NovelToon NovelToon

The Great Wife

TGW 1 Ibu Mertua Bermuka Dua

The Great Wife (1)

Pranggggg...

Ara yang sedang melap meja tidak sengaja menjatuhkan vas bunga kesayangan ibu mertuanya.

" Ya Allah, pasti bentar lagi Mommy akan..."

" Ara apa yang kamu lakukan dengan vas bunga kesayanganku?!", Mommy Leona berteriak.

" Maaf Mom, aku gak sengaja", Ara menundukkan kepalanya. Ia tahu ini kesalahannya.

" Maaf kamu bilang? Kamu pasti tidak tahu vas bunga itu harganya berapa kan?", Viona menarik kerudung Ara dengan keras. Rambutnya pun tertarik juga.

" Aku benar-benar gak sengaja, mom", Ara berusaha untuk tidak menangis walaupun rasanya kepalanya sakit sekali.

" Kau pikir harga vas bunga itu berapa?. Itu sangat, sangat mahal. Kau pasti tidak akan bisa membelinya", geram Leona merendahkan menantunya.

Seandainya mommy tahu bahwa aku bisa membelikan yang lebih dari ini, pasti kamu akan kaget, mom. batin Ara

" Sudah hampir waktunya nyonya", kepala pelayan mengingatkan sang nyonya.

" Kau selamat kali ini. Tapi, ingat! besok kamu akan menjalankan hukumanmu", bisik Leona dengan tersenyum sinis melepaskan tarikannya.

Ara bernafas lega. Tangannya segera mengusap-usap bagian kepala yang sakit. Kalau saja ia tidak memakai kerudung, entah berapa helai rambut yang akan tertinggal di tangan mertuanya saking kerasa tarikannya.

Ara segera berjongkok berniat membereskan pecahan pas bunga. Namun, baru saja ia memulainya jari tangannya mengenai pecahan pas bunga dan berdarah.

" Apa sih yang kamu bisa hah?" ,tanya Leona geram melihat Ara tak mampu melakukan apapun. " Sudah sana! Kamu bersiap-siap saja untuk menyambut suamimu. Biarkan pelayan yang membereskan semuanya ", sinis Leona.

" Ara permisi dulu, mom", Ara masih bersikap sopan. Namun, Leona tak menanggapinya.

" Mia!!", teriak Leona memanggil salah satu pelayannya.

Mia lari terburu-buru mendengar teriakan sang nyonya. Sementara Ara berjalan cepat menuju kamarnya.

" Bereskan kekacauan ini!" perintahnya sambil pergi berlalu menuju kamarnya.

" Baik nyonya", Mia membungkukkan badannya.

Setelah sang nyonya pergi, ia kembali ke belakang untuk mengambil alat kebersihan yang ia butuhkan.

Di kamar, Ara memakaikan plester di lukanya. Setelah selesai ia segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Berendam di bathtub dengan aroma yang di sukai suaminya walaupun tidak bisa berlama-lama. Karena Ara ingin, saat suaminya datang, ia sudah selesai.

Ara menghembuskan nafasnya denga kasar. Inilah kehidupannya setelah hampir tiga bulan menikah.

Ara yang memiliki nama lengkap Amara Bilqis Salfaraz menikah dengan Arion Alvarendra karena perjanjian perjodohan yang dilakukan oleh kedua kakek mereka. Ara yang memang menyukai Rion sejak kecil langsung menyetujuinya. Apalagi ia tahu bagaimana sikap dari Rion karena sering bertemu setiap sang kakek mendapatkan kunjungan dari kakeknya Rion.

Saat menikah Ara baru berusia 23 tahun. Selisih enam tahun dengan Rion yang saat itu berusia 29 tahun.

Tanpa mereka semua sadari, Leona adalah satu-satunya orang yang menentang perjodohan pernikahan itu. Ia ingin Rion menikah dengan pilihannya. Namun, ia tak bisa berbuat banyak karena posisinya hanyalah ibu tiri Rion yang mana Rion sendiri tidak tahu akan status aslinya.

Menurut Leona, Ara tidak sepadan dan yang pasti tidak bisa ia kendalikan. Namun, akhirnya ia hanya bisa berpura-pura setuju.

