NovelToon NovelToon

CAHAYA CINTA

CAHAYA CINTA 01

BAB 01 🌹

" Ayo kita pulang Sya...karena kalau kamu tetap disini Aisya akan merasa sedih, lebih baik kita doakan agar Aisya melangkah dengan ringan..." ucap Alvaro sembari meraih pundak Arsya.

Arsya mengangguk, sebelum mereka berempat berlaku dari gundukan tanah yang masih basah itupun sekali lagi Arsya memandangi gundukan tersebut karena dia merasa sangat kehilangan sekali dengan kepergian Aisya Kemayu sang pujaan hati yang sudah pergi meninggalkannya selamanya karena penyakit yang diidapnya selama ini.

Arsya berjongkok kembali sembari memegang pusara sang kekasih, mereka bertiga hanya menundukkan kepala mereka dan membiarkan Arsya mengungkapkan kesedihannya dipusara sang kekasih.

" Sayang...selamat jalan, aku akan selalu mengingat kisah kita yang sudah kita lewati dan tak akan pernah ku lupakan,. tenang ya disana,terimakasih sudah menjadi kekasih ku selama ini, kamu pergi membawa cinta sejati yang sudah kita bina selama ini." ucapnya sembari menundukkan kepalanya dan mengusap kedua matanya agar dia tidak meloloskan airmatanya yang ingin keluar begitu saja.

Alvaro kemudian berjongkok kembali sembari menyentuh pundak sang sahabat sekaligus saudara sepupunya itu.

" Ayo..." ucapnya dan Arsya pun berdiri dan melangkah meninggalkan pusara tersebut menuju kearah mobil mereka dan beberapa saat kemudian mobil tersebut meninggalkan pemakaman dimana terbaring Aisya Kemayu kekasih Arsya Putra Ardin.

Tidak ada suara sama sekali di dalam Mobil tersebut dan mereka larut dalam lamunan mereka masing-masing, dan mobil yang dikendarai Alvaro pun memasuki Villa keluarga Wibawa dan mereka keluar dari mobil dan menuju masuk kedalam dan disambut oleh Anggita sang adik yang sudah berada di Villa tersebut.

" Assalamualaikum...."

" Wa'alaikumussalam..." ucap Anggita merasa heran dengan wajah para kakaknya itu.

" Kalian dari mana? saat Anggi datang kalian nggak ada?"

" Dari pemakaman..."

" Pemakaman? siapa yang meninggal kak?"

Alvaro menghela nafasnya dengan pelan.

" Aisya kekasihnya Arsya."

" Innalillahiwainnailaihirojiun, sakit apa kak Aisya, kenapa Anggi nggak tahu sama sekali?"

" Sakit kanker, sakitnya sudah lama menyebar ditubuhnya namun Aisya tidak bicara sama sekali pada Arsya, dia juga sempat menghilang dan tidak memberikan kabar pada Arsya setelah diketahui dimana dia berada, barulah keluarganya bicara pada Arsya tentang penyakit yang dialami Aisya." terang Alvaro, dianggukkan Dewa dan Bima

Arsya hanya menghela nafasnya dengan panjang, dan menyandarkan kepalanya sembari menatap langit-langit Villa tersebut.

" Kak Arsya...kakak yang sabar ya.." ucapnya, dianggukkan Arsya sembari mengusap wajahnya dengan pelan.

" Lebih baik kamu istirahat Sya...." ucap Dewa, terdengar helaan nafas Arsya dan diapun menganggukkan kepalanya sembari berdiri dan melangkah menuju kearah kamarnya.

Mereka berempat hanya menatap langkah demi langkah Arsya sampai hilang dibalik pintu kamarnya tersebut, terdengar mereka menghela nafasnya dengan pelan.

" Nggi, kakak dan yang lainnya sebentar lagi akan balik ke Tanah Air,setelah Nenek dan Kakek kembali kesini." ucap Alvaro.

" Iya Kak, Anggi tahu kok karena baru aja Nenek Nisa nelpon tadi, Tapi kenapa kok kalian sudah mau pulang ke Tanah Air ?"

" Kakak kangen sama mamah dan papah, setelah lulus kulian kakak dan yang lainnya menetap sementara waktu disini, kasihan papah dan Mamah disana kesepian, karena anak mereka berdua berada disini."

