NovelToon NovelToon

Anak Broken Home Menemukan Cintanya

Bab 1

Pagi hari yang semesti nya indah menjadi pagi yang buruk bagi Zenaya. Zen terbangun dari tidur nya karena mendengar keributan, Zen sudah bisa menebak pasti ibu dan ayah nya sedang ribut.

Zen beranjak dari kasur nya dan melihat keluar, ada ayah dan ibu nya yang sedang bertengkar. Ayah Zen hendak memukul ibu nya, Zen sigap melerai keributan ayah dan ibu nya itu.

"Ayah apa-apaan sih? Ini tuh masih pagi!" Ucap Zen marah.

"Ibu mu selingkuh Zen!" Balas Pak Ali, ayah nya Zen.

"Ayah mu juga selingkuh Zen!" Timpal Bu Tari, ibu nya Zen.

"Kau yang memulai!" Ucap Pak Ali.

"Kau!" Balas Bu Tari.

"Sudah hentikan aku mohon!" Teriak Zen.

"Kita cerai! Sekarang aku akan mengurus surat-surat nya" Ucap Bu Tari dengan tangisan.

"Baik!" Balas Pak Ali keluar dari rumah dengan membawa barang-barang nya.

Bu Tari pun keluar melajukan mobilnya untuk mengurus berkas perceraian nya.

Zen yang masih mematung seketika air mata nya jatuh, Zen mendengar kata cerai dari mulut kedua orang tua nya. Hati Zen sakit keluarga yang dulu bahagia kini akan hancur berantakan.

Zen kembali kedalam kamar dan masih terus menangis, ponsel Zen berdering menandakan ada yang menelpon. Zen sigap meraih ponsel yang masih di charge tertera ibu nya yang menelpon.

*Halo Zen. Ucap Bu Tari dari telpon.

*Iya bu, ada apa?. Balas Zen.

*Maafkan ibu Zen, ibu hari ini tidak akan pulang. Ucap Bu Tari.

Zen kembali menetaskan air matanya dan menutup telpon ibu nya tanpa membalas perkataan nya, tak beberapa lama ponsel Zen berdering singkat, ada pesan yang masuk dari ayah nya, Zen membuka pesan dari ayah nya itu.

Zen maaf kan ayah, karena ayah telah gagal menjadi ayah yang kau bangga kan. Walau nanti kita tidak akan serumah lagi, cinta ayah kepadamu tidak akan hilang. Ayah sayang padamu I Love You.

Zen menangis keluarga nya hancur, namun Zen tidak ingin berlarut dalam kesedihan. Zen bergegas mandi, usai mandi Zen pergi dengan melajukan mobil nya menuju kampus.

Di perjalanan menuju kampus, Zen tidak sengaja menabrak lelaki jalanan. Zen menepikan mobil nya di pinggiran jalan, Zen turun dan membantu lelaki yang Zen tabrak untuk ke tepi.

"Maafkan saya, saya tadi sedang melamun jadi tidak konsen menyetir nya" Ucap Zen.

"Tidak apa, saya juga yang salah menyebrang tidak lihat-lihat" Balas lelaki tersebut.

Zen melihat penampilan lelaki itu, penampilan nya kumel seperti anak jalanan.

"Perkenalkan nama saya Zenaya, panggil aja Zen" Ucap Zen menyodorkan uluran tangan nya.

Lelaki itu enggan untuk berjabat tangan dengan Zen, dipikirannya mungkin tangan nya kotor beda denga Zen. Zen bisa membaca raut wajah lelaki itu seperti nya minder, Zen menarik tangan nya dan mengeluarkan uang hasil kerja sampingan nya. Namun lelaki itu menolak, ia beranjak pergi dan menyebutkan nama nya.

"Saya Avin" Ucap lelaki itu dan berlalu dari hadapan Zen.

Zen bingung sendiri dengan lelaki itu, baru kali ini Zen menabrak seseorang namun yang di tabrak tidak mau menerima uang ganti rugi. Zen melihat jam yang ada di tangan nya, Zen kaget ia sudah terlambat masuk kelas. Zen buru-buru melajukan mobil nya menuju kampus.

*Avin.

