NovelToon NovelToon

Satu Ranjang Dengan Mantan

Malam Panas

Cerita ini hanya fiksi,

"Sakit...!" Arla meringis saat seorang laki-laki kini tengah merenggut kesuciannya.

Wanita cantik bertubuh ramping itu merasakan sakit saat lelaki bernama Satria tak henti menghujamnya dengan sebuah rasa sakit yang baru pertama kali dia rasakan.

"Kamu akan menikmatinya nanti, honey!" ujar laki-laki itu sambil menyeringai memandang wajah cantik Arla yang kini berada dalam kungkungannya.

Dia tersenyum kala memandang wanita cantik yang tubuhnya sudah polos kini tengah menikmati hujamannya.

"Emmhh..," Arla kini menikmati sensai yang membuat intinya tak sakit lagi.

Setengah membuka mata, dia masih melihat dengan pandangan buram laki-laki yang kini tengah memberikan kenikmatan baginya. Arla belum berpikir jernih tentang hal yang kini tengah mereka lakukan. Dia hanya menikmati malam panasnya bersama Satria.

Setelah melakukan pelepasan laki-laki itu tertidur di samping Arla yang juga merasakan kelelahan karena aksi panasnya. Mereka terlelap sampai matahari pagi menyeruak masuk ke dalam celah gordeng yang terbuka tepat mengenai mata Arla yang merasa silau, lalu perlahan dia membuka mata.

"huuaamm...." Arla merentangkan tangannya sambil menguap, tapi seketika dia tersadar karena tangannya mengenai tubuh seseorang.

Dengan cepat Arla duduk lalu menoleh. "Aaaaaa...Satria?!" jeritnya lalu suaranya menurun memanggil nama seseorang yang dikenal.

"Astaga! Apa yang sudah aku lakukan bersamanya semalam?!" Arla mengintip tubuhnya yang polos yang hanya dibalut oleh selimut.

Beberapa kejadian tadi malam melintas dalam ingatannya yang membuatnya bergidik ngeri sekaligus merasa sedih. Bagaimna tidak ngeri, jika semalam dia baru saja menghabiskan malam bersama Mantan? Lebih tepatnya lagi, mereka sudah melakukan hubungan badan.

Semua berawal dari kejadian buruk tadi malam. Arla yang merasa frustasi karena sudah melabrak pacarnya yang berselingkuh memutuskan untuk pergi ke klab malam untuk minum-minum agar pikirannya menjadi lebih tenang meski hanya sesaat. 

Tak disangka, disana dia malah bertemu dengan Satria, mantannya yang baru satu tahun juga memutuskan meninggalkannya untuk menikah dengan perempuan pilihan keluarganya. 

Setelah beberapa kali minum sampai mabuk, Arla malah mendapatkan kejadian buruk yaitu dia hendak dibawa oleh pria bule menuju hotel. Dalam keadaan seperti itu, mana bisa dia melawan orang yang akan berniat jahat padanya. Untunglah ada Satria yang menolongnya dengan menyebutnya sebagai kekasihnya. Mengetahui hal itu, pria itu tak berani membawa Arla ke hotel, dia menyerahkn Arla pada Satria.

Selanjutnya Arla malah dibawa oleh Satria ke appartement milik Satria. Karena masih terpengaruh dalam alkohol, Arla menyangka Satria itu kekasihnya, dia meminta agar Satria melayaninya malam ini.

"Ayok tidur bersamaku malam ini, kita habiskan malam ini bersama, jangan hanya tidur dengan perempuan kotor itu!" ujar Arla dengan matanya yang sayu juga tubuhnya yang tak seimbang hampir jatuh, tapi satria segera memeluknya.

"Apa kau yakin, ingin tidur bersamaku?" tanya Satria.

"Iya, aku sangat yakin, berikan aku pelayanan terbaik! Aku juga bisa ditiduri seperti perempuan itu!" 

 

Satria tersenyum kalm menanggapinya, dia sungguh tak menyangka Arla akan sepanas ini dalam pengaruh alkohol.

"Bagaimana pelayananku? Apa kamu puas?" tanya Satria membuat Arla tersadar dari lamunannya.

Arla terkejut, lalu menoleh kembali pada Satria yang masih berbaring sambil tersenyum padanya.

