Ruang Kuliah Hukum Publik Harvard Law School, Cambridge Massachusetts, Tiga Tahun Lalu ...
Nelson Blair meletakkan tas ransel Pradanya dan duduk di kursinya bersebelahan dengan dua sahabatnya, Tetsuya yang berkebangsaan Jepang dan Jason. Ketiganya mendapatkan hukuman yang sama dari dosen mereka, Norma Theresia. Nelson tampak kesal karena gara-gara tantenya itu, ujian skripsinya harus mundur satu semester karena mendapatkan nilai D.
D! Dalam sejarah keluarga Blair, tidak ada baik dari opa buyutnya Stephen, Neil, James, hingga ke daddynya Travis, mendapatkan nilai D! Tante Norma benar-benar bikin aku pecah rekor. Blair pertama yang mendapatkan nilai D. Travis semakin manyun melihat Tante nya masuk ruang kuliah.
Norma Theresia adalah kakak tiri Rahajeng Blair, ibu Nelson dan Nadya Blair, istri Travis. Norma tahu keponakannya ada di ruang kuliahnya dan terkadang Nelson suka seenaknya sendiri membuat dirinya ingin menghukum bocah nakal itu.
Tugas yang diberikan Norma harus dikerjakan secara kelompok dan seperti yang dia duga, Nelson pasti dengan duo tuyulnya, Tetsuya dan Jason. Trio tuyul, meskipun tidak botak dan ketiganya bertubuh tinggi, memang mahasiswa cerdas. Hanya saja saking cerdasnya, mereka sering pongah.
Dan tugas yang mereka kumpulkan pun langsung mendapatkan nilai D karena dianggap receh oleh Norma, membuat Nelson meradang. Pria jangkung itu pun mendatangi Tantenya dan keduanya terlibat adu debat. Tentu saja Norma yang menang, setelah memberikan argumen final membuat Nelson tidak berkutik.
Dan kini Nelson bersama Tetsuya dan Jason, harus mengikuti kuliah ulang. Tugas yang diberikan Norma pun jauh lebih sulit dari yang sebelumnya membuat sulung Travis Blair itu meradang tapi mau tidak mau dia harus membuatnya sesempurna mungkin karena dia tidak mau target kuliah pengacaranya akan mundur lebih lama dari yang di rencanakan.
***
"Ini tugas kalian?" tanya Norma saat menerima paper tugas trio tuyul.
"Yes Mrs Theresia" jawab ketiganya. Kini mereka berada di ruang Norma usai kuliah.
Norma memeriksa tugas ketiga mahasiswanya. Harus diakui, studi kasus yang diberikan olehnya, bisa diselesaikan dengan baik oleh trio tuyul.
"Bagus. Kalian semua dapat A."
Ketiganya hanya menatap Norma tanpa antusias karena percuma juga mendapatkan A sekarang kalau mereka tetap mundur ujian skripsi nya menunggu semester mendatang.
"Terimakasih Mrs Theresia" ucap ketiganya meskipun dalam hati mereka mengumpati Norma. Tiga pria itu pun keluar dari ruang kerja Norma.
***
"Tante mu itu benar-benar deh! Bikin perkara!" omel Jason. Ketiganya berada di kursi taman sambil memakan burito yang dijual di food truck dekat sana.
"Mundur kan kita satu semester! Harusnya dalam waktu 3,5 tahun selesai, ini jadi empat tahun!" timpal Tetsuya. "Padahal aku sudah rencana, habis wisuda langsung kembali ke Tokyo untuk mengambil kuliah pengacara di Todai!"
"Tahu tuh. Aku ngadu ke mommy juga percuma! Mommyku cuma bilang 'Terimalah nasibmu nak'. Apa nggak bikin tambah dongkol?" jawab Nelson sambil cemberut.
Tak lama datang seorang gadis cantik berambut pirang kecoklatan menghampiri ketiga pria itu.
"Mas Nelson! Sudah ketemu Tante Norma?" tanya gadis itu.
