NovelToon NovelToon

Istri Bercadar Tak Dianggap

part 1. Menolak

Pria tampan, mapan, memiliki wajah seperti artis luar negeri, tubuh tinggi, hidung bangir dan mempunyai banyak bisnis di berbagai bidang, pria berumur 28 tahun itu baru turun dari pesawat ia baru balik dari Jerman.

"Kafkha!" teriak gadis yang sangat modis, gayanya seperti wanita kekinian, wajahnya cantik, kulitnya putih, tinggi badannya sangat ideal apa lagi dengan bentuk tubuh nya seperti model, mempunyai banyak bisnis juga seperti Kafkha.

"Hey Clara!" ujar Kafkha.

"Sayang, kamu baru turun pesawat?" tanya gadis itu dengan nada sangat manja, gadis itu bergelayut manja di tangan Kafkha.

"Begitulah"

Mereka berdua merupakan pasangan kekasih yang menjalin hubungan sudah hampir 4 tahun lamanya, sebentar lagi mereka akan bertunangan.

Kini mereka akan menghabiskan waktu bersama karena sudah 2 bulan lamanya mereka tidak bertemu, Kafkha dan Clara kini sedang di restoran favorit mereka.

"Sayang, kapan kita akan bertunangan?" tanya Clara

"Secepatnya!" ujar Kafkha memberi janji lagi dan lagi.

"Kapan?, kamu hanya berjanji pada ku tapi kamu tak pernah menempati nya!" ujar Clara

"Sabar ya, aku masih banyak pekerjaan, kali ini aku akan menepati janji ku pada mu sayang!" ujar Kafkha.

Hari ini mereka benar-benar menghabiskan waktunya berdua, mulai dari makan berdua, nonton di bioskop dan shopping, kini mereka berdua sudah lelah, Kafkha mengantarkan kekasih nya itu sampai rumah nya.

"Makasih sayang, kamu sudah mau menemaniku, aku sangat senang hari ini!" ujar Clara.

"Iya sama-sama sayang!" jawab Kafkha

"Kamu mau mampir dulu?, mumpung papa aku lagi di rumah!" ujar Clara.

"Tidak usah sayang, aku sangat capek hari ini!" ujar Kafkha

Mereka berdua berpisah di gerbang rumah Clara itu, Kafkha menuju rumah nya yang selama ini memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi nya, sampai di pintu utama Kafkha tersenyum karena ia bisa kembali lagi ke sini dari 2 bulan terakhir tidak menginjakkan kakinya di rumah nya sendiri.

"Kafkha pulang!" teriak Kafkha

Semua atensi teralihkan ke suara Kafkha yang baru datang itu, mama sama papa nya sangat senang melihat putra bungsu nya itu pulang.

"Kafkha!" ujar mereka dengan gembira melihat anggota keluarga nya sudah pulang.

Mata Kafkha tertuju pada orang-orang yang sangat asing bagi nya, kakek Darmansyah melihat cucu nya itu seakan menyuruh Kafkha untuk bergabung.

"Siapa kek?" tanya Kafkha

"Anak teman kakek!" ujar Darmansyah

Kafkha memasang wajah datar, ia mengeluarkan sifat dingin dan cuek nya saat orang asing baginya itu melihat ke arahnya, Kafkha tidak terlalu senang dengan tamu kakeknya ini, entah kenapa dia merasakan bau-bau yang tidak menyenangkan dari pasangan paruh baya ini.

"Kafkha ke kamar dulu!" ujar Kafkha bangkit dari duduk nya karena ia sangat tidak nyaman dengan tamu kakeknya ini.

"Kaf!" ujar kakek nya itu, tapi tak di gubrisi oleh Kafkha.

Kakek Darmansyah itu meminta maaf atas kelakuan tidak sopan cucu laki-laki nya itu, kini tamu Darmansyah itu berpamitan.

...

