NovelToon NovelToon

My Secret Admirer

bab 1 Awal sebuah penghianatan

Tring. Sebuah pesan masuk melalui aplikasi hijau Rayna terima, terdapat nama Rifki abang sepupunya tertera di sana.

Rayna yang hendak pulang setelah lelah nya bekerja membuka aplikasi hijau itu untuk membaca pesan yang di berikan Abang sepupu nya.

"Jalan yuk, Abang yang teraktir." Pesan itu terbuka dan Rayna membacanya.

"Tumben." Gumam Rayna dengan lekat ia menatap handphone yang ia pegang.

Tak langsung Rayna balas karena ia merasa lelah sore itu, pengunjung yang berdatangan dari pagi membuat tenaganya seakan terkuras habis dan ia ingin segera pulang dan beristirahat.

"Ada yang ingin Abang bicarakan. Penting!" Lagi Rifki mengirimi Rayna pesan, dan itu sedikit membuat Rayna penasaran apa yang ingin di bicarakan Rifki.

"Soal apa?" Rayna pun pada akhirnya membalas pesan itu.

"Ketemu dulu, Abang mau ngomong langsung sama kamu." Balas Rifki.

Karena rasa penasarannya dengan apa yang akan di bicarakan Rifki padanya membuat Rayna pada akhirnya menyetujui ajakan Abang sepupunya itu.

***

Rifki dan Rayna bertemu di salah satu mall yang cukup terkenal di sana, mereka mencari tempat dimana nyaman untuk berbicara. Sebuah taman yang tak jauh dari mall tersebut.

"Tumben ajak aku jalan? Lagi dapat duit nemu ya?" Kelakar Rayna yang membuat Rifki menjitak pelan kepala adik sepupunya itu.

"Sakit tahu!" Cebik Rayna mengusap kepalanya.

"Abang mau ngomong serius sama kamu." Ujar Rifki dengan mood yang serius, tanpa menanggapi candaan Rayna barusan. Tumben sekali.

"Apa sih?" Sungut Rayna aneh melihat abang nya itu nampak serius.

"Sebentar abang pesan minum dulu, haus, kamu mau minum apa?" Tawar Rifki sebelum ia mengatakan hal yang serius pada Rayna.

"Apa aja." Sahut Rayna yang memang tidak begitu haus.

"Abang beli dulu di sana, kamu tunggu di sini, jangan kemana-mana! Sekarang lagi marak penculikan, kamu hilang Abang yang repot nantinya." Rifki memberikan petuah sebelum ia memesan minuman.

"Di pikir aku anak kecil apa!" Gerutu Rayna menatap Rifki yang pergi ke tempat minuman berada.

"Mau ngomong apa coba? Serius banget." Gumam Rayna menghela nafasnya.

Menunggu Rifky yang memesan minuman cukup lama, Rayna pun mengirim pesan untuk sang kekasih bernama Yoga, lelaki yang sudah menemani nya selama dua tahun ini, sudah tunangan dan akan menjadi suaminya sebentar lagi. Namun pesan yang ia kirimkan pada calon suaminya itu tak kunjung di balas, Rayna pun mencoba untuk menghubungi nya namun sama panggilan nya pun tak Yoga jawab.

"Kemana sih kamu?" Gumam Rayna seraya melihat pergelangan tangannya nya yang melingkar sebuah jam tangan biasa. "Udah jam pulang kantor kok, apa masih sibuk? Atau lagi di jalan." Gumaman kecil Rayna yang sedikit kesal karena ia tak mendapatkan kabar calon suaminya itu, dan akhir-akhir ini Yoga jarang sekali mengirimkan pesan atau mengabarkan dirinya sedang dimana atau sibuk apa.

"Bentar lagi kita nikah kak, aku jadi deg degan." Sebuah senyuman terbit di bibir Rayna ketika ia memandangi wajah Yoga yang menjadi wallpaper di layar handphonenya. "Tapi akhir-akhir ini kamu selalu sibuk, apa sih yang kamu kerjakan? Apa karena kita sebentar lagi nikah kamu jadi sibuk, supaya pekerjaan kamu cepat selesai." Gumam Rayna kembali dengan helaan nafasnya dan kembali dengan senyum nampak di bibirnya. "Maaf sudah membuat kamu sibuk." Bisik nya dengan mengusap layar handphone yang masih menampilkan foto sang calon suami.

