Di bawah rimbunnya pepohonan dua orang pria nampak mengawasi sekitar, saat beberapa prajurit melintas dengan segera mereka bersembunyi.
Selang beberapa menit setelah keadaan di rasaa cukup aman mereka segera menyelinap pergi melewati tembok yang cukup tinggi, terus berlari tanpa menoleh kebelakang sampai tiba di pemukiman warga.
Tak ada yang memperhatikan mereka, kini mereka bisa berjalan dengan santai menikmati ramainya pasar.
"Lihat itu Rinu!" ujarnya sambil menunjuk seorang pedagang yang tengah di gandrungi orang-orang.
Segera mereka pergi untuk melihat apa yang di jual pedahang tersebut.
"Aku beri jamin rasanya sangat manis, silahkan coba jika kalian tidak percaya! ambil satu dan makanlah!" seru penjual itu penuh semangat.
Rupanya ia menjual buah jeruk, dari warnanya yang cerah di tengah hari begini tentu banyak yang tergoda untuk membelinya.
"Aku yakin buah yang diberikan untuk di cicipi memang manis tapi yang di jual justru hambar," bisik Rinu yang telah mengetahui taktik curang pedagang.
"Sssttt... biar dia berniaga dengan kemauannya, toh yang rugi dia sendiri."
"Tapi tuan... " Rinu segera menutup mulut dengan cepat.
Hampir ia keceplosan, pria yang tengah bersamanya tak lain adalah putra mahkota. Mereka memang biasa menyelinap pergi dari istana dan berpakaian rakyat jelata untuk berkeliling.
"Ayo!" ajak pangeran untuk berkeliling lagi.
Sebagai orang penting sejak kecil Pangeran selalu di jaga kemana pun ia pergi, hal ini membuatnya merasa terkurung dan tak betah berada di istana.
Saat usianya akhirnya mencapai dewasa bersama kaki tangannya Pangeran memuaskan mata melihat hal baru dengan menyamar, segala sesuatu yang ada di pasar selalu menarik perhatiannya kadang hingga berjam-jam.
Biasanya Pangeran selalu tertarik pada benda-benda yang di jual di pasar, seperti perhiasan murah, alat dapur hingga obat-obatan.
Tapi hari itu dari semua benda yang dijual di pasar seorang gadis justru lebih menarik dari segalanya, kecantikan dan senyumnya yang menawan membuat Pangeran terpaku cukup lama.
Begitu betah Pangeran menatap hingga ia tak mendengar bisikan Rinu yang menyuruhnya berhenti melihat sebab itu tidaklah sopan, terlebih Rinu yakin gadis itu pastilah putri seorang bangsawan.
Terlihat jelas dari pakaian yang ia kenakan dan dayang yang mengikutinya dari belakang.
"Nona... nona... tolong beri aku sedikit makanan, aku mohon... " ujar seorang pengemis yang tiba-tiba bersimpuh di hadapan gadis itu.
"Menjijikkan! pergi sana! kau mengotori pakaian Nona!" hardik dayang itu mengusir.
"Sudah Eum, beri dia uang kembalian tadi," perintah si gadis.
Pangeran memperhatikan dayang itu mengeluarkan beberapa koin, meski bukan dari dekat tapi Pangeran bisa melihat jumlah koin yang di berikan hanya cukup untuk membeli beberapa roti saja.
"Terimakasih Nona," ujar pengemis itu kemudian pergi.
"Ck, ku pikir kau adalah Nona yang sangat murah hati. Ternyata kau hanya orang yang tidak mau berurusan dengan rakyat kecil," ujar Pangeran tiba-tiba yang membuat gadis itu menoleh.
Sementara Rinu terbelalak kaget mendengarnya, harusnya Pangeran hanya melihat-lihat bukan terlibat dalam satu urusan yang berkemungkinan membongkar identitas aslinya.
"Maaf?" tanya gadis itu.
"Melihat dari pakaian mu jelas bahwa kau orang yang berstatus tinggi, seharusnya tidak sulit bagimu memberi satu perunggu," ujar Pangeran sambil berjalan mendekat.
"Heh miskin! hati-hati jika kau bicara," hardik Eum yang tak senang Nona nya di hina.
Sementara Nona itu hanya tersenyum, sebuah senyuman yang menurut Pangeran telah mengejek kata-katanya.
"Ada yang salah Nona?" tanyanya merasa tersinggung.
"Tidak, ucapan mu benar. Jangankan satu perunggu, aku bahkan bisa memberinya sebatang emas agar ia bisa makan makanan yang mewah."
