NovelToon NovelToon

Book 3 : Bertahan Di Dunia Lain Dari Nol

Chapter 01 : Awalan Baik

Dahulu kala ada sebuah cerita yang terkenal di seluruh benua, cerita itu mengisahkan seorang penyihir dari ras elf yang dalam hidupnya berpergian dari satu tempat ke tempat lainnya.

Penyihir itu sangat dipuja banyak orang bahkan ketika dia berkunjung dari satu tempat ke tempat lainnya keberadaannya sangatlah ditunggu semua orang.

Dia selalu menyelesaikan masalah yang mereka hadapi sampai suatu saat ketika dia tiba di salah satu kerajaan, semua prajurit mengepungnya dari segala arah.

Sang penyihir tampak kebingungan saat melihat ujung senjata yang diarahkan padanya.

"Ada apa?"

"Yang mulia raja memintamu untuk datang ke istananya, karena itu ikutlah dengan kami."

Semua penduduk hendak memprotesnya namun dia menghentikan mereka dan memilih mengikuti para prajurit, sampai di sebuah istana dia bisa melihat seorang raja yang duduk dengan angkuh dengan berbagai perhiasan di tangannya.

"Kudengar kau adalah penyihir yang paling kuat, aku ingin meminta suatu hal padamu?"

"Semua cerita tentang saya semuanya hanyalah sesuatu yang berlebihan, tapi jika ada sesuatu yang bisa saya bantu maka saya akan dengan senang berusaha mengabulkannya."

"Kalau begitu aku ingin kau ikut berperang bersama pasukan kerajaan ini... dengan kekuatanmu kami pasti bisa meraih tujuan kami sejak lama."

"Mohon maaf atas kelancangan saya, tapi tujuan seperti apa itu?"

"Kami ingin memulai peperangan dengan kerajaan lain dan memperluas tanah wilayah kami... aku dengar kau meninggalkan tanah kelahiranmu sebagai elf, karena itulah tidak masalah jika kami mengambilnya bukan?"

Penyihir tersebut menundukkan kepalanya, walau dia telah pergi dari tempat tinggalnya ia tidak pernah sedikitpun menaruh kebencian terhadap rasnya sendiri.

Tentu itu membuat penyihir marah terlebih memulai peperangan bukan sesuatu yang sepele.

"Bagaimana jika saya menolak?"

"Maka kau akan dijatuhi hukuman, kau akan menjadi budakku dan menghasilkan anak-anak kuat sebagai penerus kerajaan ini pada akhirnya merekalah yang akan memberi kejayaan pada kerajaan manusia."

Sang penyihir tertawa seperti orang gila.

"Benar-benar konyol, orang-orang seperti kalian lah yang membawa kehancuran pada dunia ini."

Semua prajurit hendak mengarahkan senjatanya pada sang penyihir namun mereka langsung terlempar begitu saja. Sang penyihir menyeringai.

"Kalian suka peperangan dan kehancuran bukan, maka dari itu akan kubantu... mungkin saat kalian merasakan bagaimana rasanya keputusasaan maka kalian akan sedikit mengetahui bagaimana berharganya nyawa seseorang."

Sang penyihir mulai merapalkan mantera.

Di luar kerajaan sekitar lima lingkaran sihir muncul, dari lingkaran sihir itu berjatuhan makhluk yang mengerikan yang sampai kini disebut sebagai makhluk bencana.

"Apa yang kau lakukan?"

"Kalian semua akan tahu."

Penyihir menghilang begitu saja dan sejak itu keberadaannya tidak pernah diketahui lagi dan dia akhirnya dikenal sebagai penyihir kegelapan, seorang elf dengan rambut hitam yang membawa bencana pada dunia.

Memergoki Ardhi yang sedang membaca buku, Lynn memeluknya dari belakang.

Itu menghasilkan sentuhan lembut di beberapa titik yang secara naluri membuat Ardhi terasa nyaman.

"Apa yang sedang tuan baca?"

Lynn menatap ke arah sampul buku tersebut dan menemukan bahwa itu adalah kisah tentang dirinya sendiri di masa lalu.

"Cerita itu terlalu berlebihan, bukannya itu ditulis seolah aku ini monster."

Mungkin Ardhi akan setuju dengan itu, jika melihat lebih dalam rajalah yang lebih mirip seperti monster.

"Mereka menggambarmu dengan baik, kurasa Lynn telihat imut."

"Aku imut? Aku ingin lihat."

Ardhi membuka beberapa lembar yang menampilkan sebuah lukisan Lynn di masa lalu, ia mengenakan jubah penyihir bertudung hitam dan saat itu rambutnya dipotong sebahu.