Ara sendiri adalah anak dari pasangan Malik Salfaraz dan Fadhilah Putri Aslan. Sedangkan kakak laki-lakinya bernama Azzam Salfaraz. Mereka dua bersaudara.

Ara sebenarnya adalah cucu dari Aslan yang sepak terjangnya di dunia bisnis tidak di ragukan lagi. Bahkan merupakan pengusaha terkaya. Namun, orang-orang tidak pernah tahu mengenai anggota keluarganya kecuali yang memang sudah di perkenalkan ke publik.

Keluarga suaminya pun tidak tahu selain hanya kakek mertuanya yaitu Alvarendra yang biasa di panggil Kakek Andra. Mereka berencana memberitahukan siapa Ara yang sebenarnya saat usia pernikahan keduanya menginjak satu tahun.

Alasan disembunyikannya identitas asli Ara pun adalah demi keselamatan Ara. Ara sendiri harus kehilangan saudara kembarnya saat berusia 4 tahun karena ulah pesaing bisnis keluarganya. Bersyukur nama belakang Ara mengikuti nama belakang ayahnya sehingga membuat tidak banyak orang yang tahu identitas aslinya.

***

Ara sedang berhias di depan cermin. Berdandan untuk menyambut suami tercinta. Saat ia sedang mengoleskan skincare ke wajahnya, pintu kamar dibuka oleh seseorang.

ceklek

Seorang pria bertubuh tinggi dengan stelan kantornya masuk ke dalam kamar.

Ara segera menyambut orang tersebut yang tidak lain adalah suaminya. Mencium tangannya dan mengambilkan tas yang di bawa sang suami dan meletakkan pada tempatnya.

Ara langsung membantu sang suami membuka jas dan dasi nya dengan telaten.

" Kak Rion mau langsung mandi? Biar aku siapkan airnya", ucap Ara sambil membukakan dasi sang suami.

Rion memeluk istri kecilnya yang fokus melihat ke arah dasinya. Mengamati wajah cantik sang istri dan mencium aroma tubuh istrinya yang menenangkannya.

" Kalau aku meminta yang lain, boleh?", tanyanya tersenyum sambil menggenggam tangan mungil sang istri yang baru selesai membuka dasinya.

" Tentu saja saja boleh", jawab Ara.

" Ini kenapa?", tanya Rion menyadari jari telunjuk istrinya yang terbungkus plester.

" Ough ini hanya luka kecil karena terkena pecahan vas bunga tadi", jelas Ara jujur.

" Kakak kan sudah bilang, kamu tidak perlu melakukan tugas rumah tangga. Biarkan pelayan yang melakukannya," ucap Rion sambil mengecup jari telunjuk Ara.

" Aku suka kamu apa adanya. Tidak perlu mengikuti perkataan mommy yang ingin agar kamu mandiri. Kakak suka kamu apa adanya", jelas Rion lagi-lagi mengutarakan ketidaksetujuannya.

" Sweet banget sih!", seru Ara, wajahnya bersemu merah. " Ini hanya luka kecil gak apa-apa. Lagi pula aku senang melakukannya. walaupun banyak melakukan kesalahan ", jelasnya di sertai kekehan.

" Jadi, kakak mau minta apa?", tanya Ara mengalihkan pembicaraan.

" Mau minta makan",

" Tapi jam makan makan masih lama", Ara pura-pura tidak tahu.

" Aish makanan yang ini tidak ada jamnya, setiap saat pun bisa" Rion langsung menggendong Ara ke tempat tidur. Tempat ia menikmati hidangan favoritnya. Rion pun menikmatinya dengan senang hati karena Ara tidak menolak walaupun harus mandi kembali.

***

Ara dan Rion kini sedang menikmati makan malam bersama Leona dan Javin, adik Rion yang juga tinggal bersama mereka. Sementara Kakek Andra makan di kamarnya. Stroke yang dialaminya membuatnya tidak bisa beraktivitas seperti biasa.

" Ara bilang vas bunga Mommy rusak, nanti Rion ganti ya", kata Rion setelah selesai makan.