"Kalau begitu kenapa kau tidak memberinya?" tanya Pangeran.
"Tuan jika aku memberinya sebatang emas apa kau bisa menjamin dia akan makan enak yang hanya di sajikan di restoran terkemuka?" tanya balik Nona itu.
Pangeran terdiam, ia tak bisa menjamin sebab ia harus mengikuti kemana pengemis itu pergi membawa sebatang emas.
"Menurutmu apa ada yang percaya seorang pengemis mendapatkan sebatang emas dari kemurahan hati seseorang?" tanyanya lagi yang membuat Pangeran kini berpikiran terbuka.
"Jangankan sebatang emas, satu perunggu saja akan membuat orang-orang mengira dia telah mencuri. Jika sudah begitu apa fungsinya satu perunggu? lagi pula tidakkah kau lihat fisiknya masih sempurna? dia tidak terlihat sakit atau lemah, jika dia mau dia bisa bekerja jadi tukang panggul. Uang yang dia peroleh mungkin tidak banyak, tapi itu lebih baik dari merendahkan martabatnya sebagai seorang pria. Maaf tuan, tapi aku tidak mau kemurahan hatiku justru berdampak buruk bagi orang yang menerimanya," jelasnya.
Baru kali ini Pangeran mendengar seorang gadis dapat bicara dengan begitu lugas, menjelaskan sesuatu yang begitu masuk akal.
"Permisi," ujar Nona itu kemudian.
Ia berjalan menjauh di ikuti dayangnya, sementara Pangeran tak dapat memalingkan pandangannya dari gadis tersebut.
"Rinu caritahu siapa gadis itu," perintah Pangeran.
"Laksanakan," sahut Rinu.
Sementara Pangeran kembali ke istana Rinu menggali informasi tentang gadis yang baru mereka temui, ternyata mudah mengetahui siapa dia sebab gadis itu cukup terkenal di daerah.
Hanya dalam waktu beberapa menit saja Rinu sudah kembali ke istana untuk melapor.
"Kau sudah dapat?" tanya Pangeran tak sabar.
"Ya Tuan, namanya Mo Yumna. Dia adalah putri sulung keluarga Mo, dia cukup terkenal di daerahnya sebagai gadis yang cantik dan bijaksana. Karena kepintarannya ini Bangsawan Mo bahkan pernah menyesal Mo Yumna terlahir sebagai seorang gadis, jika saja dia seorang pria mungkin dia bisa masuk ke istana dan menjabat sebagai menteri. Sayangnya bahkan Bangsawan Mo hanya tidak memiliki keturunan putra," lapor Rinu.
"Mmm begitu rupanya," gumam Pangeran.
"Apa ada yang Anda inginkan lagi?" tanya Rinu.
"Ya, tapi hanya Raja yang bisa mengabulkannya," sahut Pangeran penuh arti.
Rinu cukup penasaran apa yang di maksud Pangeran, tapi esoknya tahulah ia bahwa Pangeran ingin mempersunting Mo Yumna.
Tentu ini membuat Rinu kaget bukan main, Pangeran sudah sering keluar dengan menyamar dan banyak putri bangsawan yang ia temui. Tapi rupanya pertemuannya dengan Mo Yumna sangat berkesan sampai membuat Pangeran jatuh hati pada pandangan pertama.
Tak hanya Rinub tapi keinginan ini juga membuat Raja cukup kaget sebab selama ini Pangeran terlihat seperti pemuda yang hanya ingin hidup bebas, meski begitu Raja mengabulkan keinginan Pangeran sebab pilihannya pun adalah seorang putri bangsawan.
Masalah kunjungan dan yang lainnya Raja serahkan semua kepada Pangeran, sekaligus ia ingin lihat seberapa serius Pangeran dalam meraih keinginannya.
Tak ingin menundanya lagi Pangeran segera berkunjung ke kediaman Mo, tentu saja kedatangannya membuat gempar semua orang.
"Mengapa Anda datang tanpa pemberitahuan? sekarang saya bingung harus menghidangkan apa yang Pangeran sukai," ujar Mo Jian sebagai kepala keluarga.
"Ahaha... mengapa harus repot? aku hanya mampir saja saat ingat ayahanda pernah berkata jika ingin melihat bunga yang mekar dengan indah maka kediaman Mo adalah tempat yang paling cocok," sahut Pangeran.
