Larasati Abimanyu, 23 tahun, Gadis cantik dengan wajah kuning langsat, badan berisi tapi tidak gendut. Ia bekerja di sebuah resto ternama di kota x. Wajah cantik Larasati banyak menyita perhatian orang sekitar, terutama kaum adam. Ia tidak hanya cantik, tapi juga baik hati. Tutur sapanya begitu lembut selembut mentari pagi menyapa langit. Senyum manisnya terlihat indah di pandang. Setiap hari kecuali hati minggu, ia selalu berada di tempat kerja, hampir waktunya tersita penuh di sana. Namun, Larasati menjalani hari hari dengan bahagia. Larasati juga mempunyai seorang tunangan, bernama Sebastian Kurniawan. Berwajah tampan, perawakan tinggi besar, dan seorang pengusaha sukses. Dari awal Sebastian tidak suka kalau Larasati bekerja di tempat lain, ia ingin Larasati bekerja bersamanya. Namun, Larasati menolak. Ia bukan sosok wanita lemah yang selalu meminta perlindungan di bawah ketiak pasangan. Sebisa mungkin selama ia masih bisa berusaha, maka semua akan ia jalani sendiri. Pantang baginya menyerahkan seruluh jiwa raga untuk seorang laki laki, yang belum tentu menjadi jodohnya.
Singkat Cerita. Laras baru saja pulang dari sebuah acara amal di kampusnya. Bersama dengan kedua sahabat baiknya, Nike dan Natali. Ketika merek tengah asik bercanda ria, tiba tiba saja datanglah seorang lelaki yang tinggi rupawan di hadapan mereka. Dialah Sebastian Kurniawan, atau lebih di kenal dsngan sebutan Tian. Ia berjalan tegap sembari menatap tajam ke arah Laras "Kamu baju biru ikut saya" Titahnya semena mena.
"Saya kak?" Ucap Laras sembari menunjuk diri sendiri. Perlahan Larasati beejalan mendekati sang lelaki. Untuk menatap saja Ia terlihat ketakutan. Mungkin Laras terlalu trauma setiap kali berhadapan dengan Tunangannya sendiri. Sifat emosional Tian kerap kali membuat Laras harus menerima siksaan fisik, dari tamparan, sampai pukulan.
"Bisa lebih cepat tidak? Saya masih ada banyak kerjaan, kamu tinggal nurut saja sama saya" Tian menarik tangan Laras dengan kasar "Saya antar kamu pulang sekarang"
"Aw....sakit kak, pelan pelan" Laras mulai ketakutan dengan sikap lelaki itu, ia pun berusaha melepas cengkraman tangan Tian "Saya bisa jalan sendiri kak...." Rengek Laras sembari terus berusaha melepaskan diri. Andai saja ia bisa menolak, sudah dari tadi ia menolak ajakan Tian.
Semakin mengeratkan cengkraman "Kamu bisa diam tidak? Sudah sepatutnya kamu mematuhi saya, Mengerti!" Ketus Tian dengan Nada menekan.
Mendengar ucapan Tian, Laras pun menggigil ketakutan. Kali ini hal apa yang membuat mood sang kekasih berubah menjadi singa (Tuhan....selamatkan saya dari amarahnya)
"Ayo masuk....."Tian menyeret Laras masuk sampai ke dalam mobil.
"Eh....tunggu, mau kamu bawa kemana sahabat kami? woy buka pintunya" Nike menggedor kaca mobil Tian sampai berulang kali. Namun Tian tidak perduli. Segara tancap gas "Persetan sama mereka" Saking kesal, Tian mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, sehingga membuat Laras ketakutan "Kak....hati hati saya takut" Raut wajah Laras memperlihatkan ketakutan. Setiapp kali bersama sang kekasih, harinya terasa tidak nyaman. Entah kenapa semua bisa terjadi. Mungkin di sebabkan oleh karakter mereka yang berbeda. Tidak hanya itu status sosial juga berpengaruh dalam hubungan mereka.
