Donzello, adalah sebuah nama yang akan selalu membuat Aletta tersenyum, hanya dengan mendengarkannya ataupun menyebutkannya.
Billionaire muda, tampan, gagah, pintar, dan juga dingin. Seorang pria dewasa yang begitu sensual, karismatik, dan juga misterius di saat yang sama.
Semua yang ada dalam diri Zello adalah kesempurnaan. Orang-orang hanya melihat, kalau Zello itu adalah seorang laki-laki yang sangat sempurna, masuk dalam urutan pertama calon suami idaman masa depan, versi apapun.
Segala kesempurnaan, ada dalam diri Zello. Apa yang dikatakannya selalu menjadi sebuah pernyataan yang harus di wujudkan.
Putra pertama dari pasangan Vincent dan Riana itu adalah pewaris tunggal perusahaan raksasa dunia, Louis inc. Tampan, kuat, dingin, dan misterius. Itulah yang dirasakan oleh semua orang, dan memang itulah diri Zello.
Tapi bagi Aletta, Zello adalah penyelamatnya.
Seorang kakak yang selalu melindunginya, laki-laki kuat yang selalu menggendongnya, dan sosok misterius yang selalu datang saat dibutuhkannya.
Kriteria pacar masa depan, dan juga suami masa depan, ada dalam diri Zello, Aletta pun mengakui itu, bukan hanya bagi Aletta, tapi bagi semua wanita yang ada di kota Milan.
Aletta dengan semua kesempurnaannya, kebaikannya, dan juga kesederhanaannya, mampu membuat seorang Zello terpikat padanya. Aletta adalah Aletta. Putri pertama dari Billionaire Jerman, cucu perempuan satu-satunya keluarga Billionaire Alexander dan Luciano.
Tapi Aletta tetaplah Aletta, dengan segala kesempurnaan yang dimilikinya, dia tetaplah gadis polos nan ceria, yang selalu berdampingan dengan sebuah kata sederhana.
Prinsip hidupnya adalah, “Tak perlu terlihat sempurna di hadapan orang lain, karena seseorang akan terlihat sempurna walau hanya dengan kesederhanaannya.”
Gadis mungil keluarga Alexander itu kini sudah bermetamorfosis menjadi gadis dewasa yang cantik, dengan rambut pirang, warna mata abu-abu yang indah, tubuh jenjang dengan tinggi 170 cm, dan berat 49 kg. Motto hidup Aletta, adalah, “Jangan memiliki berat badan melebihi 50 kg, kalau tidak My Zello akan kesulitan untuk menggendongku.”
Kehidupan Aletta yang penuh warna semakin berwarna karena kehadiran Zello. Malaikat penyelamatnya itu adalah satu-satunya pria yang sangat sabar dalam menghadapi tingkah manja dan cerewetnya. Zello adalah laki-laki yang sangat istimewa. Sangat, sangat, dan sangat istimewa. Ya, benar-benar istimewa.
Beranjak dewasa, Aletta semakin mengenal Zello. Semakin mengerti dengan semua yang berkaitan dengan laki-laki itu.
Tapi, semakin mengenal Zello, dan masuk kedalam hubungan yang lebih serius dengan laki-laki itu, Aletta menjadi merasa, kalau dia belum mengenal Zello sedikitpun. Banyak kejutan-kejutan menegangkan yang diberikan oleh laki-laki itu.
Semua tingkahnya, semua sifatnya, dan semua yang ada dalam diri Zello, Aletta benar-benar seperti tidak mengenal laki-laki itu.
“Berapa banyak lagi sisi misterius yang ada dalam dirimu, Zello? Aku seperti tidak mengenalmu, aku ini sangat menyedihkan, benar-benar menyedihkan!” tatapan mata keabuan itu terlihat sangat menyedihkan, banyak luka di sana. Begitu banyak hal yang memenuhi isi kepala Aletta. Zello nya saat ini, bukanlah Zello yang sama, dengan Zello 16 tahun yang lalu.
“Tidak My Letta. Aku adalah aku. Aku masih tetap sama dengan Zello yang 16 tahun yang lalu.”
“Tidak! Kau berbeda! Kau bukan Zello ku!”
“Alettaa... Aku adalah Zello yang sama. Zello yang sangat mencintaimu, sangat menyayangimu, dan Zello yang selalu melakukan apapun untukmu!” Tangan kekar itu memegang lengan Aletta dengan sedikit bergetar. Wanitanya takut pada dirinya, tatapan penuh luka itu, benar-benar membuat Zello sangat kesakitan. Aletta nya, sudah mengetahui semua sisi gelapnya.
“Haruskah aku percaya ini? Benarkah, kau masih Zello ku?” bibir wanita itu bergetar, air mata yang mengalir di pipinya benar-benar membuat Zello terluka. Senyum manis yang selama ini terukir di kedua sudut bibir itu, kini berganti dengan isakan tangis yang menyedihkan.