" Tidak apa-apa. Kamu tidak perlu menggantinya. Gimana jari Ara, tidak apa-apa kan?", Leona menjalankan perannya sebagai ibu mertua yang baik.

" Gak apa-apa mom, ini hanya luka kecil", jawab Ara mengimbangi drama yang di mainkan ibu mertuanya.

" Lain kali hati-hati ya", pesan Leona dengan senyum manis yang penuh kepalsuan.

" Baik, mom", jawab Ara.

" Iya kakak ipar, lain kali hati-hati", Javin ikut angkat bicara.

" Terimakasih atas perhatiannya", ucap Ara sekedarnya.

Lama-lama aku bisa dapat piala karena aktingku. Gumam Ara di dalam hati.

Dengan terburu-buru, Lia perawat Kakek Andra menghampiri meja makan.

" Nyonya, maaf mengganggu. Tuan Andra..."

TBC

...----------------...

...Mohon dukungannya...

...Tinggalkan jejak like, komentar dan subscribe...

...Terimakasih 😉😉😉...

TGW 2 Menjadi Pelayan

The Great Wife (2)

" Terimakasih atas perhatiannya", ucap Ara sekedarnya.

Lama-lama aku bisa dapat piala karena aktingku. Gumam Ara di dalam hati.

Dengan terburu-buru, Lia perawat Kakek Andra menghampiri meja makan.

" Nyonya, maaf mengganggu. Tuan Andra..."

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

Tanpa pikir panjang, Rion berlari ke kamar sang kakek. Melihat ekspresi perawat Mia, ia tahu sesuatu yang buruk sudah terjadi.

Sesampainya di kamar, dilihatnya kakak Andra yang tertidur dengan posisi terlentang.

Perlahan-lahan Rion menyentuh sang kakek yang ternyata tubuhnya sudah dingin. Diraihnya tangan kakek lalu menekan pergelangan tangannya untuk mengecek detak jantungnya yang ternyata sudah tidak ada.

Dengan dada bergemuruh, ia mengecek apakah kakeknya masih bernafas atau tidak dan ternyata Kakek Andra sudah tidak bernafas.

" Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un", seru Rion dengan air mata yang mulai menetes.

Ara yang mendengarnya langsung memeluk sang suami dan menangis. Rion membalas pelukan Ara dan mengusap punggung sang istri untuk menenangkannya.

" Javin, cepat telpon Dokter Hendra!", perintah Rion yang langsung di lakukan oleh Javin.

Javin segera keluar dari kamar untuk mencari tempat yang lebih tenang. Karena suara tangisan Ara dan sang ibu akan membuat suaranya tidak terdengar jelas.

" Ayah,, ayah bangun. Ini tidak benar kan? Kakekmu hanya tidur kan, Rion?", teriak Leona histeris.

Mendengar teriakan Leona, Ara dan Rion segera menghampiri Leona yang duduk bersimpuh di samping tempat tidur sambil menggoyang-goyangkan tangan kakek Andra. Leina teris memanggil dan berusaha membuat kakek Andra bangun.

" Hentikan, mom. Kakek sudah tiada", Rion memeluk sang ibu dengan erat. Keduanya akhirnya berpelukan menyalurkan rasa sedihnya di tinggal orang yang mereka cintai.

Ara mengusap punggung mertuanya memberi ketenangan.

Dokter Hendra pun datang dan menyatakan bahwa kakek Andra memang telah meninggal dunia.

Semua yang mendengarnya semakin histeris. Rion pun akhirnya mempersiapkan pemakamannya.

Info kematian kakek Andra pun tersebar dengan cepat. Banyak orang berdatangan ke rumah duka untuk menyampaikan belasungkawanya. Termasuk keluarga Ara.

Ara terus berada di samping suaminya menggenggam erat tangan Rion memberikan kekuatan.

***

Sudah seminggu semenjak kepergian Kakek Andra, selama itu pula Ara terhindar dari setiap tugas karena Rion ada di rumah.

" Ara jangan lupakan hukumanmu", ucap Leona saat Ara baru sampai ke hadapannya.

" Baik, mom", ucap Ara patuh.