"Yang Mulia terlalu berlebihan, tapi memang bunga di sini terkenal akan keindahannya. Mungkin karena putriku merawatnya dengan penuh cinta," ucap Mo Jian merendah.
"Sekuntum bunga memang akan mekar dengan sempurna jika di rawat dengan baik, sungguh kau sangat beruntung memiliki putri yang penuh dengan rasa cinta. Aku dengar dia pun pintar dan bijaksana, jika aku memintanya untuk merawat bunga di istana apa kau berkenan?" tanya Pangeran tak ingin bertele-tele lagi.
Butuh waktu bagi Mo Jian untuk mengerti makna dari ucapan Pangeran, tak ingin salah paham ia memperjelas.
"Maksud Pangeran?" tanyanya.
"Aku ingin seorang pendamping yang mampu menumbuhkan bunga dengan baik, jika kau berkenan aku ingin mempersunting putrimu."
"Oh Yang Mulia... ini adalah sebuah berkat bagi keluarga Mo, mengapa aku harus keberatan?" jawab Mo Jian tak dapat berkata apa pun lagi saking girangnya.
"Syukurlah jika kau memberi restu, nanti aku akan datang berkunjung lagi untuk menemui putrimu secara langsung. Mau bagaimana pun kami harus saling mengenal lebih jauh untuk mencari kecocokan bersama," ujar Pangeran berpamitan.
"Baik, saya akan menantikan kunjungan anda berikutnya," balas Mo Jian.
Setelah mengantar kepergian Pangeran dengan segera Mo Jian mencari putri sulungnya Mo Yumna, ternyata dia berada di kamar ibunya bersama selir dan putri keduanya Mo Lin.
"Jian, apa yang membuatmu begitu datang tergesa-gesa?" tanya ibunya kaget melihat susahnya Mo Jian mengatur nafas.
"Pelayan bawakan air untuk ayahanda!" perintah Yumna segera.
"Aaahh... aku benar-benar senang sampai tidak ingin membuang sedetik pun waktu untuk menyampaikan kabar ini kepada kalian," ujar Mo Jian setelah meneguk habis segelas air.
"Aku dengar Pangeran datang berkunjung, apa kabar yang kau bawa ada hubungannya dengannya?" tanya ibunya penasaran.
"Ya ibu, Pangeran sengaja datang ke sini untuk menyampaikan maksudnya. Dia ingin mempersunting Mo Yumna," jawabnya.
Tak ada yang tak kaget mendengar berita itu, bahkan Yumna sendiri keheranan mengapa Pangeran ingin menikahinya padahal mereka tak pernah bertemu.
"Tapi... bagaimana mungkin ayah?" tanya Mo Lin tak rela mendapati keberuntungan kakak tirinya.
"Pasti Pangeran mendengar kecantikan dan kepintaran Yumna, seluruh warga desa mengenal kebaikan mu dan pasti Pangeran penasaran. Dia akan datang berkunjung lagi dan saat itu dia ingin mengenalmu lebih jauh, belilah beberapa pakaian bagus untuk menyambut kedatangannya nanti. Kau harus tampil lebih cantik dari biasanya," jawab Mo Jian.
"Itu benar, jika keluarga Mo berhasil masuk ke istana itu akan membungkam cemoohan orang-orang tentang ketidakberuntungan kita memiliki seorang putra," tambah ibunya.
"Baik ayah, nenek, aku mengerti," sahut Yumna memberi hormat.
Tak ingin mengecewakan mereka Yumna belajar lebih giat agar Pangeran semakin yakin akan pilihannya, seorang calon istri Pangeran tentunya tidak hanya harus cantik tapi juga memiliki bakat tertentu yang dapat di banggakan istana.
Sementara itu Mo Lin dan ibunya semakin kesal dan benci kepada Yumna, terlebih ibunya. Setelah kematian ibu Yumna ia sudah berharap lebih Mo Jian akan semakin sayang dan memanjakannya namun ternyata tidak.
Bahkan statusnya masih saja seorang selir, kedudukan putrinya pun Mo Lin sama tidak beruntungnya. Orang-orang selalu memuji Yumna bahkan ia merasa ibu mertuanya telah pilih kasih, ia hanya memanjakan Yumna.
"Ibu bagaimana ini? aku juga ingin menjadi istri Pangeran dan kelak menjadi ratu, pokoknya harus aku yang menikah dengan Pangeran," rengek Lin.
