NovelToon NovelToon

Vampire'S Love

Pertemuan

Pagi hari itu cuaca sangat dingin dan cerah, seorang gadis mungil berkulit putih dan berparas bulat dan manis sedang sibuk mencari tanaman di dalam hutan itu. ia membawa keranjang dan memasukan tanaman yang dia pilih untuk olahan herbal.

Gadis itu berpakaian tebal dan juga sarung tangan.

"Satu, dua, tiga, empat, sisa satu macam lagi bahan sudah cukup asalkan dapat, mudah-mudahan ada di depan sana," ucap gadis itu yang kemudian maju lagi ke depan sana.

Hutan yang terdapat banyak tanaman liar yang bisa dijadikan herbal dan racun dipilih dan diambil oleh gadis itu.

Dan di sisi lain terjadi pembunuhan yang di hutan itu yang cukup jauh jaraknya dari posisi gadis itu.

"Cepat lari...," teriak beberapa pria yang sedang melarikan diri dari kejaran sesuatu

"Aarrgghh..., teriakan para mereka yang melihat tiba-tiba seseorang yang sudah berada di hadapan mereka.

"Ingin lari?" tanya pria itu dengan tatapan yang menakutkan.

"Ka-kau siapa?"tanya salah satu pria itu yang sedang ketakutan.

"Kalian menimbulkan masalah di wilayahku, dan kemudian ingin kabur. apakah kau mengira aku bisa melepaskanmu?" ancaman pria itu dengan penuh amarah.

"Jangan bercanda, kau hanya satu orang, sedangkan kami ada orang lima puluh orang. memang kau bisa mengalahkan kami?"kata mereka dengan meremehkan sambil tertawa.

"Kalau aku mengatakan aku akan membunuh kalian dalam sekelip mata, apa kalian percaya?" lanjut pria itu dengan mata yang berubah menjadi merah api.

"Ha ha ha ha, apa kau sanggup?" tanya mereka dengan mengejek.

Pria tersebut dengan penuh emosi sehingga mengeluarkan asli wujudnya, mata merah dan taring tajam, kuku di jari-jarinya berubah memanjang secara perlahan.

"Ka-kau si-siapa?" tanya mereka yang ketakutan.

"Cepat lari...," teriakan mereka yang ketakutan dan berlarian hingga berpencar.

Pria bermata merah langsung mencakar mereka dengan kuku panjangnya.

Srek...srek...

"Aarghh...," teriakan mereka yang terluka dan kemudian tumbang di atas tanah.

Pria tersebut membunuh mereka tanpa ampun, dengan mengunakan kukunya mencakar mereka semua. kemarahan yang memuncak membuat sang pria mengunakan taringnya untuk menghisap darah mereka.

Mereka semakin ketakutan saat melihat pria itu berubah menjadi menakutkan.

"Tolong, ada vampir...," teriak mereka yang melihat darah temannya dihisap hingga darah mengering di tubuh.

Satu-persatu dibunuh, dicakar dan dihisap darah mereka sehingga mereka mengering.

Tidak butuh waktu lama mereka semua tewas di tempat, dengan kondisi yang sangat mengenaskan dan tidak berbentuk lagi.

Pria yang memiliki taring dan kuku panjang kecepatannya bagaikan angin topan saat membunuh mereka semua. hanya hitungan detik ia berhasil membunuh mereka semua.

Pria itu adalah Leon Zavier, vampire yang berusia ribuan tahun dan memiliki kekuatan yang tinggi dan memiliki banyak musuh dari Klan yang berbeda.

Total lima puluh orang yang dibunuh di pagi itu.

Tidak lama kemudian sekelompok pria berpakaian serba hitam menghampiri pria yang baru membunuh lima puluh orang tadi.

"Ketua," ucap mereka dengan serentak.

"Maaf, kami terlambat,' ucap mereka dengan menunduk.

"Lenyapkan tubuh mereka!" perintah pria itu tersebut.

"Siap, Ketua," jawab mereka dengan serentak.

"Ketua, ada Klan lain yang tidak jauh dari sini, kelihatannya mereka sedang mengincar Anda," kata salah satu bawahannya yang bernama Shane.

