"Allena, Merry me," ucap Akmal membuat Allena terkejut melihat kekasihnya mengatakan hal teromantis di hadapannya.
"Abang srius sama adek? Abang gak main-main kan sama adek?" tanya Allena dengan mata yang berkaca-kaca.
"Abang serius," jawab Akmal membuat Allena langsung memeluknya.
"Aku mau bang, jadi istri abang Akmal," ucap Allena merasa sangat senang mendengar Akmal akan menikahi nya.
Akhirnya Akmal dan Allena pun menemui keluarga Allena untuk mengatakan kabar baik ini, Allena yang tinggal bersama pakde dan budenya, karena kedua orang tua Allena sudah meninggal dunia,10 tahun lalu membuat Allena di asuh oleh pakde dan budenya.
"Assalamualaikum," ucap Allena bersama Akmal.
"Walaikumsalam, mbak bawa siapa?" jawab Ella sepupu Allena, yang terkejut melihat Allena membawa pria asing bersamanya.
"Pakde ada dek? Mbak Allena mau ketemu sama pakde," kata Allena yang masuk ke dalam rumah dan mempersilahkan Akmal duduk.
"Aku panggil bapak dulu ya mba," jawab Ella langsung berjalan menemui ayahnya yang sedang ngopi santai sambil menatap kolam ikan miliknya.
Mendengar ada yang memanggil namanya, Katmojo pun langsung menoleh ke arah sumber suara saat namanya di panggil oleh Ella, Ella pun langsung memberi tahu jika Allena membawa seorang pria asing masuk ke dalam rumah.
Katmojo yang terkejut mendengar Allena membawa seorang pria asing, membuatnya langsung berjalan masuk ke dalam ruang tamu. Dia melihat Allena dan Akmal sudah menunggunya.
"Siapa pria yang kamu bawa Allena?" tanya Katmojo.
"Ini pakde, kekasih Allena, namanya abang Akmal dia bekerja sebagai Arsitektur di gedung yang saat ini sedang di bangun di pusat kota," jelas Allena kepada Handoko.
"Perkenalkan Pak, saya Akmal Khabir, saya berasal dari Malaysia dan saya masih keturunan Yang di Petuan Agong," ucap Akmal Khabir.
Katmojo yang mendengar pria di hadapannya adalah Akmal Khabir dan masih keturunan darah biru kerajaan dengan gelar Sri Paduka Baginda Yang di Petuan Agung, merasa terkejut bukan main. Allena yang melihat Katmojo terdiam dengan wajah yang terkejut langsung bertanya, " pakde kenapa? Apa pakde baik-baik saja?" tanya Moly sangat khawatir dengan pakdenya.
"Tidak, pakde baik-baik saja," jawab Katmojo mulai mengatur napanya agar lebih tenang.
"Jadi apa maksud kedatangan nak Akmal kemari?" tanya Katmojo kepada Akmal Khabir.
"Saya kemari berniat untuk mempersunting keponakan pak Katmojo untuk saya jadikan istri saya," ucap Akmal.
Mendegar niat baik Akmal, Katmojo pun langsung menyetujuinya. Dan memberi restu kepada mereka berdua, Allena pun sangat bahagia mendengar pakdenya menyetujui hubungannya dengan pria asing itu.
Akmal pun pamit untuk kembali ke kantornya, ada beberapa pekerjaan yang memang harus selesai sore ini, Melihat Akmal sudah menjauh dari rumah Katmojo, dengan cepat Dewi dan Ella langsung berjalan menuju ruang tamu, bertanya langsung kepada suaminya, "pak, apa benar dia pria keturunan kerajaaan?" Dewi terlihat sangat penasaran.
"Melihat dari penampilannya memang dia bukan sembarang orang buk," jawab Handoko.
"Keluarga kita akan ikut terpandang pak, karena si Allena akan menikah dengan pria kaya raya, jadi gak nyusahin kita lagi," ucap Dewi merasa senang.
Allena hanya terdiam, melihat Dewi yang selalu menganggap dirinya anak tidak tahu diri dan selalu menyusahkan pakde dan bukdenya. Allena berharap semoga pernikahannya bersama Akmal akan membawa kebahagiaan untuknya, dan dirinya terbebas dari keluarga Katmojo yang selalu memperlakukannya Allena seperti seorang pembantu.