Senyuman yang tadi terbit di bibir Rayna tanda ia begitu bahagia dengan hari pernikahannya yang akan di adakan sebentar lagi apalagi menikah dengan laki-laki yang sekarang hati nya sudah ia serahkan sepenuhnya pada laki-laki bernama Yoga itu.

Namun senyum bahagia tadi sirna begitu saja kala Rayna melihat calon suaminya tengah di gelayuti manja oleh seorang perempuan cantik di hadapannya tanpa Yoga sadari.

Rayna yakin jika itu adalah Yoga calon suaminya, walaupun ia mengelak untuk tidak percaya begitu saja tapi ini nyata ia melihat dengan mata kepalanya sendiri.

"Dia benar kak Yoga!" Yakin Rayna. "Aku harus mengikuti nya. Aku harus tahu siapa perempuan yang bersama dengan kak Yoga."

Rayna mengikuti kemanapun Yoga dan perempuan itu melangkah, dengan cara sembunyi-sembunyi agar ia tidak di sadari Yoga.

Rayna melototkan kedua matanya karena terkejut melihat siapa perempuan yang bersama dengan Yoga itu.

"Inge?" Gumam Rayna yang ia kenal jika dia adalah mantan Yoga sebelum mereka menjalin hubungan.

"Inge dan kak Yoga?" Tatap Rayna tak percaya. "Apa mereka menjalin hubungan kembali di belakang ku." Gumam nya lagi merasa tercekat.

Sayup-sayup suara tawa bahagia terdengar oleh Rayna, dan sesekali Yoga berbisik di telinga Inge yang membuat Inge terlihat salah tingkah, tak tahu apa yang di ucapkan Yoga pada Inge.

Rayna masih mengikuti mereka, ia penasaran apa yang sebenarnya terjadi.

"Yayah." Celoteh anak perempuan yang baru menginjak usia sekitar dua tahunan yang berada di gendongan Yoga itu terus memanggil pada Yoga dengan sebutan yayah. Apa panggilan yayah itu adalah panggilan ayah untuk Yoga, Rayna semakin tak mau percaya dengan segala pikirannya saat ini.

"Apa sayang, kamu mau ayah belikan itu ya?" Ucap Yoga menatap anak perempuan itu dengan menunjukkan jari nya ke arah mainan yang ada di sana dan itu tak luput terdengar oleh Rayna yang tak jauh dari tempat Yoga dan Inge berada.

"Ayah? Jadi..." Lirih Rayna semakin tercekat saat ia mengetahui hal mengejutkan tersebut.

"Buna... Yayah mau itu." Tunjuk anak perempuan itu merengek menunjukkan mainan yang ia mau.

"Buna? Yayah? Bunda dan ayah maksudnya." Gumam Rayna menutup mulutnya semakin terkejut.

"Anak ayah sama bunda mau itu ya." Ucap Inge mengelus kepala sang anak perempuan, kata demi kata yang mereka ucapkan terdengar oleh Rayna.

"Jadi..." Rayna menutup mulutnya karena tak percaya dengan apa yang ia dengar, hal ini sungguh sangat mengejutkan baginya.

"Gak, gak! Aku gak boleh percaya begitu saja." Rayna menepis semua kenyataan itu.

"Sayang kita kesana ya." Ajak Yoga menatap Inge dengan sebuah senyuman bahagia.

"Sayang..." Lirih Rayna mendengar panggilan Yoga pada Inge.

Deg, deg, deg hati Rayna berdebar tapi bukan debaran kebahagiaan melainkan rasa terkejutnya, sebuah kenyataan yang tidak salah ia dengar.

Tanpa ba-bi-bu, Rayna melangkahkan kakinya mengikuti kemanapun pasangan keluarga kecil yang terlihat bahagia itu pergi, ia ingin menanyakan langsung dan ingin tahu bagaimana reaksi Yoga dan Inge jika dirinya ada di sana dan mengetahui hubungan mereka.

Terlihat jika Yoga dan Inge memasuki sebuah cafe dan duduk di sana dengan anak perempuan yang tidak berhenti berceloteh dengan bahasa seorang anak balita. Rayna yang di bakar rasa cemburu, marah, kesal dan kecewa langsung menghampiri pasangan itu.