"Yutinus dia ingin membunuhku dan menjadikan diri sebagai terkuat, aku penasaran apakah dia mampu mengalahkanku!" ucap Leon.

"Ketua, bagaimana kalau kita bunuh mereka hari ini juga," kata Shane.

"Bunuh mereka hingga ke akar-akar!" perintah Leon yang berubah menjadi wujud manusia. Leon adalah vampir yang memiliki paras tampan yang tidak berbeda dengan manusia biasa.

Tidak lama kemudian mereka pun meninggalkan tempat itu dan ingin menemui Klan lain yang sedang mengincarnya.

Sementara gadis itu masih sedang mencabut tanaman hijau yang dekat di samping pohon.

"Setelah ini aku sudah bisa pulang," ucap gadis itu.

Beberapa saat kemudian gadis itu bangkit dan berdiri. ia berniat ingin pulang ke rumahnya. saat ia baru bergerak tiba-tiba cuaca berubah menjadi gelap dan tidak terlihat apapun.

"Eh...ada apa, kenapa tiba-tiba berubah menjadi malam? ini baru siang dan baru pukul 13.00. kenapa cuaca berubah?" ucap gadis itu merasa aneh.

Gadis itu tidak menyadari seseorang sedang memperhatikan dia dari belakang.

"Kenapa tiba-tiba aku kedinginan, apa yang ada di belakangku," batin gadis itu.

Dengan perlahan gadis itu menoleh ke belakang, saat ia melihat orang yang berdiri di sana ia langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. ia memundurkan langkahnya dengan perlahan.

"Kenapa matanya merah, siapa dia? apa dia hantu," batinnya.

"Tuan, maaf, aku bukan sengaja ingin menganggumu, aku hanya ingin mencari tanaman hebal saja. tidak ada niat lain," ucap gadis itu yang tidak berani memandang mata pria itu.

Pria itu menunjukan dua taringnya dan ingin menghisap darah segar dari tubuh gadis itu.

"Jangan mendekat! aku akan pergi langsung," kata gadis itu yang langsung berlari dengan cepat.

Vampir itu langsung mengejar dengan cepat dan langsung muncul di hadapan gadis itu.

"Aarrghh...," teriakan gadis itu yang ketakutan dan menghentikan langkahnya.

"Sebenarnya kau makhluk apa?"

"Aku adalah vampir, berikan darahmu!" jawab vampir itu maju tanpa menginjak tanah

"Aarrgh...," teriak gadis itu yang berlari ke arah lain.

Vampir itu hanya mengunakan satu langkah langsung menangkap gadis itu dan melemparkan ke atas tanah.

Brugh...

"Argh...," jeritan gadis itu yang kesakitan.

"Jangan dekati aku! darahku tidak enak, cepat pergi!" bentaknya yang ketakutan.

Vampir itu langsung mendekati gadis itu dalam sedetik. gadis itu ditahan di bawah, sedangkan vampir itu duduk di atas tubuhnya.

"Tolong jangan bunuh aku! aku masih ingin hidup!" pinta gadis itu yang ketakutan.

"Kulitmu cukup mulus dan cantik, aku yakin darahmu pasti sangat segar," ujar vampir itu yang mengigit telapak tangan gadis itu.

"Aarrghh...sakit...," tangisan gadis itu yang kesakitan.

Vampir itu mengigit telapak tangannya hingga berdarah, dan tidak lama kemudian vampir itu menghentikan niatnya yang menginginkan darah gadis itu.

"Kau manusia dari mana, kenapa darahmu lebih buruk rasanya dari manusia lain?"

"Sudah kukatakan, darahku tidak enak, tapi kau tidak percaya," jawab gadis itu yang mengigit juga tangan vampir itu.

"Aauh...," jeritan vampir itu yang kesakitan.

"Woak...darahmu sangat amis," ucap gadis itu yang melepaskan tangan vampir itu.

"Kau berani mengigitku, karena tidak berguna lagi, maka aku akan membunuhmu saja," ujar vampir itu yang mencengkeram leher gadis itu.