"Aku sama sekali tidak berubah, menurut tuan aku lebih baik dengan rambut pendek atau panjang."

"Aku pikir keduanya tetap bagus."

"Itu sama sekali bukan jawaban."

Chapter 02 : Kembali Berpetualang

"Pagi-pagi sudah bermesraan," suara itu berasal dari Carmen yang menerobos masuk setelah membuka pintu.

"Carmen?" panggil Lynn.

"Aku membawa laporan untuk tuan, para ras iblis sudah menyelesaikan soal jalan... mereka bertanya apa tuan ada permintaan lain sebelum mereka kembali."

"Aku perlu seseorang untuk memperbesar irigasi untuk ladang, apa mereka mau melakukannya?"

"Aku pikir mereka tidak akan keberatan, hanya saja kita masih tetap membayarnya dan uang kita.."

Ardhi bisa menebak perkataan selanjutnya.

"Kita tidak memiliki cukup dana."

"Semua uang yang kita miliki digunakan untuk memperbesar ladang dan juga gaji para gadis kucing, kita juga tidak bisa menaikan harga ke tiga kerajaan karena ekonomi mereka juga belum pulih karena perang mereka sebelumnya"

"Pastinya, aku pikir sudah waktunya kami kembali berpetualang. Tolong gunakan uang yang ada untuk membayar mereka nanti."

"Baik, serahkan padaku... ayo Lynn, kamu juga harus bekerja."

"Mau bagaimana lagi."

Keesokan paginya Latifa, Mery, Risa dan juga Nisa telah menunggu kemunculan Ardhi di dekat pohon.

"Kau terlambat nyan."

"Aku perlu menyerahkan agenda pekerjaan pada yang lainnya dulu."

"Seperti biasa Ardhi sangat bekerja keras, sebagai ist... maksudku orang tepercaya tolong andalkan aku."

"Terima kasih Latifa."

Nisa berbisik ke telinga Latifa.

"Kau mau bilang istri barusan bukan nyan."

"Tidak."

Risa melompat-lompat di dekat Ardhi layaknya seekor kelinci.

"Ardhi gendong aku desu, gendong."

"Sampai kapan kau akan selalu seperti ini."

"Sampai aku bisa tumbuh."

Semua orang memasang wajah terkejut.

"Hey, apa kalian pikir aku tidak akan bertambah tinggi?"

"Memangnya umurmu sudah berapa tahun, kau tetap seperti itu dari tahun ke tahun."

Mery juga mengangguk setuju dari balik baju besinya.

Ardhi menggendong Risa sebelum berjalan untuk membuka gerbang, petualangan mereka kembali dimulai sekarang.

"Yo Ardhi, akhirnya kau datang ke kota ini lagi, mau minum."

"Latifa selalu cantik, kemarilah minum dengan kami."

"Risa juga imut."

"Jangan dengarkan dia, dia lolicon."

Secara bergantian orang-orang di guild menyapa mereka, ini lebih tenang dari biasanya hingga Ardhi berpikir apa mereka tidak berkeinginan untuk bertarung atau semacamnya hari ini.

Cathy yang berada di belakang loket juga menyapa.

"Selamat datang kembali, apa mau coba mengambil quest?"

"Kami sudah lama tidak datang kemari, apa ada rekomendasi untuk diusulkan?"

Mari kita lihat.

Cathy berbalik untuk mencari-cari guest tertentu, Ardhi memperhatikan bagian belakangnya sampai ia memalingkan wajahnya.

"Ada apa Arhdi nyan?"

"Bukan apa-apa."

Latifa mengembungkan pipinya namun dia tidak ingin mengatakan apapun, singkatnya dia sepertinya kalah besar dari resepsionis ini.

Beberapa quest terkadang tidak ditempel di papan pekerjaan, terkadang quest-quest khusus diberikan secara resmi oleh resepsionis dan karena petualang peringkat atas berjumlah sedikit hanya Yumi dan Ardhi saja yang bisa menerimanya.

"Semenjak kalian tidak datang ke guild kita memiliki tumpukan quest terbengkalai silahkan pilih saja yang kalian mau."

"Benar-benar sebuah keberuntungan nyan, kita bisa pilih yang lebih sulit untuk dihadapi."

"Apa yang kau katakan, sulit juga harus diimbangi dengan hadiah yang besar."

"lagi-lagi Latifa mengatakan soal uang nyan."

Kalau bisa Ardhi ingin memilih tempat yang dekat dengan kunci berikutnya, namun sejauh ini dia belum menerima pemberitahuan dari ponselnya.

Itu seolah bahwa dirinya yang lalu dengan sengaja melakukannya agar dia tidak terburu-buru, itu bisa memiliki interval beberapa bulan ataupun paling lama setahun.