Memukul stir kemudi "Kenapa kamu tadi bersikap seolah tidak menganal saya? Kenapa mereka sampai tidak tau kalau saya ini adalah Tunangan kamu. Jawab saya kenapa kamu tidak mengakui saya di depan mereka? apa kamu pikir kamu sudah lebih cantik dari wanita di luar sana, sampai kamu tidak mau mengakui saya di depan mereka?" Hanya karena hal sepela Ia marah besar. Bukan tidak mau menganalkan, tapi Laras takut jika kedua sahabatnya itu malah akan menjauh darinya. Peetunangan mereka terlaksana secara diam diam, kalau sampai mereka tau Tian adalah tunangannya pasti mereka akan marah. Jadi mau tidak mau Laras menyembunyikan hubungan mereka.
"Bukan seperti itu maksud saya, kak. Hanya saja...."
"Hanya apa?" Bentak Tian. Suara Narmda Tinggi membuat Laras menundukkan kepala. Percuma saja menjelaskan semuanya kepada sang kekasih, karena saat ini dslam diri Tian terdapat kobaran api yang besar.
Ketika gejolak api mulai membakar hati, ribuah ton air sekali pun tak dapat mamadamkannya. Diam memeng bukan pilihan tapi setidaknya dengan diam dapat mereda segalanya.
Tian yang terbakar emosi seketika menginjak rem mendadak. Sontak saja Laras terkejut.
"Kenapa kita berhenti disini, kak?" Laras ketakutan Tian akan berbuat macam2 kepada dirinya.
"Mulai sekarang saya tidak mau tau kamu harus mengakui saya di depan semua orang. Seharusnya kamu bersyukur mendapatkan lelaki mapan seperti saya. Wanita seperti kamu bisa saya dapatkan dengan mudah, jadi jangan belagu, ngerti kamu?" bentak Tian. Hati wanita mana tidak sakit setiap hari selalu di rendahkan, di permalukan, bahkan kerap di sakiti. Air mata Larah seketika luruh "Maaf, kak. Saya berjanji tidak akan melakukan ini lagi"
Plakkkk...
Tian menamparnya dengam keras "Janji, jamji, janji. Makan tuh janji"
Sambil menyentuh pipi "Saya ngaku slaah, kak. Ampun, maafkan saya, maaf" Laras merasa sangat terluka Jiwa dan raga.
"Sekali lagi saya melihat kamu, tidak mengamggap saya awas saja kamu" Ketus Tian.
(Kenapa hidupku jadi seperti ini setelah bertunangan sama dia. Pertunangan ini murni karena paksaan semata. Sungguh semua ini terlalu menhakitkan) Gumam Laras.
Kambali Tian melaju dengan kecepatan sedang
"Jangan manangis lagi, atau saya akan turunkan kamu di sini" ancam Tian.
"Kamu udah makan belum?" Tanya Tian.
"Belum, kak" Lirihnya sambil meremas tangannya sendiri. Setiap kali di dekat laki laki ini pasti Laras tidak bisa hidup tenang.
Beberapa saat kemudian. Mereka berhenti di salah satu resto. Segera mereka masuk dan memesan makanan "Kamu pilih saja apa yang kamu suka, kalau perlu seisi resto saya beli untuk kamu"
"Saya mau makan ini" Menunjukkan menu yang telah ia pilih.
"Oke, ini cukup?"
Laras mengangguk. Tiba tiba saja ketika tangan Tian hendak menyentuhnya, reflek Laras menjauh "Kenapa kamu menjauh? saya hanya mau membelai rambut kamu saja, apa tidak boleh?"
Laras masih ketakutan, tapi Tian justru semakin msmbuatnya takut. Dengan perasan ketakutan, ia mendekatakan diri.
"Nah gitu dong nurut, kan saya jadi tidak marah" Membelai mesra rambut sampai wajah sang kekasih.