"Vampir brengsek, lepaskan aku!" jeritan gadis itu yang kesakitan.

Di saat vampir itu sedang berusaha membunuh gadis itu, Leon Zavier langsung menghampiri mereka dengan gerakan yang sangat cepat.

"Kau masih saja suka mengincar manusia," suara Leon yang mengema hutan itu dan ia pun melayangkan pukulan ke wajah vampir itu.

Brugh..

"Aaugghh...," jeritan vampir itu yang terlempar menghantam pohon.

"Uhuk...uhuk...,"suara batuk gadis itu yang hampir kehilangan nafas.

Tidak lama kemudian tiba-tiba angin bertiup kencang sehingga daun-daun berterbangan.

"Apa lagi ini? kenapa ada angin kencang, apakah hutan ini adalah hutan vampir?" teriak gadis itu yang memejamkan matanya dan berusaha merangkak ke arah lain.

Angin yang muncul tiba-tiba adalah dari perbuatan Leon sendiri. ia membunuh vampir yang tadinya ingin membunuh gadis itu. karena angin yang bertiup kencang sehingga sulit untuk membuka mata. maka gadis itu sama sekali tidak tahu apa yang terjadi pada vampir itu.

Sesaat kemudian angin itu menghilang dan juga cuaca terang kembali. sementara gadis itu masih merangkak dan memejamkan matanya.

"Adik, kamu tidak apa-apa?" tanya Leon yang melihat gadis itu sedang merangkak.

"Kamu siapa lagi?" tanya gadis itu yang belum membuka matanya.

"Kamu sudah aman, bukalah matamu dan pergilah. lain kali jangan masuk ke dalam hutan ini lagi," kata Leon.

Keracunan

Gadis itu membuka matanya dan mendapati cuaca telah menjadi terang.

"Sepertinya tadi di sana...," katanya yang bangkit dan berubah posisi duduk sambil menunjuk ke arah yang di mana Vampir itu berada tadi.

"Ke mana dia? tadi dia ada di sana."

"Tempat ini tidak sesuai untukmu, cepat pergi!" ucap Leon yang melangkah pergi.

"Tuan, tadi kamu menyelamatkan aku, terima kasih!" ucap gadis itu dengan sopan.

"Tidak perlu!" jawab Leon yang tidak lama kemudian terpaku diam.

"Kenapa aku bisa keracunan, kapan? siapa pelakunya?" batin Leon.

Wajah Leon berubah menjadi merah akibat racun yang telah merebak ke seluruh tubuhnya. ia kesakitan dan kemudian berteriak dengan nada tinggi.

"Aargh...," teriakan Leon.

Teriakan Leon telah memancing Klan lain yang sedang mengincarnya. mereka langsung menuju ke arah Leon yang sedang kesakitan.

"Tuan, ada apa denganmu?" tanya gadis itu yang menghampirinya.

"Cepat pergi!"

"Tuan, kamu sudah menyelamatkanku, aku tidak mungkin meninggalkan kamu di sini."

"Kalau kau tidak pergi, maka kau akan mati sia-sia di sini," bentak Leon yang menarik krah baju gadis itu.

"Kalau aku pergi begitu saja, maka aku akan merasa bersalah seumur hidup."

"Kenapa?"

"Guruku, mengajarkan jangan ingat tentang bantuan yang kita berikan kepada orang lain. tapi ingatlah bantuan yang diberikan orang lain kepada kita. kalau aku pergi aku mengingkar janjiku pada guruku."

"Dunia ini tidak ada yang akan ingat bantuan orang lain, dan hanya akan ingat dengan diri sendiri," kata Leon yang sedang menahan sakit.

"Tuan, kamu sepertinya keracunan," ujar gadis itu yang mengeluarkan sebotol kecil yang berisi obat.

"Cepat pergi!" bentak Leon yang sedang menahan sakit.

"Telan obat ini! ini adalah penawar semua racun!"

"Penawarmu tidak berguna bagiku, pergi saja!" jawab Leon yang bangkit dan berdiri.

"Kenapa kamu tidak mencobanya? penawar ini di olah dengan belasan bahan dan tidak mudah diracik. seharusnya kamu mencobanya," kata gadis itu yang meletakkan penawar itu di telapak tangan Leon.

