"Akhirnya selesai juga!" Ucap seorang wanita yang kini duduk di sofa dengan keringat yang mengucur membasahi pipinya.
Elleana Bella, wanita yang akrab di sapa Bella pun duduk dengan meluruskan kakinya melepas penat yang ia rasakan saat ini.
Rasa lelah setelah mengerjakan tugas sebagai seorang ibu rumah tangga membuat Bella sedikit mengantuk, terlebih ia harus setelahnya. Wajar saja jika saat ini ia mengantuk karena malam tadi ia tidak beristirahat dengan benar, karena ibu mertuanya meminta ia memijitnya hingga larut malam.
"Jam kerja masih ada dua puluh menit lagi, sebaiknya aku tidur lima menit agar bisa mengurangi rasa lelah dan kantukku." Gumam Bella yang kini mulai memejamkan matanya.
Saat Bella mulai terlelap dalam tidurnya. Ibu Maya, yang tak lain adalah ibu mertua Bella keluar dari dalam kamarnya, ia menatap menantunya dengan tatapan sinis. Setelah beberapa bulan berlalu kini ibu Maya ikut tinggal bersama dengan anak dan menantunya di kota.
Kini wajah ibu Maya tak menunjukkan rasa empati pada menantunya yang sedang terlelap tidur dengan wajah lelahnya, bahkan saat ini raut wajah ibu Maya terlihat sangat tidak suka pada Bella.
Memiliki menantu yang berpendidikan tinggi tak membuatnya merasa senang, ia selalu berpikir bahwa jika seorang wanita yang memiliki pendidikan lebih tinggi dari suaminya. Pasti akan memperlakukan pria sesuka hatinya dan tak mungkin bisa menghormati keputusan yang di ambil oleh kepala keluarganya.
Terlebih saat ia tahu pekerjaan menantunya lebih baik dari pada putranya. Bahkan, ia pun tahu betul bahwa gaji Bella lebih besar dari Abimana putranya.
"Ckk... Menantu model apa jam segini masih tidur! dasar pemalas! enak sekali dia tertidur disini, sedangkan putraku bekerja keras di bawah terik matahari dari pagi hingga sore." Cetus Ibu Maya yang kini berjalan kearah dapur.
Dengan sengaja wanita paruh baya itu pun menjatuhkan panci untuk membangunkan Bella dari tidurnya.
Praangg...
Bunyi suara nyaring itu pun membangunkan Bella dari mimpi indahnya. Bella merasa sangat terkejut pun terbangun seketika lalu berlari ke arah sumber suara.
"Ibu, sedang apa ibu disini?" tanya Bella dengan suara serak khas bangun tidur.
"Owhh... Ini, ibu tidak sengaja menjatuhkannya. Apa kamu marah pada ibu karena telah menjatuhkan barang kesayanganmu?" Jawab Bu Maya dengan wajah sinisnya.
"Aahh... tidak apa-apa bu, barang masih bisa di beli yang penting ibu tidak terluka. Lebih baik kita sarapan dulu, Bella udah nyiapin sarapan buat ibu di meja." Ajak Bella dengan senyuman sumringah.
Namun kini ibu Maya menunjukan wajah sinisnya. "Tapi ibu tidak suka dengan masakan bersantan, kamu tahu kan kolesterol ibu tinggi apa kamu mau ibu masuk rumah sakit?!" Tanya Bu Maya yang sedikit menaikan intronasi suaranya di hadapan Bella.
"Ya ampun bu,ibu kok ngomongnya gitu sih?" Bella sungguh tak percaya dengan ucapan ibu mertuanya yang menuduhnya tanpa alasan.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Tanya Abimana suami Bella yang sudah siap dengan pakaian kerjanya dan menuntun Zayn putranya.
"Abi? kamu belum berangkat nak? Abi coba lihatlah istrimu, dia sengaja mau bikin kolesterol ibu naik dengan memasak makanan bersantan." Ucap Bu Maya yang mulai mengadu pada putranya.
Abimana menatap ke arah istrinya dengan raut wajah penuh kemarahan, Abimana sungguh tidak suka dengan kecerobohan yang istrinya lakukan. Kini Abimana pun berjalan dan membuang masakan yang istrinya buat dengan susah payah, tanpa memikirkan perasaan Bella saat ini.