"Maafkan saya, tadi saya nggak bisa ngontrol emosi"tian mencoba meraih pipi kiri Laras, namun sebelum tangan itu mampu menggapai Laras sudah berdiri "Maaf, kak. Saya mau ke toilet sebentar " Laras bergegas meninggalkan Tian.
Tian hanya memandangi punggung Laras yang perlahan menjauh.
Hampir setengah jam Laras belum juga kembali.
"tu anak ngapain si di toilet lama banget"
" bren***ek"
belum Tian beranjak dari duduknya
Laras pun sudah kembali Dan berjalan mendekatinya
" maaf nunggu lama tadi ngantri soalnya" jelas Laras kepada tian
"Hem.."
Sebastian acuh dengan penjelasan dari Laras
"Kak, saya sudah kenyang" Laras yang tadinya lapar mendadak kenyang
karna mendapat perlakuan keji dari tunangannya
" ya udah kita pulang"
mereka pun pulang
Tian mengantar Laras sampai kerumahnya
setiap hubungan yang di dasari unsur perjodohan pasti akan ada salah satu pihak yang terbebani
tapi dalam sebuah hubungan jangan sampai ada unsur kekerasan
sejatinya cinta di ciptakan untuk kita bisa saling mengasihi bukan saling menyakiti
☺️
Sesampainya di rumah, Laras masih merasakan sakit pada pipinya, lekas mengobati pipi yang lebam Karna ulah Sebastian "Mimpi apa aku tadi malam bisa kenapa tampar kaya begini" Ucap Laras sembari menghempaskan badan ke sofa ruang tamu. Rasanya lelah harus menghadapi amarah Sebastian yang kadang tak terduga, hal hal kecil bisa membuatnya murka. Sebastian seperti punya kebribadian ganda. Sesaat bersikap baikn sesaat lagi marah tak tau apa masalahnya.
Beberapa hari kemudian, Setelah kejadian itu Laras memutuskan untuk menjauh darinya. Ia tidak ingin terkena imbas dari kemarahan Tian, yang selama ini kerap menghantui setiap tidurnya "Setiap hari aku selalu berdoa supaya Tuhan menjauhkan dia dariku. Andai aku punya hak untuk membatalkan pertunangan ini pasti sudah sejak dulu aku membatalkannya. Bersama dia hidup ini seolah tidak nyaman. Setiap kali ketakutan ini membawaku ke dalam jurang yang sangat gelap, sampai rasanya aku tak bisa keluar" Lirih Laras dalam setiap hari.
"Heh....ngapain lo bengong di situ? bukannya jam kerja udah abis dari tadi, masih aja lho diam sini, ngapain?" Tanya Salah satu rekan kerja Laras. Saat ini mereka tengaj berada di dapur, menyelesaikan tugas masing masing. Namun, ketika salah satu rekan kerja Laras hendak mencuci piring, ia melihat sosok Laras terdiam diri sambil memagang sebuah piring bersih. Kalau di lihat dariraut wajah Laras jelas kalau dia sedang ada banyak masalah.
Menarik nafas panjang "Rasanya saya masih ingin di sini. Lebih nyaman bekera dari pada harus di rumah, jenuh nggak ada teman" Ujar Laras dusta. Sejauh ini seluruh teman bahkan rekan kerjanya tidak tau kalau Laras sudah miliki tunangan. Karena memang sejak dulu Laras menyimpan rapat hubungannya dari orang luar.
Seseorang tadi lalu menepuk pundak Laras "Kalau aku jadi kamu mending ke mall atau jalan jalan cantik di mana gitu"
"Sinta....bantuin aku dong" Seseorang memanggil Sinta.
"Oke, segera meluncur" Jawab Sinta sembari berlari kecil ke arah tema kerjanya itu.
"Benar kata Sinta" Laras pun segera menghubungi kedua sahabatnya untuk bertemu di suatu tempat.