"Sudah! Akhirnya dapat A aku! Tante Norma memang menyebalkan!" sungut Nelson kesal.
"Haaaiiii Nadyaaaa... Tambah cantik saja" goda Tetsuya.
"Nggak usah genit deh! Nanti aku bilang ke Rumi, bisa dipotong kau punya burung! Sudah tahu pacar lu lagi hamil, malah godain aku!" balas Nadya judes.
Tetsuya pun manyun. Ya memang sih dia sudah tinggal bareng dengan pacarnya, Rumi sejak awal kuliah dan rencananya akan kembali ke Jepang usai pria Jepang itu wisuda. Rumi akan melanjutkan kuliahnya di Tokyo.
"Makanya kalau pacaran itu pakai pengamanan. Macam aku ini" ucap Jason sambil menunjukkan rentengan Kon*dom di dalam dompet nya membuat Nadya menggelengkan kepalanya.
"Kalau Nelson, aku yakin masih perjaka! Secara dia tidak mau ada skandal di keluarganya" gelak Tetsuya.
"Tentu saja! Aku tidak mau direpotkan dengan adanya cewek mengaku hamil dan minta pertanggungjawaban meskipun misalnya aku sudha memakai pengaman, tapi tetap saja resiko itu ada. Apalagi cewek jaman sekarang jauh lebih berani dibandingkan kita-kita yang cowok!" balas Nelson.
"Lagian aku juga tidak mau dengan pria-pria tipe macam kalian" balas Nadya yang baru masuk fakultas hukum Harvard, menjadi adik kelas kakaknya.
"Iya deh Nad, soalnya kamu sudah tahu bobroknya kami" gelak Jason.
"Nah tuh tahu!" Nadya mencium pipi Nelson. "Aku masuk kelas dulu!"
"Selamat belajar dik." Nelson tersenyum ke adiknya.
"Bye semua!" Nadya pun pergi menuju ruang kelasnya.
"Son, alamat kamu bakalan harus menyeleksi semua pria yang mendekati Nadya. Secara adikmu cantik banget!" ujar Jason.
"Iya, nurun siapa sih?" tanya Tetsuya. "Secara kakaknya muka biasa saja!"
"Reseh lu! Mommy ku cantik, Oma ku dan Oma buyut ku juga cantik. Jadi wajar kan kalau adikku cantik." Nelson menatap judes ke sahabatnya.
"Tapi banyak mengira Nadya cewek lemah... padahal..." kekeh Jason.
"Tukang berantem!" gelak kedua sahabat Nelson.
Nelson tersenyum karena apa yang diucapkan sahabat - sahabatnya tidak salah. Nadya memang seorang Blair.
***
Nelson akhirnya bisa wisuda di bulan September setelah dia mengebut skripsinya dan langsung masuk program studi lawyer di kampus yang sama. Disaat Nadya masuk semester ganjil tahun kedua kuliahnya, Norma Theresia dipanggil pulang oleh pemerintah Indonesia untuk kembali menjadi jaksa penuntut umum.
Norma sebenarnya lebih suka mengajar di Harvard tapi karena jaksa agung sendiri yang meminta, mau tidak mau Norma pun harus mematuhi. Apalagi dia masih tercatat sebagai pegawai kejaksaan yang sedang mengajukan cuti besar. Norma memang dikenal sebagai jaksa penuntut umum yang tegas dan garis lurus.
Nadya yang berharap bisa kuliah dengan dosen tantenya, harus manyun karena Tantenya pulang ke Jakarta.
"Setidaknya, aku nggak bakalan dikasih D sama Tante Norma macam mas Nelson" cengir Nadya ke Nelson saat mereka makan malam di apartemen.
"Beneran deh Tante nyebelin satu itu! Semua nilai ku straight A... Eh giliran dia yang ngajar, dueeeenggg! D! Dodol, Dodo, Domba, Doberman! Menyebalkan! Bikin malu dan kesal saja!" sungut Nelson.