Selama ini Allena tidak gratis tinggal bersama pakde dan bukdenya, dirinya harus bekerja keras untuk membayar sewa tempat tinggal dan makan. Padahal mendiang orang tuanya meninggalkan beberapa warisan untuk Allena tapi semua itu di kuasai oleh pakde Katmojo.
Allena pun kembali kekios tempat dirinya bekerja, Allena bekerja sebagai seorang penjahit yang sangat terampil. Karena tidak memiliki uang untuk Allena sekolah desainer, akhirnya Allena menjadi penjahit di desanya dengan alat seadanya dan ia mempelajari semuanya melalui youtube dan sosial media lainnya.
"Mbak Allena kayak nya lagi seneng," ucap Lisa.
"Iya nih, mbak bentar lagi mau menikah," ucap Allena tersipu malu.
"Mbak Allena serius? Alhamdulilah akhirnya mbak Allena menikah," kata Lisa merasa sangat senang.
Lisa bekerja di kios milik Allena, yang saat ini cukup besar dan terkenal karena kemahirannya dalam penjahit berbagai jenis pakaian.
◇◇◇
Akmal yang sedang mengawasi proyek besar di pusat kota B, bersama sahabatnya yang bernama Putra Abbas, biasa di sapa Abbas.
"Aku rasa kita harus mendesain bagian inti dari gedung ini," ucap Abbas menunjukan kan gambaran nya di meja proyek itu kepada Akmal, Akmal yang memperhatikan gambaran itu langsung mendapatkan ide.
"Bagaimana jika kita menggunakan gaya Eropa untuk mendesain bagian dalam nya? Apa kau setuju? Tapi tidak mengurangi budaya di kota ini," ucap Akmal kepada Abbas.
Abbas yang mendengar penjelasan Akmal pun merasa sangat senang, karena Akmal memiliki ide yang sangat cemerlang. Mereka berdua pun memutuskan untuk makan siang di salah satu cafe yang ada di dekat pembangunan itu.
"Ku dengar kau akan menikahi gadis desa itu?" tanya Abbas.
Akmal yang sedang mengunyah makanan langsung berhenti dan menatap Abbas, "kau tahu dari mana? Bahkan aku belom menceritakannya dengan mu?" Akmal merasa terkejut.
"Kau ini seperti baru mengenal diri ku saja, bagaimana? Apa dia cantik? Bohay? Seksi? Dia mampu membuat mu menikahinya, apa dia hamil duluan?" tanya Abbas yang sedikit frontal kepada Akmal.
"Abbas kau memang tidak berubah, selalu mencari perempuan yang sempurna," jawab Akmal menggelengkan kepalanya.
"Jawab dulu pertanyaan ku," ucap Abbas.
"Aku menikahinya karena memang aku menyukainya, memangnya ada yang salah!" sahut Akmal.
"Boleh lah untuk menemani diri mu yang ke sepian disini," kata Abbas yang terus menggoda Akmal.
Akmal hanya terdiam mendengar Abbas berbicara seperti itu, dirinya sudah terbiasa dengan sikap Abbas yang sangat ceroboh dalam berbicara.
Allena mendapat pesan dari Akmal.
Akmal : "Sudah makan?"
Allena : "Belom, sebentar lagi bang, aku baru saja berbelanja kain kebaya untuk pernikahan kita."
Akmal : "Ingat, kamu harus jaga kesehatan, aku gak mau kamu sakit."
Allena tersenyum membaca pesan dari Akmal, Lusi yang memandanginya sedari tadi langsung menggoda Allena, "duh ... yang lagi kasmaran emang beda ya hawanya," Lusi merapihkan beberapa kain ke dalam etalase.
"Mbak, memangnya calonnya mba Allena ini orang mana? Mbak kenal di mana?" tanya Lusi.
"Pertanyaan mu seperti sensus penduduk," jawab Allena.
"Ayo lah mbak, aku penasaran," regek Lusi kepada Allena.
Allena pun akhirnya menceritakan awal pertemuannya dengan Akmal Khabir secata tidak di sengaja.
"Jadi begini Lusi, waktu itu..." ucap Allena langsung membayangkan kejadia dirinya bertemu dengan Akmal.