"Kalian bisa tidak temani jalan jalan? sekali kali kita kumpul bareng yuk" ajak laras dari telepon.
Kebetukan Nike dan Natalia baru saja pukang dari kampus, mereka dengan senang hati menerima ajakan Laras.
"Oke, kita ketemu langsung di sana saja, ya. Nanto kamu share aja tempatnya di mana, kita Otw ke san sekarang" jawab Nike. Natalia yang menguping langsung ikut bicara "Pokoknya masalah jalan jalan kita juaranya...."
"Iya, aku paham kok. Kalau begitu aku share tempatnya ya" Segera mematikan panggilan telepon.
"Oh iya, aku tuh masih penasaran lho sama cowok yang waktu itu, kira kira dia siapa ya? kok berani banger main seret Laras gitu saja. Apa mungkin dia itu pacar Laras?"
Natalia memukul lengan Nike "Mana mungkin dia pacar Laras, orangnya saja kelihatan garang. Nggak, Nggak, Nggak mungkin. Kalau pun Laras punya pacar tentu dia kasih tau kita dong, secara kita ini sahabatnya" Ucap Natalia.
"Tapi bisa jadi kan Laras bohong sama kita, bisa saja kan?" Nike masih belum percaya sebalum Laras memberitahunya sendiri.
"Sudahlah....nggak usah di pikirin, mending kita cus berangkat hiling. Biar otak nggak pusing mikir sekripsi mulu" Natalia langsung menggandeng tangan Nike.
"Oke, masalah hiling kita juaranya" Tak lama mereka pun langsung menuju ke tempat tujuan.
Sesampainya mereka di pusat perbelanjaan, segera mencari keberadaan Laras "Laras mana sih kok belum kelihatan juga" Tak lama setelah itu datanglah Laras "Hey aku di sini" Nika dan Natalia segara menghampiri Laras.
"Yuk Ras kita udah nggak sabar pengen lihat tas di atas itu, katanya lagi pada diskon. Lumayam bisa hemat" Ucap Nike antusias.
"Tas terua yang kamu pikirin, Ke. Mau di baut apa tuh tas satu lamari di rumah kamu?" laras geleng kepala saat tau sahabatnya suka koleksi tas beraneka model.
"Tau nih anak suka banget koleksi tas. Kamu tau tidak Ras, sampe ibunya itu marah marah setiap kali dia oulang pasti bawa tas baru. Kan pemborosan ya Ras" Sambung Natali.
"Eh biarin aja duit duit aku ini" Ceteluk Nike.
Tanpa teeduga Nike melihat sesuatu "Ehhh ras liat deh..." Nike menunjuk pada lelaki yang dia rasa dia pernah melihatnya "Bukannya dia cowok yang nyeret Lo waktu itu?"
Laras menoleh dan melihat sosok Tian sedang bersama dengan wanita lain. Terlihat mereka tengah asik berbelanja beberapa barang. Satu hal yang menyita perhatian Laras adalah, mereka bermesraan sambil tangan si wanita menggandeng lengan Tian. Jelas sekali kalau mereka ada hubungan special.
(Jadi begini sikap asli dia di belakangku) Gumam Laras sambil menahan rasa sakit.
Saking salitnya, Laras pun berlari keluar dari mall "Ras, Laras, mau kemana kamu" teriak Nike tapi tak di gubris sama sekali olehnya. Luka hati luka diri menjadi satu kesatuan yang menyakitkan.
Natalia yang masih bengong dengan apa yang dia lihat seketika tersadar "Astaga, Laras..." ia berusaha mengejar Laras.
" Lia....sini Lo" dengan nafas terengah engah Nike memanggil Natalia
"Pada kenapa si ini??" Lia kebingungan dengan sikap mereka berdua
" Laras kenapa nangis "
" Lo apain tu anak"
maki Lia
" gua tadi liat cowok yang nyeret Laras pas waktu itu, dia belanja bareng cewek"
" mereka mesra banget, ya gua kasih tunjuk ke Laras lah"
" malah Laras lari gak tau kenapa"
mereka heran dengan Laras, memang cowok itu siapa??
sampai Laras bisa sesedih itu...