Nadya tergelak mendengar Omelan kakaknya yang makin receh dengan Arkananta dan Valentino, sepupunya yang sepantaran.
"Ya, anggap saja mas Nelson jadi aib keluarga Blair yang tidak pernah mendapatkan nilai D. Sejarah itu mas!" tawa Nadya.
"Nyebelin lu Nad!" Nelson menatap wajah adiknya. "Dik, kamu ada tipe cowok nggak?"
"Adalah!"
"Yang kayak apa?"
"Harus jangkung soalnya aku sudah tinggi, cowok tegas, punya attitude dan satu lagi... Tabah dengan sifat aku yang berantakan!" cengir Nadya.
"Susah itu Nad. Hanya satu yang sesuai dengan tipe kamu tapi tidak bisa jadi pasangan kamu..."
"Siapa mas?" tanya Nadya.
"Mas Bayu."
Nadya melengos.
***
Yuhuuuu Up Juga ya yang nungguin Nelson dan Nadya. Soalnya pada minta dua kakak beradik ini.
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Jakarta, Indonesia Tiga Tahun Kemudian... Kasus Kecelakaan Juliet
Nelson dan Travis tiba di Jakarta usai mengurus klien mereka yang berada di Kuala Lumpur Malaysia. Sebagai pengacara kaliber internasional dan memiliki beberapa firma hukum dengan nama Blair and Blair, Travis memilih-milih banyak kasus yang memang high priority apalagi dengan klien VIP dan special.
Kebanyakan para klien yang sok elite dan VIP adalah orang-orang yang tidak sayang mengeluarkan uang konsultasi satu jam yang tidak sedikit jumlahnya asalkan mereka bebas dari hukum atau mendapatkan hukuman ringan. Namun Travis adalah orang yang fair seperti pendahulunya. Jika dirasa kasus nya tidak bisa dibela akibat kejahatannya terlalu berat, Travis memilih mundur.
Dan kini, mereka terpaksa harus pulang ke Jakarta karena Hoshi Reeves sedang meradang karena putrinya mengalami kecelakaan dan tampak Juliet ditabrak dengan sengaja oleh seseorang hingga terluka parah. Travis harus segera pulang untuk menahan si bon cabe agar tidak menghajar si pelaku. ( Baca Romeo Untuk Juliet )
"Dad, Oom Hoshi dimana?" tanya Nelson setelah mereka masuk ke dalam mobil yang menjemput.
"Rumah sakit PRC Group. Bahaya kalau bon cabe ngamuk! Bisa diobrak Abrik semua!" jawab Travis yang tahu bagaimana panasannya Hoshi apalagi ini putrinya yang celaka. Travis pun juga akan sama dengan Hoshi jika sesuatu terjadi pada Nadya.
"Kita ke rumah sakit dulu atau langsung ke kantor polisi?" tanya Nelson.
"Rumah sakit dulu baru ke kantor polisi menemui Kapten Randy Hutabarat. Oom Randy yang mengurus kasusnya karena tahu siapa Juliet. Dan hanya dia yang bisa berkoordinasi dengan Oom David mu."
Nelson mengusap wajahnya. "Aku tidak kebayang bagaimana kalau Oom Hoshi tahu siapa pelakunya. Bisa-bisa dikirim ke Empangnya bang Lukie."
***
Ruang Kerja Randy Hutabarat Usai Nelson dan Valentino memeriksa CCTV
"Sudah kuduga pasti kalian datang" kekeh Randy, sahabat David Hakim Satrio. ( Baca My Boyfriend is not a transgender ).
"Aku tidak mau Hoshi gelap mata akibat ngamuk. Tahu sendiri kan bon cabe itu gimana, Rand." Travis dan Nelson kini duduk di hadapan meja kerja Randy, kapten polisi yang dulu berjibaku bersama David.
"Dua anak buahku yang paling loyal dan membuat aku pusing, sedang berkoordinasi dengan pihak satlantas untuk memeriksa CCTV di area lokasi kejadian."