" Tapikan kak, Anggi juga akan pulang nantinya, Anggi juga nggak tega kok ninggalin mereka, Anggu juga sangat kangen mereka."

" Tapi kamu selesaikan dulu kuliahmu tinggal beberapa bulan aja, dan kamu akan menjalankan perusahaan papah di Tanah Air."

" Kok Anggi sih kak?" tanya Anggi sembari terkejut.

" Karena kamu yang sangat pintar dalam menjalankan bisnis Nggi..." sambung Dewa.

" Masa sih Kak, Anggi merasa biasa aja kok, kak Dewa nggak lihat ya kalau kak Varo sangat jago kok, buktinya kakak bisa nyelesaiin masalah dikantornya Om Varel suaminya Tante Almira." ucap Anggita tersenyum.

" Kalau itu kakak tahu dek, karena itu semua ada peran sertanya kakak sendiri dan kak Bima serta kak Arsya, si kodok penyok itu sudah tertangkap dan ketahuan hendak memindahkan semua aset Om Varel dan dia tidak tahu kalau keempat lelaki tampan ini bisa melibas semuanya." ucap Dewa sembari mengusap hidungnya dengan jempol tangannya.

" Benar banget tuh!Bima putranya Mamah Clarissa tidak bisa dikalahkan." ucapnya sembari terkekeh.

" Prettt...sok hebat! Aslinya penakut!dasar semut ijo!" ucap Dewa sembari melempar bantalan sofa kearah Bima, dan dia hanya tertawa pelan.

" Udah sama-sama semut jangan bertengkar ntar gula kabur lagi." semyum Alvaro pada dua lelaki tersebut.

" Mana ada sih Varo gula kabur adanya semut yang kabur kalau ketahuan mengerumuni gula, ya nggak Bemo.." ucap Dewa.

" Bemo...Bemo, Bemo endasmu lebar, hahaha...wajah ganteng tapi tak bisa nyari cewek, percuma nama kamu Dewa Asmara tapi Ceweknya nggak ada yang lirik! seharusnya kamu protes sama Tante Anindita dan Om Morgan kalau kamu itu keberatan nama hahahahaha...." ucap Bima sembari menjauh duduknya dari Dewa.

" Asem! sini kamu, biar aku pites tuh hidung! biar nggak mancung lagi hehehe, tapi ada benarnya juga sih, aku ini Dewa Asmara tapi nggak ada cewek yang nyantol padaku, padahal aku ganteng,badan tinggi, penyayang, dan setia lagi, kok cewek tidak melirik ya padaku." ucapnya sembari menatap pada mereka semua.

" Ya iyalah mereka tidak melirik, karena kamu itu terlalu lucu, makanya mereka menganggap kamu itu nggak serius, makanya pak Dewa kamu harus serius...biar dapat cewek." ucap Bima sembari terkekeh, sedangkan Dewa hanya tersenyum.

" Tapi kata orang-orang itu enakan cowok lucu dari pada cowok yang serius,tapi kenyataan Kak Bima dan kak Dewa nggak laku hahahah..." sambung Anggita membuat Alvaro tertawa mendengar ucapan Anggita sedangkan mereka berdua hanya saling pandang dan tersenyum.

Kemudian Arsya keluar dari kamarnya membuat mereka menatap Arsya dan menegurnya.

" Mau kemana Sya?"

" Mau keluar ..." ucap Arsya menjawab pertanyaan Alvaro

Mereka berempat langsung berdiri dan mengiringi langkah Arsya menuju mobilnya membuat Arsya heran.

" Ada apa dengan kalian?"

" Ikut kamu..." ucap Bima.

" Aku nggak apa-apa cuma hanya nyantai aja cari udara seger."

" Sya... kamu sedih, kamu senang, kita sama-sama..." ucap Alvaro tersenyum menepuk pundak Arsya.

" Kami memahami kesedihan kamu Sya...walaupun kami tidak mengalaminya,tapi kami bisa merasakan apa yang kamu rasakan, pukulan terberat saat ditinggal kekasih pergi selama-lamanya,dan tidak akan pernah kita lihat lagi, lebih sakit berpisah dengan kekasih yang sudah tiada dibanding kekasih yang masih hidup." ucap Dewa.

" Tumben omongan kamu waras Wa, biasanya kamu nggak ngeluarin kata-kata bijak kaya gitu, biasanya candaan mulu." sambung Bima tersenyum.