Meraka saling melempar pandang
" jangan jangan dia gebetan laras" celetuk Lia
" masa si dia gebetan laras, kok dia gak ada ngomng sama kita"
mereka pun hanya bisa menebak2
dan mereka melangkah pergi dari mall
namun langkah mereka terhenti saat mereka melihat lelaki yang tengah berciuman di parkiran mobil dengan seorang gadis cantik
" ihhhh cowok kaya gitu mana cocok dengan Laras...jijik gua lihatnya" cetus Nike
Nike melanjutkan langkah kakinya yang di ikuti Lia di belakang...
mereka pergi meninggalkan Tian yang masih asik berciuman
Laras....
berlari dan berhenti di sudut parkiran yang sebenarnya dia tau aktifitas apa yang sedang Tian lakukan saat ini
namun Laras hanya menangis dengan apa yang dia lihat
Lo tega ngelakuin ini setelah Lo nyakitin raga gua dan sekarang Lo nyakitin batin gua!! gumam Laras
Tian mendengar ada isakan tangis yang samar2 dia dengar, membuatnya menoleh dan betapa terkejutnya dia
saat dia mendapati Laras berada di sudut parkiran tengah melihat adegan yang dia mainkan barusan...
Tian mendorong wanita di depannya dan berlari ke arah Laras
Laras yang sudah dulu berlari mempercepat laju kakinya dan memasuki mobilnya bergerak pergi menjauh
" larassss ....tunggu ..." teriakkk Tian namun usahanya sia2
Laras yang sudah pergi dengan mobil yang di kendarainya
" siallllll..." Tian mengacak rambut seolah dia frustasi
" siapa cewek itu yang" tanya wanita yang mendekati Tian
" diemmm Lo....pergi dari sini" teriak Tian
wanita itu pun pergi meninggalkan Tian
Karana dia tau dia hanya simpanan Tian..
gua harus cepet kerumah Laras sebelum semua jadi tambah runyam!! gumam Tian
sesampainya di rumah Laras berlari menuju kamarnya
Laras yang masih terisak isak dengan tangisnya
" gua gak mau ngelanjutin hubungan ini, gua capek" Laras terus menangis
tok tok tok...
ras buka pintu!!
Tian yang berada di depan pintu
namun tiada jawaban dari Laras
Laras memberanikan diri membuka pintu
" kenapa"
Tian meraih tangan Laras
" ras Lo salah paham "
" tadi dia yang mencium gua"
" sumpah gua gak kenal dia"Tian mencoba meyakinkan laras
Laras terdiam mendengar penjelasan Tian
Laras hanya tertawa geli
" Lo pikir gua buta"
" Lo pikir gua tuli"
" sebelum Lo keluar gua udah liat Lo belanjain dia di dalam, mesra mesraan kek gitu, Lo masih mau ngelak gak kenal....ha...." tangis Laras pecah seketika
Tian mencoba memeluk Laras
namun Laras mendorong tubuh lelaki itu
" pergi lo dari sini..." usir Laras
" mohon maafin gua ras" Tian hanya bisa berteriak meminta maaf tanpa ada respon dari Laras...
setelah beberapa menit Sebastian pun berlalu pulang karna Laras tak kunjung keluar
hargai dia yang saat ini berada di dekat kita
karna yang dekat terkadang bisa menjauh
jangan sia siakan mereka yang mampu bertahan
karna ada kalanya mereka pun lelah dan berlalu dengan seiringnya waktu
Setelah menyaksikan kejadian itu, Laras terisak. Rasa sakit kian menggoyak hati sampai tak ada lagi sisa di hati. Sekarang Laras hanya bisa pasrah dengan hubungan mereka, yang mana ia sendiri pun tak ingin bertahan lagi, setelah banyak kesakitan yang Laras terima selama ini. Habis sudah kesabaran Laras menghadapi Sebastian. Jauh di lubuk hati paling dalam, ingin selaki ia lepas dari lelaki parasait tersebut.
