NovelToon NovelToon

HASRAT TUAN MAFIA

BAB 1. USAHA ILLEGAL _HTM

Malam hari Murano Baru selesai rapat dengan para anak buahnya. Membahas tentang rencana mengembangkan bisnis illegal di bidang jual beli obat-obat terlarang. Keuntungan yang mereka dapatkan sangatlah besar. Namun, resiko yang dihadapi juga tidak kalah besar.

Hal itu membuat Murano memutar otak. "Bagaimana caranya untuk melancarkan bisnisnya yang akan ia kembangkan?" untuk itu mereka akan mengajak beberapa pejabat negara untuk bekerja sama. Uang bisa membeli siapapun, termasuk juga jabatan di dunia pemerintahan.

Devano membukakan pintu untuk Tuannya.

"Silakan, Tuan." Pria berusia dua puluh delapan tahun itu menunduk hormat kepada Sang penguasa. Setelah Tuannya masuk, Devano pun segera masuk, Ia duduk di samping Kairo sang sopir. Devano merupakan orang kepercayaan Murano selama ini.

"Maaf, tuan, kita ke apartemen atau ke Mansion utama?"tanya Devano penuh dengan hati-hati.

"Mansion,"jawab Murano dengan matanya yang tetap fokus ke layar ponselnya.

Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, di depan dan di belakang mobil yang ditumpangi oleh Murano, adalah mobil para anak buahnya. Yang bertugas untuk mengawal Murano selama dalam perjalanan. Di dalam satu mobil, ada beberapa anak buah Murano yang di bekali dengan senjata api.

Setelah melakukan perjalanan kurang lebih dua puluh lima menit menelusuri jalanan ibukota, mereka tiba di Mansion mewah dan megah milik Murano. Mansion mewah itu merupakan rumah yang selama ini ditempati oleh Murano dan juga para anak buahnya.

Devano kembali membukakan pintu dan berjalan mengikuti Murano. Namun, salah seorang anak buahnya berseru memanggil namanya.

"Hey!

"Ada apa?" tanya Devano. Pria dua puluh delapan tahun itu langsung memasang sikap waspada, Begitu juga dengan Kairo.

"Ada penyusup!" Teriak salah seorang pengawal berkepala botak itu.

Devano dan Kairo spontan mengeluarkan senjata dari balik jad mereka.

"Tuan Murano lebih baik kita ke dalam," Ajak Kairo

Murano mengangguk, "Bawa penyusup itu hidup-hidup, Aku ingin tahu siapa yang sudah menyuruhnya,"ucap Murano kepada anak buahnya.

Di dalam Mansion, banyak pengawal sudah siap siaga memegang senjata api mereka masing-masing. Berkecimpung di dunia hitam, memang memiliki risiko yang sangat tinggi. Banyak para pembunuh bayaran dari saingan bisnis, bisa beraksi kapan saja. Untuk itulah Murano membayar orang-orang terlatih Untuk melindunginya dari musuh-musuh yang berniat jahat kepadanya.

Murano menuju ke kamar di lantai tiga

"Kau tunggu di sini saja," ucap Murano kepada Kairo

"Baik, Tuan," sahut Kairo

Murano langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Baru saja akan memejamkan mata setelah menyelesaikan ritual mandinya, ada yang mengetuk pintu kamarnya. Dengan hati kesal pria itu membukakan pintu.

"Ada apa, mengganggu saja!"Ketus Murano

"Maaf, Tuan," Devano ketakutan dan merasa tidak enak hati. "Sekali lagi maafkan saya, Tuan."devano membungkuk

"Ahh, Sudahlah ada apa?"

"Penyusup itu seorang wanita, Dia dalam keadaan tidak sadarkan diri, kami tidak menemukan senjata, tapi kami menemukan ini."ucap devano memberikan sebuah kartu yang mereka dapatkan di saku celana wanita penyusup itu.

Kening Murano berkerut. "Roberto Andalas, aku harus meminta penjelasannya besok!"Murano *******-***** kartu nama itu.