Tak lama masuklah dua orang dengan berbeda bentuk tubuh. Seorang pria jangkung berwajah datar dan seorang pria yang lebih pendek dengan tubuh gemuk, datang membawa laptop dan iPad masing-masing.
"Pak Ustadz Randy, kisanak sudah mendapatkan rekaman CCTV nya" ucap pria gemuk itu membuat Travis dan Nelson melongo.
"Pak Ustadz?!" tanya Travis dan Nelson bersamaan.
"Ah panggilan kesayangan aku dari para kisanak ini. Nelson, kenalkan ini Bang Toro biasa dipanggil Tororong atau Ateng, tergantung situasi. Masih jomblo di usia hampir kepala lima karena patah hati ditinggal nikah Anandhita. Lalu ini Bang Jimmy biasa dipanggil Jimbong, sudah menikah punya anak dua. Keduanya adalah ahli forensik andalan kami meskipun kelakuan mereka minus" kekeh Randy.
"Pak Travis, apakah Juliet dirawat di RS PRC ?" tanya Toro.
"Iya. Kenapa?"
"Apakah neng Didit ada di sana?" tanya Toro tanpa malu.
Nelson menyembunyikan senyumannya. Ya ampun tante, yang naksir dari sekian puluh tahun lalu.
"Dhita kan di Ciptomangunkusumo, nggak di PRC."
"Duh kok ya disana tho neng Didit..."
"Teng, kalau David dengar, bisa kempes bodi lu ditusuk pakai linggis!" hardik Jimbong yang sebal sekian puluh tahun ributin Anandhita terus meskipun sudah menikah dengan David dan punya anak Arabella.
"Habis, neng Didit awet enom. Kan aku jadi terharu..."
"Astaghfirullah... Jadi gimana hasil penyelidikan kalian?" tanya Randy yang berharap David segera datang agar pawangnya Ateng bisa menghandlenya.
"Aku sudah menemukan rumah si pelaku." Jimbong menatap dua pria beda usia yang sama - sama berprofesi sebagai pengacara.
"Biar aku hubungi David. Dia sedang di rumah sakit bersama pak Quinn. Kalian berdua sudah tahu mobilnya siapa itu?" tanya Randy sambil mengambil ponselnya untuk menelpon David.
"Sudah dong, pak Ustadz. Tororong!" ucap Toro jumawa.
***
Rumah Sakit PRC Group Jakarta
Nelson menghampiri Romeo yang masih menatap Juliet dari balik kaca.
"Kita akan menangkap dalang dan pelakunya Rom" ucap Nelson. "Aku sama dengan mu, tidak ikhlas melihat adikku terkapar seperti itu."
"Jules tidak berhak mendapatkan kecelakaan itu, Son. Dia tidak salah apa-apa..." jawab Romeo pelan.
Nelson merangkul bahu Romeo. "Jules kuat kok Rombeng. Dia seorang Pratomo, seorang Reeves. Dia anaknya Hoshi Reeves yang memiliki mental baja. Yakin dia akan segera sadar."
Romeo menangis di pelukan Nelson yang memiliki tinggi lebih darinya.
"Kamu ... tidak tahu rasanya... melihat Jules... ditabrak seperti itu..." isak Romeo.
"I know Rom. Kita semua tahu bagaimana rasanya."
Romeo masih menangis dan Valentino bisa melihat bagaimana hancurnya hati sahabatnya.
***
Segala sesuatu bergerak cepat hingga Hoshi tidak tahan lagi untuk tidak melabrak Dokter Sandoro, ayah Susan si dalang peristiwa tabrakan itu. Nelson dan David segera ke Starbucks dekat gedung PRC Group untuk mendapatkan rekaman CCTV saat Susan dan Anneke merencanakan untuk mencelakakan Juliet.