"Oh jadi ini alasan kak Yoga yang tak pernah memberikan ku kabar! Chat tidak di balas bahkan telpon ku tidak di jawab!" Sinis Rayna melihat calon suaminya dengan seorang perempuan yang ia tahu bernama Inge mantan kekasih Yoga.

Dua orang di depannya itu terhenyak karena terkejut dengan kedatangan Rayna yang datang secara tiba-tiba itu.

Rayna duduk dengan angkuh untuk tidak memperlihatkan bagaimana hatinya saat ini melihat penghianatan yang ada di depan matanya. Duduk tepat di hadapan dua orang yang terlihat seperti sepasang kekasih itu.

"Aku tidak menyangka laki-laki yang aku anggap laki-laki dewasa dan baik serta cara bicara yang selalu sopan ini memiliki hati yang busuk!" Sinis Rayna saat berucap.

"Apa kalian senang sudah membuat aku seperti orang bodoh hah! Apa kalian pikir aku wanita yang lemah karena kepintaran kalian dalam menyembunyikan hubungan kalian ini!" Rayna menggeleng kepalanya berkali-kali untuk membuang rasa tak percaya nya pada kedua orang di depannya ini.

"Jaga bicaramu Rayna, di sini banyak sekali orang, apa kamu tidak malu." Ucap pelan Yoga sedikit menggeram karena pengunjung di sana mulai memperhatikan mereka.

Rayna tergelak dengan sinis. "Kenapa aku harus malu? Aku tidak melakukan kesalahan! Dan biarkan saja semua orang tahu bahwa laki-laki di depan ku ini adalah laki-laki tukang selingkuh!" Menekan kata selingkuh dengan begitu keras membuat Yoga yang merasa malu melengoskan kan pandangan nya karena pengunjung di sana mulai bereaksi.

"Jangan salahkan aku begini! Ini juga salah mu!" Ucap Yoga dengan kesal.

"Salah ku! Jika memang kak Yoga tidak pernah menaruh hati padaku, kenapa kamu tidak putuskan hubungan kita terlebih dahulu sebelum menjalin hubungan kembali dengan mantan terindah mu itu! Bukan menghilang tanpa kabar dan tanpa kepastian seperti ini!" Kesal Rayna.

"Apa kamu pikir aku tidak memiliki perasaan, ini hati kak bukan taman bermain yang bisa kamu mainkan seenaknya. Jika memang kak Yoga tidak pernah memiliki perasaan padaku selama ini kenapa membawa ku ke dalam hubungan percintaan kalian berdua." Sesak saat ini Rayna rasakan karena ia merasa jika dirinya hanya pelampiasan Yoga.

"Dan kamu Inge?" Tatapan menusuk pada wajah Inge yang terlihat seperti orang yang lugu dan polos itu. "Kamu mendekati ku karena kamu ingin tahu bagaimana hubungan ku dengan dia (tunjuk nya pada wajah Yoga dengan kesal) tidak baik-baik saja kan, lalu kamu masuk agar bisa menarik perhatian dia. Mencoba mencari celah seolah kamu yang ingin merelakan dia padahal dengan perlahan, setelah memastikan hubungan aku dengan nya tidak baik, kamu masuk untuk mengganggu hubungan kami. Sungguh pintar akal bulus mu Inge!" Sinis Rayna merasa bodoh bisa dengan percaya nya ia pada perempuan bernama Inge itu.

bab 2 kenyataan

"Itu tidak seperti yang kamu bayangkan Rayna, aku..." Ucap Inge terpotong

"Aku sudah tidak akan percaya dengan ucapan mu!" Sela Rayna. "Aku tidak akan bodoh untuk kedua kalinya, kalian memang pasangan fenomena saat ini. Laki-laki penghianat dan perempuan tukang perebut." Ucapnya dengan tatapan silih berganti pada wajah Inge dan juga Yoga dengan tatapan kesal nya.

"Kamu perempuan perebut Inge, aku tahu sepak terjang mu di masa lalu, kamu juga pernah merebut dia (Yoga) dari kekasihnya terdahulu bernama Vina, dan sekarang kamu lakukan kembali padaku!" Jelas Rayna mengingatkan kembali akan masa lalu Inge. Inge mulai menangis karena merasa terpojokkan.