Setelah Wanita itu telah sadarkan diri. Devano dan kairo membawa Wanita yang mulutnya dibungkam kain dan tangannya terikat ke belakang. Murano dan kairo mendorong wanita itu dengan kasar, hingga terjatuh tepat di dekat kaki Murano.

Wanita itu tampak sangat ketakutan sekali. Murano membuka kain penutup mulutnya dan menarik rambut perempuan itu, hingga kepalanya mendongak. Wanita itu menangis dan meringis kesakitan.

"Siapa yang menyuruhmu datang ke sini?" tanya Murano dengan mata tajamnya

Wanita itu menggelengkan kepala.

"Tidak ada yang menyuruh saya, Tuan,"lirihnya

"Jangan berbohong, Aku tidak suka dibohongi!" Murano kembali menarik rambut wanita itu lebih kencang. Wanita itu berteriak kesakitan.

"Ada hubungan apa kamu dengan Roberto Andalas?"

"Di...dia sudah membohongi saya, Tuan. Dia bilang akan menyalurkan saya untuk kerja jadi asisten rumah tangga, tapi...." Tangis wanita itu semakin kencang.

"Jangan menangis dan cepat cerita!"

bentak Murano sambil mendorong kepala wanita itu.

"Dia ingin memperkosa saya, saya berhasil kabur dan bersembunyi di bagasi mobil Tuan."

Murano menatap wanita itu dengan tatapan tajam. Ia pun menatapnya dari ujung kaki hingga ujung rambut, mencoba mencari kebohongan di sana. Tapi sepertinya dia tidak menemukan kebohongan itu.

"Benarkah ceritamu itu?"Murano mengangkat sebelah alisnya.

"Bagaimana, Tuan? apa kita habisi saja wanita ini?"tanya pengawal berkepala botak sambil menyeringai.

"Kita ke tempat Roberto Andalas dulu untuk meminta penjelasan, jangan ada yang menyentuh wanita ini!"tegas Murano. Devano dan kairo membawa kembali wanita itu ke gudang.

"Tuan, aku haus sekali dan juga lapar. Tolong berikan aku sedikit saja minuman dan makanan,"lirih Wanita itu. Devano dan Kairo berpandangan.

"Berikan saja sedikit,"ucap Kairo.

Devano, lalu pergi menuju dapur.

Beberapa menit kemudian, ia kembali membawa segelas teh manis hangat dan sepiring nasi.

Aroma lauk membuat wanita itu semakin kelaparan. Kairo membuka ikatan tangan wanita.

"Yang cepat makannya." sentak Kairo.

Wanita itu makan dengan cepat dan lahap, hanya butuh waktu 3 menit untuk menghabiskan sepiring nasi.

"Wah! kau memang kelaparan ya,"Celetuk Kairo. Sikap dan cara bicaranya mulai melunak.

Wanita itu meminum teh manisnya hingga tinggal setengah gelas. "Saya sangat lapar tuan, sejak datang dari desa kemarin siang, Saya belum makan."wanita itu mengusap bibirnya yang basah.

"Siapa nama dan berasal dari mana kamu? tanya Kairo penuh selidik.

"Nama saya Alya Zahira, saya berasal dari kota poipet,"jawab wanita berparas cantik itu.

Setelah selesai menghabiskan makanan dan teh manis hangat yang diberikan oleh Kairo kepadanya. Kairo berniat untuk mengikat Alya Zahira kembali.

"Tolong jangan diikat ke belakang, supaya saya masih bisa minum," Pinta Alya Zahira.

Devano mengikat tangan dan kaki Alya.

"Jangan coba kabur dari sini!"Devano dan kairo meninggalkan gudang dan menguncinya dari luar.

Ruangan tempat Alya disekap sangatlah luas, tetapi gelap dan pengap. Banyak barang-barang yang tak digunakan lagi di sana. Ventilasinya hanya ada satu jendela yang terbuka. Itupun letaknya sangat tinggi. Alya menggoyang-goyang tangan dan kakinya. Namun, ikatan Devano memang sangat kencang.