"Sekarang baru aku tau siapa kamu sebenarnya. Jika sudah tak cinta lagi untuk apa hubungan ini" Lirih Laras penuh derai air mata. Sejujurnya Laras masih mencintai Tian, seperti sebelumnya. Namun, hati dan fisik kerap kali tersakiti oleh sikap paranoid sang kekasih. Setiap apa saja keinginan sang kekasih, ia di haruskan memenuhi segalanya. Sampai Laras pun terpaksa bertunangan. Bukan Laras tidak mau, tapi masih menunggu kemantapan hati.
Pertunangan meraka seolah tak memiliki arti sedikit pun di mata Sebastian. Hubungan yang selama ini berusaha di jaga hancur lebur bagai debu. Pernikahan di depan mata harus kandas begitu saja oleh kelakuan buruk Sebastian sendiri. Apa nanti kata orang tua mereka, bahkan pihak keluarga sudah merencanakan tanggal pernikahan mereka berdua. Namun, setelah kejadian ini apakah pernikahan masih bisa terlaksana? entahlah yang pasti untukk saat ini Laras begitu terluka. Tergantung bagaimana Takdir menjalankan tugasnya.
Drtttttt...
Tiba tibsa saja ponsel Laras bergetar, ada puluhan pesan dari Tian yang dia tak ingin melihatnya sama sekali, apa lagi untuk membalas. Berulang kali pula dia menelepon Laras tapi tidak ia hiraukan.
"Andai kamu di posisiku pasti kamu pun akan melakukan hal serupa..."Berusaha kuat dengan segala cobaan yang saat ini tengah menimpa hubungannya.
Setelah beberapa saat kemudian, Laras memilih menghapus semua pesan tersebut. Begitu besar rasa kecewa atas apa yang pernah Tian janjikan pada dirinya "Jika ini yang terbaik, aku akan mundur. Tidak mungkin terus melaju saat hujan mulai menghantam badan, lebih baik berhenti daribpada basah kuyup. Sungguh, aku tidak mampu melawati badai hujan ini" Bayangan kebersamaan kala mereka bersama dulu, mulai terbayang indah. Dulu hubungan mereka baik baik saja. Tidak pernah sekali pun Tian membentak atau kasar padanya, justru dia selalu mengerti posisi Laras. Tapi seiring berjalannya waktu, semakin lama Tian mulai berubah. Sikapnya mulai posesif, egois, selalu mementingkan diri sendiri. Sudah banyak hal berubah darinya. Laras mulai lelah, tidak bisa lagi untuk bertahan terlalu lama.
Dan beberapa tahun silam, pernah beberapa kali ia memergoki Tian berduaan dengan wanita di sebuah hotel dan tengah asik bermesraan. Laras hanya bisa diam dan saat Tian memberi penjelasan palsu, ia berusaha percaya. Terkadang pula Sebastian malah memukulinya atas apa yang tidak dia lakukan.
Laras menulis sepucuk surat singkat yang dia tujukan pada Tian
Dear ....
Sebastian Kurniawan
maaf...
aku tidak bisa bertahan dengan semua yang sudah kamu perbuat Kpda saya
dengan ini saya sepihak memutuskan untuk tidak melanjutkan pertunangan ini...
kesalahan yang kamu lakukan terhadap saya sangat lah menyakiti saya dan melukai jiwa raga saya..
saya mampu bertahan saat kamu memaki, memukul, dan menampar saya
tapi maaf ikatan yang ada di jari saya yang membuat saya semakin kesakitan.
dan membuat saya mengambil keputusan terbesar ini...