"Sayang jangan menangis." Ucap Yoga mengusap pelan belakang kepala Inge mencoba menenangkan, dan itu tak lepas dari perhatian Rayna.

"Hah!" Senyum sinis Rayna saat mendengar Yoga memanggil sayang pada Inge. Tak percaya dengan apa yang ia dengar saat ini.

"Rayna! Jika kamu memang belum puas bicara silahkan kamu hina aku saja tapi tidak dengan Inge, dia tidak tahu apa-apa." Bela Yoga dengan terus menenangkan perasaan Inge yang sedang menangis itu.

Dia lebih memperhatikan dan menjaga perasaan perempuan itu di bandingkan aku, jadi hubungan kita selama ini kamu anggap apa kak, batin Rayna merasa sesak di dadanya melihat bagaimana sikap Yoga kepada Inge.

Yoga berdiri dari duduknya lalu menyeret lengan Rayna dengan paksa sehingga Rayna pun ikut berdiri, setelah ia membisikkan pada Inge ntah apa yang ia katakan barusan terlihat Inge mengangguk pelan dengan isak tangis nya. Menyeret lengan itu dengan cepat dan membawanya ke arah luar agar pengunjung di sana tak mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Jangan membuat aku dan Inge malu dengan ucapan mu itu, apa lagi bicara seperti itu di depan anak ku!" Ucap Yoga tanpa hati sedikit mengeram seakan ia sedang menahan emosi nya. Mencekram lengan Rayna sedikit kuat, Rayna meringis. "Kemungkinan pernikahan kita akan aku batalkan." Gumam pelan Yoga.

Rayna tersenyum sinis mendengar ucapan Yoga itu. "Apa kamu pikir aku dan keluargaku tidak malu dengan apa yang kakak lakukan ini?" Menatap tajam menahan rasa marah.

"Undangan pernikahan kita sudah akan tersebar, 99% persiapan sudah di siapkan, apa kak Yoga pikir kami tidak akan menanggung malu?!" Sarkas Rayna dengan kesal.

"Aku tidak bisa menikah dengan mu!" Ucap Yoga kemudian tanpa ragu.

Deg. Jantung Rayna seakan berhenti berdetak.

"Aku pun tidak mau melanjutkan pernikahan ini dengan laki-laki seperti mu!" Balas Rayna, mencoba untuk kuat dan seakan tidak butuh, padahal hatinya sungguh sangat sakit mendengar calon suaminya membatalkan pernikahan nya secara sepihak dan mendadak.

"Bagus! Jika memang kamu tidak mau, berarti urusan kita selesai." Ujar Yoga dengan cepat tanpa merasa bersalah pada Rayna dan keluarga nya.

"Tuhan memang adil laki-laki penghianat pasti berpasangan dengan perempuan perebut, kalian sangat cocok dan serasi." Ejek Rayna dengan sesak di dadanya ia seperti orang jahat saat ini karena banyak umpatan yang ia berikan kepada Yoga dan juga Inge. Namun hatinya benar-benar tersakiti.

"Jangan salahkan aku Rayna! Seharusnya kamu itu berkaca diri, apa kamu sudah membuat ku nyaman? Membuatku bahagia selama kita menjalin hubungan?" Ujar Yoga yang membuat Rayna terdiam dan berpikir, menatap wajah laki-laki itu dengan lekat, yang selama ini selalu ada dalam bayangan nya.

"Kamu tahu, tidak akan ada laki-laki yang betah berhubungan dengan mu! Selama ini aku merasa jika memiliki kekasih seorang anak SD." Hina Yoga.

"Maksudnya apa?" Tuntut Rayna tak mengerti. Laki-laki yang sangat ia cintai begitu tega mengatakan hal itu padanya.

Yoga mendengus kesal dengan kepolosan dan keluguan gadis yang selama ini menemani hari-hari kosongnya.

"Kamu bodoh atau memang tidak peka!" Kesal Yoga. "Kamu selalu menolak jika aku mengajakmu jalan ke luar kota, ketika malam Minggu kamu selalu sibuk dengan pekerjaan mu yang tidak bisa kamu tinggal, karena merasa tidak enak hati ketika tukeran sif dengan rekan mu, lalu hari Minggu yang seharusnya di gunakan untuk berlibur kamu harus masuk bekerja dengan alasan sif pagi, dan ntah alasan ibumu tak memberikan ijin, ingin istirahat karena lelah dan bla bla bla itu membuat ku kesal, Rayna!" Panjang lebar Yoga mengeluarkan isi hatinya dan penuh tekanan.