"Dasar kurang ajar kau! Kau sudah memanfaatkan wanita yang sedang mabuk untuk kau tiduri! Kau memang bajingan Satria!" Arla memukul Satria yang menahannya dengan tangan kekarnya.

"Ampun-ampun!"

Arla berhenti memukul memberi kesempatan pada Satria untuk bicara.

"Coba diingat lagi, siapa yang meminta untuk ditiduri? Kau yang memintaku untuk menidurimu dan memintaku untuk wkwkwkw...memberikan pelayanan terbaik, apa kau ingat Arla?" Satria tertawa di tengah kalimat seperti mengejek Arla.

Merasa geram dan juga malu dengan ejekkan itu, Arla segera menarik selimut untuk menutupi tubuhnya membuat tubuh polos Satria terpampang nyata.

"Aaaa!! Pakai bajumu sekarang juga! Dan pergi dari sini!" perintah Arla pada Satria sambil menutup mata.

"Hahahaha...apa kamu juga lupa Arla, ini adalah appartemenku dan yang seharusnya pergi itu bukan aku, wkwkwkw...!" Satria tertawa lagi seperti lucu dengan tingkah konyol Arla.

Lagi, Arla harus menahan malu dihadapan mantan kekasihnya. Dia segera memungut beberapa baju yang berserakan lalu berlari menuju kamar mandi.

"Mimpi apa aku semalam?! Kenapa aku bisa tidur dengan laki-laki yang sudah beristri? Dan lagi, dia adalah mantanku?! Aarrgghhhhh!! Sial! Bodoh! Kenapa kau mabuk semalam Arla!!!" teriak Arla sendiri di kamar mandi.

Setelah memakai bajunya kembali, Arla keluar dari kamar mandi, mendapati Satria yang sudah memakai celana boxer dengan bertelanjang dada. Seketika pikirannya kembali traveling pada kejadian semalam.

Arla menggelengkan kepalanya cepat, membuat Satria yang tengah duduk di tepi ranjang tersenyum padanya.

"Jangan pernah beritahu siapapun tentang kejadian ini, dan ingat Satria, aku melakukannya dalam keadaan mabuk, aku tidak ingat apapun semalam!" Arla hendak pergi setelah berucap, tapi balasan dari satria membuatnya berhenti melangkah.

"Aku yang seharusnya berkata seperti itu! Jangan kau beritahu kepada siapapun kejadian semalam, apalagi kepada istriku!" kata Satria agak lantang memperingatkan Arla.

Di PHK

Aku yang seharusnya berkata seperti itu! Jangan kau beritahu kepada siapapun kejadian semalam, apalagi kepada istriku!" kata Satria agak lantang memperingatkan Arla.

Sebuah belati tajam bagai mengiris hatinya, kala mendengar kata terakhir yang diucapkan Satria. Satria seolah berkata begitu menyayangi istrinya, dan lagi, satu tahun yang lalu ketika dia memutuskn untuk meninggalkan Arla kembali melintas dalam pikiran gadis itu. Tak ingin berlama lagi, Arla segera pergi, membating pintu dengan keras.

"Kau memang masih cantik seperti dulu Arla," ucap Satria yang memandag ke arah pintu.

****************

Arla sudah berada dikantor tempatnya bekerja. Dia melamun karena kejadian semalam cukup menguras pikirannya, dan lagi rasa nyeri pada bagian bawahnya membuatnya merasa tak nyaman.

"Woi!"

Seorang perempuan berrambut merah ati menepuk bahu Arla membuatnya terkejut.

"Ranti! Lo ya, bikin gue kaget aja!" ujar Arla kesal.

"Ngapain sih lo jam segini ngelamun, masih pagi tahu gak sih?" kata Ranti yang kini duduk di atas meja Arla.

"Emangnya melamun tuh harus jam berapa? Harus siang atau sore gitu?" tanya Arla.

"Ngapain kalian masih disini? Cepat turun ke bawah untuk menyambut Direktur baru yang akan datang sebentar lagi!" kata seorang laki-laki pada keduanya.

"Baik, Pak!" jawab Arla dan Ranti bersamaan.

Mereka turun ke lantai bawah bersamaan untuk menyambut kedatangan seseorang yang katanya akan menjadi Direktur baru perusahaan.