" Kan kata Anggi tadi laki-laki lucu nggak laku, jadi harus jadi laki-laki serius." ucapnya sembari terkekeh, dan Alhasil ocehan Dewa pun bisa membuat Arsya tersenyum walaupun masih ada guratan kesedihan diwajahnya.

Mereka pun kemudian memasuki mobilnya, saat didalam mobil Dewa nyeletuk.

" Gadis ini mau dibawa kemana?" ucapnya sembari menatap kearah Anggita.

" Hey! jangan macam-macam sama princesnya Om Abiyasa dan Tante Ayesha kalau mau disunat dua kali sama mereka, benar kan Varo?" ucap Bima.

" Tuh, Bima aja tahu, kalau kamu mau seperti apa yang dikatakan Bima aku tinggal hubungi pak Bos di tanah Air.

" Hehehehe...canda ach Varo, jangan sensi gitu dong." ucap Dewa sembari mengekpresikan wajah imutnya membuat mereka tertawa membuat Arsya pun ikut tertawa.

" Kalau nggak mau ngajak Anggi, ntar Anggi doakan cepat dapat jodoh untuk kak Bima dan kak Dewa."

" Kalau gitu kamu nggak usah ikut aja, biar kamu doakan kami berdua." sambung Bima.

" Oke! doanya itu biar kalian dapat wanita jadi-jadian, siang kekar malam lembut, Mau?" ucap Anggita sembari menatap kekiri dan kekanan kedua lelaki yang ada disampingnya itu.

" Hah?! nggak-nggak...lebih baik kamu ikut aja..." ucapnya kemudian menutup pintu mobil dan dengan tawa mereka pun meninggalkan Villa keluarga Wibawa menuju kearah yang di inginkan Arsya.

CAHAYA CINTA 02

BAB 02

Keesokan paginya setelah mereka sarapan di Villa keluarga Wibawa, disella makan pagi mereka Arsya berbicara.

" Aku tidak langsung kekantor Tante Almi ya."

" Memangnya kamu mau kemana?"

" Aku mau membeli bunga terlebih dahulu dan ingin berkunjung kemakam Aisya dan Almarhum Nenek Melisha dan Kakek David."

" Mau kami temenin nggak?" tanya Bima sembari menatap keadah Arsya.

" Nggak usah, aku mau sendiri aja, Ntar dari sana aku langsung kekantor Tante Almi.

" Hemmm...baiklah kalau kamu maunya seperti itu." jawab Alvaro.

Mamah Melisha dan papah David meninggal dunia setelah terjadi kecelakaan beruntun yang dialami mereka saat berada diluar Negeri, dan kedua anaknya memutuskan dimakamkan diluar Negeri dan mereka juga memutuskan menetap di Luar Negeri.

Setelah mereka selesai makan mereka pun bersiap-siap menuju kekantor Mamah Almira dan sang suami, untuk membantu menyelesaikan pekerjaan yang terlalu banyak dikantor tersebut karena mereka ringan tangan dalam segi kebaikan.

Mereka berpisah dipersimpangan dengan tujuan berbeda.

Mobil Arsya melaju menuju kearah pemakaman namun sebelum dia sampai mobil Arsya berhenti tidak jauh dari tempat penjual bunga segar, diapun memarkirkan mobilnya dan melangkah menuju kearah salah satu penjual bunga tersebut.

Namun sebelum dia sampai dikios penjual itu, tangannya langsung saja dirangkul seseorang dengan sedikit kuat sontak saja membuat Arsya terkejut dan menoleh ke arah kanannya.

" Tolong saya, mohon lindungi saya." ucap seorang wanita sembari menundukkan wajahnya.

" Ada Apa denganmu?" tanya Arsya merasa heran karena wanita itu secara tiba-tiba merangkulnya.

" Nanti saya ceritakan, tapi sekarang tolong saya dulu, lindungi saya." ucapnya seperti orang yang ketakutan sekali. Arsa kemudian melepaskan jaket tebal yang dipakainya saat ini, jaket kesayangannya itu lalu dibalutkan ketubuh wanita tersebut, wanita itu pun langsung memakainya dan menggunakan penutup kepala jaket itu.

Arsa masih merasa heran, dia menatap wanita yang memegang tangannya tersebut.