Saat Allena sedang belanja ke toko pakaian untuk membeli kain, Allena tak sengaja menabrak Akmal yang saat itu akan membeli kain juga untuk dirinya. Mereka saling menatap satu sama lain, Akmal yang menompang tubuh Allena yang hampir saja terjatuh.
Allena yang menyadari pinggangnya di pegang oleh pria yang tak di kenal itu, membuatnya langsung berdiri dan meminta maaf.
"Maafkan saya pak, saya terburu-buru sehingga tidak melihat ada bapak di depan saya," ucap Allena.
BERSAMBUNG.
"Maafkan saya pak, saya terburu-buru sehingga tidak melihat bapak ada di depan saya," kata Allena menundukan kepalanya.
"Sudah tidak apa-apa, aku baik-baik saja kok," ucap Akmal dengan ramah.
Allena memandang pria di hadapannya dengan rasa kagum, terlihat sisi baik dari sikapnya, senyumnya, pria itu seketika merobohkan jantung Allena sehingga berdetak kencang saat menatap wajahnya.
Allena pun langsung berjalan menuju toko kain langganananya, saat masuk ke dalam toko itu Allena memilih kain yang di butuhkan, sambil berjalan melihat beberapa kain yang begitu indah dan bagus, tetapi matanya tertuju pada kain kain batik yang berada di ujung, Allena menghampiri kain itu.
Ketika tangan Allena ingin memegang kain batik itu, entah dari mana tangan seorang pria pun ikut memegang kain batik itu, tangan Allena dan pria itu tanpa sengaja saling bersentuhan. Saat mata Allena menatap wajah pria itu, lagi-lagi Allena di kejutkan dengan pria itu.
Dia pria yang tadi di tabrak oleh Allena, pria itu tersenyum manis, membuat Allena langsung salah tingkah. Dengan rasa malu Allena langsung menjauhkan tangannya dari kain batik.
"Ambil lah kain itu pak, jika anda menginginknnya," ucap Allena mempersilahkan pria itu mengambil kain batik itu.
"Baiklah, jika kau tidak mau, maka aku saja yang mengambil ini. Aku butuh berapa meter ya?" sahut Akmal memegang kain batik itu dan akan memanggil penjualnya untuk menanyakan berapa ukuran untuk tubuhnya.
Allena yang mendengar Akmal langsung menjawab, " jika anda ingin membuat seperti kemeja pada umumnya 2 meter di kombinasi dengan puring 1 meter cukup pak," jawab Allena dengan penuh percaya diri.
"Bagaimana kamu bisa mengetahuinya? Apa kamu seorang penjahit?" tanya Akmal.
Allena menjawab dengan senyuman, "iya pak."
"Wah, kebetulan sekali ya, kalo begitu aku boleh menjahit baju dengan mu?" tanya Akmal.
Akhirnya Allena bersama dengan Akmal pulang ke kiosnya untuk mengukur baju yang akan di jahit oleh Allena.
"Aku hampir lupa, siapa nama mu? Sedari tadi di toko kain aku belom mengetahui nama mu?" tanya Akmal mengulurkan tangannya membuat Allena sangat canggung.
"Nama ku Allena pak," jawab Allena membalas uluran tangan Akmal.
"Aku Akmal, aku orang baru di kota ini," sahut Akmal.
Allena pun meminta izin untuk mengukur tubuh Akmal, terlihat bentuk tubuh Akmal sangat tegap seperti pemain film avanger, bahunya yang panjang dan perutnya yang seperti roti sobek membuat Allena sedikit canggung saat mengukurnya.
"Memangnya pak Akmal asli orang mana?" ucap Allena.
"Sudah jangan memanggil ku bapak, apa aku sudah seperti bapak-bapak? Panggil nama ku saja," sahut Akmal.
"Baiklah, aku akan memanggil bang Akmal," sahut Allena tersenyum.
"Aku berasal dari Malaysia, aku di sini bekerja sebagai arsitektur gedung yang sedang di bangun di pusat kota," sahut Akmal.
Mereka berdua pun mengobrol sampai waktu menunjukan sore hari, membuat Akmal harus berpamitan kepada Allena, dan Allena pun segera menutup kiosnya langsung pulang ke rumah pakde Katmojo.