"Aku harap lain kali kamu berpikir terlebih dahulu untuk memastikan makanan yang akan kamu berikan pada ibuku." Ucap Abimana yang kini lebih memilih untuk membeli makanan dari luar.
Bella hanya menatap nanar ke arah masakannya yang kini terbuang sia-sia. Ingin marah namun ia urungkan niatnya karena sejak tadi putranya terus menatap dengan wajah sendu ke arahnya. Bella tersenyum lalu menggelengkan kepalanya ke arah Zayn untuk memastikan bahwa dirinya baik-baik saja saat ini.
Sedangkan Ibu Maya tersenyum puas melihat raut wajah kemarahan di wajah putranya. "Rasain kamu Bella!" Batin Bu Maya.
Begitulah sikap ibu Maya yang selalu menyulitkan Bella, bahkan ia pun selalu membuat menantunya seperti pelayan di rumahnya sendiri, dan membuat perpecahan di dalam rumah tangga mereka.
Sebelumnya pernikahan Bella dan suaminya baik-baik saja, namun setelah ibu mertuanya ikut tinggal bersama mereka kehidupan rumah tangga Bella yang harmonis pun perlahan berubah menjadi dingin dan kelabu. Bella merasa sudah tak ada lagi kehangatan dan keharmonisan dalam rumahnya saat ini.
Setelah drama pagi. Kini Bella pun sudah nampak segar dan bersiap untuk pergi bekerja, namun lagi-lagi ibu Maya menyuruh Bella untuk membuatkan teh untuknya. Bella ingin menolak, namun ia merasa kasihan dan tidak tega melihat ibu mertuanya.
"Bella cepatlah sedikit!" Teriak bu Maya yang mulai tidak sabaran menunggu pesanannya.
"Sebentar bu," Bella melihat jam yang melingkar di tangannya dengan hati berdebar takut jika ia akan terlambat untuk pergi bekerja.
Karena terlalu terburu-buru Bella pun tak sengaja menumpahkan air panas itu ke tangannya. Bella meringis dan mencuci tangannya yang kini mulai memerah.
"Bella cepatlah sedikit!" Ibu Maya berteriak semakin keras.
Dengan cepat Bella pun menghampiri ibu mertuanya dengan memberikan secangkir minuman yang di minta ibu Maya.
"Bu, Bella berangkat sekarang, Bella sudah hampir terlambat." Seru Bella yang kini mulai mengambil tas nya bersiap untuk pergi bekerja. Namun kini langkah kakinya terhenti saat ibu mertuanya kembali memanggilnya.
"Bella tolong ambilkan camilan yang ada di kamar ibu sebentar. " Pinta ibu Maya yang sengaja mengulur waktu Bella.
"Maaf bu, tapi saya harus pergi sekarang!" Tolak Bella yang kini kembali melangkahkan kakinya.
"Apa begitu cara orang tuamu mendidik dan mengajarkanmu bersikap pada orang tua?" Ucap Ibu Maya dengan sinis menyinggung dan mempertanyakan didikan orang tua Bella.
Bella mengepal erat tangannya menahan emosi yang hampir meledak dalam dirinya. Bella menghela nafasnya perlahan menahan segala amarahnya. Ia masih tetap sabar menghadapi sikap ibu mertuanya yang mulai berbuat sesuka hatinya.
"Apa ibu perlu sesuatu yang lain lagi?" Tanya Bella yang kini memberikan camilan yang ibu mertuanya minta.
"Tidak, terima kasih, kau boleh pergi."
Setelah mendengar jawaban ibu mertuanya, Bella pun langsung berlari keluar rumahnya sebelum ibu mertuanya kembali berubah pikiran.
"Aku sudah sangat terlambat, semoga saja bos tidak marah dengan hal ini." Gumam Bella.
Bella menatap tangannya yang kini semakin memerah, lalu meniupnya perlahan agar bisa mengurangi rasa panas dan perihnya.
"Aku tidak tahu apa dan mengapa ibu selalu saja menyulitkanku dalam segala hal. Entah ini benar atau hanya pikiranku saja, tapi yang aku tahu setelah ibu datang dan ikut tinggal bersama kami, mas Abi sedikit berubah padaku." Bella menghela nafas perlahan dan mulai berpikir positif pada ibu mertuanya.