Avin terlahir dari keluarga yang cukup berada, Pak Wirawan ayah nya Avin mempunyai perusahaan yang cukup besar. Namun naas hidup di dunia perbisnisan pasti saja ada hal kecuranga, perusahaan Pak Wirawan bangkrut akibat pesaing nya di dalam duni bisnis memfitnah nya.

Pak Wirawan syok dan jatuh sakit akibat hal ini dan pada akhirnya Pak Wirawan meninggal dunia. Bu Salma, Avin beserta adiknya Sita sangat terpukul atas kepergian Pak Wirawan, aset berharga peninggalan Pak Wirawan satu-satu dijual karena harus menanggung finalti, hingga akhirnya Bu Salma beserta Avin dan Sita harus tinggal di belantaran pemulung yang kumuh.

Hidup di belantaran pemulung dan jalanan yang memjadi tempat bekerja Avin, Avin banyak dikenal orang di jalanan. Sehingga Avin menjadi anak terpopuler di jalanan, ia banyak berteman dengan preman dan lain-lain. Walau pergaulan yang bisa di bilang berandalan tetapi Avin tidak pernah melakukan hal-hal bodoh seperti mencuri dan lainnya. Avin bekerja sebagai penjaja makanan kecil dan minuman di lampu merah.

****

Satu jam Zen baru sampai di kampus, karena macet dan di tambah ada insident tadi di jalan. Zen buru-buru menuju kelas nya namun sudah kosong. Zen pergi menemui temannya yaitu Arul, Kevin dan Rara, selang beberapa lama memutari kampus untuk mencari temannya akhir nya ketemu.

Zen datang mengejutkan mereka dengan nafas yang masih ngos-ngosan.

"Yaelah Zen datang bilang-bilang dong, kaget tau" Ucap Arul.

"Iya Zen datang-datang ngagetin saja" Timpal Rara.

"Udah lah, lagian gak jantungan kan kalian" Ucap Kevin melerai.

Kevin mengajak Zen duduk lalu Kevin pergi membelikan minuman untuk Zen. Tak lama kunjung lah Kevin membawa satu botol minuman.

"Lah kok satu Vin" Tanya Rara.

"Buat Zen aja" Balas Kevin.

Kevin memang cinta kepada Zen, Kevin selalu ada di saat Zen membutuhkan. Namun hati Zen kepada Kevin hanya sebatas sahabat saja tetapi Kevin akan setia menunggu nya.

"Kenapa Zen tadi gak masuk?" Tanya Arul.

"Tadi orang tua aku ribut, terus pas jalan kesini aku nabrak orang" Balas Zen.

"Aduh parah banget terus gimana orang yang kamu tabrak?" Tanya Rara penasaran.

"Dia baik-baik aja tapi dia gak mau nerima uang dari aku" Balas Zen.

"Masih ada yah orang yang kaya gitu" Ucap Kevin.

"Oh iya Zen, kata Pak Anwar kamu disuruh keruangan nya tadi kamu gak masuk kan" Ucap Arul.

"Aku temenin ya Zen" Ucap Kevin.

"Gak usah, biar aku aja yang antar" Balas Rara ketus.

Kevin mengalah kali ini Rara yang antar Zen keruang dosen. Zen dan Rara berjalan beriringan menuju ruang dosen, di arah yang berlawanan Zen dan Rara melihat geng Anya. Anya siswi yang di segani oleh semua orang karena ayah nya pemilik saham di kampus ini, tapi tidak dengan Zen. Zen malah sering menantang Anya.

"Balik lagi yu Zen, lihat tuh ada Anya, Luna dan Coco" Ucap Rara ketakutan.

"Kalo kamu mau balik, balik aja sanah aku gak takut sama si Anya sama geng nya" Balas Zen.

Karena takut ada apa-apa pada Zen, Rara mengikuti Zen dari belakang. Kini Zen akan berlalu dari Anya dan geng nya namun Luna dan Coco menghalangi jalan Zen.

"Wah.. wah.. sisiwi sok pintar ada di sini" Ucap Anya.

Zen tidak menggubris ucapan Anya, Zen hanya memalingkan wajah nya ke lain tempat.