" Kamu mau ke mana.?" tanya wanita itu, sembari masih menundukkan wajahnya.

" Aku mau ke kios bunga itu."

" Tolong bawa aku ke sana juga, jangan tinggalkan aku di sini."

" Baiklah,.."

Kemudian mereka berdua pun berjalan menuju ke arah kios bunga tersebut, walaupun di kepala Arsya penuh dengan tanda tanya besar,disebabkan dia tidak mengenal wanita yang memegang kuat tanganya itu.

Saat Arsya sampai di depan kios bunga itu, wanita itu tidak melepaskan sama sekali tangannya ditangan Arsya.

Arsa menoleh ke arah wanita tersebut.

" Bisakah lepaskan tangan saya, kalau tangan saya terus kamu pegang begini, saya tidak bisa memilih bunga yang saya mau."

" Maaf kan saya, saya tidak bisa, masih ada kan tangan kiri kamu, bisakan memilihnya dengan tangan kiri aja, biarkan aku seperti ini denganmu."

Arsya menggelengkan kepalanya, Dia terpaksa memilih bunga dengan tangan kirinya, saat dia memilih dengan teliti bunga yang harus di belinya untuk mengunjungi makam kekasihnya itu pun ada tiga orang yang berbicara pas di belakang mereka berdua, terasa sekali tangan wanita itu gemetaran, tiga orang laki-laki itu sedikit marah sembari bersuara.

" Sial! ke mana dia perginya, cepat sekali Wanita itu pergi." ucap salah satu dari ketiga lelaki itu, seiring dengan ucapan laki-laki tersebut tangan wanita yang ada di samping Arsa itu semakin kuat memegang tangan Arsya,

Arsya terdiam, kemudian dia melirik ke arah belakang sesaat lalu dia pun menatap ke arah bunga yang dia pegang karena tiga orang lelaki itu menatap ke arah dia.

Laki-laki itu pun mendekati Arsya dan menyentuh pundaknya.

" Maaf Tuan, Apakah Tuan melihat seorang wanita yang memakai baju berwarna pink dan celana jeans serta jaket berwarna orange, melewati jalan ini?"

Mendengar ucapan seperti itu pun wanita yang ada di samping Arsya semakin kuat memegang tangan Arsya sembari menundukkan kepalanya.

Arsya menghela nafasnya dengan pelan.

" Maaf tuan, saya tidak melihat wanita yang dimaksudkan mungkin dia lari ke arah sana, di sana banyak sebagian orang berada di daerah sana."

" Terima kasih Tuan." ucapnya kemudian dia pun berlari beserta dengan dua rekannya menuju arah yang ditunjukan oleh Arsya.

Pemilik kios itu pun keluar dari dalam.

" Maaf Tuan, Ada yang bisa saya bantu.?"

" Saya memerlukan seikat bunga mawar merah ini dan juga dua ikat bunga mawar putih itu."

" Baiklah Tuan.." ucap pemilik kios tersebut, kemudian dia pun membungkus bunga yang sudah dipesan oleh Arsya, setelah selesai dia langsung memberikannya pada Arsya, Arsya kemudian membayar bunga tersebut, perempuan yang ada di sampingnya itupun melepaskan tangannya dari tangan Arsya setelah dianggapnya aman.

" Terima kasih ya, karena sudah membantu saya."

" Iya, Tapi sebenarnya ada apa? Kenapa kamu dikejar tiga orang laki-laki itu?"

" Ceritanya panjang, tapi terima kasih sudah membantu saya." ucapnya menangkupkan kedua tangannya dan langsung meninggalkan Arsya begitu saja, Arsya pun bengong, dia tidak menyadari kalau jaket kesayangannya yang diberikan oleh Aisyah itu terbawa oleh wanita tersebut, Arsya hanya menggelengkan kepalanya dan melangkah menuju ke arah mobilnya, saat dia memasuki mobilnya, Dia pun baru menyadari sesuatu yang hilang darinya.

" Astaga! kenapa jaket itu tidak dikembalikannya, aku harus mencarinya sekarang." ucapnya kemudian dia pun memasuki mobilnya dan menyusuri jalan tersebut, dia menengok ke kiri dan ke kanan, namun perempuan itu tidak terlihat lagi berkali-kali Arsya menatap pinggiran kios bunga itu namun Wanita itu sudah tidak ada juga seakan-akan ditelan bumi, Arsya pun kemudian melajukan mobilnya menuju ke arah pemakaman sembari bergumam di dalam hatinya.