Sampai di rumah, Allena langsung bersih-bersih rumah dan memasak untuk makan malam, rasa lelah tidak di hirauan oleh Allena karena ia terus mengingat wajah Akmal yang sempat tersenyum manis.
Setiap hari Akmal selalu berkunjung ke kios Allena, waktu itu sebelum Allena memiliki karyawan, mereka berdua pun sering keluar jalan-jalan bersama Akmal, mengunjungi tempat bermain dan taman yang ada di pusat kota.
Terlihat dari ke jauhan mereka seperti pasangan yang sangat bahagia, Akmal selalu menciptakan momen bahagia bersama Allena, setiap langkahnya mengundang canda tawa. Merasa lelah karena hampir seharian mereka menghabiskan waktu bersama, mereka memutuskan untuk makan di resto terdekat.
Mereka sudah memesan makanan, dan sedang menunggu makanan itu tiba, senyuman Akmal menatap Allena dengan penuh arti, Allena yang tak seperti biasanya di tatap dengan begitu lekat membuatnya merasa tidak nyaman.
"Jangan menatap ku seperti itu, nanti kamu bisa jatuh hati," sahut Allena.
"Bagaimana jika aku sudah jatuh hati?" tanya Akmal membuat Allena langsung menatapnya.
"Jangan bercanda, itu tidak mungkin," jawab Allena.
"Bagaimana jika itu mungkin? Bagaimana jika aku benar-benar jatuh hati dengan mu?" tanya Akmal mulai memegang tangan Allena.
Saat itu jantung Allena pun berdetak sangat cepat, terasa seperti akan lepas dari tempatnya. Allena bingung harus menjawab apa, di dalam hatinya Ia ingin sekali mengatakan iya, tapi dia sadar bukan wanita yang sepadan jika berdampingan dengan Akmal.
"Kenapa malah diam, apa kau tidak menyukai ku?" tanya Akmal.
"Maaf, aku tidak bermaksud untuk menolak mu, tapi aku sadar bang, aku bukan wanita yang pantas buat kamu," jawab Allena.
"Cinta itu tidak memandang kasta Allena, jika memang dua insan saling mencintai semua itu tidak ada artinya. Kebahagian sesungguhnya itu tidak bisa di beli dengan uang atau kekuasaan," sahut Akmal.
Allena pun hanya terdiam. Di perjalanan pulang menuju kios miliknya, Akmal pun kembali menanyakan tentang perasaannya kepada Allena.
"Bagaimana perasaan mu dengan ku?" tanya Akmal menatap wajah Allena.
"Aku bingung bang, aku memang menyukai mu tapi, rasa tidak pantas ini sangat melekat di dalam diri ku. Membuat ku kesulitan untuk menjawab," jawab Allena.
Akmal pun memengan wajah Allena dan menatapnya dengan rasa penuh cinta, matanya yang tajam menatap mata Allena, Allena yang di perlakukan seperti itu langsung memundurkan tubuhnya, ada rasa takut di dalam hatinya saat itu.
"Sekali lagi aku katakan, aku menyukai mu Allena," ucap Akmal menatap wajah Allena.
Allena yang tak sanggup menjawab langsung memeluk Akmal dan berkata tanpa berani menatap mata indah itu, "aku mencintai mu bang," suara itu terdengar sangat lirih membuat Akmal langsung melepaskan pelukan Allena dan langsung mencium bibir mungil Allena tanpa ragu.
Allena yang terkejut dengan tindakan Akmal, tak mampu menolak sentuhan lembut yang di berikan oleh pria yang sangat Ia cintai. Mereka hampir terbuai oleh suasana yang sangat hening, Allena langsung menyadari jika dirinya sudah hampir melepaskan sebagian bajunya, Allena langsung mendorong Akmal menjauh darinya.
"Hari sudah sore, kau harus pulang," ucap Allena yang terbata-bata.
Akmal menatap Allena yang mencium keningnya, " Aku akan segera melamar mu," Akmal pamit pulang meninggalkan Allena.
Menatap ke pergian Akmal dengan rasa bahagia mendengar bahwa dirinya akan segera di lamar. Allena Menyadari hari sudah sore, dan segera pulang ke rumah dan menutup kios.
"Apa saat ini aku sedang bermimpi? Akmal akan melamar ku dan kita akan segera menikah? Apa itu benar?" gumam Allena di dalam hati.