Terlihat semua karyawan sudah berjejer rapih berbaris, lalu Arla masuk ke bagian paling depan karena tubuhnya yang kurang tinggi.

Sebuah mobil mewah sudah terparkir, semua mata tertuju pada seorang wanita cantik berkacamata hitam dengan tubuhnya yang ramping bak model profesional, berjalan angkuh menenteng sebuah tas kecil bermerk  ke hadapan para karyawan dan staf perusahaan.

Semua orang mengangguk hormat padanya yang hanya tersenyum bangga lalu pergi menuju ruangannya.

Setelahnya beberapa orang berbisik membicarakan keangkuhan wanita itu.

"Jadi dia, Direktur baru diperusahaan ini? Sombong banget ya!" 

"Katanya dia itu anaknya Pak Radit Sanjaya, satu-satunya pewaris perusahaan ini!"

"Ngarang lo! Perusahaan ini bakal dipimpin oleh menantu Pak Radit, namanya Pak Satria!" 

Mata Arla membelalak kala mendengar nama Satria di telinganya.

"Kenapa lo La?!" tanya Ranti yang merasa heran pada Sahabatnya.

"Enggak, gue gak papa kok," jawab Arla lalu segera pergi.

"Aku yakin, dia Satria lain, bukan mantanku, mungkin Satria baja hitam kali!" Arla berbicara sendiri saat memasuki lift.

Dia tidak ingin berpikir apapun lagi tentang Satria. Kejadian semalam cukup menguras otak dan juga tubuhnya yang kini seakan tak bersemangat bagai sudah melakukan aktivitas berat.

Saat lift akan tertutup, sebuah tangan menahannya. Arla memandang siapa pemilik tangan itu.

"Satria!" Matanya membulat sempurna saat melihat pria yang kini berada di depannya itu adalah Satria mantannya, bukan Satria baja hitam.

Satria tidak sendiri, dia di dampingi oleh seorang laki-laki berkaca mata asisten pribadinya yang bernama Andi. Sesekali mereka saling berlirikkan mengingat kejadian semalam adalah hal yang sangat memalukan bagi Arla.

Satria tersenyum melihat Arla salah tingkah karena tatapan mautnya. Dia mengedipkan mata nakal pada Arla membuat wanita itu bergidik ngeri.

Satria memang terkenal dengan kelakuannya yang tengil. Karena itulah dia mudah bergaul dan banyak di sukai oleh para kaum hawa. Tak jarang Arla selalu cemburu di buatnya saat mereka masih menjalin hubungan dahulu.

Pintu lift sudah terbuka, membuat Arla bernafas lega seolah baru saja keluar dari penjara. Dia berlari terburu-buru membuat Satria tersenyum, berbeda dengan Andi, dia mengernyitkan dahi melihat kelakuan karyawan perusahaan yang tidak sopan saat bertemu dengan atasannya.

"Aneh banget, gak nyapa, gak hormat, malah kabur gitu aja!" celetuk Andi.

"Mungkin dia kebelet wkwkwkw..!" jawab Satria sambil tertawa.

Dia berjalan menuju ruangan Direktur karena di sana sudah terdapat Khalisa yang sudah lebih dulu masuk ke dalam ruangan kerjanya.

Sedangkan Andi tak berani memasuki ruangan itu, karena dia menjaga privasi mereka. Dia lebih memilih menunggu di luar ruangan.

Satria dan istrinya yang bernama Khalisa sudah berada di ruangan yang sama. Mereka hanya berdiam diri saling memandang tanpa berbicara.

"Satria,"

"Khalisa,"

Bersamaan keduanya saling memanggil, lalu saling menuduh untuk berbicara duluan.

"Kau saja dulu!" kata Satria mengalah.

"Kita akan mengadakan PHK karyawan karena perusahaan sudah tidak mampu menampung karyawan lagi karena kerugian besar kemarin, apalagi karyawan tidak penting seperti mantanmu itu!" kata Khalisa yang menampakkan wajah tak suka.

"Iya," jawab Satria singkat.

"Iya? Cuma satu kata?" tanya Khalisa.

"Terus, harus berapa kata?" tanya Satria memancing emosi.

"PHK mantanmu yang tidak berguna itu sebagai karyawan! Ganti jabatannya menjadi Office Girl kalau masih mau kerja di perusahaan ini!" kata Khalisa, lalu setelahnya dia pergi entah kemana.