"Ya Tuhan, tolong saya, tolong lindungi saya."ucap Ayah di dalam hati.

Sementara di tempat lain. Beberapa mobil mewah berhenti di depan sebuah kantor jasa penyedia tenaga kerja baby sister dan juga asisten rumah tangga. Itu hanya usaha sampingan, kumuflase belaka untuk menutupi usaha utamanya. Yaitu menyalurkan wanita-wanita dari kota ke kota atau dari desa ke desa menjadikan wanita itu menjadi wanita penghibur.

Wanita yang masih perawan dan muda akan dibawa ke tempat pelelangan, di sana berkumpul pria-pria kaya raya, yang suka berburu kenikmatan dengan perawan. Mereka bersedia membayar dengan harga tinggi. sementara perencanaan yang sudah tidak perawan, tapi masih muda dan cantik akan dijadikan wanita penghibur di sebuah klub atau diskotik.

Devano membukakan pintu mobil untuk Murano. Kedatangan mereka langsung disambut dua wanita cantik berbaju seksi.

"Selamat datang di kantor kami Tuan." sapa mereka dengan ramah.

"Di mana Roberto Andalas?"tanya Devano

"Tuan Roberto Andalas sedang di luar kota,"jawab wanita cantik dan seksi itu.

"Jangan bohong!"bentak Devano.

wanita itu langsung menunduk takut.

Bersambung....

BAB 2. PRIA PENGECUT _ HTM

Murano dan rombongan langsung menuju ke lantai dua tempat di mana ruangan Roberto Andalas. Devano mengetuk pintu beberapa kali, tidak ada yang membuka hanya terdengar suara gaduh.

"Buka paksa!"perintah sang Tuan. Devano menendang pintu dengan keras, pintu itu rusak dan terbuka. Roberto langsung bersembunyi di kolong meja kerjanya, sedangkan seorang wanita muda sibuk mengancing bajunya.

"Maaf, Tuan."ucap wanita bertubuh seksi itu.

"Pergi sana! Aku jijik melihat perempuan murahan seperti kau." hardik Murano.

Wanita itu bergegas pergi dua tangannya memegangnya bagian dada yang belum tertutup sempurna. Devano menarik sebuah kursi dan mempersilahkan Morano duduk.

Namun, Murano menolaknya. "Semua barang-barang yang ada di sini menjijikkan."Pria berwajah dingin itu tersenyum sinis.

"Hei pengecut! Mau sampai kapan kau bersembunyi di situ?"tanya Murano.

Roberto Andalas keluar dari kolong meja. Bilur bilur keringat sebesar biji jagung memenuhi. Pria berperut buncit itu menakup kedua tangan di dada.

"Selamat datang di kantor kami Tuan." ucapnya berbasa-basi.

"Siapa wanita yang kau kirim ke tempatku? tanya Murano

Roberto Andalas berkerut.

"Wanita mana?"

"Wanita jelek yang bersembunyi di bagasi mobil pengawalku ?"Murano melipat tangan di dada.

"Wanita itu bilang kau ingin memperkosanya. jadi dia kabur."

Roberto menjittakkan jarinya. "Oh iya namanya Alya, Saya cuman ingin tes drive aja Tuan. Dia kabur, anak buah saya sudah mencarinya, tapi nggak ketemu. Ternyata dia bersembunyi di bagasi mobil tuan."

"Hmm.... sangat kebetulan sekali ya?'

"Saya akan menjemput wanita itu Tuan."ucap Roberto.

"Tidak perlu, Dia milikku sekarang."sahut Murano.

Devano merasa heran dengan tuannya, sebab yang ia tahu tuannya itu tidak menyukai wanita. Sangking bencinya pada wanita, Ia tidak ingin ada satu wanita pun di rumah.

"Apa yang akan Tuan lakukan pada wanita itu ya?"tanya Devano dalam hati.

"Iya tidak apa-apa, Tuan. Tapi bukannya Tuan tidak menyukai wanita?"bisik Roberto.