Bersambung..
Hari demi hari sikap ibu Maya pun kian menjadi-jadi. Ia selalu membuat Bella dalam kesulitan dan membuat batas kesabaran Bella habis sehingga tak dapat menghindari pertengkaran di antara mereka.
Namun Bella tetap berusaha untuk sabar dan tegar menghadapi sikap julid ibu mertuanya, karena tak ingin terus menerus berada dalam situasi yang sama setiap harinya.
Bella meregangkan otot-otot tubuh nya yang terasa kaku, walau ini hari libur namun ia tetap mengerjakan tugas kantornya yang sempat tertunda.
Kini ibu Maya datang menghampiri Bella dan pura-pura tersandung. Dengan sengaja ibu Maya pun menumpahkan segelas minuman yang berada di tangannya. Ibu Maya melakukan hal itu karena rasa bencinya terhadap Bella yang tak pernah menurut padanya.
Bella terkejut dan langsung berdiri menatap ibu mertuanya dengan tatapan penuh kemarahan. "Ibu! Apa yang ibu lakukan!" Teriak Bella yang terkejut melihat semua berkas-berkas pentingnya kotor dan basah.
Namun, ibu Maya tak suka dengan teriakan dan tatapan menantunya pun mendorong Bella hingga jatuh tersungkur. Bella menghela nafas kasar, ia mengepal erat tangannya menahan segala kemarahan yang terpendam dalam hatinya selama ini.
Sudah cukup rasa sabar Bella menghadapi sikap ibu mertuanya selama ini. Pertengkaran di antara menantu dan mertua itu pun terjadi dan di ketahui oleh suaminya.
Dan pertengkaran antara suami istri itu pun tak dapat terelakkan. Bahkan tanpa bertanya apa penyebab antara Bella dan ibu Maya bertengkar, Abimana mendaratkan tamparan keras di wajah istrinya.
Plakkk...
"Mas!" Bella memegangi pipinya yang terasa panas, sungguh ia tak menyangka jika suaminya akan tega bersikap kasar padanya.
"Bella! Aku sudah mengingatkanmu untuk tidak berlaku kasar kepada ibuku! tapi apa yang ku lihat sekarang. Kau sudah sangat keterlaluan Bella." Dengan arogan Abimana berteriak membentak istrinya dan tak mempedulikan perasaan Bella saat ini.
"Aku akan menghormati ibu, jika ibu juga menghargai aku mas! harusnya kamu menanyakan terlebih dahulu apa yang ibu lakukan padaku di rumah ini." Bella menatap wajah suaminya dengan penuh air mata.
"Iya ibu tahu, ibu salah. Maafkan ibu sudah membuat banyak keributan di rumah kalian, lebih baik ibu kembali ke kampung saja dari pada hidup disini menyusahkan kalian berdua." Ucap Ibu Maya yang mulai terisak memperlihatkan wajah sedihnya.
"Ya! Memang harus ada yang pergi dari rumah ini. Tapi bukan ibu yang pergi, tapi Bella yang pergi dari rumah ini." Ujar Abimana yang tega mengusir istrinya sendiri.
"Mas! kamu tega ngusir aku dari rumahku sendiri?" Tanya Bella dengan raut wajah tak percaya.
"Kemasi barang-barangmu sekarang juga!" Teriak Abimana tanpa menatap wajah istrinya.
"Baik, aku akan pergi seperti yang kamu inginkan."
Bella yang merasa sangat terpukul dengan ucapan sang suami, ia pun lebih memilih pergi meninggalkan ruangan itu untuk mengemasi barang-barangnya dengan wajah penuh kesedihan.
Pertengkaran di antara Bella, ibu mertua dan suaminya pun membuat Bella semakin patah hati. Dan semakin yakin bahwa dirinya sedang di rundung oleh keluarga suaminya. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa selain memendam segalanya dalam hati.
"Mama, kenapa mama menangis?" Tanya Zayn putranya yang kini ikut menangis memeluk Bella dengan sangat erat.
"Jangan menangis sayang, mama baik-baik saja. "Bella mengusap air mata putranya dengan lembut dan melabuhkan kecupan sayang di puncak kepala Zayn.