" Maafkan aku Aisya, jaket kesayangan yang sudah engkau berikan padaku pada saat ulang tahun itu, aku berjanji akan menjaganya, namun aku mengingkarinya, karena jaket itu sudah dibawa oleh wanita itu, Maafkan aku Aisya, karena aku tidak menjaga amanah darimu." ucapnya terus melajukan kendaraan yang menuju ke arah pemakaman umum yang ada di Kanada.

Mereka bertiga sudah sampai di kantor Almira, Alvaro memarkirkan mobilnya di tempat parkir, Mereka bertiga turun dan melangkah menuju ke arah Lobby, mereka menuju ke arah ruangan suaminya Mamah Almira yaitu papah Varel.

Alvaro mengetuk pintu ruangan tersebut sembari mengucap salam.

" Assalamualaikum..." terdengar suara papa Varel dari dalam menyuruh mereka untuk masuk sambil membalas salam Alvaro.

" Wa'alaikumussalam..."

Alvaro membuka pintu tersebut dia tersenyum dengan Omnya itu, mereka bertiga melangkah menuju ke arah sofa yang ada di ruangan tersebut, papah Varel yang melihat kedatangan tiga keponakanya itu pun langsung berdiri dan melangkah mendekati mereka serta duduk di sofa.

Belum sempat mereka berbicara, Mama Almira yang kebetulan berada di kantor itu pun memasuki ruangan suaminya, dia tersenyum melihat mereka sudah datang di ruangan itu, Mama Almira kemudian duduk di samping sang suami.

" Apa sudah selesai semua Tante, Om, pekerjaannya? sebelum kami kembali ke Tanah Air, Kami akan membantu Om untuk menyelesaikan pekerjaan yang ada di kantor ini."

" Kalau pekerjaannya Alhamdulillah sudah selesai semua, Tante kalian yang menyuruh kalian ke sini, bukan untuk menyelesaikan pekerjaan tapi Tantemu ingin bicara dengan kalian."

Mereka bertiga pun menatap ke arah Mama Almira, Mama Almira tersenyum dengan mereka.

" Kemarin kalian sudah menyelesaikan masalah di kantor ini dengan baik, Tante ingin minta satu bantuan pada kalian."

" Bantuan apa Tante?" sambung Dewa.

" Ini mungkin sangat berat sekali,Tante merasa mungkin kalian tidak bisa menyelesaikannya." ucap mama Almira dengan ucapan seriusnya dan mengekspresikan wajah yang terlihat memiliki masalah yang sangat berat.

" Maksud Tante masalah apa?" tanya Bima merasa penasaran dengan ucapan Tantenya itu.

CAHAYA CINTA 03

BAB 03

" Maksudnya gimana masalahnya Tante?" tanya Dewa sembari menatap Mama Almira.

Mama Almira hanya menganggukkan kepalanya, terlihat di wajahnya sangat serius.

" Apakah kalian mampu untuk menyelesaikan masalah ini? masalah di kantor yang sangat pelik yang pernah dialami di kantor ini pun, kalian berempat sudah bisa menyelesaikannya, tapi kalau yang ini perasaan Tante nggak yakin deh." ucap Mamah Almira seakan-akan meragukan kemampuan ketiga keponakannya itu.

" Tante tersayang, jangan remehkan kami Tante, kalau sudah Dewa Asmara bergerak tidak ada yang bisa berkutik." ucap Dewa tersenyum.

" Benar apa yang dikatakan Dewa,saking tidak bisa berkutiknya itu Tan, dia sendiri aja nggak bisa menyelesaikan masalahnya yang nggak bisa didekati cewek! pada kabur semua cewek liatnya hahaha...yang tidak bisa diremehkan itu Bima Tan." ucap Bima sembari menyentuh kerah bajunya.

" Uwek! gimana tidak diremehkan Aslinya penakut banget Tan..." sambung Dewa, Bimo hanya mendelik kearah Dewa yang terkekeh.

" Kalian bisa diam nggak? kalau kalian nggak bisa diam biar aku yang diam nih! hehehe..." ucap Alvaro terkekeh.