Keduanya tiba bertepatan saat Hoshi mengamuk di depan resepsionis menanyakan dimana ruang dokter Sandoro. Pria berwajah cantik itu tidak memperdulikan sopan santun dan langsung menendang pintu ruang kerja dokter Sandoro. Keributan pun terjadi disana membuat Nelson melihat sendiri betapa menyeramkannya seorang Hoshi Paramudya Quinn kalau sudah mengamuk.
Keadaan semakin tidak kondusif saat Susan masuk dengan diseret oleh dua pengawal Hoshi. Kedatangan Randy, Jimmy dan Toro yang membawa bukti bahwa Susan lah dalang dari semua ini, membuat dokter Sandoro kebingungan.
"Sayang, nanti papa akan sewa pengacara untukmu!" teriak Harry Sandoro yang bingung dengan kejadian di hadapannya. "Nomor Travis Blair... dimana?" ucapnya sambil mencari nomor kontak ponselnya membuat Hoshi menoleh ke arah Travis dan Nelson yang menahan tawa.
"Really? Dia tidak tahu kamu, bro" goda David.
"Biarkan saja" jawab Travis kalem.
"Dad, this is so hilarious" bisik Nelson.
"Ini belum seberapa, boy. Nanti kamu akan lebih sering bertemu yang Membagongkan apalagi kalau menyangkut sepupumu" kekeh Travis yang harus pasang badan setiap sepupunya berulah.
Suara ponsel Travis berbunyi bersamaan dengan Harry Sandoro menghubunginya.
"Ya dokter Sandoro" jawab Travis tenang di hadapan dokter Harry Sandoro yang melongo. "Saya tidak akan membela putri anda karena dia membuat keponakan saya nyaris tewas."
Nelson menatap dokter paruh baya itu dengan smirk di wajahnya. Bagaimana bisa kamu memiliki nomor Daddy tapi tidak tahu wujud Daddy macam apa?
***
Susan yang masih berteriak teriak karena digelandang oleh para polwan disana membuat semua orang kepo, bahkan ada yang merekamnya via ponselnya. Anandhita yang melihat keributan itu hanya tersenyum tipis tapi wajahnya terkejut melihat siapa yang bergegas menghampirinya.
"Neng Didiiiittt... ! Aa' kangeeeennn!"
Anandhita hanya bisa beristighfar. Astaghfirullah.
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
RS Ciptomangunkusumo Jakarta
Jimmy melihat bagaimana tubuh tambun Toro berlari menuju ke seorang wanita yang sebaya dengan mereka tapi masih tampak cantik itu.
Duh bisa gempa bumi lokal plus gonjang ganjing kalau Si Ateng main peluk Didit!
"Ateeeenngg!" teriak Jimmy sambil mengejar pria itu sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Tapi dirinya terlambat saat melihat Anandhita mengelakkan tubuhnya membuat Toro memeluk udara hingga jatuh terjerembab.
"Astaghfirullah! Dasar kuda Nil! Gini nih yang bikin awet jomblo!" sungut Jimmy sambil menghampiri keduanya. "Halo, neng Didit."
"Halo bang Jimbong. Apa kabar?" sapa Anandhita ramah. "Mbak Anita dan anak-anak gimana? Baik-baik saja kan?"
"Alhamdulillah baik semua. Ayo, Teng, bangun..." bisik Jimbong gemas melihat Toro masih terduduk sambil mengelus hidungnya yang mencium lantai lorong rumah sakit Cipto Mangunkusumo.
"Neng Didit, tega sama Aa'... Lihat ini, hidung minimalis Aa' jadi semakin minimalis. Kan jadi nggak ganteng..." rengek Toro mendramatisir.
"Habis, bang Toro mau peluk Dhita kan nggak boleh, bukan muhrim. Nanti mas David tahu bisa bahaya" senyum Anandhita manis.
Tak lama David, Travis, Hoshi dan Nelson datang ke ketiga orang itu. "Ada apa ini?" tanya David.
Anandhita yang melihat suaminya langsung menghampiri dan memeluk lengan David. "Ini mas, bang Toro katanya kangen sama aku terus mau peluk."