Saat di rumah Allena terus melakukan aktivitasnya seperti biasa dan di pagi hari nya Allena kembali ke kios untuk menjahit baju pelanggannya.
BERSAMBUNG.
"Apa aku bermimpi? Apa yang dia katakan itu benar? Atau aku yang salah dengar, oh astaga aku tidak bisa tenang," gumam Allena dalam hati.
Saat sudah di rumah, Allena melakukan aktivitasnya sepetti biasa. Malam itu Allena yidur dengan nyenyak, membuatnya terus menyunggingkan senyuman di bibir indahnya.
Ke esokan paginya
Allena pun membuka kiosnya, saat dirinya akan masuk. Tiba-tiba ada yang memanggil namanya, "Allena!" seru Dewi langsung mendekat ke arah Allena.
Allena menoleh ke arah sumber suara, "Iya bude, ada apa ya?" jawab Allena.
Melihat kios Allena yang kecil dan sempit membuat Dewi langsung mencela, "kalo punya kios itu yang gede dikit dong, emang bisa napas dengan ruangam sekecil ini?" cela Dewi melihat setiap sudut kios itu.
"Belom ada modal bude, tapi alhamdulilah meskipun ruangan ini kecil selalu ada yang menjahit di sini," jawab Allena.
"Terserah kamu saja, bude ke sini mau minta uang bulanan, mana uangnya!" Dewi menadahkan tangannya ke arah Allena.
Allena langsung mentransfer uang itu ke rekening budenya dan menunjukan tanda bukti bahwa Allena sudah transfer, Dewi yang melihat tanda bukti itu langsung tersenyum.
"Nanti pulang jangan lupa ya, cuciin semua sarung bantal kursi ruang tamu dan tengah juga, soalnya udah kotor," ucap Dewi.
"Iya bude," Allena menjawab dengan singkat.
Dewi langsung pergi meninggalkan Allena, tak menghirauan budenya, Allena langsung membuka buku pesanannya dan langsung mengambil kain yang aka di jait. Terlalu fokus dengan kerjaannya, Allena tidak menyadari jika Akmal datang dan duduk di ruang tunggu.
Akmal terus memandangi Allena tanpa henti sambil tersenyum, Allena yang memulai memasang kancing baju tak di sengaja jarinya tertusuk jarum dan membuat Allena menjerit kaget.
Akmal yang melihat itu langsung mendekat dan memegang tangan Allena, Allena pun ikut kaget saat tangannya di pegang seseorang, ternyata Akmal yang memegang tangannya dan langsung menyusap darah yang keluar dari jari tangan Allena.
"Kenapa tidak hati-hati," ucap Akmal langsung menutup luka itu dengan plester.
"Abang datang kapan? Kok tiba-tiba ada di sini?" tanya Allena menatap Akmal.
"Kamu terlalu sibuk, sehingga tidak menyadari jika aku datang," jawab Akmal mencolek hidung Allen membuat Allena tersipu malu.
"Maaf ya bang, apa abang udah makan?" tanya Allena.
"Sudah, memangnya kenapa?" jawab Akmal.
Allena membuka tempat makanan yang berisikan kue jajanan pasar yang belom pernah di liat oleh Akmal. Akmal langsung melirik kue berwarna hijau di selimuti parutan kelapa membuatnya sangat penasaran dengan kue itu.
"Apa yang kamu bawa?" tanya Akmal menunjuk kue itu.
"Apa kamu tidak mengetahui kue ini?" Akmal menggelengkan kepalanya, "ini kue klepon, aku pikir nama kue iki sudah mendunia, ternyata kamu belom mengetahuinya," ucap Allena.
Akmal mencoba satu dan langsung memasukan satu kue klepon ke dalam mulutnya, saat mengunyah klepon itu merasa ada yang pecah di dalam mulutnya. Cairan manis manis yang membuat Akmal langsung menghentikan kunyahan, Allena yang melihat tingkah Akmal langsung berkata, " kunyah saja, kenapa harus berhenti? Itu rasanya sangat enak bukan?"
"Kamu benar ini rasanya enak," jawab Akmal.
Akmal langsung menatap Allena dengan tatapan yang sangat lembut, membuat nya dalah tingkah.
"Allena, Merry me," ucap Akmal.