"Makanya kau harus rajin belajar dan pergi keluar untuk menyapa orang-orang, dengan begitu mereka tahu bahwa kau tidak kalah cantik dan baik dari Yumna. Selama ini kerjaanmu hanya di kamar dan merias diri," omel ibunya lebih kesal.
Lin merengut, memilih untuk diam dari pada kena marah lagi.
"Tapi kau tenang saja, aku akan membuat Pangeran bahkan seluruh pria di muka bumi ini enggan menikahi Yumna, " janjinya.
"Semua kain di butik itu cantik-cantik tapi pilihan Nona adalah yang terbaik," ujar Eum sambil kembali melihat bungkusan kain yang baru mereka beli.
Yumna hanya tersenyum, setelah belanja kain ia berniat segera ke tukang jahit untuk membuat beberapa pakaian yang layak ia kenakan di hadapan Pangeran nanti.
Srek
Tapi tiba-tiba langkah mereka terhenti, di gang sempit itu sekelompok pria bertopeng menghadang jalan mereka.
"Putar balik," bisik Yumna sambil menggandeng tangan Eum.
Tapi rupanya di belakang mereka juga sudah ada beberapa pria bertopeng, terhimpit di tengah tak ada jalan lain kecuali menyerah.
"Aku akan berikan semua harta yang ku bawa, tapi ijinkan kami lewat dan kami berjanji tidak akan melapor pada siapa pun," seru Yumna mencoba untuk tetap tenang.
"Hehe tipe yang penurut ya, aku suka gadis seperti mu," ucap salah satu pria bertopeng itu.
Beberapa diantara mereka pun segera maju dan mengambil semua barang berharga termasuk kain yang baru mereka beli.
"Tapi ini saja tidak cukup!" seru pria itu.
Sret
Aaaaaah....
"Nona.... " jerit Eum histeris.
"Cepat kabur!" seru salah satu pria bertopeng memberi komando.
..............................
Kediaman Mo genting sejak kepulangan Yumna dan dayangnya, seorang tabib sudah sejak tadi berada di kamar Yumna dan belum juga keluar.
Jian yang lebih cemas dari siapa pun bahkan tak bisa berhenti menghardik Eum yang tidak bisa menjaga Yumna dengan benar, sementara Eum sendiri terus menangis menyesal.
"Ah tabib, bagaimana keadaan Yumna?" tanya Jian segera setelah tabib keluar dari kamar.
"Lukanya cukup dalam tapi pendarahannya berhasil ku hentikan, nyawanya tidaklah dalam bahaya. Tapi.... "
"Tapi apa?" tanya ibu Jian penasaran.
"Bekas luka di wajahnya itu tidak akan pernah hilang," jawabnya.
Terdengar sebuah suara pekikan pelan yang berasal dari para pelayan, tentu semua orang tahu kalau wajah cantik adalah anugrah sekaligus modal hidup di dunia ini. Kini Yumna telah memiliki kecacatan di wajahnya, maka hilang sudah harapan Jian untuk bisa mendapatkan kedudukan tinggi lewat pernikahan putrinya dengan Pangeran.
"Boleh kami melihatnya?" tanya ibu Mo Lin penasaran.
"Silahkan," sahut tabib.
Mereka segera masuk, nampak Yumna masih terbaring di tempat tidurnya dengan lemas.
"Tidak nak! tetaplah berbaring," perintah neneknya saat Yumna hendak bangkit untuk memberi hormat.
"Ayah.. maafkan aku," ujar Yumna menyesal sebab ia tahu impian ayahnya seketika lenyap.
"Jangan bicara begitu, takdir sudah membuat garis sendiri untuk keluarga kita. Sebaiknya kau fokus pada kesehatan mu dan jangan berpikir macam-macam," sahut Jian sambil mengelus rambut Yumna.
Perban yang menempel di pipi Yumna cukup besar dan panjang, ini membuat Mo Lin dan ibunya saling menatap sambil tersenyum penuh arti.
Selesai menjenguk Yumna mereka pergi ke kamar masing-masing kecuali Jian, dia yang frustasi memilih duduk di kursinya sambil meneguk arak.
"Cukup suamiku, kau tidak boleh menyiksa diri seperti ini," ujar selirnya sambil mengambil gelas ditangan Jian.
"Aku baru saja dapat terbang tinggi, tapi tiba-tiba sayapku patah dan seketika aku terjatuh. Kau bisa bayangkan rasa sakitnya?" tanya Jian di tengah kesadarannya yang hanya setengah.