untuk kamu semoga bahagia ☺️☺️
aku akan baik baik saja
larasati Abimanyu
laras meletakkan sebuah cincin di dalam surat itu
dia pun mengirimnya kepada tian
namun sebelum dia mengirim surat
Laras mulai berkemas dia memutuskan untuk pergi menjauh dari kota tersebut
menjauh dari Sebastian dan terpaksa menjauh dari para sahabatnya
Laras memilih untuk tidak memberi tahu sahabatnya atas kepergiannya
di karenakan Laras tak pernah mempublikasikan hubungannya dengan Tian kepada mereka
karna hubungan Laras dan Tian di dasari atas hutang piutang keluarga laras
satu jam pun berlalu ....
Laras membawa semua peralatan yang dia butuhkan
hampir 2 koper penuh
dia menitipkan surat kepada tukang pos
sesudahnya Laras bergegas menuju bandara
dia ingin pergi ke kota yang jauh dari Tian
sebelum dia berangkat
Laras membuang kartu di ponselnya Laras hanya menyimpan data2 dari sahabatnya juga keluarganya
" maafkan gua karna gua gak pamitan sama kalian" tangis Laras pecah seketika mengingat para sahabatnya
Laras juga harus menjauh dari mereka semua
Laras pun berangkat dengan penerbangan xxxx... ke kota xxx....
Laras pun sampai di kota tujuan sekitar jam 10 malam waktu setempat...
Laras menuju rumah neneknya
Tian ....
dia mondar mandir tak karuan dengan ponsel di tangan kirinya
tangannya tak henti henti memegang kening
berusaha memutar otak supaya Laras bisa kembali memaafkannya...
tok tok tok...
ada seseorang mengetuk pintu
Tian bergegas membuka pintu
dan betapa terkejutnya dia, saat mendapati di depan matanya ada pak pos yang membawa sebuah lipatan kertas
" permisi pak, dengan bapak Sebastian kurniawan??"
" iya saya pak..!" Tian penasaran di jaman modern seperti sekarang masih ada orang yang kirim surat lewat pak pos...
" mohon di tandatangani pak"pak pos tersenyum dan meyodorkan buku meminta tanda tangan Tian
seusai Tian menandatangani
dan pak pos berpamitan
Tian menutup pintu dan membolak balikkan kertas itu
siapa ya yang kirim surat ini aneh, baru kali ini gua dapet surat !!! tak lama kemudian Tian membuka surat itu
krincing....
ada benda yang terjatuh
saat Tian mencoba melihat benda apa itu
Tian terbelalak saat di dapati ada sebuah cincin
Tian mengambil cincin itu dan ...
jrenggg...itu cincin pertunangan yang di kenakan Laras
Tian buru2 membaca surat itu
" Laras........."emosi Tian meluap
dia merobek surat itu dan berlari menuju sebuah mobil mewahnya
Tian bergegas menuju rumah Laras
sesampainya di depan rumah, Tian menggedor pintu berkali kali hingga puluhan kali
tak lama datanglah tetangga sebelah yang Dateng
" mas cari mbk Laras?" seorang lelaki setengah tua itu pun bertanya Kpda Tian
" iya pak, saya tunangan Laras"
Tian antusias menjawab bapak tua itu
" mas..mbk laras tadi pamitan pada saya, dia pindah ke luar kota mas" jelas bapak itu
" kemana pak" Tian memegang tangan bapak itu berharap bapak itu tau keberadaan Laras saat ini
namun bapak itu hanya menggeleng
bapak itu pun pamit untuk masuk ke dalam rumah lagi...
Tian mengacak rambut frustasi..
dia duduk di kursi panjang depan ruang Laras...
malam pun mulai larut Tian kembali pulang kerumahnya
dia memutuskan untuk pulang dan kembali mencari Laras keesokan hari...
di dalam kamar Tian pun terlihat lesu dengan air matanya menetes membasahi pipi...
Tian mengirim ratusan pesan dan mencoba menghubungi Laras namun tak ada jawaban dari Laras
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!