" Mulai sekarang panggil aku Nyonya. Karena mulai saat ini kau adalah pelayan di mension ini", tegas Leona.

" Maksud mommy?"

Plakk

Air mata Ara mengalir karena merasakan perihnya tamparan Leona.

" Itu hukuman karena kau melanggar perintahku. Sudah aku katakan panggil aku 'NYONYA' ", tekan Leona.

" Maaf mo,, Nyonya", ucap Ara hampir salah menyebut kembali.

" Kau masih ingat telah memecahkan vas kesayanganku kan?", tanya Leona dan Ara hanya mengangguk. " Potong rumput itu sekarang juga!", perintah Leona.

" Ini nona", kepala pelayan memberikan gunting rumput yang sebelumnya Leona minta.

" Pakai itu, jangan berpikir untuk mengguanakn mesin pemotong rumput ", tegas Leona.

" Pak Mus, suruh seseorang untuk mengawasinya", perintah Leona sambil melenggang pergi. Pak Mustafa, sang kepala pelayan pun mengangguk patuh.

" Pak Budi, tolong awasi nona muda", perintah Pak Mus pada penjaga kebun yang biasanya bertugas memotong rumput.

" Baik"

" Nona, saya minta maaf. Saya hanya melaksanakan tugas", Pak Mus sedikit membungkukkan badan. Bagaimana pun nona mudanya adalah menantu pilihan Tuan Besar, orang yang paling di segani di mension. Namun, sekarang Nyonya Leona yang berkuasa.

" Tidak apa-apa Pak Mus, saya mengerti ", Leona langsung melaksanakan hukuman yang diberikan Leona.

Pak Budi yang mengawasi pun sebenarnya tidak tega. Apalagi tidak mudah mengerjakannya dengan mengandalkan gunting rumput.

Namun, seperti halnya Pak Mus, ia pun takut jika tidak patuh pada perintah sang Nyonya, karena pekerjaannya menjadi taruhan.

Ara terus memotong rumput tanpa lelah. Bahkan saat matahari di atas kepalanya, ia terus melakukannya. Leona melarang Ara beristirahat walaupun sejenak. Sebelum semuanya selesai.

" Istirahat dulu, nona", seorang pelayan wanita menghampiri Ara dan memberikan sepiring nasi beserta lauk pauknya dan segelas air putih.

" Tapi, mbok", Ara ingin menolak. Pekerjaannya belum selesai. Tinggal sedikit lagi.

" Nyonya memerintahkan saya untuk memberikan ini pada nona", Mbok Sum meletakkan di atas meja taman.

Mendengar bahwa itu perintah sang Mommy, Ara pun beranjak mendekati meja.

" Maaf, Nyonya memerintahkan saya memberikan makanan yang di makan oleh pelayan di rumah ini", Mbok Sum menunduk.

Ara memandangi isi piring yang ada di hadapannya. Menu sederhana yang berbeda jauh dengan menu yang di makan oleh pemilik mension.

" Gak apa-apa, Mbok", Ara mencoba tersenyum.

Ara tak percaya bahwa menu para pelayan di sana sangat berbeda dengan menu yang biasa terhidang di meja makan.

Karena rasa lapar yang menderanya, akhirnya Ara memakan makanan itu sampai tandas. Mengahadapi kenyataan memang membutuhkan tenaga.

Selesai makan, ia izin untuk shalat dulu, setelahnya baru ia akan melanjutkan hukumannya.

Mbok Sum akhirnya memintakan izin terlebih dahulu. Ia tak bisa mengambil keputusan sendiri.

Akhirnya, Mbok Sum mengajak Ara ke rumah belakang. Bangunan yang terpisah dari bangunan utama. Tidak terlalu besar namun, cukup nyaman.

Mbok Sum mengantarkan Ara ke sebuah kamar. Disana ternyata sudah ada sebuah koper yang tak asing di penglihatan Adel.

" Mbok, ini?", Ara heran ada koper miliknya disana.

" Nyonya memerintahkan pelayanan membereskan pakaian nona dan membawanya ke sini, karena mulai malam ini anda akan menempati kamar ini",jelas Mbok Sum.

Duarrrrr

Ara terkejut.