"Kamu membuatku bosan dan jenuh Rayna! Kamu tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan tidak seperti Inge yang bebas aku ajak kemana saja, dia gadis yang tahu bagaimana menyenangkan diri nya sendiri dan aku tentunya." Urai nya.

"Kamu sudah bekerja bisa di bilang kamu bisa bebas melakukan apa yang kamu mau, tapi ucapan ibumu yang sebenarnya bisa kamu langgar sesekali membuat mu seperti anak kecil saja, kamu terlalu penurut Ray, lagi pula aku tidak akan macam-macam, ibumu terlalu berlebihan dalam melarang mu ini dan itu! Dan aku gak suka dengan kepolosan dan keluguan kamu itu!" Cerocos Yoga tanpa henti. Ia menyalahkan Rayna dalam hubungan mereka yang sebenarnya untuk menutupi kesalahannya saat ini.

"Stop Yoga! Jangan menjelekkan bagaimana cara ibuku menjaga kehormatan ku, jangan salahkan orang lain padahal kenyataannya kamu yang tidak bisa setia pada satu wanita saja!" Balas Rayna dengan amarah yang sangat tinggi, ia tak terima jika ibunya atau pun keluarganya di hina dan di jelekkkan.

"Jika memang kamu sudah tidak merasa nyaman dengan ku, ok mulai detik ini kita tidak memiliki hubungan apa-apa lagi! Pernikahan kita batal! Dan jangan pernah menjelekkan orang lain karena penilaian mu salah besar, bersyukur sekali karena Tuhan memperlihatkan sifat asli mu sebelum aku menjadi istri mu. Silahkan hidup berbahagia lah dengan perempuan yang membuat dirimu nyaman itu, dan dengan anak yang tidak tahu asal usul nya itu!" Ucap Rayna dengan menggebu-gebu sungguh ia merasa sakit sangat sakit.

"Dia anak ku Rayna." Aku Yoga dengan tegas, Rayna tak mau mendengar kenyataan yang sebenarnya dari Yoga bagaimana anak itu ada di antara Yoga dan juga Inge, sudah cukup sakit bagi Rayna melihat hubungan mereka dan ia tak mau tahu tentang anak itu. Intinya Yoga sudah menghianati dirinya yang sudah sangat mencintai diri Yoga.

Ia mendorong dada Yoga dengan keras sebagai pelampiasan kemarahan dan kekecewaannya pada laki-laki itu, Yoga hanya sedikit terhuyung dengan dorongan Rayna pada nya.

Dengan cepat Rayna pergi meninggalkan Yoga yang terdiam, ntah apa yang ada dalam hatinya saat ini, yang jelas Rayna sudah memutuskan untuk melupakan semua tentang hubungan mereka yang sudah terjalin selama dua tahun itu.

Tapi Rayna mengingat sesuatu yang membuat dirinya harus menghentikan langkah cepatnya, ia berbalik lalu kembali melangkahkan kakinya ke arah dimana Yoga yang masih berdiri, memperhatikan gerak tubuhnya yang memutar untuk mendekatinya kembali, seringai tipis terlihat di bibir Yoga. Semua orang di sekitar cafe itu memperhatikan mereka berdua menunggu apa lagi yang akan di lakukan oleh gadis cantik yang mereka ketahui sebagai calon istri dari laki-laki tampan itu.

Tatapan menghunus di berikan Rayna pada Yoga, ia sungguh sangat membenci laki-laki yang sangat ia cintai itu.

Tanpa ragu dan tanpa banyak bicara lagi Rayna melepaskan cincin tunangannya itu dengan tergesa. Lalu setelah terlepas dari jari manis nya, ia lemparkan cincin cantik itu pada wajah Yoga dengan sangat keras membuat Yoga terhenyak dan melengoskan wajah nya untuk menghindari.

Uuuuuh suara riuh para pengunjung di sana yang betah melihat adegan bersorak saat Rayna melemparkan cincin tunangannya itu tepat di wajah Yoga.