"Ayah, menurut ayah cucu paman Darmansyah itu bagaimana?" tanya Ajeng

"Menurut ayah biasa saja sih bu!" jawab Harun

Pasangan suami istri itu sampai di rumah mereka, putri pertamanya menyambut kedatangan orang tuanya itu.

"Assalamualaikum" salam pasutri itu

"Wa'alaikumussalam ayah, ibu!" jawab putri pertamanya itu.

Wanita berpakaian syar'i dengan kerudung yang sangat dalam, dan niqab yang ia kenakan sangat cantik sekali pakaian tertutup itu membungkus tubuhnya yang tidak terlalu pendek dan tidak terlalu tinggi itu.

"Medina!" panggil ibu nya

Ya, dialah Medina putri pertama dari pasangan Harun dan Ajeng ini, nama lengkapnya Medina putri Harun, wanita cantik ini memiliki wajah sangat cantik tapi kecantikan nya ia tutupi dengan niqab nya, ia tidak ingin mata laki-laki lain tergoda dengan kecantikan yang ia miliki, Medina memutuskan untuk memakai niqab saat ia berusia 17 tahun, sekarang ia sudah berusia 20 tahun, tiga tahun sudah ia menutupi kecantikan wajahnya ini.

"Iya ibu!" ujar Medina

"Medina sudah memutuskan apa yang akan Medina ambil?" tanya Ajeng pada putri nya itu

"Medina mau menuruti wasiat dari kakek, ibu, wasiat ini harus kita laksanakan karena tidak kita laksanakan maka jatuhnya ke dosa!" jawab Medina

"Medina tidak jadi melanjutkan kuliah ke Kairo?" tanya Harun

"Tidak ayah, Medina sudah mengambil keputusan untuk menjalankan wasiat kakek, jika wasiat kakek tidak melanggar hukum Islam maka wajib bagi kita melaksanakan nya, jika wasiat kakek melanggar hukum Islam maka wajib bagi kita meninggalkan wasiat itu, Medina sudah memutuskan jika Medina melanjutkan kuliah Medina di sini saja!" ujar Medina

Kedua orang tua nya itu tersenyum dengan apa keputusan yang di ambil oleh Medina.

...

"Apa kakek bilang, aku harus menikahi gadis pilihan kakek?" ujar Kafkha dengan suara keras.

"Iya, dia wanita baik-baik tidak seperti Clara itu!" ujar kakek Darmansyah

Kafkha mengepalkan tangannya karena sangat emosi dengan kakeknya ini, apa lagi kakeknya ini membandingkan kekasihnya dengan wanita yang tidak pernah ia lihat sama sekali.

"Aku tidak mau, aku menolaknya, sebentar lagi aku akan bertunangan dengan Clara!" ujar Kafkha.

"Jangan membantah ucapan kakek!" ujar Darmansyah dengan suara keras mampu membuat penghuni rumah ini terdiam.

"Ayah sudah, jangan marah-marah nanti penyakit jantung ayah kumat!" ujar Darman anak dari Darmansyah ini, yang tiada lain tiada bukan papa Kafkha.

Dada Kafkha sudah naik turun menahan emosi, kenapa harus dia yang menikahi gadis pilihan kakeknya itu, sedangkan Hanif selaku abang kandung Kafkha belum menikah.

"Bang Hanif saja, jangan aku!" ujar Kafkha memutuskan sepihak.

"Kafkha berani sekali kamu!" ujar Darmansyah memukul Kafkha dengan tongkat nya.

"Kafkha tidak mau di jodohkan dengan wanita pilihan kakek itu, Kafkha mau sama Clara bukan sama gadis pilihan kakek!" ujar Kafkha membantah.

Seperti inilah watak Kafkha sangat pembangkang, apa lagi suka mabuk-mabukan dengan teman-teman nya, kakek Darmansyah ingin menjodohkan Kafkha dengan wanita yang akan membuat hidup Kafkha berubah.

"Kafkha tidak mau titik!" ujar Kafkha pergi meninggalkan keluarga nya itu.