"Apa kabar anak broken home, kasian orang tua nya cerai, gak keurus eh kelakuan nya jadi cowo gini!" Ucap Anya memancing.

Amarah Zen tiba, saat Anya berkata masalah perceraian orang tua nya. Zen mendorong Anya jatuh hingga Anya membentur tembok. Luna dan Coco panik karena jidat Anya berdarah, Luna dan Coco berteriak akhir nya semua anak-anak kampus melihat kejadian itu. Guru pun datang melihat apa yang terjadi,

Bab 2

Zen di perintah kan untuk menghadap ke kantor dosen, Luna dan Coco menjadi saksi Anya begitu pun Rara yang menjadi saksi Zen. Namun sayang dalam hal ini Zen salah, Zen di skor dari kampus tidak mengikuti pelajaran selama dua minggu.

Rara minta maaf karena tidak bisa banyak menolong, Zen pun tidak mempermasalahkan nya. Ponsel Zen berdering, Zen melihat layar ponsel nya lalu mematika ponsel nya.

"Siapa Zen? Kenapa gak di angkat?" Tanya Rara penasaran.

"Ibu, males lah paling ngomongin kenapa aku di skor" Balas Zen santai.

"Kok gitu sih Zen" Tanya Rara.

"Udah deh Ra, aku males kalo ngomongin orang tua" Balas Zen sedikit ketus.

Rara membaca raut wajah Zen, Zen seperti nya marah. Rara mencoba mengejar Zen tapi Zen masuk ke mobil dan melajukan mobilnya. Rara yang sedikit bersalah kesal atas ucapan nya, Kevin dan arul melihat Rara yang sedang berdiri di parkiran.

"Woy! ngapain di sini" Ucap Arul mengagetkan.

"Zen mana?" Tanya Kevin.

Rara menceritakan semua kejadian, dari bertemu nya dengan Anya hingga Zen marah. Arul dan Kevin mencoba untuk menenangkan Rara kalau Zen marah karena sedang banyak masalah saja.

Di dalam mobil Zen berpikir akan pergi kemana, semua nya sudah hancur. Zen menepikan mobil nya di pinggiran jembatan, Zen keluar dari mobil dan berdiri di jembatan yang di bawah nya danau. Zen menangis semua yang terjadi pada nya sangat berat untuk di terima.

Seseorang lelaki berteriak dari belakang Zen.

"Kalo mau mati jangan di sini!" Ucap lelaki tersebut dengan teriakan.

Zen menoleh dan langsung menghampiri lelaki itu.

"Eh kamu" Ucap lelaki itu.

Zen mengingat-ngingat apa Zen mengenal lelaki ini.

"Aku Avin yang tadi pagi kamu tabrak" Ucap Avin.

"Ah iya aku ingat" Balas Zen tersenyum.

"Sedang apa disini?" Tanya Avin.

"Kamu sendiri sedang apa disini?" Tanya balik Zen.

"Rumah ku di bawah jembatan ini" Balas Avin enteng.

"Masa sih?" Tanya Zen tidak percaya.

"Kalo tidak percaya ayo ikut" Ajak Avin.

"Mobil?" Tanya Zen bingung.

"Biar kan di situ, gak ngehalangin jalan juga kan" Balas Avin.

Avin mengajak Zen menuju pemukiman rumah nya, selang 30 menit berjapan akhirnya Avin dan Zen tiba di pemukiman rumah nya. Zen kaget apa yang dilihat nya, rumah yang berdiri dari kain plastik, sampah dimana-mana dan bau yang menyengat.

"Bau yah dan kumuh yah?" Tanya Avin.

"Ah tidak kok Vin" Balas Zen berbohong.

"Tidak usah bohong, aku tau kok" Ucap Avin.

"Maaf Vin" Balas Zen menunduk.

"Tidak apa" Ucap Avin.

Avin mengajak Zen menuju rumah plastik nya Avin, Zen melihat struktur rumah yang berbahan dasar plastik sama seperti yang lain nya.

"Ini rumah ku" Ucap Avin menunjuk rumah nya.

Dari dalam keluar dua wanita, yang satu sudah tuan dan yang satu nya lagi masih nampak muda berjalan menghampiri Avin dan Zen.