"Aku kembalikan cincin tunangan itu, aku sudah tidak sudi untuk memakainya bahkan menyimpan nya sekalipun di rumah ku!" Ucap Rayna dengan menusuk dan sinis dengan rasa marah nya. Lalu ia pun pergi meninggalkan Yoga dengan rasa sakit di hatinya dan dengan dada yang sesak serta tenggorokan yang sulit sekali untuk ia telan.

***

"Kamu gak apa-apa?" Tanya Rifki sepupu Rayna sekaligus sahabat Yoga. Mereka kini sudah berada di dalam mobil yang Rifki bawa.

"Aku mau pulang." Pinta Rayna tanpa menjawab pertanyaan dari sepupu nya itu.

"Ok." Sahut Rifki yang sudah tahu bagaimana perasaan Rayna saat ini.

Berniat membicarakan tentang hubungan Rayna dan Yoga, setelah ia tahu jika sahabat nya itu kembali pada Inge, namun Rayna malah tahu sendiri dengan penghianatan Yoga, menjadikan Rifki tak perlu membicarakan kembali hal itu.

"Sudah selesai masalah kalian?" Pertanyaan itu pun terlontar dari mulut Rifki karena penasaran, ia merasa kasihan melihat Rayna sepupunya.

"Udah lah gak perlu di bahas aku malas." Balas Rayna menatap ke arah luar kaca mobil, ia menahan mati-matian air matanya yang sudah menganak sungai.

Rifki menarik nafasnya panjang, dengan tangan mencengkeram kuat pada setir mobil, ia kesal dan marah pada sahabat nya itu karena sudah menyakiti perasaan adik sepupunya. Melihat bagaimana raut wajah Rayna yang muram walaupun tak terlihat menangis ia tahu bahwa hubungan mereka pasti tidak baik-baik saja.

Lama saling terdiam, dengan perasaan masing-masing, Rayna pun akhirnya berbicara.

"Ini hal penting yang mau Abang bicarakan tadi?!" Ucap dingin Rayna tanpa mau menatap Rifki.

"Maaf Ray." Ucap Rifki, ia merasa bersalah saat ini.

"Abang gak salah, aku yang bodoh karena terlalu cepat mencintai dia." Sahut Rayna sekenanya dengan tatapan marah nya ke arah depan.

"Tapi karena abang kalian bertemu." Sesal Rifki.

"Sudah takdir. Aku gak bisa nolak jika memang ini jalan cerita hidupku." Jawab Rayna, ia menghela nafas dalam-dalam. "Jika aku saja yang merasa sakit dan malu, aku tidak apa-apa, aku bisa menekan perasaan ku. Tapi ini... Ayah dan ibu akan merasakan malu karena pembatalan pernikahan ku ini, aku kasihan pada mereka. Untung saja undangan belum aku sebarkan jika sudah kami harus jelaskan apa pada tamu yang akan datang nanti." Jelas Rayna dengan kekecewaan dan kemarahan terlihat di raut wajahnya. "Aku bingung harus bagaimana menjelaskan semua ini pada ayah dan juga ibu." Ucap nya lagi.

"Pernikahan kalian batal?" Tanya Rifki tak percaya.

Rayna mengangguk pelan. "Dia yang tak menginginkan pernikahan ini." Getir Rayna.

Rifki menelan ludahnya merasa tercekat tenggorokannya saat ini, ia merasa bersalah karena hubungan antara Rayna dan Yoga berkaitan dengannya, walaupun dari awal ia sudah melarang Rayna untuk tidak menjalin hubungan dengan Yoga laki-laki brengsek sekarang di matanya. Yoga memang brengsek dari dulu semenjak sebelum memiliki hubungan dengan Rayna, jika dia brengsek pada yang lain ia akan masa bodo tapi sekarang yang Yoga sakiti Rayna adik sepupunya yang ia anggap adik kandungnya sendiri. Tak terima, suatu saat nanti ia akan membalas segala perbuatan Yoga pada Rayna dan juga keluarga Rayna yang tak lain keluarga nya juga.

"Lalu setelah kejadian ini apa yang akan kamu lakukan?" Rifki pun bertanya dengan hati-hati.