“Aku masih Zello yang sama, Letta. Zello yang sangat mencintaimu, Zello yang akan melakukan apapun untukmu. Apapun, Letta, apapun! Hanya untukmu, My Letta!”
****
Seorang gadis dengan kaki jenjang dan juga rambut pirang yang tergerainya, sedang berjalan santai di jalanan tengah kota Milan. Di temani oleh seorang sahabatnya, mereka tampak sangat bahagia menikmati musim dingin ini.
Mereka masuk kedalam sebuah gedung dengan sebuah kartu di tangan mereka. Menyaksikan acara fashion show yang sedang berlangsung di sebuah gedung bertingkat entah berapa lantai itu.
Gadis itu adalah Aletta. Mahasiswa jurusan desain yang sedang melakukan penelitian tentang gaya fashion masa kini. Wanita cantik bermata abu-abu itu, terlihat sangat antusias saat melihat banyaknya model yang berjalan hilir mudik di atas catwalk.
Para model-model profesional itu berjalan dengan gaya yang elegan. Pakaian yang mereka kenakan benar-benar sangat berkelas. Penuh dengan gaya, terlihat mewah dan juga mahal.
Aletta melihat segala sisi, gaun-gaun yang di pakai oleh model perempuan itu benar-benar membuatnya takjub. Tidak salah, kota Milan di kenal sebagai kota fashion. Begitu banyak model-model pakaian kelas atas yang di perlihatkan di sana.
“Al, kota ini benar-benar menakjubkan!” di sebelah Aletta, ada seorang gadis yang juga sedang menyaksikan pertunjukan itu. Matanya berbinar melihat begitu banyak model-model dengan kaki jenjang berjalan dengan berlenggak-lenggok di atas catwalk.
“Iya, kau benar!” senyum tipis terbit di kedua sudut bibir Aletta. Tentu saja menakjubkan. Matanya yang sedari tadi melihat para model itu, kini beralih pada seorang pria dewasa yang sedang duduk di kursi VVIP di ruangan itu.
Pria dewasa, dan juga maskulin itu memberikan senyuman tipisnya pada gadis yang sedang menatapnya itu. Aletta membalas senyuman tersebut.
“Apa yang sedang kau lihat Letta?” tanya Felysia. Felysia Inez Giannina. Sahabat dari seorang gadis yang bernama Aletta Queenby Achilles.
“Pangeranku!” jawab Aletta singkat. Dia langsung mengalihkan tatapannya pada model-model yang sedang berbaris di depan para tamu itu. Mereka menunjukkan senyuman termanisnya dengan gaya se-sensual mungkin.
“Pangeran? Malaikat penyelamat yang selalu kau katakan itu?” tanya Fely antusias. Aletta mengangguk sekilas. Dia berdiri bersama dengan yang lainnya untuk memberikan tepuk tangan yang sangat meriah atas berlangsungnya acara besar tersebut. Fely ikut berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah untuk model-model hebat itu. Setelah itu mereka semua perlahan keluar dari dalam ruangan fashion show tersebut.
“Mana? Mana malaikatmu itu? Aku ingin melihat laki-laki yang berwujud dewa seperti yang selalu kau ceritakan itu!” Fely mengikuti langkah Aletta yang berjalan keluar. Acara fashion show itu berjalan dengan sangat lancar. Kini Aletta dan juga Fely akan kembali ke hotel tempat mereka menginap.
“Al, ayo jawab. Dimana malaikatmu itu?” tanya Fely dengan tidak sabaran.
Aletta mendengus. “Nanti Fel, dia sedang sibuk!” Aletta berjalan menuju lift, diikuti oleh Fely yang mengekor kemanapun dia pergi.
“Pelit sekali kau ini!” gadis berambut Brunette itu bersidekap dada di dinding lift. Matanya menatap Aletta sebal. Sahabatnya ini benar-benar menyebalkan.
“Ingat ya, Fel. Dia itu malaikatku, hanya aku yang boleh melihatnya!”
“Cih, jangan bicara padaku! Aku tidak yakin, kau ini sebenarnya temanku atau bukan?!” Aletta tertawa mendengar kata-kata Fely. Sangat menyenangkan melihat sahabatnya itu kesal seperti sekarang ini. Apalagi wajah chubby nya itu akan terlihat menggembung karena bibirnya yang mengerucut kesal.
“Aku ingin istirahat sekarang, ayo kita kembali!” Aletta dan Fely keluar dari dalam lift. Kedua orang itu langsung berjalan menuju lobby.
“Maaf Nona, apa bisa ikut kami sebentar?” dua orang pria berbadan besar menghadang jalan Aletta dan Fely. Kedua gadis muda itu berhenti.