"Baru aja di beritahu mantanku kerja disini sudah marah, apalagi kalau kau tahu kejadian semalam Khalisa, bisa habis Arla di buatmu!" ujar Satria.

*******

Selesai bekerja, Arla dipanggil ke ruangan Direktur oleh atasannya, dia menurut, lalu masuk ke ruangan yang hanya ada Satria disana. 

"Duduk!" perintah Satria pada Arla.

Arla duduk dengan matanya yang sesekali melirik pada Satria. Hatinya bertanya-tanya, apa maksud Satria memanggilnya ke ruangan? Apa ingin membicarakan hal semalam? Pikir Arla.

"Kalau ingin membicarakan hal semalam, aku tidak ingin membicarakannya di....," 

"Hahaha...kau masih mengingatnya Arla, aku tidak ingin membicarakan hal itu, aku hanya ingin memberikanmu penawaran saja, Hari ini kau di PHK! Tapi kau masih bisa menerima tawaranku jika mau," jelas Satria.

"Apa?! Kenapa aku tiba-tiba di PHK? Apa kesalahanku?" protes Arla yang tidak merasa ada kesalahan apapun dalam bekerja.

"Kau tidak boleh protes! Hari ini kau di PHK dan kau bisa menerima tawaranku jika mau, tawaranku adalah, kau mau memilih untuk di PHK dan tidak bekerja sama sekali, atau menjadi pembantu di rumah kami?" kata Satria yang membuat Arla kembali membulatkan matanya.

"Apa?!"

"Terserah kau saja!"

"Satria! Dasar kau, selain bajingan kau juga suka sekali menindas orang lain!" kata Arla kesal, lalu bangkit.

"Ayah mertuaku yang mempunyai perusahaan ini, dan untuk sementara waktu, aku yang akan memegang kendali, kau hanya karyawan, dan hanya sebatas karyawan, jangan protes!" tegas Satria menajamkan matanya pada Arla.

Di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, betapa iba dan sakitnya perasaan Satria saat ini yang harus melakukan hal itu pada Arla. Ya, Satria masih menyimpan rasa cinta pada Arla, cinta pertamanya. 

Pernikahannya dengan Khalisa hanya sebatas pernikahan status saja, tanpa ada rasa cinta, juga tanpa pernah saling bersentuhan layaknya sepasang suami istri pada umumnya.

"Lebih baik aku mencari pekerjaan lain, dari pada harus bekerja di rumahmu!" ujar Arla sambil berlalu pergi dengan amarahnya.

"Pergi saja jika kau ingin kejadian semalam tersebar!" ancam Satria pada Arla yang mendadak berhenti melangkah.

Deg!

Jantung Arla berdebar hebat, kenapa harus dia yang kini merasa khawatir akan tersebarnya kejadian semalam? Bukankah yang seharusnya terancam adalah Satria?

Arla bukanlah seseorang yang jahat yang bisa bahagia diatas penderitaan orang lain meski dia pernah sakit hati oleh Satria dan juga Khalisa atas pernikahan mereka. Dia tidak bisa membayangkan jika Khalisa tahu kejadian semalam. 

"Jangan pernah mencampurkan masalah pribadi dengan pekerjaan! Kau seharusnya yang akan terancam jika kejadian semalam tersebar luas!" jawab Arla membalikkan badannya.

*********

Hampir Ketahuan

Arla kini tengah berbaring di atas tempat tidur memandang langit-langit kamarnya sambil mengingat perdebatan tadi siang bersama Satria. 

Giginya yang putih bersih bermeletuk menahan kesal pada Satria karena kalah berdebat, akhirnya Arla harus menerima tawaran dari mantan kekasihnya itu untuk menjadi pembantu di rumah kediaman keluarga Sanjaya.

"Memang benar-benar kau Satria! Kau memang menyebalkan!" teriak Arla.

Di balik itu semua, Arla juga terpaksa harus menerima pekerjaan yang jauh lebih rendah dari sebelumnya. Dia sangat membutuhkan uang untuk biaya sekolah adiknya serta biaya kebutuhan kedua orang tuanya di kampung yang selalu tak pernah cukup untuk meminta uang padanya. Mereka tak jarang berhutang pada tetangga, meski Arla sudah memberi jatah bulanan yang cukup. Begitu borosnya kehidupan kedua orang tua Arla yang memeras uang nya hanya untuk senang-senang saja.