"Aku menerima penawarmu, cepat pergi dari sini!"

"Kamu telan dulu penawarnya, aku baru pergi!"

Leon kemudian menelan penawar itu, walau sebenarnya ia tidak berminat.

"Apa kau sudah bisa pergi?" tanya Leon.

"Kenapa kamu di sini terus? seharusnya kamu ikut aku pulang!" kata gadis itu.

"Untuk apa aku ikut kamu pulang? cepat pergi sebelum mereka datang!" bentak Leon yang mendorong gadis itu.

"Tapi, kondisimu masih lemah, biarkan aku periksa nadimu!"

"Tidak usah!" bentak Leon yang kemudian melangkah pergi.

"Kalau kamu tidak sehat ingat datang mencariku, namaku adalah Zanilla Yang. nama toko obatku adalah Obat Tradisional," teriak gadis itu.

"Apa dia mendengarkan aku? dia sangat aneh, tapi hutan ini lebih aneh," gumam Zanilla yang kemudian pergi meninggalkan tempat itu.

Leon menghentikan langkahnya karena mendengar suara tapak kaki yang semakin dekat.

Clan vampir yang berasal dari musuh Leon berniat ingin membunuh Vampir ribuan tahun itu. saat mereka telah mendekati dengan posisi sasaran mereka. Leon menghilang entah ke mana.

"Ke mana dia pergi? seharusnya di sekitar sini."

"Dia telah keracunan, tidak akan bisa jauh, dan aku yakin dia tidak akan mampu melawan kita."

"Sekarang adalah saat yang tepat untuk membunuhnya," kata Yutinus.

Leon kemudian muncul dan menyerang dari belakang. ia mengeluarkan kuku panjangnya mencakar mereka satu-persatu Clan Yutinus.

Srek...

"Aarrghh...."

Srek...

"Aarrghh...."

Srek...

"Aarrghh...."

Yutinus langsung membalas serangan Leon dengan melompat ke arah vampir ribuan tahun itu.

Yutinus adalah vampir yang berusia seribu tahun dan memiliki banyak anggota yang selama ini sering menangkap kaum manusia untuk menjadi santapan mereka.

Pergerakan Leon dan Yutinus yang saling menyerang sangat cepat dan tidak bisa terlihat sama sekali. aksi pertarungan mereka selalu berpindah posisi.

Leon dengan aksi yang secepat kilat mengcengkeram leher lawannya kemudian membanting ke atas tanah dari posisi yang tinggi.

Saat lawannya dibanting, Leon langsung memberi satu pukulan keras menghantam bagian tubuh Yutinus.

Brugh...

"Argh...," jeritan Yutinus yang terhempas ke atas tanah dengan keras.

"Dengan cara kotor kalian ingin membunuhku," bentak Leon.

Kemudian amggota Yutinus yang masih hidup ingin menyerang dengan serentak.

"Dia telah keracunan, serang dia!" teriak salah satu vampir itu.

Sekitar tiga puluhan vampir yang maju ke arah Leon dengan kuku panjang dan dua taring yang siap ingin menghabisi Leon.

Leon yang keracunan masih sedang bertahan untuk melawan mereka sendirian.

Srek..

Leon mengunakan kuku panjangnya mencakar lawannya sehingga tewas. setiap serangan yang dia lakukan mengenai wajah dan tubuh mereka.

Anggota Yutinus bagaikan dicabik-cabik oleh Leon yang berusaha membunuh mereka dalam kondisi lemah.

Srek...

"Aarrghh...."

Srek...

"Aarrghh...."

Tidak lama kemudian Leon mengalami kesakitan dan sangat lemah pada tubuhnya, bagaimana tidak, racun yang ada pada dirinya telah melemahkan otot-ototnya.

"Jangan sekarang, aku harus bertahan lagi," batin Leon.

Leon berusaha berdiri dengan melawan sakit pada seluruh tubuhnya.

"Bunuh dia!" teriak salah satu vampir itu.

Di saat mereka baru maju selangkah tiba-tiba mereka dilempar sesuatu yang mengenai salah satu vampir.

