” rintih kayla menahan sakit.

“Keluar kamu dari rumah saya. Dasar anak tak tau di untung,” Bibi menyeret kayla menuju pintu dengan tangan yang masih menjambak rambut kayla.

Kayla yang saat itu sedang diseret paksa merintih kesakitan dengan air mata yang sudah mengalir deras membasahi pipinya.

Diana tersenyum sinis melihat penderitaan kayla yang terpampang jelas dimatanya, diana sejak awal memang sengaja meletakan perhiasan nya pada lemari kayla dengan tujuan agar kayla dimarahi lagi oleh sang ibu, ia tak menyangka bahwa kekejaman yang se pontang ia lekukan membuat kayla terusir dari rumah ibunya, itu membuat nya bahagia dengan hilangnya keberadaan kayla dirumahnya.

"Hikss...hikss...tapi kayla tidak pernah mengambil perhiasan apapun itu bibi,” kayla menangis sesenggukan.

“Pergi dari rumah ku sekarang juga!” bentak bibi kemudian masuk kedalam rumah, tak butuh waktu lama, bibi kembali membawa pakaian yang sudah digumpal-gumpal dengan berantakannya kemudian dilemparkan pada wajah kayla yang masih terduduk dilantai, tidak lupa diikuti diana yang juga melemparkan koper dan foto mendiang ibu dan ayah kayla disisi kirinya.

“Ambil baju mu ini dan pergi dari sini.”

BRUK...

Pintu ditutup dengan bantingan yang keras.

“Hikss...hikss... mama... hikss.... kemana aku harus pergi hiks,” kayla menangis sembari mengumpulkan pakaiannya yang berserakan didepan pintu kemudian diletakan pada koper yang berada tepat disebelah nya.

Kayla bangun dan pergi dari teras rumah bibi. Dengan mata yang sebab kayla memaksakan diri untuk berjalan pergi menjauh dari rumah sang bibi.

*********

Ting... ting...ting

Terdengar bunyi bel dari pintu utama.

“Siapa yang membunyikan bel berkali-kali seperti itu, cepat buka!” perintah alex dengan nada yang dingin.

“Baik tuan,” jawab lelaki itu kemudian menunduk dan pergi menuju pintu.

Pintu terbuka terlihat seorang wanita cantik dengan seorang anak perempuan berusia 3 tahun berada di mulut pintu.

“Kenapa begitu lama membuka pintu,” keluh wanita itu melirik pengawal alex.

“Maafkan saya nyonya.”

“Alex anak ku sayang mommy mu datang nak.”

“Mama kenapa kesini, sudah saya bilang saya sedang sibuk dengan pekerjaan kantor,” Alex bangun dengan cepat dari kursi sofanya terkejut dengan keberadaan sang ibu.

“Kau ini selalu saja sibuk, mama akan mengambil urusan pekerjaan kantor mu selama seminggu, untuk itu kau jaga lah adik kecil mu ini selama mama pergi bekerja.”

“Saya tidak bisa memenuhi keinginan mama, biarkan urusan kantor sebagai urusan saya, saya aka-”

“Cukup. Mama tidak akan mendengar perkataan apapun itu, karena berurusan dengan komplotan mafia yang lain kau jadi kehilangan sebagian aset mu, mama akan membuat pengoperasian nya kembali setabil setelah itu akan mama berikan kembali tugas ini kepada mu, ” potong sang ibu.

Alex menatap kesal sudut dinding, walau alex adalah anak yang keras dia tetap menyayangi keluarganya terutama sang ibunda tercinta, apa pun yang ibunda katakana alex selalu menuruti perkataan nya secara tidak langsung, walau alex terdiam dan enggak mengatakan ya, itu hanya agar ia tetap menjaga wibawa nya sebagai mafia termuda penerus sang ayah.

“Nah bagus, sekarang una main sama kakak dulu ya ibu akan kembali lagi nanti.”