" Apa Kak Rion tahu?", tanya Ara penasaran.

Mommy tidak mungkin berani melakukan ini tanpa persetujuan Kak Rion. Bagaimana pun aku adalah istrinya Kak Rion. Sekalipun bagi Mommy, aku hanya seorang pembantu. Apa ini artinya Kak Rion mengizinkan Mommy melakukannya?. Batin Ara.

" Saya kurang tahu, Non", jawab Mbok Sum jujur.

Ara hanya menghela nafas. " Ya sudah Mbok, terimakasih".

" Sama-sama, Non. Kalau ada apa-apa, panggil saya saja atau panggil pelayan yang lain", pinta Mbok Sum.

Ara hanya mengangguk.

Selepas kepergian Mbok Sum dari kamar, ia kembali ke tujuan awal. Yaitu membersihkan diri lalu melaksanakan shalat.

Selesai shalat, Ara mengamati kamar yang akan ia tempati mulai malam ini. Kamarnya tidak terlalu luas namun bersih. Hanya tersedia kasur untuk di tempati satu orang dan nakas sederhana. Juga ada lemari kecil untuk menyimpan pakaian.

" Ternyata aku benar-benar di jadikan pelayan", ucap Ara lirih.

Tok..Tok.. Tok..

" Non, ini Mbok Sum", panggil Mbok Sum dari luar kamar.

" Iya Mkbok, sebentar "

Ceklek

" Nona sudah selesai?. Nyonya memerintahkan saya untuk memastikan Nona melanjutkan pekerjaan yang belum selesai ", jelas Mbok Sum tak enak.

' Sudah, Mbok", Ara keluar dari kamar. " Maaf membuat Mbok bulak -balik", Ara tak enak karena harus di susul Mbok Sum.

" Justru saya yang minta maaf karena tidak bisa berbuat apa-apa. Seandainya Tuan besar masih ada ", Ucap Mbok Sum lirih.

Ara mengusap lengan Mbok Sum, " Gak apa-apa, Mbok. Ara juga gak apa-apa kok", Ara menampilkan senyumnya.

Ara melakukan kembali tugasnya. Waktu menjelang sore dan Ara belum juga selesai. Tidak lama, sebuah mobil berhenti tidak jauh darinya.

Rion keluar dari mobil. Melihat orang yang keluar dari mobil adalah suaminya, Ara berniat menghampirinya. Namun, saat Rion melihat ke arahnya dengan tatapan kebencian. Ara terdiam mematung.

" Kenapa? Ada apa dengan Kak Rion?", lirih Ara yang akhirnya tak jadi menghampiri suaminya.

TBC

...----------------...

...Mohon dukungannya...

...Jangan lupa tinggalkan jejak like, komentar dan subscribe...

...Terimakasih ...

...😉😉😉...

TGW 3 Perubahan Sikap Rion

The Great Wife (3)

Rion keluar dari mobil. Melihat orang yang keluar dari mobil adalah suaminya, Ara berniat menghampirinya. Namun, saat Rion melihat ke arahnya dengan tatapan kebencian. Ara terdiam mematung.

" Kenapa? Ada apa dengan Kak Rion?", lirih Ara yang akhirnya tak jadi menghampiri suaminya.

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

Waktu makan malam tiba, Ara yang biasanya duduk di meja makan kini justru berbaur dengan para pelayan di dapur kotor. Membantu mereka menyiapkan makan malam yang akan di hidangkan sebentar lagi.

" Biar saya yang membawanya ke meja makan, Nona", Rani menawarkan diri.

" Boleh", Ara tersenyum. Ia merasa tak sanggup walaupun hanya sekedar mengantarkan makanan ke meja makan. Ia tak sanggup berhadapan dengan suaminya setelah tadi ia melihat bagaimana sikap suaminya terhadapnya.

Rani pun mengantar makanan itu kedepan. Tidak lama, ia kembali menghampiri Ara.

" Nona maaf, Kepala pelayan meminta anda yang mengantarkan makanan-makanan ini ke depan. Katanya itu perintah Nyonya", ucap Rani tak enak hati.

" Tidak apa-apa, Rani", Ara bangkit dari duduknya dan mulai membawa makanan itu ke meja makan.