"Siapa yang melempar aku?" tanya vampir ini dengan nada kesal.

"Kalian semua bukan manusia tapi iblis, bisa saja kalian menyerang orang tidak yang bersalah," kata gadis itu yang tidak lain adalah Zanilla.

"Apa yang gadis bodoh itu lakukan di sini, apa dia tidak bisa membedakan manusia dan vampir," batin Leon.

"Ternyata ada manusia di sini, tangkap dan minum darahnya!"

Mereka semua maju ingin menghisap darah segar gadis itu.

"Kalian semua sangat bodoh, menyamar sebagai vampir untuk menakuti orang," bentak Zanilla yang melempar sesuatu ke arah mereka.

Benda yang dia lempar mengeluarkan asap dan mengelabui penglihatan mereka.

Saat Zanilla dikejar ia memberi kode kepada Leon untuk meninggalkan tempat itu.

"Dia kembali untuk menyelamatkanku, tapi dia tidak tahu bahwa mereka adalah vampir yang akan menghabisinya. dasar gadis bodoh," batin Leon.

Zanilla dikejar oleh mereka dan hanya dalam sekelip mata mereka langsung berhasil menarik baju gadis itu. saat mereka ingin mengigitnya, Leon yang tiba-tiba muncul langsung menabrak mereka semua dengan sisa kekuatan yang masih ada.

Brugh...

Leon yang bergerak secepat kilat membuat mereka terlempar ke mana-mana sehingga terhempas ke atas tanah

"Ini zaman modern untuk apa lagi kalian mengenakan topeng vampir," ujar Zanilla.

"Kenapa kau tidak pergi?" tanya Leon yang lagi-lagi kesakitan dan berdiri di depan gadis itu.

"Karena aku tidak bisa meninggalkan kamu, aku adalah tabib, tugasku adalah menyelamatkan orang. kalau aku pergi aku malu berhadapan dengan guruku," jawab Zanilla.

"Aarghh...," teriakan salah satu vampir yang melompat tinggi menyerang Leon.

"Tutup matamu!" titah Leon pada Zanilla dan langsung melompat dan menangkap lawannya itu kemudian lawannya dibanting sehingga masuk ke dalam tanah.

Brugh...

Vampir yang dibanting oleh Leon yang masuk ke dalam tanah dan ditikam lagi oleh Leon yang mengunakan cakar panjangnya sehingga menembus jantung.

Setelah berhasil membunuh mereka, Leon langsung tumbang dan tidak sadarkan diri.

Zanilla kemudian membuka matanya dan melihat mereka semua tergeletak dan tidak bergerak sama sekali.

"Apakah mereka sudah tewas atau pingsan?" gumam Zanilla.

"Tuan...," panggil Zanilla yang menghampiri Leon.

"Wajahnya sangat pucat, racunnya masih ada, aku harus membawa dia pulang untuk di obati," ujar Zanilla yang berusaha mengendong Leon dari belakang.

"Wah, tubuhmu berat sekali, aku harus bergerak cepat. untung saja aku sering minum herbal sehingga tenagaku bisa mengangkat barang seberat seratus dua puluh kilo," gumam Zanilla.

Pembalasan Leon

Setelah Leon dibawa pergi, Shane dan Klannya mencari keberadaan ketua mereka.

"Kenapa ketua tidak ada di sini? tidak biasanya ketua menghilang setelah pertarungan, apakah terjadi sesuatu?" tanya salah satu vampir.

"Mereka telah dibunuh oleh ketua, dan di sini ada aroma manusia. apakah tadi ada manusia yang muncul di sini?" kata Shane yang penasaran.

"Aroma manusia hilang sampai di sini, ke mana dia? atau menjadi santapan mereka?" tanya vampir yang berambut putih yang bernama Flan.

"Kalau menjadi santapan pasti akan terlihat tubuhnya di sini, dan yang aku penasaran ke mana ketua kita," ujar Shane.

"Kita harus berpencar dan cari ketua sampai dapat!" ujar Flan.

"Ayo, kita berpencar!" perintah Shane yang kemudian pisah jalan dengan mereka.