Paling tidak begitulah yang dikatakan dewi.

"Kurasa kami akan mengambil pekerjaan yang ini."

Ardhi menunjuk salah satu quest.

Chapter 03 : Salju Di Desa Bawah Gunung

Itu adalah sebuah desa yang belakangan ini tiba-tiba tertimbun salju, jika mengingat waktu, salju tersebut terlalu cepat turun dari seharusnya dan terlebih hanya wilayah ini saja yang terdampak.

Setelah melewati banyak kesulitan seperti kemunculan monster dan jalan yang sulit dilewati mereka akhirnya telah sampai di sana.

Masing-masing dari kelompok Ardhi mengenakan pakaian tebal untuk menjaga diri mereka tetap hangat.

Ketika mereka menengadah ke atas langit, salju jelas tidak akan berhenti dalam waktu dekat, itu seolah salju ini ada untuk menimbun seluruh desa.

Setelah bertanya pada orang-orang yang berada di luar untuk menyingkirkan salju, kelompok Ardhi masuk ke sebuah ruangan balai desa yang di dalamnya telah diisi banyak orang.

Itu mendekati seperempat dari penduduk.

"Terima kasih sudah mau menerima permintaan kami, kami sempat berfikir bahwa guild petualang akan mengabaikan hal ini karena tidak ada yang mau mengambilnya, kami minta maaf."

Suara itu berasal dari pak tua yang membawa tongkat.

"Tidak, kami seharusnya yang meminta maaf pasti kalian sudah cukup kerepotan dengan salju ini."

Mereka sedikit terkejut dengan sikap Ardhi, para petualang biasanya akan bersikap kasar tapi Ardhi bertingkah layaknya seorang bangsawan.

"Benar sekali, salju ini hanya akan berhenti pada tengah malam saja dan kembali berjatuhan pagi harinya, kami bahkan harus secara rutin bergantian untuk memasok kayu bakar untuk setiap rumah."

Latifa memberikan pendapatnya, di kelompok ini dia bisa dikategorikan sebagai wakil grup.

"Jika mendengar jawaban Anda, pasti semua orang sudah tahu penyebabnya."

"Benar sekali, ini semua disebabkan oleh sebuah pedang yang berada di puncak gunung."

"Pedang?"

"Pedang itu sebenarnya adalah pedang yang digunakan oleh pahlawan sebelumnya... setelah kematian raja iblis, beliau datang ke desa kami dan meminta untuk menitipkan pedangnya di atas gunung, ia bilang suatu hari akan ada seseorang yang akan mengambilnya jadi kami mengizinkannya, saat itu hanya bagian atas gunung saja yang ditutupi salju namun seiring waktu itu merambat sejauh ini, kami berfikir mungkin saja pedang itu marah karena sampai sekarang tidak ada yang mau mengambilnya."

"Pedang yang memiliki kepribadian yah... kami tidak tahu akan berhasil atau tidak tapi kami akan mencoba melakukan terbaik untuk menghentikan musim dingin ini, jika ada permintaan lain jangan sungkan untuk mengatakannya."

"Apa kalian benar-benar seorang petualang?"

Nisa menggosok hidungnya dengan bangga.

"Kami ini tidak seperti petualang lainnya, kami ini beradab nyan."

"Benar desu, ah walaupun tubuhku seperti ini aku wanita dewasa di dalam."

Mery dengan pakaian normal juga mengangguk membenarkan dan Latifa menggelengkan kepalanya hingga menarik perhatian semua orang padanya.

"Kalau tidak salah bukannya Anda, Arc Priest dari kerajaan."

"Banyak alasan yang terjadi, tapi aku sudah memutuskan untuk menjadi petualang bersama Ardhi."

"Pasti tuan Ardhi sangat berharga bagi Anda."

Wajah Latifa memerah sementara kepala desa sedikit tersenyum bersama orang-orangnya.

"Kalau begitu silahkan beristirahat dulu, untuk tawaran sebelumnya sebenarnya kami memiliki permintaan lain."

Ardhi bersama beberapa orang telah masuk ke dalam hutan untuk berburu seekor monster.

Penduduk desa sedikit kesulitan dalam mencari sumber makanan, karena itulah ini merupakan permintaan lain dari mereka dan Ardhi menyepakatinya dan memilih melakukannya sendirian karena ini bukan sesuatu yang sulit baginya.

Ia juga tidak ingin membuat para gadis dikelompoknya keluar, jadi ia meminta mereka untuk tetap bersantai di kediaman sementara yang diberikan oleh penduduk desa.

Seekor monster bernama banteng merah terlihat dari kejauhan, hanya dengan satu pedang itu merobohkannya dengan cepat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!