"Aku tidak tahu, rasanya aku malas melakukan apapun, tapi yang pertama aku harus memberi tahukan ayah dan ibu dengan pembatalan pernikahan ini dan menerima pembatalan ini dengan ikhlas." Raut wajah Rayna menampilkan kesedihan yang amat dalam. Bukan hanya sakit yang ia dapatkan dari penghianatan Yoga, tapi juga dengan perasaan kedua orang tuanya yang pasti juga ikut sakit hati.

Rifki mengangguk membenarkan, karena keluarga Rayna pasti tidak akan mudah menerima hal seperti ini, ini sudah termasuk pencorengan nama baik. Batin Rifki.

bab 3 Bali

'kamu membosankan, membuatku jenuh, dan kamu terlalu polos, kamu bodoh ray'

Kata-kata itu, kini terngiang-ngiang di kepala Rayna, rasa sakit di dalam hatinya menambah sesak di dadanya.

Batal nya pernikahan membuat kedua orang tua Rayna mencoba sadar karena ada hati yang harus mereka obati, yaitu hati Rayna yang terlihat kuat dan baik-baik saja, namun mereka tahu jika anaknya itu tidak baik-baik saja.

Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak bahkan kini Rayna sering melamun jika ia sedang bekerja, tapi sebisa mungkin Rayna tidak menampilkan kesedihannya pada keluarganya, ia sering banyak terdiam akhir-akhir ini karena masih selalu mengingat bagaimana perlakuan manis Yoga dan bagaimana sekarang yang menorehkan luka, membuat ia semakin tak bisa menahan rasa sesak di dadanya.

***

Cahaya pagi mulai muncul menyoroti permukaan bumi, semilir angin berhembus menusuk tulang, aroma laut tercium, pasir lembut terasa pada kaki saat mulai menginjakkan.

"Aaaaaaa." Suara teriakan seorang gadis yang ingin meluapkan rasa sesak di dadanya, gadis bernama Rayna itu kini tengah patah hati karena kegagalan pernikahan nya dengan Yoga sang mantan kekasih yang mengkhianati nya sampai memiliki seorang anak.

Tak ada orang di sana, suasana masih terlihat sepi, hari masih pagi bahkan matahari pun belum bersinar secara sempurna.

Hamparan laut dan pasir lembut terhampar luas. Rayna menyapu pandangan nya pada sekitar tak ada orang di sana selain dirinya sendiri. Ia akan bebas untuk mengekspresikan rasa sakit nya di sana, mencoba berdamai dengan keadaan dan berusaha mengikhlaskan semua kejadian dengan lapang dada, walaupun itu tidak mudah baginya, karena begitu sakit ketika kehilangan seseorang saat sedang sayang-sayangnya.

"Aaaaa." Rayna kembali berteriak dengan sangat keras mengeluarkan seluruh tenaganya. "Aaaaaa."

Rayna bersimpuh, menekuk lutut nya pada hamparan pasir lembut itu, ia menangis dengan sangat kencang mengeluarkan unek-unek di hatinya.

"Kamu jahat kak!" Maki Rayna dengan berteriak menundukkan kepalanya dengan tangis semakin pecah.

"Kamu membuatku sakit." Ucapnya dengan sesegukan dengan memukul dadanya berulang kali dengan tangannya.

"Aku bodoh! Karena mencintai laki-laki seperti mu, aku menyesal karena sudah jatuh hati dengan begitu dalam." Gumam Rayna masih dengan tangis nya.

"Penghianat! Tukang selingkuh! Laki-laki brengsek!" Umpat Rayna memaki dengan berteriak.

"Dan aku bodoh karena sudah mencintai nya begitu dalam." Gumam nya dengan sesegukan.

"Kamu membawa ku terbang ke langit, lalu kamu hempaskan ke bumi dan kamu dorong aku ke jurang yang paling terdalam! Laki-laki tak punya hati dan perasaan!" Teriak nya tanpa henti.

Rayna yang sedang meluapkan rasa sesak di dadanya terus berteriak dengan memaki, mengumpat dan sesegukan dengan isak tangis yang tak henti.

Sehingga ia tak menyadari ada seseorang di balik jendela kaca yang tak jauh dari laut kini tengah memperhatikannya.

Seorang laki-laki yang tengah menikmati teh hijau di tangannya, menyesap sedikit demi sedikit agar bisa menikmati bagaimana nikmatnya teh yang ada di tangannya itu.

"Hemm apa yang gadis itu lakukan?" Gumam seorang Rakana di balik kaca jendela yang memang langsung tertuju pada indah nya lautan biru di sana.