Toro melongo. "Jangan harafiah jujurnya dong neng Didit, Aa' kan jadi malu."
David menggelengkan kepalanya. "Udah Teng, kamu kembali ke kantor. Tar aku juga bakalan menyusul ke kantornya Randy."
Toro pun bangun dan tersenyum ke arah Anandhita. "Neng Didit tetap awet cantik ya?"
"Kagak usah merayu gombal! Sampai kiamat pun, neng Didit kagak mau sama elu! Apalagi bentukan kamu sekarang makin mirip kuda Nil!" Jimbong pun langsung menyeret partner nya selama hampir dua puluh lima tahun bekerja di forensik.
Nelson yang melihat kerusuhan itu menatap Daddy dan Oomnya. "Itu definisi orang yang menyimpan hatinya sangat dalam."
"Iya saking dalamnya, suka ngehalu Dhita bakal ninggalin Dapid! Padahal tipe Dhita kan bukan model celengan Semar begitu!" balas Hoshi pedas.
"Astagaaa Hosh! Celengan Semar" gelak Travis.
"Sudah yuk, kita ke tempatnya pak Ustadz Randy" ajak David sambil mencium kening Anandhita.
"Hati-hati" senyum Anandhita.
***
Urusan Juliet akhirnya terselesaikan usai Norma Theresia menjadi jaksa penuntut umum bagi Susan Sandoro dan Anneke, yang masing-masing dihukum seumur hidup dan 30 tahun penjara. Bagi Nelson, itu adalah hukuman yang paling wajar di Indonesia meskipun di New York bisa dituntut hukuman mati karena negara bagian New York masih ada hukuman mati
Nelson sendiri usai urusan Jakarta, langsung kembali ke Harvard untuk ujian pengacara dan langsung bekerja di Blair and Blair Advocate setelah wisuda meskipun sebelumnya sudah biasa magang bersama Oomnya, Steven Hamilton.
***
Kasus Menghilangnya Gabriel
Nelson sedang mengurus kasus di New York ketika mendapatkan berita bahwa Gabriel, kekasih Garvita, menghilang dari London. Pengawal adiknya itu entah kemana membuat Eagle dan Garvita kebingungan. Ditambah Eagle nyaris tewas akibat berondongan peluru dari mobil tidak dikenal.
"Astagaaa! Sebenarnya si Gabriel terlibat apa sih?" sungut Nelson gemas. "Benar kata Daddy, harus pasang badan kita buat pasukan huru hara, durjana, hobi gegeran, no rusuh no life, reseh tingkat..."
"Mas Nelson ngomel sama siapa?" suara Nadya membuat dirinya menghentikan omelannya.
"Sudah dengar kamu? Mas Eagle hampir tewas?"
Nadya duduk di sofa sambil menyesap kopinya. Gadis yang juga baru menyelesaikan studi pengacaranya itu hanya mengangguk. "Sepertinya Gabriel terlibat dengan orang-orang tidak benar."
"Hah? Tidak mungkin, Nad. Gabriel nyaris 24 jam bersama Garvita kecuali saat mandi dan tidur. Dia terlibat apa?"
"Ditunggu saja informasi dari London. Biasanya langsung nyebar ke grup keluarga. Jangan panik begitu lah! Kan mas Nelson tahu, keluarga kita paling tidak akan tinggal diam kalau ada anggotanya yang lecet sedikitpun. Bisa bumi gonjang ganjing, langit kelap-kelap..."
Nelson menatap judes ke adiknya yang cantik. "Malah ndalang!"
Nadya terbahak. "Sudah, kita urus kasus dulu. Nanti Oom Steven ngomel kalau belum selesai."
***
Sebulan Kemudian...
Akhirnya semua keluarga besar Pratomo tahu kalau Gabriel mendapatkan ancaman dari CIA yang ingin mendapatkan barang bukti keterlibatan mereka dengan kartel Brazil. Tidak hanya itu saja, kedua orangtua Gabriel yang merupakan agen ABIN dan CIA, dibunuh oleh empat rekannya 14 tahun lalu. Dan kini, Gabriel hendak mengungkapkan kejahatan mantan rekan ayah dan ibunya. ( Bisa dibaca di My Bodyguard is My Boyfriend ).