“Aku senang main sama kaka, ayo kak kita main,” ajak una menarik ujung baju alex.

Tanpa sepatah kata alex menggendong una yang merupakan sang adik kandung menuju halaman belakang.

“Dasar anak itu,” keluh sang ibu dengan senyuman diakhir.

“Kaka hari ini kita mau main apa?” tanya una memasang wajah polos.

“Bagaimana kalo kita main bola saja?” jelas alex dengan senyuman.

“Baiklah,” senyum una dengan mata yang berbinar-binar.

Alex melirik sang pengawal, “Ambil kan bola untuk adikku, ” perintah alex pada pengawalnya.

Lelaki berjas yang saat ini berdiri dihadapan alex hanya terdiam dan menatap sang bos dengan tatapan yang bingung, bagaimana tidak, aneh bagi nya jika memerintah kan seorang pengawal untuk mengambil bola dirumah kediaman sang mafia muda yang hanya terdapat benda tajam saja didalam nya dari pada sebuah bola.

“Mohon maaf tuan, tetapi dirumah ini tidak memiliki bola apapun,” jawab sang pengawal yang dibalas dengan wajah malas alex.

“Tidak ada bola?” tanya una yang sudah menunjukan wajah sedih nya.

“Baiklah kalau begitu ayo kita membeli mainan baru.”

Una tersenyum lebar dengan diiringi anggukan yang pelan.

Alex melirik pengawal nya dan kemudian memberi isyarat yang sudah dibalas anggukan oleh para pengawal nya, kedua nya pun beralih tempat menuju tempat parkiran mobil dan segera pergi menuju tempat perbelanjaan.

Cuaca terasa begitu panas, kayla yang masih berada dijalan hanya berjalan tanpa tau arah kemana ia akan pergi, kayla memutuskan untuk beristirahat sejenak disebuah taman yang terdapat air mancur ditengah- tengah halaman itu.

“Aku harus kemana sekarang?” gumam kayla sembari menyenderkan tubuhnya dikursi panjang.

Cukup lama kayla berada ditaman itu, tanpa tujuan yang pasti kayla hanya sibuk menatap pancuran air yang tertiup hembusan angin.

“Kakak sedang apa?” tanya gadis kecil dari arah punggung nya yang berhasil mengejutkan kayla hingga terbangun dari duduknya.

“Astaga, adik… hampir jantungan saya,” kayla mengusap dadanya lembut.

“Hahaha kakak sangat lucu.”

“Adik kecil sedang apa disini sendiri, dimana orang tua mu?” tanya kayla sembari menggenggam tangan gadis kecil itu lembut.

“Aku disini sendiri kak.”

“Sendiri? lalu bersama siapa kamu bisa berada disini.”

“Aku pergi bersama balon itu,” tunjuk gadis kecil itu kearah pohon yang terdapat balon udara yang tersangkut diatasnya.

Ah sepertinya anak ini tidak sengaja meninggalkan orang tuanya karena balon itu, aku rasa sekarang orang tuanya pasti sedang bingung karena mencari putrinya, sebaiknya aku harus mencari kedua orang tua nya, agar anak ini bisa kembali bersama ibu dan ayah nya.

“Kaka? Apa kaka bisa mengambil bola itu.”

“Baiklah aku akan mengambilnya, sekarang duduk disini dulu ya, kaka akan mengambil balonnya dulu.”

Kayla berjalan meninggalkan gadis kecil yang sudah terduduk dikursi kayu tersebut, ia kemudian menatap ke arah pohon yang jauh lebih tinggi dari tubuhnya.

“Wah sudah cukup lama nggak manjat pohon, kapan ya terakhir kali aku manjat pohon. Hem kalo nggak salah saat kelas 3 SMA deh, yaaa dulu saat di kerjain oleh diana, sungguh menyedihkan jika aku mengingat semua itu,” kayla memasang wajah datar kemudian dengan cepat menaiki pohon itu seperti monyet yang sedang memetik kelapa.

BRUK...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!