Mereka pun tertawa lepas, begitu juga Mamah Almira dan papah Varel ikut tertawa.

" Bagaimana denganmu Alvaro, Apakah kamu sanggup nanti menyelesaikan masalah ini? rata-ratanya tidak sanggup karena masalah ini lebih rumit daripada masalah yang ada di kantor ini." ucap Mamah Almira sembari menatap mereka bertiga.

" Masalah ini banyak korbannya, tante takut kalau kalian menyelesaikan masalah ini kalian yang akan menjadi korban berikutnya, sebenarnya tante tidak mau berbicara ini pada kalian, resikonya sangat besar,Tante sudah bilang dengan kakek dan nenek kalian tapi kata mereka kalian pasti sanggup."

" Kami akan menyelesaikannya Tante." ucap Alvaro, sembari dianggukkan Bima dan Dewa.

" Tapi sebelum Tante berbicara tentang masalah yang akan kalian selesaikan ini, Arsya ke mana? "

" Arsya tadi memang mau ke sini tapi dia masih mengunjungi makam kekasihnya dan juga berkunjung ke makam nenek Melisa dan kakek David.

Mama Almira pun menganggukan kepalanya.

" Terus rencana kalian kapan berangkat ke Tanah Air dan kembali berkumpul dengan orang tua kalian.?"

" Setelah masalah Tante selesai dan lagi pula masih menunggu kedatangan kakek dan nenek juga." jawab Alvaro.

" Iya juga sih, mereka masih belum datang, tapi mereka baru akan datang beberapa hari lagi."

" Kami juga ingin memberikan waktu yang banyak untuk Arsya karena dia tidak mungkin meninggalkan kenangan terindahnya di sini." ucap Alvaro.

Mamah Almira menganggukkan kepalanya.

" Memang masalahnya apa Tante? Dewa sudah tidak sabar ingin mendengarnya, apa yang harus kami selesaikan." ucap Dewa.

" Kamu sabar dululah Dewa, kita tunggu Arsya dulu datang, Tante nggak bisa ngomong kalau kalian tidak berkumpul semua."

" Hooh nih Dewa, nggak sabaran mulu sih, santai kaya aku nih, iyakan Varo..." ucap Bima tersenyum sembari memperbaiki posisi duduknya.

Alvaro hanya tersenyum.

" Aku memang nggak sabaran Bima, karena aku sangat penasaran apa yang ingin diceritakan oleh Tante Almira, kamu tidak melihat apa wajah Tante Almira yang sangat serius meminta bantuan kita, itu berarti masalahnya ini sangat serius Bima."

" Iya juga sih, kalau dipikir."

" Kalian sabar dulu ya, sebentar kita tunggu Arsya sampai ke sini."

Arsya yang berada di tempat pemakaman itu pun kemudian meletakkan bunga mawar kesukaan Aisya sembari dia berjongkok memegang pusara Aisya.

" Aisya, Aku tidak menyangka kamu pergi begitu cepat,dan meninggalkan aku sendirian, Aisya beberapa hari lagi aku akan pulang ke Tanah Air, mungkin ini terakhir aku mengunjungimu, aku tidak bisa mengunjungi kamu lagi nantinya, tapi aku akan berusaha bila ada waktu luangku, aku akan mengunjungimu disini, jujur! aku sangat kehilangan kamu, Aku tidak tahu apakah aku bisa menggantikan kamu di hatiku, Aisya semoga kamu tenang di sana, kamu tidak merasakan lagi sakit yang kamu rasakan di dunia ini., terima kasih dengan waktu yang sudah kamu berikan untukku, kamu menyayangiku, kamu mencintaiku dan kamu juga memperhatikanku, sekarang kita terpisah untuk selama-lamanya." ucapnya sembari mengucapkan doa untuk Aisya, setelah itu dia pun berdiri dari jongkoknya dan melangkah menuju ke arah pemakaman nenek dan kakeknya tersebut.

Kemudian dia pun meletakkan bunga mawar putih di atas pemakaman kedua orang yang juga sangat menyayanginya itu, setelah dia mengirimkan doa untuk Almarhumah Mama Melisa dan Almarhum papa David, Mereka berdua adalah Adik kandung dan Adik ipar Papah Andre,Dia pun kemudian melangkah menuju ke arah mobilnya, beberapa saat kemudian mobilnya itu pun meninggalkan pemakaman tersebut menuju ke arah kantor Mama Almira dan papa Varel.