Kafkha pergi meninggalkan rumah nya itu, ia sangat muak dengan perkataan kakeknya yang tidak masuk akal itu.

"Mending pergi balap mobil dari pada di rumah bikin pusing aja!"

Kafkha melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia ingin berkumpul dengan teman-teman nya.

"Hey bro, baru pulang!" ujar Reza teman karib Kafkha

"Begitulah!"

"Balap yuk!" ajak Kafkha mengajak teman-teman nya itu.

"Siap, siapa kalah harus minum sampai habis!" ujar Reza

"Siapa takut!" ujar Kafkha.

Mereka sudah bersiap di area balap, Kafkha dengan senyum manis nya mengas-gas pedal gas mobil nya itu.

Brumm

Brumm

Brumm

Bunyi suara mobil mereka sangat memekakkan telinga, "siap-siap kalah lo Kafkha!" ujar Reza

"Tidak mungkin!" ujar Kafkha

"Tiga, dua, sa...tu... mulai!"

Mereka menancap pedal gas mobil mereka masing-masing, Kafkha yang memimpin di depan, ia tersenyum karena bila mendapatkan posisi yang pertama, tidak mau kalah Reza memotong mobil Kafkha, Kafkha menghela napas karena posisinya tergeser, tidak lama posisi Kafkha paling belakang.

"Aah s*al!" umpat Kafkha

Balap pun berakhir yang menang adalah Reza teman Kafkha, sementara Kafkha paling terakhir.

"Haha... jangan belagu!" ujar Reza

Kafkha memukul mobilnya itu untuk melampiaskan kemarahannya, sesuai dengan kesepakatan mereka, Kafkha harus menghabiskan minuman yang telah temannya itu sediakan.

"Besok gue ada meeting penting, gue nggak bisa memenuhi kesepakatan ini!" ujar Kafkha

Ia memasuki mobilnya lalu Kafkha menancap pedal gas mobil nya dengan kecepatan tinggi, Kafkha menolak karena ia tidak mood untuk minum-minum saat ini, Kafkha membelokkan mobilnya ke arah apartemen nya, ia berencana untuk bermalaman di apartemen nya.

"Aku harus menolak perjodohan itu, kakek tidak boleh seenaknya menjodohkan ku dengan gadis pilihan nya itu!"

...

Bersambung...

Kalau suka komentar, like dan vote nya ya, tinggalkan jejak agar author tau kalian suka atau tidak.

part 2. Jalan Pakai Mata

Pagi ini Kafkha sudah siap dengan baju formalnya ia akan berangkat ke kantor untuk bekerja, tadi malam Kafkha benar-benar tidak pulang ke rumah nya. Kafkha melihat jam di pergelangan tangan nya jam delapan nanti ia akan ada pertemuan dengan klien dari Jepang untuk menyetujui kerja sama antara perusahaan nya dengan perusahaan Jepang itu.

Masih ada waktu satu jam lagi untuk sampai ke kantor nya itu, untuk sarapan pagi Kafkha sendiri yang memasak, ia juga pandai dalam hal masak memasak, tapi sayang kelakuan tidak baiknya menutupi jati diri aslinya.

"Kalau punya istri pasti tinggal makan aja!".

Kafkha mengaduk-aduk nasi goreng yang ia masak di wajan, Kafkha lebih senang membuat makan sendiri ketimbang ia beli, selain makanan di luaran sana tidak sehat ia juga bisa menabung uang yang ia belikan makanan dari luar, ya walaupun uang itu sedikit baginya.

Ia memakan sarapannya itu sampai habis, selesai sarapan barulah Kafkha berangkat ke kantor nya, jarak antara apartemen dan kantor nya hanya 20 menit perjalanan saja, maka dari itu Kafkha lebih memperlambat pergi ke kantor nya.

...

Pagi ini Medina sudah siap, ia tinggal berangkat ke kampus nya, Medina hari ini di antarkan oleh Harun ayahnya, sekalian juga ayahnya itu berangkat kerja.