“Siapa kalian? Mau apa kalian? Jangan macam-macam, ya! Aku ini juara karate, bisa bela diri, minggir!” Fely memasang kuda-kuda yang membuat Aletta tertawa lebar. Sedangkan gadis itu langsung malu sendiri dengan apa yang dilakukannya setelah menyadari tindakannya. Dia melirik sekitar, banyak orang yang sedang meliriknya dengan tatapan yang sedikit — aneh.
“Si—siapa kalian? Kenapa menghadang kami?” Fely memperbaiki gaya berdirinya. Dia menetralkan rasa gugupnya dan memberanikan untuk bertanya.
“Nona, apa bisa ikut kami?” dua orang berbadan tegap itu menghadap Aletta. Mengabaikan Fely yang sudah memerah malu karena mereka.
“Tapi bagaimana dengan temanku?” tanya Aletta melirik Fely yang melihatnya melongo tidak percaya. Gadis cantik itu sepertinya sedang mengabsen seluruh nama-nama yang ada di kebun binatang, menyebutkan sumpah serapah pada dua orang laki-laki bertubuh besar yang ada di depannya ini, karena sudah membuatnya malu.
“Kau kenal dia, Al?” tanya Fely kesal. Aletta mengangguk.
“Mereka orang-orang kepercayaannya malaikatku!” ujar Aletta yang membuat Fely serasa ingin memakan kepala gadis itu. Aletta hanya menyengir melihat tatapan penuh kobaran kekesalan itu dari mata Fely.
“Kami akan mengantarkannya sampai ke hotel dengan selamat, Nona.” ujar pengawal itu. Fely berdecih sinis.
“Fel, pulanglah bersama mereka, aku yakin kau pasti akan aman sampai ke hotel!”
“Lalu kau mau kemana?”
“Bertemu seseorang!”
“Cih, malaikatmu itu lagi?” Aletta mengangguk mengiyakan. Lagi-lagi Fely mendengus.
“Baiklah, pulanglah sebelum Nyonya besar bertanya banyak padaku nanti!” Aletta mengangguk mengerti. Kemudian dia berjalan mengikuti laki-laki berbadan besar itu. Sedangkan laki-laki bertubuh besar yang satunya lagi mengarahkan Fely ke mobil yang terparkir di depan lobby.
***
Happy reading, semoga suka^_^
****
Aletta berjalan masuk kedalam sebuah ruangan yang bernuansa maskulin. Aroma parfum laki-laki yang sangat dirindukannya tercium jelas di hidung gadis berambut pirang itu. Sedangkan laki-laki yang membawa Aletta ke tempat ini, yang diketahuinya sebagai pengawal Zello itu sudah berlalu setelah mengantar Aletta tadi.
“Bagaimana kabarmu, My Letta?” Zello berdiri dari kursi kebesarannya. Kemeja lengan panjang yang digulung hingga siku itu membuat laki-laki dewasa itu tampak semakin maskulin. Auranya yang memabukkan itu benar-benar membuat Aletta mendengus.
“Hemm, tidak begitu baik!” Aletta duduk di kursi sofa mahal yang ada dalam ruangan luas itu. Tangannya terlipat di depan dada, wajahnya melirik Zello sinis.
Zello yang menyadari terjadi sesuatu dengan gadisnya, lekas bertanya, “Apa yang membuatmu tidak baik? Aku akan menjadikannya supaya baik!” Zello duduk di samping Aletta, memegang ujung rambut pirang panjang itu. Matanya menatap Aletta dengan tatapan menginginkan jawaban atas pertanyaannya tadi.
“Laki-laki yang duduk di sebelahku!” mata abu-abu itu mendelik sinis.
Zello terkekeh kecil. Bibir sensualnya membentuk sebuah senyuman tipis. “Apa yang harus aku lakukan agar laki-laki tidak tahu diri itu, membuatmu senang?” tanya Zello. Dia menatap manik abu-abu itu dengan serius. Ada seringaian di sudut bibirnya, dan Aletta menyadari itu.
Apapun untuk Letta nya, apapun itu akan Zello lakukan. Bahkan nyawa pun, akan Zello berikan, asal itu bisa membuat Letta nya bahagia.
“Cih, kau memang laki-laki yang menyebalkan!” Aletta menyandarkan tubuhnya di dada bidang Zello, laki-laki itu balas mendekapnya. Hangatnya dada bidang nan keras itu membuat Aletta nyaman. Di tambah dengan alunan suara merdu dari detak jantung Zello yang berirama teratur, membuat Aletta rasanya tidak ingin bangkit lagi.
“Aku memang menyebalkan Letta, akan aku lakukan apapun untukmu.” Zello mengusap puncak kepala Aletta dengan penuh kasih sayang. Hingga hembusan napas teratur Aletta membuat laki-laki itu terkekeh kecil sembari menggelengkan kepalanya.