"Siapa ini Vin? Kok gak di bawa masuk?" Tanya wanita paruh baya tersebut.

"Temen bu" Balas Avin.

"Kenalin bu aku Zenaya panggil aja Zen biar gampang" Ucap Zen menyodor kan tangan nya.

"Ibu ini ibu nya Avin, Ibu salma dan ini adik nya Avin Sita namanya" Balas Bu Salma mengambil uluran tangan Zen.

"Yasudah ibu pamit ke dalam untuk membuat kan minum" Ucap Bu Salma berlalu.

"Aku kenal wajah mu Sita tapi dimana yah aku pernah melihat nya" Ucap Zen berpikir keras.

"Di kantin kampus" Balas Sita.

"Ah iya betul" Ucap Zen.

"Aku membantu Bi Inah penjual bakso disana sebagai pelayan dan pencuci piring" Balas Sita.

"Kamu hebat Sita, di usia kamu yang seharus nya sekolah kamu malah bekerja menghasilkan uang sendiri" Ucap Zen kagum.

Dari dalam rumah keluar Bu Salma, Bu Salma membawakan air untuk Zen dan menjawab pertanyaan Zen kepada Sita.

"Avin dan Sita tidak bisa sekolah, ibu tidak ada biaya untuk menyekolah kan Avin dan Sita" Balas Bu Salma.

"Ada duit mending di pake buat makan" Timpal Avin.

Zen mendapat banyak pelajaran hari ini dari keluarga nya Avin, keluarga Avin yang harmonis tidak seperti keluarga Zen yang hancur.

Avin mengajak Zen duduk di tepi sungai yang lumayan besar, Avin dan Zen duduk di bangku kayu alakadar nya. Zen menceritakan kepada Avin perihal keluarga nya, Avin terlihat perihatin atas semua yang menimpa Zen termasuk skor di kampus nya.

Zen menceritakan tentang ia mendorong Anya teman satu kampus nya yang sok jago.

"Wah kamu seperti pasukan avengers, sangat berani dan kuat" Ucap Avin kagum.

"Boleh aku memilih hero nya?" Balas Zen bercanda.

"Boleh, tapi aku rekomendasi kan si Hulk" Ucap Avin tertawa.

"Nanti aku jadi kolor ijo bukan super hero" Rengek Zen.

"Aku bercanda Zen" Balas Avin masih tertawa.

Zen dan Avin terus bercanda tertawa riang, tak terasa waktu sudah menjadi sore, Zen pamit kepada keluarga Avin. Avin mengantar Zen ke tempat Zen memarkirkan mobil nya.

Zen masuk kedalam mobil, lalu membuka kaca mobil nya.

"Avin apa aku boleh berkunjung kerumah mu lagi?" Tanya Zen.

"Dengan senang hati boleh sekali" Balas Avin tersenyum.

Zen melajukan mobil nya menuju rumah nya, satu jam Zen baru sampai karena macet yang di sebab kan jam pulang pegawai kantor.

Zen masuk kedalam rumah, rumah yang sepi karena kedua orang tua nya akan bercerai. Di rumah Avin, Zen merasa senang tapi dirumah nya sendiri, Zen merasa kesepian dan terluka akan kehancuran keluarga nya.

Zen melangkah kan kaki nya menuju kamar dan merebah kan tubuh nya di kasur. Zen melamun kam keluarga nya hingga ketukan di pintu kamar Zen membuat lamunan nya buyar. Zen beranjak dari kasur nya lalu berlari kecil membuka pintu kamar nya.

"Eh Ra" Ucap Zen.

"Maaf Zen tadi aku udah ketok di depan tapi tidak ada yang membuka pintu, jadi aku langsung masuk aja karena melihat mobil mu ada" Balas Rara

"Tak apa Ra, sini masuk" Ajak Zen.

Zen dan Rara bercerita kesana kemari hingga Rara memutuskan untuk menginap di rumah Zen. Zen sangat senang karena Rara bisa menemani Zen tidur, Rara pula senang bisa menemani Zen tidur.

Setelah sekian lama Zen kesepian dan kali ini ada Rara sahabatnya yang menemani tidur. Zen sangat beruntung memiliki sahabat seperti Rara, karena Rara selalu ada di saat Zen susah dan Rara juga selalu mengeri keadaan Zen.