Dia sebisa mungkin akan tetap bekerja untuk menghidupi keluarganya.

Drt..drt...

Suara panggilan masuk dari Handphone membuat Arla bangkit mengambil Handphone yang tergeletak di atas tempat tidur.

"Hallo!" Arla meninggikan suaranya.

Si penelpon disebrang sana menjauhkan Hndphone dari telinganya karena suara Arla terlalu keras.

"Aku bukan sedang berada di dalam sumur, jadi, bicara yang biasa saja, tidak usah teriak!" ucap Satria kesal.

"Kau sendiri yang salah menelpon orang malam-malam, gak ingat waktu!" jawab Arla juga kesal.

"Datang kesini sekarang juga!" perintah Satria lalu menutup telpon.

Tut..tut..tut..

"Astaga! Dasar penindas!" ujar Arla sambil membanting Hndphonenya.

Dengan menggunakan jasa ojek online, Arla datang ke kediaman  yang dimaksud Satria. Sejenak dia berdiri sambil menyapu pandangannya pada rumah mewah nan megah bernuansa Eropa di depannya.

"Permisi Pak, apa benar, ini rumah kediaman Keluarga Sanjaya?" tanya Arla pada seorang satpam yang berdiri di balik gerbang.

"Ini rumah Pak Satria, bukan rumah Keluarga Sanjaya! Siapa kamu? Ada keperluan apa datang kesini?" satpam dengan perawakan tegap itu bertanya dengan wajah menyeramkan.

"Saya di suruh Pak Satria untuk datang ke tempat ini, dan saya....,"

"Oh, kamu ini yang namanya Juminten toh? O, iya-iya, saya ingat, tadi Pak Satria juga berpesan pada saya jika ada seorang perempuan mencarinya bisa langsung dipersilahkan masuk saja, dia juga menyebut nama kamu Juminten kan?" jelas satpam itu yang membuat dada Arla bergemuruh menahan amarah.

"Kurang ajar si Satria! Seenaknya ganti nama orang!" ujar batin Arla kesal.

Arla tak ingin menjawab, dia masuk setelah dipersilahkan. Benar-benar bangunan yang sangat megah dan indah, mata Arla tak lepas memandang ke seluruh penjuru ruangan yang luas itu. 

BRAK!!

Tak sengaja dia menabrak tubuh kekar seseorang yang baunya sudah tidak asing lagi. Arla mendongak untuk memandang pemilik tubuh itu.

Ternyata dia menabrak Satria.

"Ikut aku!" tanpa basa-basi Satria menarik tangan Arla, menyeretnya ke sebuah ruangan, mengunci pintu lalu mengecup bibir gadis itu.

Mendapat perlakuan seperti itu Arla tak terima, dia merasa terhina dengan kelakuan Satria yang kurang ajar.

PLAK!!!

Arla menampar keras pipi Satria yang malah meyeringai.

"Apa kau ingin mendapat pelayanan terbaik lagi dariku?" tanya Satria yang terlihat tidak wajar.

Arla mundur beberapa langkah dengan rasa takut yang menyelimutinya.

"Jangan Satria! Aku mohon, jangan pernah lakukan itu lagi!" mohon Arla sambil mengangkat tangannya memohon ampun.

"Layani aku sekarang juga Arla, aku mohon, aku sudah tidak tahan lagi!" Satria berjalan cepat, mendorong tubuh Arla ke atas ranjang lalu menindihnya.

Arla berontak mendapat perlakuan seperti itu, dia menangis karena Satria kini sudah semakin ganas menyentuhnya. 

Tak peduli dengan berontakkan itu, Satria tetap melakukan aksi kejinya pada Arla. Ingin sekali Arla melawannya, tapi tenaganya tak mampu lagi untuk mendorong tubuh Satria yang menindihnya. 

Akhirnya Satria kembali melakukan pergulatan panasnya kepada Arla yang hanya menangis mendapatkan perlakuan buruk itu.

"Maafkan aku Arla," ucap Satria yang kini merasa sudah sadar atas apa yang telah dialakukan.