"Tentu aku mengerti, tapi ingatlah bahwa kau tidak sendiri. Ada aku yang meski tidak memiliki sayap tapi dapat menangkapmu dengan aman," sahutnya lembut.
"Hehh.. apa gunanya? aku tetap terjatuh," ketus Jian.
"Kenapa kau bicara seolah kau hanya memiliki satu sayap? suamiku kau memliki sayap yang lain," ujar selirnya mulai pada taktik yang lain.
"Apa maksud mu?" tanya Jian tak mengerti.
"Kau masih punya Lin, dia juga cantik dan tak kalah berbakat dari Yumna. Apa bedanya Yumna dan Lin?" jawabnya.
Jian terdiam, ia mulai memikirkan ucapan selirnya.
"Kesempatan ini tidak akan datang dua kali, hanya Lin satu-satunya harapan kita," tambahnya.
"Kau... benar, Pangeran tidak menyebutkan nama Yumna. Jika kita pertemukan Lin dengan Pangeran masih ada harapan," sahut Jian setuju.
Ibu Lin mengangguk keras, akhirnya ia berhasil meraih kesempatan emas. Kepada Lin segera ia beritahukan keberhasilannya merayu Jian, oleh karena itu Lin harus tampil baik sehingga tidak mengecewakan mereka.
Tentu kabar ini pun sampai di telinga Yumna, hati baiknya bersyukur sebab ayahnya masih memiliki kesempatan.
Sementara Yumna memulihkan diri di kamar Lin belajar lebih giat setiap hari, ia merawat tubuh dan wajahnya dengan baik sehingga setiap hari ia tampil semakin bersinar.
"Nona mau kemana?" tanya Eum melihat Yumna berpakaian dan menggunakan penutup wajah.
"Aku merasa bosan di kamar seharian, apa kau mau menemanaiku jalan-jalan sebentar?" sahut Yumna.
"Baik," balas Eum.
Bersama mereka awalnya berjalan-jalan di taman, melihat setiap tanaman bunga yang Yumna rawat dengan baik. Tapi Yumna cepat bosan dengan hal itu, ia pun mengajak Eum pergi keluar.
Di jalan tanpa sengaja mereka berpapasan dengan beberapa gadis, nampak jelas mereka kikuk saat menyapa Yumna.
Tapi setelah berlalu mereka membicarakan wajah Yumna yang cacat dengan tidak sopan, Eum yang juga mendengar sangat marah dan berniat menghardik mereka tapi Yumna menahannya.
"Biarkan saja Eum, mereka mengatakan fakta bukan gosip yang memfitnah," ujar Yumna pasrah pada keadaannya.
Kini ia menjadi bahan tertawaan pria dan di olok-olok oleh para gadis meskipun gelarnya putri bangsawan, kecacatan yang ia miliki cepat menyebar sampai anak-anak kecil menyebutnya si buruk rupa.
Semakin kecil hati Yumna akhirnya ia memilih untuk mengurung diri di kamar, baginya dunia luar kini sudah tak bersahabat lagi.
Meski begitu ia tetap bersyukur memiliki keluarga yang masih menyayanginya, ia pun juga masih memiliki Lin yang dapat mengangkat derajat keluarganya.
Untuk berterimakasih Yumna memanggil Lin ke kamarnya, tentu Lin sangat jengkel harus bertemu dengan Yumna dan bersandiwara sebagai adik yang baik tapi ia tetap datang.
"Eum keluarkan benda itu," perintah Yumna.
Dengan penasaran Lin melihat dayang pribadi Yumna membawa sebuah kotak kayu ke hadapannya.
"Kakak apa ini?" tanya Lin dengan nada manja agar terlihat polos.
"Bukalah Lin," perintah Yumna.
Lin segera membuka kotak itu, rupanya isinya perhiasan yang sangat indah dan mewah sampai membuatnya tercengang.
"Besok kau akan bertemu Pangeran, orang penting seperti dia tidak boleh kau remehkan.Kau harus tampil cantik tapi juga sederhana, jika kau kenakan perhiasan yang berlebihan Pangeran akan menganggapmu serakah. Ini adalah perhiasan yang paling cocok jadi pakailah besok untuk bertemu Pangeran," jelas Yumna.
"Kakak... apa kau baru saja memberikan perhiasan ini untuk ku?" tanya Lin tak percaya.
"Anggaplah ini sebagai hadiah sebab kau akan membawa keberuntungan bagi keluarga kita," jawab Yumna.
"Oh terimakasih kakak, aku berjanji tidak akan mengecewakan kalian," balas Lin.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!