Banyak vampir yang mendatangi hutan untuk mencari ketua mereka yang hilang tanpa jejak.

Sementara Zanilla sedang mengobati Leon yang tidak sadarkan diri.

Gadis itu menuangkan sejenis cairan herbal ke dalam mulut vampir itu.

Leon yang adalah vampir berusia ribuan tahun termasuk vampir tua yang memiliki kekuatan tinggi. ia mampu berubah menjadi manusia dan tidak terlihat sedikitpun asli wujudnya. parasnya normal seperti manusia dan tidak terlihat pucat.

"Aneh sekali! kenapa darahnya berbeda dengan orang lain? kenapa kental dan warnanya juga merah kehitaman? racun sudah dikeluarkan. seharusnya darahnya sudah tidak mengandung racun. lagi pula sudah ku periksa dengan akupuntur. tidak ada racun dalam tubuhnya lagi," ucap Zanilla.

"Wajahnya kenapa berubah? perasaanku saat di hutan tadi wajahnya sangat pucat dan kenapa sekarang tidak pucat. keadaannya berbeda dengan pasienku yang lain," batin Zanilla.

"Tuan, sebenarnya kamu siapa ya? apakah kamu adalah vampir dari zaman dinasti? tidak mungkin. apa yang sudah kukatakan. aku pasti sudah gila. wajahnya sangat tampan," gumam Zanilla.

Keesokan harinya.

Leon yang tidak sadarkan diri semalaman, akhirnya ia pun membuka matanya dan melihat sekitar kamar yang tidak luas dan terdapat beberapa botol obat-obatan yang dipajang di meja dekat jendela itu.

"Aku ada di mana? kenapa aroma kamar ini sangat aneh?" gumam Leon yang turun dari kasur.

"Apakah gadis itu yang menyelamatkan aku?" ucap Leo yang melangkah menuju ke pintu.

Klek..

Setelah membuka pintunya, Leon melihat ruangan itu yang terdapat sofa dan meja makan. rumah yang ditempati oleh Zanilla sangat sederhana.

Bagian ruang yang di depan digunakan untuk merawat pasien, sementara ruangan tengah dijadikan ruang tamu bersamaan dengan dapur dan kamar.

"Tuan, kamu sudah bangun, mari makan dulu. kamu pasti sudah lapar karena tidur semalaman," ajak Zanilla yang meletakan semangkok sop ayam yang bercampur bahan lain di atas meja.

"Ini adalah...?" tanya Leon yang heran dengan masakan gadis itu.

"Ini adalah sup ayam herbal masakan China, rebus ayam bersama goji berry, biji teratai, kurma cina, ginseng kering, dan bawang putih, daun penawar dan semua bahan ini untuk kesehatan kita. tubuhmu pasti masih lemah karena racun itu," jawab Zanilla.

"Masakan China? untuk kesehatan? kenapa kamu mengerti soal herbal?" tanya Leon yang duduk bersama di ruang makan.

"Aku adalah tabib paling muda di antara semua murid guruku, guruku adalah tabib terkenal di kota Guang zhou, dan kemudian pindah ke Muenchen," jawab Zanilla.

"Habiskan ayamnya, ini bukan ayam biasa, aku setiap hari juga memasak makanan yang dicampur herbal untuk menjaga stamina tubuh," kata Zanilla.

"Terima kasih!" ucap Leon yang sambil menyantap makanan.

Saat menelan makanan itu, tentu bagi Leon rasanya sangat aneh. karena ia tidak pernah makan masakan china yang dicampur berbagai bahan herbal.

"Apakah rasanya aneh? tentu kamu tidak pernah merasakan masakan ini," kata Zanilla.

"Kita tidak saling kenal kenapa kau menyelamatkan aku? apa kau tahu siapa aku?" tanya Leon.

"Bukankah kamu menyelamatkan aku juga, dan aku menyelamatkanmu karena berhutang budi padamu. selain itu aku juga tabib. jadi, aku tidak boleh meninggalkanmu di sana," jawab Zanilla.

"Apa kau tahu, sangat berisiko di saat itu kau membawa aku pergi, mungkin mereka akan mengincarmu," ujar Leon.