Rakana tersenyum tipis melihat apa yang di lakukan gadis yang kini sedang ia perhatikan.

Rakana menaruh gelas teh itu di atas meja di sana. Lalu ntah kenapa ia mengambil handphone nya, ia memotret gadis itu dengan beberapa gaya dan memvideokan juga.

Rakana tersenyum dengan melihat hasil jepretannya. "Cantik." Puji nya tanpa sadar.

Lalu ia memperhatikan kembali gadis itu yang meracau tak jelas namun terdengar apa yang ia teriakkan.

"Dasar ABG." Gumam Rakana yang melihat wajah muda gadis itu.

"Sepertinya dia sedang patah hati." Lagi penilaian nya yang begitu yakin.

"Aku jadi penasaran dengan laki-laki yang membuat nya patah hati seperti apa." Penasaran bagaimana wajah laki-laki yang menyakiti perasaan gadis cantik seperti itu. "Apa setampan aku." Puji nya pada dirinya sendiri.

"Menarik." Gumam Rakana dengan senyum simpul nya.

"Tuan apa yang sedang anda lakukan?" Panggil tiba-tiba Shandy sang asisten dengan membuka pintu tanpa Rakana sadari membuat ia terkejut dan gelagapan.

"Kamu membuatku terkejut!" Kesal Rakana menyembunyikan apa yang tadi ia lakukan, sungguh sangat memalukan jika Shandy asistennya mengetahui hal konyol menurutnya yang ia lakukan tadi. "Ada apa?" Tanya nya ketus. Mencoba dengan ekspresi biasanya.

"Maafkan saya tuan, saya pikir anda masih tertidur dan saya kesini berniat untuk membangunkan anda." Jelas Shandy dengan menunduk.

"Aku sudah bangun sekarang, cepat pergi sana." Usir Rakana yang ingin melanjutkan kegiatan menjadi fotografer dadakannya itu.

"Maaf tuan, selain saya yang berniat membangunkan anda, saya juga mau mengingatkan jadwal anda untuk hari ini. Hari ini ada jadwal pertemuan dengan seorang kolega yang ingin menjual perusahaannya kepada anda dan..."

"Ya sudah aku akan siap-siap, sudah sekarang kamu pergi sebentar lagi aku akan keluar." Sela Rakana mengusir dengan cepat membuat ucapan sang asisten menggantung.

"Baiklah tuan, kalau begitu saya tunggu anda di luar." Pamit Shandy di barengi dengan menunduk sebagai penghormatan pada tuannya itu sebelum melenggang pergi dari kamar yang di tempati tuan Rakana nya.

Rakana menarik nafas nya panjang melihat pintu yang di tutup oleh Shandy.

"Konyol." Umpat nya pelan. Lalu ia kembali mengingat gadis yang ia perkirakan patah hati itu, dengan membalikkan tubuhnya ke arah jendela kaca besar itu, namun Rakana tak melihat gadis itu, Rakana mencari sosok gadis yang membuat ia menjadi penasaran, sudah tidak ada di sana membuat Rakana mendesah kecewa.

"Hah! Ada apa dengan ku ini?" Gumam Rakana tersadar, heran kenapa ia bisa bersikap seperti ini, tak seperti biasanya yang selalu cuek dan tak peduli dengan urusan orang.

Namun dengan cepat ia meraih handphone yang sempat ia simpan di saku celananya, melihat kembali hasil jepretan fotografer dadakan nya itu. Lalu ia tersenyum puas saat ia merasa hasil jepretannya bagus dan menarik.

"Dia cantik, sangat cantik dan benar-benar cantik." Gumam Rakana memuji kecantikan gadis yang ada di galeri handphone nya seraya memperbesar dan memperjelas bingkai wajah cantik itu dengan seksama.

"Bodoh sekali laki-laki itu jika tidak melihat kecantikan nya yang ia miliki ini." Gumam nya lagi.

"Semoga Tuhan mempertemukan kita dengan caranya." Batin Rakana. "Eh." Ia tersadar dengan apa yang ia harapkan barusan. "Benar-benar aku sudah gila dan konyol!" Melupakan sejenak kegilaannya pagi ini dengan bersiap untuk menemui Shandy yang pasti sudah menunggu nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!