Di dalam perjalanan menuju ke arah kantor tersebut, Dia kemudian teringat dengan jaket itu.

" Mudah-mudahan saja sebelum aku pulang ke Tanah Air, aku bisa bertemu dengan wanita itu, tapi sebenarnya ada apa ya, Kenapa ketiga lelaki itu mengejarnya, terlihat sangat marah sekali dengannya, setahu aku kalau sudah dikejar seperti itu berarti membuat kesalahan yang sangat fatal, Ah! itu urusan mereka, bukan urusanku!" ucapnya sembari memasuki halaman kantor tersebut dia pun memarkirkan Mobilnya di samping mobil Alvaro, Dia turun dan langsung menuju ke arah ruangan papa Varel.

Dia mengetuk pintu ruangan tersebut dan membuka pintu itu sembari mengucapkan salam.

" Assalamualaikum..."

Mereka yang ada di dalam pun tersenyum dan langsung membalas salam dari Arsya.

" Waalaikumsalam.." Arsya pun kemudian menutup kembali pintu tersebut dan melangkah menuju ke arah mereka, ia menghentakkan duduknya di samping Alvaro.

" Sudah selesai berkunjungnya?" tanya Alvaro dianggukan oleh Arsya

" Tante ikut berduka ya Nak..."

" Iya, Tante...Oh ya mana nih yang harus diselesaikan?" tanya Arsya.

" Belum kelihatan lagi Sya yang harus diselesaikan, tapi sepertinya ada yang aneh nih dengan penampilan kamu, berangkat rapi pulang berkurang, memangnya baru darimana kamu?" tanya Dewa karena diantara mereka Dewalah yang selalu banyak omongnya, karena dia memiliki kosakata yang sangat banyak,selalu saja membuat dia berkicau.

" Ya dari pemakamanlah." sahut Arsya.

" Iya nih Dewa, perasaan kamu aja itu Wa!" sahut Bima sembari tersenyum.

" Tapi benar juga sih apa kata Dewa, Jaket kesayangan kamu mana Sya?" tanya Alvaro.

" Oh, iya itu, benar banget! biasanya barang berharga milik kamu itu apa saja nggak boleh dipegang ataupun dibawa, ingat nggak waktu SMA dulu, Dewa menggunakan sepedanya tanpa bilang, eh pas ketahuan dia langsung menceburkan Dewa kekolam renang sekali libas Dewa Asmara nyemplung kekolam, dulukan badannya nggak sebaik ini, yah! bisa dikatakan keringlah kaya triplek ups! maaf Dewa keceplosan." ucap Bima sembari mengundang tawa mereka.

" Aish! terlalu jujur banget sih kamu...Tapi ini memang kelihatan kurang penampilan Arsya,Benarkan Varo." ucap Dewa.

Alvaro hanya menganggukkan kepalanya.

Arsya menghela nafasnya dengan pelan, dia pun menceritakan semuanya pada mereka sampai selesai.

Merekapun menghela nafasnya dengan pelan setelah mendengar cerita Arsya.

" Lupakan soal jaket sesaat, nanti kalian cari lagi ya, kita selesaikan misi yang dihadapi Tante dulu." ucap Mamah Almira.

" Misi? ada masalah apa Tante?sehingga misi yang harus dijalankan" tanya Arsya.

" Dengarkan baik-baik, apakah kalian sanggup?"

" Pasti sangguplah Tan..." ucap mereka berbarengan.

" Cepatlah Tan, katakan sudah nggak sabar nih Dewa..." ucapnya sembari menanti Mamah Almira menjelaskan pokok dari misi mereka.

Mamah Almira menghela nafas panjangnya.

" Kalian harus..." Mamah Almira menggantung kalimatnya terlihat diwajah mereka sudah tidak karuan lagi saking penasarannya.

" Kalian harus mendekor rumah Tante buat acara ulangtahun Salsabila...hehehehe..." ucap Mamah Almira dengan santainya seakan tidak bersalah pada mereka yang sudah merasa penasaran itu.

" Apa? mendekor?" ucap mereka berempat sembari menyandarkan tubuh mereka disandaran sofa, terlihat pasangan suami istri tersebut pun tertawa lepas mereka berdua sukses mengerjain keempat keponakan mereka itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!