"Ayah, Medina sudah siap!" ujar Medina

"Ayo kita berangkat, takutnya kamu terlambat!" ujar Harun

Medina mengangguk ia mencium punggung tangan ibu nya itu untuk berpamitan, "Medina pergi ke kampus dulu ya ibu!" ujar Medina

"Iya, belajar yang benar, cari ilmu yang bermanfaat untuk kamu dan keluarga kamu nanti!" pesan Ajeng kepada putri pertamanya itu.

"Iya ibu, Medina jalan dulu ya!" ujar Medina

Ajeng bersalaman dengan suaminya itu, kini mereka berdua sudah di perjalanan menuju kampus Medina.

"Ayah, Dina turun di depan itu saja ya!" ujar Medina

"Lho kenapa tidak sampai kampus, kasihan anak ayah jalan!" ujar Harun

"Tidak masalah ayah, sekalian olahraga pagi!" ujar Medina

"Baiklah!" Harun memberhentikan mobil yang ia bawa di tempat Medina tunjuk tadi, Medina berpamitan dengan ayahnya itu.

"Assalamualaikum ayah!" ujar Medina memberi salam

"Wa'alaikumussalam putri ayah!" jawab Harun

Medina turun dari mobil ayahnya itu, ia melanjutkan ke fakultas nya dengan berjalan kaki, Medina menikmati pemandangan alam yang sangat indah ini, di sekeliling kampusnya ini banyak pepohonan dan bunga-bunga, udara nya juga sejuk di sekitaran kampus nya ini.

"Masyaallah!" bibir nya yang di tutupi cadar itu mengucapkan kalimat thayyibah karena takjub melihat pemandangan alam ini.

Medina sampai di fakultas Agama Islam itu, ia menatap fakultas Agama Islam itu dengan takjub dan penuh syukur, sudah dua tahun ia belajar di universitas Indonesia ini, Medina masuk ke fakultas nya itu, teman-teman nya sudah ada yang berdatangan.

"Din apa benar kamu tidak jadi melanjutkan kuliah mu ke Kairo?" tanya Nina teman Medina.

"Tidak nin, aku mau kuliah di sini saja!" jawab Medina

"Kenapa begitu, bukankah kamu sangat ingin berkuliah di sana!" ujar Nina

"Ada alasan nya nin, aku tidak bisa menceritakan nya sekarang!" ujar Medina

Nina selaku teman dekat Medina jadi penasaran dengan alasan Medina tidak jadi berkuliah di Kairo, padahal Medina sangat ingin kuliah di luar negeri.

"Baiklah, tapi kamu jangan lupa untuk beritahu ku ya!" ujar Nina

Medina tersenyum di balik cadarnya itu, Nina juga ikut tersenyum karena ia nampak Medina tersenyum lewat matanya yang sipit kalau lagi tersenyum.

...

Kafkha baru saja selesai rapat dengan klien dari Jepang itu, kini ia sedang di ruangan nya itu, apa lagi kakek Darmansyah sudah di ruangan nya juga.

Malam tadi Kafkha sudah bela-belain tidak pulang ke rumah nya, tapi di kantor kakeknya itu sudah menunggu nya.

"Apa lagi yang mau kakek bicarakan, bukankah sudah jelas aku ngomong kemarin!" ujar Kafkha

Darmansyah tersenyum lalu ia duduk di kursi kebesaran Kafkha itu sambil memangku kakinya, Darmansyah melihat cucu nya itu dengan tersenyum tidak ada kesalahan apa pun yang ia perlihatkan.

"Cucu ku bisakah kamu duduk terlebih dahulu!" ujar Darmansyah menyuruh Kafkha yang berdiri seraya berkacak pinggang itu.

Kafkha duduk di kursi depan meja nya itu, ia berhadapan langsung dengan kakeknya, Kafkha memangku tangannya dengan dagu terangkat sedikit ke atas seperti pria yang sangat angkuh.

"Kamu mau perusahaan yang telah kakek berikan ke kamu kakek tarik lagi!" ujar Darmansyah dengan berbicara sangat tenang.