Ara melakukannya tanpa bantuan siapapun. Hingga saat ia meletakkan makanan terakhir, ia melihat suaminya ke meja makan. Rion hanya melihat sekilas ke arahnya. Tanpa berkata apapun, ia langsung duduk di kursi yang biasa ia tempati.

Lagi-lagi hati Ara berdenyut nyeri. Rion tak pernah mengabaikannya seperti ini.

Ara yang masih belum berani bertanya, akhirnya undur diri ke belakang. Ke tempat para pelayan berada.

" Mau kemana kamu?", tanya Leona yang baru datang. Di belakangnya ada Javin yang menatap Ara sambil memicingkan mata

" Saya,mau ke belakang lagi, Nyonya", jawab Ara sambil melihat bagaimana reaksi Rion saat Ara memanggil Leona dengan sebutan 'Nyonya'.

Rion tampak acuh dengan terus fokus pada ponselnya.

" Siapa yang menyuruhmu kembali ke belakang?", tanya Leona lagi.

" Karena aturan di mension mengatakan bahwa para pelayan tidak boleh terlihat saat makan malam tiba. Bukankah Nyonya bilang mulai hari ini saya adalah pelayan?", jelas Ara lagi-lagi melihat ke arah Rion berharap Rion membelanya dan mengatakan bahwa ia bukanlah pelayan tapi istrinya.

Namun, harapannya sia-sia. Rion acuh dan tidak beralih sedikitpun dari ponselnya.

Leona tersenyum sinis. Ia sadar dengan apa yang di lakukan Ara. Menjawab pertanyaannya namun selalu melihat ke arah Rion.

" Dengar ! Mulai hari ini, tugasmu adalah melayani kami saat makan malam. Peraturan yang tadi tidak berlaku untukmu yang punya tugas khusus", jelas Leona angkuh.

" Baik, Nyonya", jawab Ara patuh.

Ara sebenarnya sudah tak kuat. Di perlakukan tidak baik oleh sang mertua tidak masalah baginya karena masih ada suami yang mencintainya. Namun, mendapati suaminya yang berubah tidak peduli padanya, sungguh Ara tak sanggup.

Seperti perintah Leona, Ara mulai melayani semua orang di mulai dari ibu mertuanya.

" Kenapa nasinya terlalu sedikit? Kau ingin aku mati kelaparan?", ketus Leona.

Ara diam tak menjawab. Ia lalu menambahkan nasi ke dalamnya piring Leona.

" Kau ingin aku jadi gemuk karena makan nasi sebanyak itu saat makan malam?, lagi-lagi apa yang Ara lakukan salah di mata Leona.

Ara hanya menghela nafas. Ia tak mau berdebat. Fisik , hati dan pikirannya terlalu lelah. Semua yang terjadi terlalu tiba-tiba dan tidak bisa Ara cerna kenapa hidupnya berubah seperti ini.

"Apa segini cukup, Nyonya?", tanya Aa memastikan.

" Cukup ", jawab Leona tersenyum bahagia sudah bisa mempermainkan Ara.

Ingin rasanya Ara memaki wanita yang berstatus mertuanya itu. Bukankah porsi nasi yang ia ambilkan pertama kali juga sebanyak ini?.

Ah, kini ia merasakan bagaimana berada di posisi seorang pelayan. Dimana majikan selalu benar.

" Lauk pauknya apa saja, Nyonya?," Ara memilih bertanya lebih dulu sebelum dirinya di salahkan.

Ara pun mengambilkan makanan yang di inginkan Leona. Leona langsung menyantap makanan miliknya tanpa ada drama lagi.

Ara mulai melayani suaminnya. Ara meletakkannya makanan yang di sukai suaminya tanpa bertanya terlebih dahulu. Setelah selesai, Ara meletakkan piring berisi nasi dan lauk pauk itu di hadapan Rion. Rion mulai menyantap makanan itu tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Ara sangat miris dengan nasibnya. Bila sebelumnya ia melayani suaminya dengan statusnya sebagai istri, sekarang ia melayani suaminya dengan status sebagai pelayan.