Mata Murano mendelik, Roberto menunduk ketakutan. Murano menarik kerah baju Roberto.

"Maafkan saya tuan." tubuh Roberto gemetaran ketakutan.

"Kau sudah berbuat kesalahan. Pertama, satun wanita berhasil kabur. Untung dia nggak melapor ke polisi. Kedua kau selalu bicara sembarangan!"mendorong Roberto hingga ia terjatuh.

Roberto Andalas kembali berdiri dan meminta maaf pada Murano. Yang biasa disebut penguasa kota Phnom Penh.

"Kali ini aku memaafkan mu, ingat satu kesalahan lagi, tanggung sendiri akibatnya!"

Murano dan pengawalnya pergi dan menuju markas mereka yang berada di jantung ibukota Phnom Penh.

***

Ruangan tempat Alya di sekap sangatlah luas, tetapi gelap dan pengap. Ada satu jendela terbuka, itu pun kecil dan ada di atas. Alya berusaha mengambil gelas yang berisi teh manis hangat.

Alya berhasil mendapatkan gelas itu, tetapi gelas itu terjatuh. Dan gelas itu pecahan, beling berhamburan. Namun, pecahan beling itu memberikan Alya ide. Alya mengambil salah satu pecahan beling dan menggesekkan tali yang mengikat kakinya.

Pelan tapi pasti. Ikatan kaki Alya terlepas. senyuman merekah di bibirnya yang tipis. Alya segera mencari benda yang bisa digunakan untuk melepaskan ikatan di tangannya. Alya menemukan sebuah benda berbentuk aneh. Seperti alat penyiksaan, bagian atasnya tajam dan runcing.

Alya menggesekkan tangannya dengan hati-hati. Dalam waktu singkat, ikatannya terlepas. Alya memanjat beberapa benda untuk bisa ke jendela kecil itu. Alya mengintip melihat keadaan.

"Sepi." serunya

Alya melewati jendela itu.

Bruuk!

Alya jatuh tersungkur. Lututnya terasa nyeri, tapi tidak ia pedulikan. Dia langsung bersembunyi di balik tembok. Mengatur pernafasan sambil melihat-lihat keadaan. Alya mengatur strategi. Kalau lewat gerbang utama jelas tidak mungkin, banyak pengawal yang berjaga. Jalan satu-satunya manjat lewat tembok.

Setelah memastikan keadaan aman, Alya berlari ke arah taman dan bersembunyi di rimbunan pohon. Ia mengatur ancang ancang saat melihat dua pengawal, Alya merunduk. Salah satu pengawal dengan luka di bagian wajahnya, menyalakan sebatang rokok dan berbincang dengan rekannya.

"Kenapa nggak pergi pergi sih?" gerutu Alya dalam hati.

Beberapa menit kemudian mereka pun pergi. Alya menghela nafas lega. Dengan tetap merunduk, ia menuju ke tembok yang tinggi menjulang tinggi bagian atasnya terdapat kawat berduri.

"Bagaimana caranya aku ke sana?"gumamnya dalam hati. Tak jauh dari tempat ia berdiri, terdapat pohon rambutan yang tingginya hampir menyamai tembok itu. Alya menuju pohon rambutan itu dan mulai memanjatnya.

"Hmm... ada gunanya juga hobby manjat waktu kecil." gumamnya senyum-senyum.

Alya sudah ada di atas, ia melihat keadaan di luar. Tepat di bawahnya, ada saluran air dan rerumputan, Lalu ada jalan beraspal yang tidak terlalu lebar dan deretan lampu penerangan jalan. Alya menarik nafas dalam-dalam.

"Tuan wanita itu berhasil keluar dari rumah." ucap Devano

"Benarkah?" Murano mengangkat sebelah alisnya.

"Dia hebat, tapi ceroboh."

Alya tidak menyadari kalau setiap sudut rumah dan taman dipasangi kamera CCTV yang terhubung ke satu ruangan. Salah satu pengawal yang bertugas di ruangan itu Mengapa pada Devano jika Alya melarikan diri.