"Maksud kakek apa!" ujar Kafkha

"Terima perjodohan ini atau perusahaan yang kakek berikan kepada kamu akan kakek tarik lagi dan tidak akan pernah kembali lagi pada mu!" ujar Darmansyah dengan senyum licik

"Tidak, aku tidak mau menerima perjodohan ini!" ujar Kafkha ia langsung berdiri dari duduknya.

"Oh, ya sudah berati kita deal untuk menarik perusahaan ini, nanti kakek akan mengirim berkas-berkas pengembalian perusahaan ini, jangan lupa tanda tangan kamu, kalau sudah tanda tangan berati sudah sah perusahaan ini jadi milik Darmansyah!" ujar Darmansyah menepuk bahu cucu laki-laki nya itu.

Kakek Darmansyah pergi dari sana belum sampai di pintu Darmansyah berbalik lagi, "oh iya, cabang perusahaan yang kamu bangun akan jadi milik kakek juga, semua yang kamu bangun akan jatuh ke tangan kakek, kamu tidak mendapatkan sepeserpun!" ujar Darmansyah dengan senyum licik nya itu.

"Apa-apaan ini kek, aku yang susah mengembangkan perusahaan ini, kakek malah mengambil hak aku!" ujar Kafkha tidak terima.

Darmansyah menghela napas, jalan satu-satunya yang di ambil Darmansyah hanya ini, mengancam Kafkha agar dia mau menyetujui perjodohan ini.

"Oke, oke, aku akan menyetujui nya!" ujar Kafkha

Darmansyah tersenyum lalu ia keluar dari ruangan cucu nya itu, di dalam ruangan itu Kafkha menendang mejanya untuk melampiaskan kekesalannya.

"Kenapa harus aku yang menerima nya, bang Hanif kan ada!"

...

Sore harinya Kafkha berniat menemui kekasihnya di restoran favorit mereka, Kafkha sudah menuju ke restoran favorit mereka itu, di dalam mobil Kafkha memukul-mukul stir mobil nya, ia sangat emosi dengan apa yang terjadi pada hidupnya.

Sesampainya Kafkha di parkiran restoran itu, ia langsung buru-buru masuk ke dalam restoran itu karena Clara sudah menunggu nya.

"Aaw... hati-hati dong mas!" ujar perempuan berpakaian tertutup itu lengkap dengan cadarnya.

Saking buru-buru nya Kafkha tidak sengaja menabrak seorang gadis, sampai-sampai makanan gadis itu tumpah ke jalan.

"Jalan itu pakai mata jangan menunduk!" ujar Kafkha memarahi gadis yang ia tabrak.

"Maaf mas, anda yang salah bukan saya!" ujar gadis bercadar itu dengan suara lembut.

Kafkha memutar bola matanya, ia malah pergi meninggalkan gadis yang ia tabrak itu.

"Sabar Medina sabar!" ujar Medina

Gadis yang di tabrak Kafkha tadi ialah Medina yang baru keluar dari restoran itu, baru saja Medina memesan makanan eh malah terbuang dengan percuma karena jatuh.

...

Bersambung...

part 3. Kafkha Tunduk Dengan Darmansyah

Setelah pertemuan dengan kekasih nya itu, Kafkha pulang ke rumahnya kalau balik lagi ke kantor dia malah tidak ada mood balik lagi karena kakeknya itu menghancurkan suasana hatinya.

Darmansyah sangat senang dengan keputusan yang di ambil cucu laki-laki nya, Darmansyah memaksa Kafkha karena Darmansyah ingin menjalankan wasiat dari Wijaya yang tidak lain kakek Medina.

Darmansyah dulunya memiliki hubungan yang sangat baik dengan Wijaya, karena hubungan baik ini tidak mau hilang begitu saja, Darmansyah dengan Wijaya bersepakat ingin menjodohkan cucu mereka agar hubungan baik antara keluarga nya dengan keluarga Wijaya tetap utuh.