"Jangan mendekat! Pergi kau bajingan!" teriak Arla sambil menangis.

Satria tak mengetahui jika sebelumnya Khalisa telah membubuhkan satu pil obat perangsang ke dalam secangkir kopi latte miliknya. Dengan berniat ingin disentuh oleh Satria tanpa memintanya terlebih dahulu, Khalisa sengaja membubuhkan pil itu ke dalam secangkir kopi agar Satria tak mengetahuinya.

Sementara, tiba-tiba saja Khalisa mendapatkan panggillan telpon dari seseorang yang memintanya segera menemui orang itu.

Karena sudah tak tahan dengan gejolak efek dari obat itu, dengan terpaksa Satria menelpon Arla, memintanya segera datang untuk memuaskan nafsunya kembali.

"Aku..maaf, Arla, aku benar-benar tidak bisa mengendalikan semuanya," ucap Satria lagi ingin mendekat, tapi tangannya urung.

Arla terus saja menangis meratapi nasibnya yang kini bukannya dipekerjakan sebagai pembantu, tapi malah dijadikan budak pemuas nafsu saja oleh Satria. Hatinya hancur berkeping-keping, dengan sejuta rasa sesal juga bercampur benci pada orang yang sudah dua kali merenggut kesuciannya.

Tok

Tok

Tok

Satria!" panggil Khalisa yang sudah kembali.

"I-iya, sebentar!" Satria kebingungan karena kini Arla tengah berada di kamar mereka. 

Dia bingung harus berbuat apa, untuk berbicara pada Arla saja membuatnya ragu.

"Tolong kau sembunyi dulu di bawah ranjang Arla," ucap Satria.

"Satria! Kenapa mengunci pintu? Kenapa lama sekali buka pintunya?!" Khalisa mengedor-gedor pintu dengan keras.

"Iya!" jawab Satria sambil menoleh ke arah Arla yang menuruti permintaannya.

Sebelum membuka pintu, Satria melilitkan handuk terlebih dahulu, lalu mengambil bedcover baru dari lemari.

Cklek!

Pintu terbuka lebar menampakkan Khalisa yang berpakaian seksi kini berjalan melewati suaminya. Satria duduk di tepi ranjang, sambil membuka bedcover itu untuk menutupi bawah ranjang karena takut persembunyian Arla diketahui oleh istrinya.

"Satria, aku ingin bicara sesuatu padamu," ucap Khalisa sambil membuka anting yang baru saja digunakan, lalu menaruhnya.

"Bicara apa?" tanya Satria.

"Aku ingin kita menikah sungguhan!" pinta Khalisa membalikkan tubuhnya yang tengah duduk ke hadapan Satria.

"Selama ini kita memang menikah sungguhan kan?" jawab Satria yang tidak ingin rahasianya diketahui oleh Arla.

"Aku ingin...," 

Cup!

Dengan terpaksa Satria mengecup bibir Khalisa agar istrinya itu berhenti bicara. Untuk pertama kalinya, dia menyentuh bibir Khalisa yang merasakan sensasi kehangatan dalam diri suaminya yang selama ini tidak pernah didapatkan.

Khalisa sudah mencintai Satria selama lima bulan lamanya. Dia berusaha mencari perhatian agar Satria segera menyentuhnya, membuang semua perjanjian pra nikah yang sudah mereka tandatangani bersama. 

Tapi sayang, Satria masih saja tidak ingin menyentuhnya sama sekali meski sekalipun Khalisa menggodanya dengan berpakaian seksi karena dia masih teringat akan janji juga rasa cintanya terhadap Arla.

"Ayok kita lakukan sekarang!" ajak Khalisa pada Satria.

"Maksudmu?" tanya Satria pura-pura polos.

"Apalagi Satria, aku menginginkanmu! Sudah lama aku....," 

"Jangan sekarang Khalisa, lebih baik kita berenang terlebih dahulu untuk pemanasan, oke?" kata Satria beralasan.

Khalisa tersenyum, tapi dia juga heran sekali. Kenapa efek dari perangsang itu belum muncul juga? Apa karena pilnya hanya satu? pikirnya.

Setelah mengetahui keduanya sudah pergi, Arla segera memakai kembali pakaiannya. Berjalan cepat, tapi saat dia membuka pintu, Khalisa sudah ada di depan mata.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!