"Aku tahu! tapi akhirnya mereka berhasil dikalahkan olehmu. kamu mengunakan cara apa mengalahkan mereka?"

"Tidak ada yang istimewa!"

"Siapa mereka? kenapa mereka harus menyamar sebagai vampir? apakah mereka penghuni hutan?"

"Apakah kamu seriing ke hutan sana?" tanya Leon.

"Semalam pertama kali, dan tidak ku sangka bisa bertemu dengan kejadian ini," jawab Zanilla.

"Lain kali jangan ke sana lagi!"

"Iya, aku tidak mau ke sana lagi," jawab Zanilla.

Setelah selesai makan Leon meninggalkan tempat tinggal Zanilla tanpa pamit.

Gadis itu sedang mencuci piring di dapur dan tidak menyadari bahwa pria itu menghilang begitu saja.

"Tuan, kondisimu sekarang masih lemah, jangan banyak bergerak dulu. aku akan memberimu obat lagi. tadi sup ayam herbal tu bisa untuk membersihkan semua racun di dalam tubuhmu .itu bisa untuk mencuci darah juga," ucap Zanilla yang sedang sibuk dengan tangannya.

Setelah beberapa saat kemudian Zanilla keluar dari dapur dan melihat pria itu sudah tidak ada di sana.

"Ke mana dia? pintuku masih belum dibuka kenapa dia bisa keluar?" gumam Zanilla yang melihat ke kamar dan ruang depan.

"Aneh sekali, apakah dia bisa ilmu menghilang ya? kenapa bisa pergi begitu saja," guman Zanilla.

Kastil Zavier.

"Ketua," sambut Shane dan Flan.

"Di mana Shadow?" tanya Leon yang melepaskan jas hitamnya.

"Dia sedang di Kastil Brand," jawab Flan.

"Ketua, apa yang sudah terjadi? kami mencari Anda ke mana-mana," tanya Shane.

"Aku keracunan, ada pengkhianat dalam Klan kita. aku hampir lenyap karena racun itu yang sudah menyebar ke seluruh tubuhku. dan untung saja ada seorang gadis yang memberiku penawar untuk menyingkirkan racunku," jawab Leon.

"Kita akan membunuhnya, apakah dia sudah berencanakan dari awal?" tanya Shane.

"Kita akan ke Kastil Brand sekarang juga!" ajak Leon yang langsung meninggalkan tempat tinggalnya.

Setelah satu jam kemudian.

Kastil Brand

"Ketua," sambut Klan vampir dengan serentak.

"Ketua, akhirnya Anda sudah kembali, kami sedang mencari keberadaan ketua," kata Shadow.

"Kenapa, apakah kamu takut aku mati?" tanya Leon dengan senyum.

"Kami percaya dengan kekuatan ketua, ketua tidak akan mudah kalah," ujar Shadow.

"Benar katamu! mana mungkin aku mudah mati, aku masih harus membunuh seseorang," jawab Leon yang mengcengkeram leher Shadow.

"Aauhgh," jerit Shadow yang matanya berubah menjadi merah. vampir itu kesakitan dan tidak mampu untuk melawan.

Wajah Leon berubah menjadi pucat dan matanya berwarna merah.

"Mengkhianatiku demi menjadi ketua Klan, apa kau mengira kau bisa lolos," bentak Leon yang melempar Shadow sehingga terhempas ke tembok.

Kemarahan Leon yang sebagai ketua Klan membuat semua vampir di sana terpaku diam.

Shadow berusaha bangkit sambil menahan sakit, ia menyerang Leon untuk menyelamatkan dirinya.

Leon langsung menahan tangannya dan kemudian mematahkan tangan vampir itu.

Krek...

"Aarrggh...," jeritan Shadow yang kesakitan.

Setelah mematahkan tangan vampir itu, Leon membantingnya ke lantai dengan keras.

Brugh...

"Aarrghh...," jeritan Shadow.

"Meracuniku? kau salah sasaran," ketus Leon yang menendang keras tubuh Shadow sehingga terlempar ke keluar dari kastil.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!