Saat Wijaya menghembuskan napas terakhir nya di rumah sakit, ia berpesan jika salah satu dari cucu mereka harus menikah, Darmansyah menyetujui itu dan Darmansyah memilih Kafkha untuk di jodohkan nya dengan cucu Wijaya.

"Ayah, apa Kafkha mau menerima perjodohan ini sedangkan dia tidak menerima nya, darma takut jika Kafkha bertindak tidak di inginkan!" ujar darma

"Iya ayah, ayah kan tau jika Kafkha wataknya sangat berbeda dari yang lain, Sarah juga takut apa yang mas darma ucapkan itu terjadi, Kafkha sangat keras kepala yah!" ujar Sarah

"Kalian tenang saja, ayah sudah kenyang dengan sikap Kafkha seperti itu, dengan mudahnya ayah bisa melumpuhkan cucu ayah itu!" ujar Darmansyah

Darmansyah tidak bisa di lawan oleh siapapun, sekali jentikan tangan Darmansyah bisa menumpas habis musuhnya, jika kehendak nya tidak di turuti jangan harap dapat nama belakang Darmansyah, nama Darmansyah merupakan kebanggaan bagi keluarga nya.

Apa lagi upil seperti Kafkha itu, dengan hentakan tongkat saja sudah habis Kafkha oleh kakeknya itu, ucapan Darmansyah tidak bisa di lawan oleh siapapun, sekali dapat kecaman dari Darmansyah semua keluarga nya itu tidak dapat berkutik lagi.

Kafkha seorang yang selama ini membantah ucapan kakeknya itu, di keluarga nya itu Kafkha lah yang paling berani dengan kakeknya.

Kafkha sampai di rumah nya itu ia melewati orang tua dan kakeknya itu, Darmansyah tersenyum kecil saja melihat kelakuan tidak sopan dari cucunya itu.

"Lihatlah dia tidak sopan sama sekali!" ujar Darmansyah

"Maaf ayah!" ujar Darman

Darman sangat malu dengan sikap tidak sopan anaknya itu, apa lagi Sarah yang sangat malu dengan mertua laki-laki nya itu, dari kecil mereka mendidik anak-anak mereka dengan baik, tapi sudah besar Kafkha malah berubah sikapnya.

"Maafin kami ayah telah gagal mendidik Kafkha!" ujar Sarah

"Kalian tidak salah yang salah itu ada pada diri Kafkha, karena pergaulan dia sampai seperti ini!" ujar Darmansyah menghela napas.

Darmansyah menghampiri cucu nya ke kamar ia mau berbicara berdua dengan cucu nya itu, Darmansyah harus memastikan jika Kafkha mau menerima perjodohan itu, apa lagi Darmansyah sudah berbicara juga dengan dia tadi pagi.

"Kafkha!" ujar Darmansyah saat dia sampai di depan pintu kamar Kafkha, di dalam kamar Kafkha sedang menelepon kekasih nya tapi kakeknya menganggu ketenangan dia.

"Tua bangka itu apa tidak bisa menganggu ku sekali saja!" umpat Kafkha

Darmansyah menggedor-gedor pintu kamar Kafkha itu dengan tongkatnya, dengan jengkel Kafkha mengakhiri panggilan telepon nya dengan Clara, Kafkha membuka pintu itu dengan wajah merah padam karena menahan emosi.

"Kakek tidak bisa mengetuk pintu ku dengan pelan-pelan!" ujar Kafkha mempraktekkan cara mengetuk pintu dengan pelan-pelan.

Darmansyah tidak menghiraukan ucapan Kafkha itu, ia mendorong tumbuh atletis cucunya itu, Darmansyah duduk di pinggir ranjang sementara Kafkha melipat tangannya di depan dada seraya melihat Darmansyah.

"Kenapa aku harus terlahir di keluarga Darmansyah ini!" batin Kafkha

"Duduk!" titah Darmansyah menyuruh Kafkha duduk di sebelahnya, dengan berat hati Kafkha menuruti perintah kakeknya itu.