Alya jalan dengan tertatih-tatih dan sudah lumayan jauh dari rumah.

Nafasnya tersengal-sengal. Ia sangat lelah juga lapar dan haus. Dari kejauhan ia melihat cahaya dari lampu mobil semakin dekat, semakin jelas. Terlihat kalau itu mobil Murano dan pengawalnya.

Alya terhenyak. ia melirik ke kanan dan ke kiri dan tak ada tempat bersembunyi. Ia berbalik arah dan berlari. Namun mobil-mobil itu sudah berhenti di depannya. Murano dan para pengawalnya keluar.

"Mau ke mana kau?hah!" teriak Murano

"Aku mau pulang ke asalku." sahut Alya dengan nafas tersengal-sengal.

"Kau tidak akan bisa lari dari ku."

"Aku akan berusaha Tuan."Alya bertekad

"Coba saja jika kau berhasil melewati gapura itu, aku akan membebaskan kamu. Jika tidak, kau akan ku tembak."

"Jarak antara tempat ia berdiri dengan gapura itu lumayan jauh. Sementara tenaga Alya sudah habis terkuras. Alya wanita pantang menyerah. Ia akan berusaha sekuatnya.

"Baiklah." lirihnya

Alya berbalik badan mengambil nafas dalam-dalam dan mulai berlari meski kakinya terasa Linu. Devano berharap perempuan itu berhasil. Ada sedikit rasa iba di hatinya. Ia tidak akan tega melihat wanita lemah itu harus mati tertembak.

"Devano mana pistol mu?"tanya Murano

"Apa Tuan serius menembak wanita itu ?"tanya Devano

"Tentu saja, kapan aku pernah bermain-main?" ketusnya.

Devano terpaksa menyerahkan pistolnya. Murano mulai membidik sasaran. Devano membuang muka tak sanggup melihat pemandangan mengerikan itu.

"Duar!

suara letusan senjata api memecah sunyi nya memekakkan telinga. Alya jatuh tersungkur, lemas tak berdaya seluruh pandangannya gelap.

Bersambung.....

hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏

JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓

JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA EMAK

BAB 3. BERGIDIK NGERI _HTM

Devano membuka gorden bermotif bunga dan jendela lebar-lebar. Sehingga udara pagi dan sinar mentari leluasa masuk ke dalam kamar. Alya bergeliat, lalu membuka matanya perlahan.

"Akhirnya kau sadar juga, dasar penyusup!" menyusahkan saja." cibir pria berhidung mancung Itu.

Alya memijat keningnya yang terasa pusing. sekujur tubuhnya pun masih terasa sakit.

"Oh aku masih ada di dunia,"gumamnya tapi masih bisa didengar oleh Devano yang berdiri di sisi kanannya.

"Memangnya kau pikir ada di mana?"

"Di akhirat." jawab Alya sekenanya.

Devano terkekeh. "Sebenarnya kami ingin langsung mengirim kau ke sana, tapi Tuan Murano berubah pikiran dia ingin bermain-main dulu dengan mu."

Alya mendesah. "Hidup sudah banyak mempermainkan saya." matanya menerawang menatap langit-langit kamar.

"Bermain-main menurut kamus Tuan Murano adalah menyiksa fisik dan mental dengan kata lain kau akan mati perlahan." ucap Devano

"Apa dia tega menyiksa wanita lemah seperti saya?"

"Dia tidak punya rasa kasihan." tiba tiba

ada yang mengetuk pintu beberapa kali.

"Masuk." teriak Devano.

Seorang pria memakai baju khas seorang koki lengkap dengan topi panjangnya, masuk sambil mendorong troli. Bagian atasnya berisi makanan dan segelas air putih. Aroma harum makanan memancing cacing-cacing di perut Alya meronta ronta menuntut haknya.

Tatapan mata Alya langsung tertuju pada makanan-makanan itu. Ia menggigit bibir bawahnya.