Kini Bella menarik kopernya keluar dari kamarnya, ia bersiap untuk pergi meninggalkan rumah itu bersama putranya. Bella tidak sanggup jika harus pergi meninggalkan Zayn yang masih terlalu kecil untuk ia tinggalkan.
Kini pandangan Bella pun tertuju pada suaminya yang masih berdiri mematung ditempatnya, tanpa sedikit pun berniat untuk menatap ataupun menghentikan kepergiannya.
Zayn menatap mamanya dengan wajah sendu, namun Bella tersenyum dan mengusap rambut putranya dengan lembut dan bersiap untuk pergi meninggalkan rumah itu. Namun sebelum mereka benar-benar pergi meninggalkan rumah itu, Zayn anak yang berusia lima tahun itu menatap sang papa dengan wajah sedihnya.
Lama Abimana berada di posisinya, kini tatapannya tertuju pada berkas-berkas yang masih tergeletak di atas meja. Abimana mengambil berkas yang terlihat kotor dan basah, kini ia pun mulai tersadar dengan apa yang di lakukan itu salah.
"Bella!" Dengan cepat Abimana berlari keluar rumah untuk mencari keberadaan istrinya.
Ibu Maya mendengus kesal. Ia menatap tak suka saat melihat putranya begitu sangat mengkhawatirkan keadaan istrinya yang pergi.
"Ckk... Kenapa juga Abi kembali mencari wanita itu, kenapa tidak biarkan saja dia pergi kemanapun wanita itu mau." Cerocos ibu Maya dengan raut wajah kesalnya.
Abimana terus melajukan mobilnya dan berusaha mencari keberadaan istrinya di sepanjang jalan. "Aku yakin dia belum pergi jauh. Bella dimana kamu sayang? maaf aku sudah khilaf menyakitimu." Ucap Abimana penuh penyesalan. Kini ia pun melihat istri bersama dengan putranya yang kini mulai memasuki taksi yang akan membawa mereka pergi.
Dengan cepat Abimana pun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi untuk mengejar taksi tersebut.
"Ma, kita mau pergi kemana?" Tanya Zayn dengan wajah polosnya menatap wajah cantik sang mama yang terlihat sembab.
Namun belum sempat Bella menjawab pertanyaan putranya taksi itu mengerem secara mendadak, membuat Bella terkejut begitu juga dengan putranya.
"Ada apa pak?" Bella menatap pada sang sopir yang kini terlihat begitu terkejut.
"Ada mobil yang menghalangi jalan kita bu." Jawab sang sopir yang masih memegangi dadanya.
"Bella! Bella! keluarlah, aku minta maaf, ayo kita pulang kembali dan bicarakan hal ini di rumah." Pinta Abimana sedikit memohon dan terus mengetuk kaca mobil taksi yang Bella tumpangi.
"Bu sebaiknya kalau ada masalah keluarga di selesaikan di rumah saja jangan disini." Ucap sang sopir yang melirik sinis pada Bella.
Kini Bella pun keluar dari taksi itu setelah membayarnya. Abimana langsung menggendong putranya dan memeluk istrinya secara bersamaan.
Abimana memohon agar istrinya kembali pulang bersamanya. "Bella aku minta maaf padamu, aku salah, aku khilaf. Bella kau boleh memarah padaku tapi aku mohon jangan tinggalkan aku. Pikirkan juga putra kita." Abimana mengusap wajah istrinya yang terlihat memerah. Kini pandangan nya pun tertuju pada bekas tangannya yang masih terpampang jelas di wajah Bella.
Awalnya Bella menolak, ia tidak ingin kembali ke rumahnya karena rasa sakit yang sudah di torehkan oleh suami dan ibu mertuanya membuat Bella sangat terluka. Namun kini Bella menatap putranya yang berada dalam pelukan suaminya.
"Haruskah aku kembali? tapi jika aku pergi bagai mana dengan Zayn?" Bella terlihat bingung untuk memutuskan pilihannya saat ini.
Bersambung
Dengan penuh pertimbangan, akhirnya Bella pun memaafkan kesalahan suaminya demi kebaikan sang anak. Bella tidak ingin jika putranya tumbuh tanpa kasih sayang penuh dari kedua orang tuanya.