"Jangan melupakan kesepakatan kita tadi, kamu sudah menerima perjodohan itu!" ujar Darmansyah to the poin

"Aku tidak akan lupa, lagi pula aku tidak pikun seperti kau!" ujar Kafkha memelankan kalimat 'pikun seperti kau' nya.

"Anak baik memang harus menuruti permintaan kakeknya ini, entah-entah ini permintaan kakek yang terakhir!" ujar Darmansyah.

Kafkha memutar bola matanya.

"Sukur-sukur kau cepat mati!" do'a Kafkha dalam hatinya

Cucu tidak punya perasaan ya seperti itu, di suruh menikah dengan wanita baik-baik malah menolaknya, apa lagi menyumpahi orang tua cepat mati.

"Kau jangan menyumpahi ku cepat mati juga, kalau aku mati siapa yang mengurus harta-harta ku, aku tidak mau kau yang memegang semua harta ku, enak di kau tak enak di aku, setelah kau menikah nanti kau harus memberiku cicit untuk meneruskan bisnis dan perusahaan ku!" ujar Darmansyah

Kafkha memutar bola matanya jengah dengan kakeknya ini, selama ini padahal Kafkha dan Hanif yang mengurus perusahaan dan bisnis kakeknya dan sekarang Darmansyah tidak mau lagi Kafkha yang memegang perusahaan nya.

"Terserah kakek saja, aku juga tidak mengharapkan harta kakek!" ujar Kafkha dengan angkuh nya, padahal selama ini dia lah yang menikmati harta kakeknya itu.

"Kau sok-sokan tidak mau harta ku, itu perusahaan ku separuhnya kau yang pegang jadi kau bilang tidak mengharapkan harta ku, uuh cucu tidak tau di untung sekali kau ini!" ujar Darmansyah memukul kepala Kafkha dengan tangan keriputnya itu.

"Kakek tidak tau diri sakit kepala ku!" ujar Kafkha mengusap-usap kepalanya, Kafkha sangat berani melawan kakeknya itu karena dari dulu Kafkha tidak pernah akur dengan Darmansyah.

"Besok kita akan menemui keluarga si perempuan yang akan kamu nikahi, tidak ada penolakan sekali pun, kau sudah berjanji dengan ku!" ujar Darmansyah setelah itu ia pergi dari kamar Kafkha.

Kafkha menghela napas berat, sebenarnya dia juga takut jika Darmansyah mengambil semua aset yang telah Darmansyah bagi-bagi untuk cucu-cucu nya, kalau saja Darmansyah tidak mengancam akan mengambil alih aset-aset perusahaan tidak akan mungkin Kafkha mau menuruti permintaan kakeknya nya itu.

Sekarang Kafkha memang harus menuruti keinginan kakeknya itu, jika tidak Kafkha akan rugi sendiri, mana mau dia hidup lontang lantung di jalanan setelah dia menolak pernikahan ini, lebih baik dia menuruti kemauan kakeknya itu.

"Keluarga macam apa ini, kok aku baru menyesal memiliki keluarga seperti Darmansyah itu, kakek nggak punya hati, udah bau tanah gitu masih saja banyak kemauan!" umpat Kafkha melempar bantal nya ke bawah.

Kafkha tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain tunduk pada kakeknya itu, di tolak maka akan berdampak padanya, di terima pasti hidup Kafkha akan lebih parah lagi, pikir nya.

Darmansyah tersenyum lebar saat ia baru saja menelepon Harun untuk memberitahu jika cucunya mau menerima perjodohan ini.

Ucapan Darmansyah akan selalu di turuti oleh keluarga nya, dengan sekali ancaman saja Kafkha sudah tunduk dengan kakeknya itu, memang dahsyat pengaruh keluarga Darmansyah ini.

...

Bersambung...

Coba komentar tentang cerita ini, author pengen tau tanggapan kalian seru atau tidak alurnya.

like sama vote jangan lupa juga ya!!!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!