Pria berusia empat puluh delapan tahun itu tersenyum ramah. Dari beberapa pria yang Alya temui di rumah Murano, pria berpakaian koki yang bersikap ramah. Wajah yang teduh mengingatkan Alya pada almarhum ayahnya.

"Apa anda mau makan sekarang nona?"

Alya tersenyum. Baru kali ini dipanggil Nona. "Iya, saya lapar sekali." Alya mengusap perutnya yang rata.

"Aku akan membantu anda. Pak barco membantu Alya duduk. Ketika Alya sudah merasa nyaman, si pria baik meletakkan nampan bersama makanan di pangkuan Alya.

"Terima kasih Tuan." mata Alya berbinar. Makanan di hadapannya terlihat lezat.

"Panggil saja aku Barco, aku yang akan mengantarkan makanan untukmu nona."

"Panggil saja saya Alya, tidak perlu nona-nona segala. ucap Alya sambil mengibaskan tangannya.

"Baiklah." jawab Barco sambil tersenyum

"Makanlah perlahan, jangan coba-coba untuk melarikan diri lagi." Devano memberikan peringatan dengan tegas. Devano dan barco pun pergi

****

Pemandangan dari balkon kamar itu, ada tiga pengawal yang berjaga tepat di bawah kamarnya yang ada di lantai. Sudah dua minggu Alya terkurung di sini, memang jauh lebih baik daripada terikat di gudang. Namun, tetap saja wanita berwajah sendu itu bingung tidak ada kejelasan nasib. Apakah di sini ia harus bekerja atau apa.

Alya teringat keluarganya yang ada di Painting. "Bagaimana keadaan mereka sekarang? apa mereka makan dengan layak?" Alya mengusap air matanya, saat barco datang membawakan sarapan.

"Ada apa?" tanyanya

"Ingat keluarga di painting Pak Barco." jawab Alya.

"Saya boleh bertanya beberapa hal tidak Pak?"

"Silakan mau bertanya apa?" Pak barco memindahkan makanan dan minuman dari troli ke meja berbentuk bundar di balkon. "Tentang apa?"

"Tentang Tuan Murano." agak ragu Alya mengatakannya.

"Pak barco berpikir sebentar. "Kalau soal itu, di dalam saja. Takut terdengar pengawal yang di bawah, urusannya bisa gawat."Ucap pak Barko setengah berbisik.

Alya mengangguk tanda mengerti. Mereka duduk di sofa panjang. "Apa pekerjaan Tuan Murano sehingga ia sangat kaya dan berkuasa?"

"Tuan Murano dia punya banyak usaha baik yang legal maupun ilegal. Dia juga dekat dengan polisi dan pejabat negara ini.

"Apakah Tuan Murano benar-benar kejam?

Pak Barco menyilangkan kakinya. "Semua manusia memiliki dua sisi. Sisi baik dan Sisi jahat. Tuan Murano tidak suka kebohongan dan penghianat. Jika menemui seorang seperti itu, bersiap-siap saja menerima hukuman tersadis." Pak Barco bergidik jari

"Apa benar Tuan Murano membenci wanita?"

"Iya, tapi aku tidak tahu alasan pastinya." Pak Barco mengubah posisi duduknya. Kamu wanita satu-satunya di rumah ini

"Oh ya, Ada berapa jumlah pengawal di rumah ini?"

Pak barco mengerutkan keningnya.

"Humm.. ada sekitar seratus lima puluh orang dan terbagi menjadi 4 kelompok. Ada juga pengawal elit, yang mengikuti Tuan Murano kemanapun ia pergi. Ketuanya Tuan Devano."

Alya manggut-manggut mendengar penjelasan Pak Barco. Kemudian Pak Barco pamit karena harus mengerjakan hal yang lain.

***

Alya terbangun saat mendengar suara gonggongan anjing dan teriakan seseorang.

Alya melihat jam berbentuk bulat yang menempel di dinding, masih menunjukkan pukul dua dini hari. Suara-suara gaduh pun terdengar. Alya mengintip, Wanita muda itu penasaran dan memutuskan untuk mengintip.