Dan sekarang FBI pun harus turun tangan karena semua bukti dipegang oleh Bayu O'Grady, Valentino Reeves dan Arkananta Baskara dari seorang agen FBI bernama Jubal Valentine yang dianggap MIA ( Missing In Action ). Hasil penyelidikan, Gabriel berhasil melacak keberadaan salah satu partner ayahnya di ABIN ( Badan Intelijen Brazil ) yang merupakan eksekutor kedua orangtuanya di Dubai berdasarkan bukti yang didapat dari Jubal dan ditajamkan oleh Shinichi Park, bahwa Eduardo Palemo berada di Acapulco Mexico.
Nadya yang mendengar bahwa Gabriel hendak membawa Eduardo Palemo bersama dengan FBI, langsung ingin ikut serta berkontribusi.
"Kamu itu belum resmi jadi pengacara Nad!" protes Nelson.
"Kan kalau pakai pesawat kita, tahu lah ada firma hukum Blair disana. Nama Daddy kan terkenal dan punya banyak relasi di Mexico."
"Jadi kamu sendiri yang akan menjemput semuanya?" tanya Nelson.
"Siapa lagi?" jawab Nadya cuek. "Nanti aku bawakan taco dan Margarita dari Acapulco." ( sebelum kalian protes, keluarga Blair yang ini sama dengan keluarga Smith, berbeda keyakinan dengan keluarga Pratomo ).
"Hati-hati Nad. Tahu sendiri mas Bayu panasan!"
"Mas Bayu bikin perkara, aku tendang pantatnya!" balas Nadya judes.
***
Bandara Acapulco Mexico
Nadya menunggu kabar para pasukan Bodrex yang hendak kembali ke New York. Gadis itu sebelum berangkat tadi, membeli donut, kopi, hot choco dan sandwich untuk mengganjal perutnya.
"Lama banget sih! Capek ini nunggu! Beneran deh, menunggu itu adalah pekerjaan paling membosankan!" gerutu gadis cantik berambut coklat itu sambil memakan donutnya di tangga pesawat Gulfstream milik keluarga Blair berdasarkan logo di ekor pesawat berupa Singa dengan timbangan yang bertanda hukum. Maskot keluarga Blair memang singa.
Tak lama sebuah mobil ambulans pun datang dan Nadya melihat dua orang pria turun. Seorang pria yang jangkung berdarah Timur Tengah dan seorang pria bule yang lebih pendek. Keduanya bergegas membuka pintu belakang ambulans dan tampak dua orang wanita turun, yang satu kulit hitam dengan rambut pendek dan satunya kulit putih dengan rambut coklat tua, mengambil brankar yang membawa seorang pria berdarah Mexico.
Pria berdarah Timur Tengah itu lalu menghampiri Nadya.
"Kalian terlambat lima belas menit!" ucap gadis yang sedang makan donut itu dengan cueknya.
Introducing Nadya Blair
"Young lady, ayo minggir. Kita harus berangkat!" ucap Omar gusar.
"Oke. Aku habiskan dulu donutku. Tenang saja, si Mule tidak akan bangun sampai besok!" ucap gadis itu sambil memasukkan donutnya ke dalam mulutnya. "Mmmm...mmmm..."
Omar menatap judes ke gadis itu. "Ditelan dulu donutnya!"
Gadis itu menelan donutnya setelah mengunyah nya. "Ayo masuk!" ajaknya sambil masuk ke dalam pesawat.
"Hei! Tunggu! Siapa kamu?" tanya Omar.
"Nadya Blair. Pengacara plus pilot pesawat ini. Sayang, aku tidak bisa menikmati kota Acapulco gara-gara harus membantu FBI" senyum gadis cantik itu membuat Omar melongo.
Introducing Omar Zidane
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!