Tak ada senyum manis dan ucapan terimakasih. Rion menampakkan wajah datarnya tanpa ekspresi.

Lagi-lagi Leona tersenyum sinis melihat sikap Rion pada Ara.

Javin menunggu Ara melayaninya. Ara sebenarnya malas melayani Javin yang ia tahu suka mencuri pandang padanya. Dulu mungkin hanya sembunyi-sembunyi. Saat Rion tak ada. Tapi, sekarang ia melakukannya tanpa takut sama sekali akan keberadaan Rion disana.

Javin terus memandanginya dengan penuh damba.

" Terimakasih Kakak ipar," ucapnya sambil mengambil alih piring yang Ara pegang yang akan ia letakkan di hadapan Javin.

Hingga tanpa di duga tangan keduanya bersentuhan. Ara yang kaget hampir saja membuat piring itu jatuh ke lantai kalau saja Javin tidak langsung memegang piring itu.

" Hati-hati, Kakak ipar", ucapnya di iringi senyum menggoda.

Ingin rasanya Ara menampar Javin atas sikap lancangnya. Namun, Ara hanya mampu mengepalkan tangannya menahan amarah. Ia pun menahan rasa sakit hatinya saat Rion tak membelanya dan membiarkan begitu saja.

Mata Ara mulai berkaca-kaca.

" Kau boleh kembali ke belakang dulu. Setelah itu, kembalilah kesini untuk membereskan semuanya. Jangan lupa cuci piring kotornya ", perintah Leona.

" Baik", jawab Ara singkat.

Ara pergi dari sana dengan hati terluka. Air mata yang coba ia tahan akhirnya meluncur dengan sendirinya saat ia sudah keluar dari mension. Ara memilih duduk di bangku taman sampai Leona dan yang lainnya menyelesaikan makan malamnya.

" Kak, apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu berubah? Apa salahku kak?", tanya Ara di sela-sela tangisnya.

Ara rapuh. Ia tak pernah di perlakukan buruk seperti ini. Ara melihat kedua tangannya. Tangan yang tak pernah melakukan pekerjaan berat itu tampak memerah.

" Kau biasanya peduli saat aku terluka walaupun itu luka kecil. Kau pun akan membelaku saat ada orang berniat tidak baik padaku. Tapi, sekarang kau bahkan diam padahal Javin menggodaku di depan matamu. Dia bahkan dengan lancangnya berani menyentuh tanganku?", Ara kembali mengeluarkannya air matanya.

" Apa yang harus aku lakukan sekarang, kak? Aku kuat di perlakukan buruk oleh mommy karena ada kamu. Tapi, sekarang kamu tak peduli padaku ,tidak ada lagi yang bisa melindungi ku," Lagi-lagi Ara menangis menumpahkan kesedihannya.

Ara duduk di taman sambil terisak. Hingga Rani datang menghampirinya.

"Nona, Pak Mus meminta anda membereskan meja makan sesuai perintah Nyonya"

Ara menghapus air matanya. Ia langsung berdiri.

" Ya, aku kan segera melakukannya ", ucap Ara melewati Rani sambil mencoba untuk tatap tersenyum.

Meja makan tampak kosong. Semua sudah kembali ke kamar masing-masing.

Ara pun membereskan semuanya. Hari semakin malam tapi, Ara masih belum bisa mengistirahatkan badannya. Piring kotor menunggu untuk di bersihkan.

Dengan sisa tenaga. Ia membersihka piring kotor yang menumpuk.

Sementara itu,Rion yang merasa haus segera pergi ke dapur. Biasanya air putih selalu tersedia di atas nakas. Namun, hari ini tidak ada karena Ara sudah tidak tidur di kamarnya.

Sayup-sayup ia mendengar suara air mengalir. Saat di lihat, ternyata sosok mungil yang tidak lain adalah istrinya sedang mencuci piring.

Tak ingin keberadaannya di ketahui Ara, Rion langsung membalikkan badan.

" Kak Rion.."

TBC

...----------------...

...Mohon dukungannya...

...Jangan lupa tinggalkan jejak like, komentar dan subscribe...

...Terimakasih ...

...😉😉😉...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!