Haii readers terimakasih sudah sempatkan mampir jangan lupa komentar like dan vote nya.

Bab 3

Bulan demi bulan berlalu, Zen selalu mengunjungi Avin dan keluarga nya jika ada masalah Zen pun selalu membantu nya, hingga masa skor berakhir dan Zen pun lulus.

Pagi hari yang cerah kebisingan membangunkan Zen, Zen beranjak dari tidur nya dan melihat keluar kamar nya. Zen sontak kaget melihat kedua orang tua nya membawa pasangan masing-masing, mereka berebut memperkenalkan calon nya masing-masing.

Zen geram dengan tingkah kedua orang tua nya, yang sudah lama tidak pulang, sekali nya pulang membawa calon ibu dan ayah baru.

"Cukup ibu ayah, Zen gak mau tau urusan ayah sama ibu. Zen mau pergi ke Inggris ke rumah nenek" Ucap Zen berteriak seraya air mata yang mengalir.

Bu Tari dan Pak Ali yang mendengar ucapan anak nya, bahwa ia akan pergi ke Inggris sontak kaget. Bu Tari dan Pak Ali menyusul Zen ke kamar nya, dilihat nya Zen sedang mengepak barang-barang nya kedalam koper.

"Zen ibu mohon jangan pergi" Ucap Bu Tari.

"Ini semua gara-gara ibu nya yang gak becus ngurus" Ucap Pak Ali marah.

"Bapak nya doyan selingkuh jadi anak sama istri di lupain" Balas Bu Tari ketus.

Zen geram dengan kedua orang tua nya, usai barang terkemas Zen langsung berlalu tanpa berpamitan meninggal kan kedua orang tua nya yang masih adu mulut. Bu Tari dan Pak Ali yang melihat Zen pergi langsung mengejarnya, namun Zen telah berlalu memasuki mobil dan melajukan nya.

Di dalam mobil Zen sangat terpukul dengan sikap ibu dan ayah nya. Zen melajukan mobil nya menuju bandara, sebelumnya Zen sudah memesan tiket online. Selang beberapa menit Zen tiba di bandara, Zen menelpon Rara agar membawa mobil nya pulang, tak menunggu lama Rara datang bersama Kevin dan Arul. Mereka menanyakan mengapa Zen akan pulang ke Inggris tempat kelahiran nya, dengan senang hati Zen menceritakan semuanya, sahabat Zen turut prihatin dengan hancur nya keluarga Zen.

Sahabat Zen ingin mengantar kan Zen sampai penerbangan tiba namun Zen menolak dan memerintah ketiga sahabat nya pulang, dengan berat hati ketiga sahabat Zen pulang dengan Rara yang membawa mobil Zen.

Ketika hendak menunggu, seseorang wanita paruh baya meninggalkan tas nya dengan sigap Zen mengejar dan mengembalikan tas nya.

"Nyonya permisi tas anda tertinggal" Ucap Zen ramah.

Wanita paruh baya tersebut menoleh dan tersenyum.

"Aduh saya lupa, mungkin karena sudah tua" Balas wanita tersebut dengan tawa kecil nya.

"Ah nyonya, nyonya terlihat masih muda kok" Goda Zen meyodorkan tas milik nya.

Ketika menyodorkan tas nyonya tersebut, nyonya itu tidak mengambil tas nya dengan benar sehingga membuat tas jatuh dan isi nya berhamburan. Dengan sigap Zen membantu barang nyonya tersebut yang berceceran, Zen terkesiap melihat foto yang ikut jatuh dalam tas itu Zen memungut dan memperhatikan nya.

"Itu cucu saya, Avin dan yang perumpuan nya Sita" Ucap nyonya tersebut.

"Aku kenal dengan mereka, nyonya siapa nya?" Balas Zen mengembalikan tas nya.

"Benarkah? Dimana saya dapat menemui nya" Tanya nyonya tersebut dengan senang.

Zen menjelaskan keadan rumah nya Avin dan memberikan sebuah petunjuk ada jembatan di jalan XX dan di bawah jembatan ada rumah Avin.