Ia membuka jendela dan melihat dari balkon. Tuan Murano, Devano, dan pengawal lainnya berdiri mengelilingi kotak yang sangat besar dan berjeruji besi. Di dalam kotak itu Ada tiga ekor anjing besar yang sangat buas. Anjing menggonggong. Alya melihat ada seorang pria yang sedang bersujud di kaki Tuan Murano.

"Apa yang terjadi? tanyanya dalam hati.

Dua orang pengawal pembawa pria yang tangannya terborgol itu. Pria yang wajahnya babak belur itu meronta-ronta dan berteriak meminta maaf dan ampun. Kejadian selanjutnya sungguh sangat mengerikan.

Pria malang itu dimasukkan ke dalam kotak berisi 3 anjing buas yang kelaparan. Alya berteriak histeris melihat pria itu di cabik cabik ketiga anjing itu. Suara teriakan Alya, menarik perhatian Tuan Murano dan yang lainnya. Mereka mendongak dan menatap Alya dengan Tatapan yang mengerikan.

Alya bergegas masuk ke kamar dan menutup rapat jendelanya. Jantungnya berdegup kencang. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, dan menangis sesungguhkan. "Dasar manusia kejam, gila, tidak punya hati nurani." rutuknya.

"Suara teriakan kesakitan pria itu perlahan menghilang berganti dengan gonggongan anjing yang mungkin sudah merasa kenyang, sehabis menyantap seorang manusia. Alya tidak bisa tidur. Suara teriakan pria itu masih terngiang di telinganya. Ini adalah peristiwa paling mengerikan yang ia saksikan langsung.

"Ya Tuhan, apakah aku akan diperlakukan seperti itu juga?"

***

Pagi pun tiba, Alya tidak bersemangat. Ia masih bergelut dengan selimut. Alya terhenyak saat pintu kamarnya terbuka. Seorang pria muda berpakaian seperti Pak Barco masuk sambil mendorong troli.

"Pak Barco di mana?" tanyanya

"Beliau cuti selama 2 minggu, karena anaknya sakit dan harus dioperasi." jawab pria itu dengan wajah masam, membuat Alya tidak bertanya lagi.

Pria itu pergi tanpa pamit. Alya duduk di tepi ranjang menatap makanan di atas maja si kecil di samping kiri tempat tidurnya. Menu hari ini terlihat menggiurkan. Tapi Alya sama sekali tidak ada niat untuk menyantapnya.

Siang harinya Devano datang ke kamar Alya, setelah menerima laporan dari pria pengganti Pak Barco, kalau Alya tidak mau makan.

"Kenapa kau tidak mau makan?" tanyanya dengan membentak.

"Bukannya menjawab mata Alya justru fokus ke tangan kanan Devano yang diperban

"Ada apa dengan tanganmu?"

"Terkena luka tembak." jawab Devano

"Kenapa kau nggak mau makan? Ia kembali bertanya.

Alya berdiri dan mengucir rambutnya yang panjang sepunggung.

"Kejadian semalam membuat saya mual." Alys duduk di depan meja rias. Matanya sembab dan bagian bawah matanya hitam.

"Kalian benar-benar kejam, gila, dan tidak berprikemanusiaan." ketus Alya.

"Penghianat Memang pantas mati." sahut Devano.

"Tapi apa harus dengan cara seperti itu? "Apakah saya juga akan diperlakukan seperti itu?" cacar Alya.

Devano tersenyum licik. "Semua tergantung mood-nya Tuan Murano."

"Gila." umpat Alya.

Devano mendekati Alya lalu membungkuk. Wajah mereka sangat dekat hingga bisa saling merasakan hembusan nafas.

"Makan atau kau yang akan ku jadikan makanan anjing!"

Alya menelan ludah. Ia ingin sekali menampar pria berwajah Tampan itu. Setelah Devano meninggalkan kamar, Alya memaksakan diri untuk makan. Sesekali ia merasa mual dan ingin muntah.

Bersambung.....

hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏

JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓

JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA EMAK

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!