Beberapa hari berlalu. Bella pun mulai melupakan kejadian hari itu dan kembali mengerjakan tugas seperti biasanya. Namun tetap saja pada akhirnya ibu mertuanya tetap menyulitkan Bella dan pertengkaran pun selalu terjadi dengan suaminya.
Bahkan saat ini Abimana pun semakin kasar padanya. Kata maaf dan penyesalan tempo lalu bagaikan angin yang berhembus begitu saja tanpa meninggalkan jejak.
Rasa sakit yang Bella rasakan pun semakin dalam di hati Bella, namun hanya maaf saja yang bisa Bella lakukan saat ini.
Ratapan terhadap hidupnya pun tak dapat di bendung dan di tahan lagi. Hingga akhirnya Bella berpikir untuk mengubah pandangan ibu mertua terhadapnya. Bella sudah tak tahan jika setiap hari selalu berselisih paham dengan ibu mertuanya yang selalu menyalahkan nya dalam segala hal.
"Mungkin berdamai dengan luka itu lebih baik." Gumam Bella, yang kini menghampiri ibu mertuanya yang sedang duduk bersantai di depan televisi menikmati drama kesayangannya.
"Ibu, apa ibu perlu sesuatu?" Tanya Bella dengan lemah lembut untuk mulai membuka pembicaraan di antara mereka.
"Tidak!" Jawab Bu Maya dengan ketus, tanpa mengalihkan perhatiannya dari drama yang sedang ia tonton.
"Ibu, bisakah kita berdamai menjadi menantu dan mertua yang akur seperti drama kesayangan ibu itu? Bella sudah sangat lelah dengan drama pertengkaran kita yang selalu terjadi setiap harinya. Jika Bella salah, tolong beritahu Bella dimana letak kesalahannya agar Bella bisa memperbaiki segalanya seperti keinginan ibu." Ucap Bella panjang lebar.
Namun ibu Maya tak mendengarkan apa yang Bella katakan. Matanya hanya berfokus pada layar televisi saja dan tak mempedulikan pertanyaan Bella saat ini.
Bella menghela nafasnya perlahan, saat melihat ibu mertuanya tak mempedulikan apa yang ia katakan saat ini.
"Ya allah berikanlah hambamu ini kesabaran yang tiada batasnya, jadikanlah hamba orang yang pemaaf dan jauhkan hamba dari rasa dendam yang akan menjadi belenggu dalam hati hamba." Batin Bella bermonolog, menatap ibu Maya sekilas dan ia pun lebih memilih pergi meninggalkan ibu mertuanya.
Kini ibu Maya tersenyum sinis saat melihat menantunya pergi meninggalkannya begitu saja. "Kamu pikir, kamu siapa bisa mengatur kehidupanku? jangan harap kamu bisa masuk kedalam kriteria menantu idaman ku, apalagi kamu menyamakan dirimu dengan tokoh yang ada dalam drama kesayanganku." Gumam ibu Maya dengan penuh kebencian.
Di dalam kamar Bella menangis meratapi nasib pernikahan nya yang malang. Bahkan setiap hari Bella akan merasakan sakit hati karena suami yang tak pernah bisa memahami penderitaan nya dan menjadi sandaran nya saat ia tengah bersedih.
"Aku ingin pernikahan kita seperti dulu mas, aku ingin kita hidup bahagia saat sebelum ada ibu. Tapi bukan berarti aku membenci kehadiran ibumu di rumah ini. Aku hanya ingin sikap ibu bisa lebih lembut dan bisa memahamiku." Ucap Bella dalam tangisannya.
Selama ini ia selalu berusaha untuk menjadi menantu ideal untuk ibu mertuanya, namun hanya rasa sakit dan perlakuan kasar yang ia dapatkan sebagi timbal balik dari ketulusan dan kebaikan hatinya.
Namun, akan selalu ada obat di hati Bella yang remuk. Hanya anaknya yang mampu membuatnya tetap tenang dan bertahan dalam rumah yang bagaikan neraka baginya, hidup bersama suami dan ibu mertuanya.
Bella mengusap lembut rambut putranya yang kini sudah tertidur pulas. Disetiap malamnya, Bella akan menangis sambil memeluk anaknya sampai akhirnya Bella akan tertidur dengan sendirinya. Bella selalu berdoa, berharap suatu hari nanti suami dan ibu mertuanya akan sadar dan memahami rasa sakit yang di alaminya selama ini.