◇◇◇
Lisa yang mendengar Allena bercerita merasa Allena sangat beruntung mendapatkan pria yang sangat menyayanginya.
"Mbak, cerita mu sangat romantis, aku jadi iri sama mbak Allena," ucap Lisa.
"Sudah, sana lanjut bekerja, kau ingin segera bisa menjahit bukan?" jawab Allena sedang memisahkan potongan yang akan di jahit menjadi baju.
Allena dan Lusi kembali fokus menjahit pakaian yang memang akan di ambil nanti sore oleh pelanggannya. Hari ini Allena pulang cukup larut malam, karena pekerjaannya yang harus di selesaikan hari ini juga.
Selesai menjahit Allena menyadari jika sudah larut malam, ia mengingat jika Ella sendirian di rumah, karena pakde dan bude nya pergi.
Allena langsung pulang ke rumah, melihat seisi rumah sangat berantakan seperti bekas pesta minuman yang tidak di bereskan, Ia masuk sembari memperhatikan setiap tempat yang di penuhi botol minuman keras berserakan di ruang tengah, Allena yang melihat semua ini langsung mencari Ella, untuk menanyakan apa yang terjadi.
Allen mencari Ella di setiap tempat tetapi tidak menemukan keberadaanya, membuat Allena terus memanggil nama Ella. Sampai akhirnya Allena melirik ke satu pintu yang berada di ujung kolam belakang rumah, dengan rasa penasaran Allena membuka pintu itu, begitu terkejutnya Ia melihat seorang laki-laki yang sedang berciuman dengan Ella sambil tangannya membuka setiap pakaian yang di kenakan Ella.
Allena langsung menarik pakaian pria itu sehingga membuat pria itu terhempas jauh menatap tembok, sampai kepalanya membentur nakas. Allena menghampiri Ella yang terpengaruh dengan alkohol.
Allena menatap ke arah pria itu, dan dirinya tidak melihat pria itu. Allena terus mencari sampai akhirnya pria itu berhasil kabur, napasnya tersendat-sendat mengejar pria itu.
"Jangan pergi! Dasar pria kurang ajar!" triak Allena langsung mengejar pria itu tetapi pria itu sudah berhasil menghilang.
"Cepat sekali dia berlari," ucap Allena.
Allena langsung menghampiri Ella dan memindahkan Ella kekamarnya, terpaksa Allena menggendong nya.
"Astaga punggung ku?" ucap Allena memegang punggungnya yang terasa sakit.
Allena pun langsung membereskan ruangan itu, saat dirinya sedang menyapu, pakde dan bude nya pulang ke rumah. Dewi sangat terkejut melihat rumahnya mau minuman beralkohol membuatnya menatap sinis ke arah Allena.
"Jadi begini ya ... kalo saya gak ada di rumah kamu se enaknya dengan rumah saya?" tanya Dewi mendekati Allena dan menjambak rambutnya.
Allena pun spontan berteriak kesakitan, belom sempat menjelaskan semua yang terjadi tamparan itu mendarat di pipi Allena dengan keras. Allena pun terkejut dengan sikap Dewi yang tidak mau mendengar penjelasannya.
"Bereskan ruangan ini, cepat!" seru Dewi langsung masuk ke dalam kamarnya.
Allena pun menangis mendapat perlakukan dari bude nya sendiri. Katmojo yang melihat keponakannya di perlakukan tidak adil oleh istrinya, hanya bisa terdiam.
Allena yang merasa tidak di perhatikan sama sekali langsung menenteskan matanya sambil membereskan ruangan itu. Dadanya terasa sangat sakit sehingga air mata itu tak kunjung berenti, dan terus membasahi pipinya.
Allena langsung membersihkan tubuhnya, dan menatap cermin dengan rambut yang basah, terlihat bekas gambar tangan di wajah kanan Allena, Ia berusaha memegang wajah itu tapi dirinya mengeringai kesakitan. Ia bergegas memberi salep agar tidak membekas luka.
Menatap wajahnya sendiri dengan tatapan yang sendu, Allena langsung menangis meratapi nasibnya yang tak pernah mendapatkan perlakuan adil.
Malam itu berlalu, semua kesedihan Allena terbuang jauh di bawa mimpi, hanya tersisa isakan sedikit di dadanya.
BERSAMBUNG.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!