Nyonya tersebut agak sulit mencerna ucapan Zen tapi nyonya tersebut menerima nya dan berterimakasih. Zen tidak lupa berpesan pada nyonya itu kalo ia yang memberi alamat rumah Avin.

Usai percakapan itu pesawat tujuan ke Inggris akan berangkat, Zen berlari dan masuk menuju pesawat bersama penumpang lainnya, selang 30 menit pesawat yang di tumpangi Zen lepas landas, hati Zen sakit harus meninggalkan tanah kelahiran ayah nya itu namun dengan berat hati Zen meninggalkan nya.

~

Nyonya tadi bergegas menuju alamat yang di tuju agak sulit namun akhir nya sampai. Bu Salma dan Sita yang sedang mencuci melihat kedatangan wanita kaya.

"Siapa yang kemari yah bu?" Tanya Sita penasaran.

"Ibu tidak tau Sita" Balas Bu Salma singkat.

"Pasti bukan kak Zen, secara kak Zen kan tidak tua" Ucap Sita cekikikan.

"Huss kamu" Balas Bu Salma.

Dari jauh seorang lelaki memanggil Bu Salma, Bu Salma dan Sita berhenti mencuci dan segera menghampiri lelaki yang memanggil nya.

Bu Salma menghampiri wanita baruh baya dan lelaki yang memanggil nya tadi.

"Ada apa?" Tanya Bu Salma bingung.

"Ada yang ingin bertemu dengan Bu Salma?" Ucap Pak Imron lelaki yang memanggil nya tadi.

"Permisi bu, apa ibu mencari saya?" Tanya Bu Salma.

Wanita paruh baya itu menoleh, seketika wanita paruh baya itu dan Bu Salma kaget.

"Ibu" Ucap Bu Salma memeluk.

"Anak ibu" Balas wanita paruh baya tersebut.

Wanita paruh baya itu adalah ibunya Bu Salma, Nyonya Hellen. Nyonya Hellen pembisnis hebat namun anak nya yang bernama Salma menikah dengan Wirawan. Wirawan mengalami bangkrut karena di fitnah dan akhir nya Wirawan jatuh sakit dan meninggal.

Bu Salma tidak tau harus berbuat apa ia hanya bisa pasrah dan jatuh miskin. Nyonya Hellen tinggal di London, Inggris. Nyonya Hellen tidak bisa memantau dengan jelas anak nya. Hingga bangkrut nya Wirawan Nyonya Hellen baru mengetahui nya hari ini.

Nyonya Hellen menceritakan perjuangan ia mencari alamat rumah anak nya, tak lupa Nyonya Hellen mengatakan bahwa yang memberi tahu kan alamat nya ialah Zenaya.

Kehidupan keluarga Avin kini bangkit berkat Nyonya Hellen, kini Avin dan Sita melanjutkan pembelajarannya. Avin lulus sarjana dan meneruskan bisnis Nyonya Hellen, Avin tumbuh menjadi pria cerdas dan berwibawa namun Avin tidak angkuh dan sombong.

Avin pula selalu mencari keberadaan Zen namun tidak pernah ada hasil, Avin ingin banyak mengucap kan terimakasih kepada Zen, berkat Zen kini Avin menjadi orang yang di segani.

*Inggris.

Zen menatap di Inggris tepat di rumah nenek nya, Zen melanjutkan bisnis Nyonya Lista neneknya. Zen di percaya Nyonya Lista untuk mengembang kan perusahaan nya.

Orang tua Zen selalu berkunjung ke Inggris untuk menemui Zen, namun Nyonya Lista ibunya Tari mama nya Zen selalu menolak untuk mempertemukan nya. Di pikir nya Tari dan Ali mengabaikan Zen dan tidak mengurus nya karena hal pribadi mereka.

Zen tidak kesepian atau menangis karena tidak bertemu orang tua nya, di pikir Zen pula jika bertemu pasti akan ribut. Nyonya Lista tidak ingin jauh dari cucu nya maka dari itu Zen menetap di Inggris. Di Inggris pula Zen merasa tenang dan banyak bergaul, Zen sekarang lebih banyak berintraksi tidak mengurung dan minder.

Haii readers jangan lupa yu vote nya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!