“Ah, dasar gadis ceroboh. Tidur dengan seenaknya seperti ini, apa dia tidak takut kalau nanti aku bisa macam-macam padanya?” Zello membaringkan tubuh Aletta dengan sangat pelan, dan meletakkan kepala dengan rambut pirang itu di atas pahanya dengan sangat lembut, seakan-akan kepala itu adalah sebuah gelas kaca yang sangat rapuh.
Apapun untuk Letta. Biarlah dia tidak bekerja hari ini, asalkan Letta nya senang, biarlah kakinya keram asal Letta nya nyaman. Ingatlah, apapun untuk Letta. Apapun itu!
Zello diam, tidak bergerak sama sekali. Walaupun kakinya terasa sakit, tapi dia tetap bertahan dengan posisi seperti itu, hingga akhirnya, lelah mendera laki-laki itu dan kepalanya bersandar di sandaran sofa. Mata tajam itu perlahan menutup, hingga hembusan napas teratur saling bersahutan di antara kedua orang tersebut.
****
Aletta bergerak tidak nyaman, manik abu-abu itu perlahan terbuka, matanya mengerjap beberapa kali, hingga akhirnya dia tersadar, kepalanya sedang berada di atas paha Zello. Gadis berambut pirang itu bangkit dengan perlahan.
Aletta memperhatikan setiap sudut wajah dengan pahatan sempurna itu. Bagaimana rahang yang kokoh itu di tumbuhi jambang, alis mata simetris nan tebal itu terbentuk sempurna. Hidung mancung itu terlihat seksi, hingga bibir sensual menggoda yang minta di kecup itu membuat Aletta buru-buru menggelengkan kepalanya.
“Sudah puas mengagumi ketampananku, Letta?” suara serak itu membuat Aletta terlonjak kaget. Wajahnya memerah malu saat melihat manik mata Zello kini sudah terbuka sempurna. Senyuman menyeringai itu membuat Aletta menelan salivanya gugup.
“Cih, ketampanan apanya?” decih Aletta sinis, yang mengundang gelak tawa dari seorang Donzello.
“Hemm, apa kau lapar?” Zello menggerakkan kali yang terasa keram. Laki-laki itu tidak meringis sedikitpun, walaupun rasa sakit kini sedang menderanya.
“Hemm, aku mau makan pasta!” ujar Aletta, mengambil ikat rambut yang ada di saku celana jeans yang dia gunakan tadi, dan mengikatnya dengan tinggi.
“Kenapa kau suka sekali mengikat rambutmu seperti ini?” tanya Zello, sedikit merasa tidak terima, karena leher jenjang Aletta nya bisa di nikmati oleh banyak orang.
“Aku suka seperti ini. Ini membuatku segar, dan mudah bergerak.” Aletta juga membuka tas kecil yang tadi dia letakkan di atas meja kaca di depan sofa itu. Dia mengambil kaca mata di dalamnya, lalu memakainya.
“Matamu tidak minus Letta, kenapa kau memakainya?” Aletta mendelik sini pada Zello yang mengangkat bahunya.
“Apa?” tanya laki-laki itu.
“Aku suka dengan gaya seperti ini Zello. Supaya orang-orang tidak tertarik padaku. Kau tidak akan tau, seberapa banyak laki-laki yang mengejar ku karena kecantikanku ini!” Aletta berucap dengan nada sombong, membuat Zello mendengus.
‘Dan aku sudah membereskan semua laki-laki yang menyukai milikku itu, Letta!’
“Ayo, kita pergi makan. Kau pasti lapar, kan, sekarang?” Aletta mengangguk mengiyakan. Gadis itu mengeratkan syal yang melingkar di lehernya, dan semakin mengeratkan jaket yang dia pakai.
Zello juga memakai jaket tebal miliknya, dia juga mengambil kaus tangan untuk dirinya dan juga Letta nya.
Zello dan Aletta keluar dari dalam ruangan kerja laki-laki maskulin itu.
“Aku mau pergi sebentar, kau bisa urus ini selama aku pergi?” laki-laki yang berperawakan sama tegapnya dengan Zello, mengangguk cepat mendengar perkataan laki-laki berkuasa di hadapannya.
“Baik Tuan.” Zello langsung berjalan meninggalkan laki-laki berpakaian dengan setelan lengkap itu.
“Kau yakin hanya makan pasta, Letta?” tanya Zello. Aletta yang sedari tadi berdiri di samping laki-laki itu menoleh.
“Tidak, aku mau makan orang sekarang!” jawab Aletta ketus.
“Kau serius?” Zello malah menanggapi perkataan gadis itu dengan mimik wajah serius. Bahkan laki-laki itu sampai berhenti, yang membuat Aletta ikut berhenti.
“Hei, aku hanya bercanda. Kau yang benar saja, memangnya aku ini kanibal!”
****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!