"Bersabarlah Bella, semuanya akan baik-baik saja." Gumam Bella yang kini mulai menutup matanya untuk beristirahat menenangkan hati dan pikirannya yang lelah.
***
Pagi hari seperti biasa sebelum pergi bekerja Bella mengerjakan tugas-tugas rumah tangga terlebih dahulu.
"Zayn apa kamu sudah siap nak?" Tanya Bella pada putranya yang kini masih berada di dalam kamar.
"Sebentar ma!" Zayn pun keluar dari dalam kamarnya dengan seragam lengkap untuk bersiap pergi ke sekolah.
"Ibu ikut." Seru ibu Maya yang kini sedikit berlari menghampiri cucu dan menantunya.
"Ibu mau kemana?"
"Tentu saja ibu ikut mengantarkan cucu ibu, apa kamu tidak suka ibu ikut bersamamu? sudah lama ibu disini tapi ibu tidak tahu dimana cucu ibu bersekolah. Ibu ingin melihatnya sekarang."
"Tapi bu, setelah mengantarkan Zayn aku langsung pergi bekerja, jika nanti aku kembali mengantarkan ibu, aku pasti akan terlambat lagi aku mohon mengertilah untuk hari ini Bella tidak bisa bu, lain hari saja ya?" Bella memohon pada ibu mertuanya agar ia mengerti.
Namun ibu Maya tetap bersikukuh dengan pendirian nya, hingga akhirnya Bella pun mengalah dan membawa ibu mertuanya ikut serta bersamanya.
Sepanjang jalan ibu Maya menatap suasana kota yang tampak begitu asing baginya, dan sepanjang jalan itu pula ibu Maya selalu bertanya segala yang dilihatnya pada Bella.
Dengan sabar Bella pun menjawab pertanyaan demi pertanyaan ibu mertuanya. Bella sangat memaklumi sikap ingin tahu ibu mertuanya, karena di kampung tidak seperti di kota yang segala penjurunya terdapat gedung-gedung bertingkat.
"Ini sekolah nya Zayn bu." Ucap Bella yang kini menepikan mobilnya dan bersiap untuk mengantarkan putranya masuk ke dalam kelas.
"Waahh... Sekolah anak TK saja sebesar dan semewah ini, pasti bayarnya sangat mahal." Cerocos bu Maya yang tak henti-hentinya menatap setiap sudut bangunan tersebut.
Bella hanya tersenyum samar menggelengkan kepalanya. Setelah selesai mengantarkan putranya ke sekolah kini Bella pun akan kembali mengantarkan ibu mertuanya pulang ke rumah dengan sedikit cemas. Ia sangat takut jika hari ini ia akan terlambat kembali.
"Ini sudah kesekian kalinya aku terlambat dan bos sudah memperingatkan aku. Semoga saja hari ini aku tidak terlambat untuk mengikuti meeting pagi, jika tidak. Entahlah apa yang akan terjadi besok.
Bella sedikit menaikan kecepatan agar ia tidak terlambat, namun ibu Maya berteriak ketakutan meminta Bella menurunkan kecepatannya.
"Apa kamu ingin wanita tua ini mati karena serangan jantung!" Bentak ibu Maya menatap kesal pada menantunya.
Sedangkan Bella hanya diam saja tak menyahuti perkataan ibu mertuanya, saat ini ia tak ingin membuat keributan yang akhirnya akan merugikan dirinya sendiri.
"Sudah sampai bu."
"Dasar menantu tidak sopan!" Ibu Maya pun langsung keluar dari mobil menantunya dan menutup pintu mobil dengan sangat kasar.
Bella memegangi dadanya yang terkejut dengan ulah barbar ibu mertuanya. "Astagfirullah, kenapa ibu selalu saja seperti itu. Sebenarnya apa salahku?" Bella sungguh tak mengerti dengan jalan pikiran ibu mertuanya.
"Aku harap ibu tidak mengadukan hal yang tidak-tidak pada mas Abi." Gumam Bella, yang mulai melajukan mobilnya membelah jalanan menuju ke tempat ia bekerja dengan hati waswas.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!