..._____________↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-___________...
Bagaimana Makhluk Magis dan Manusia saling jatuh cinta? Pada dasarnya Legenda tentang sayap tergelap itu memang sudah ada sejak kelahiran keluarga Acarus yang memang di anugerahi banyak sekali kemakmuran dan kemujuran. Kekuatan yang tidak di miliki oleh Aves lainnya. Jika dia beruntung maka para dewa akan menganugerahi rasa cinta di setiap keturunannya, dan apabila dia tidak beruntung maka mereka akan di berikan rasa dendam mengalahkan rasa cintanya.
Pada Legenda bahwa Acarus memiliki 3 silsilah yang terbentuk dari 3 bersaudara. Adrastos sebagai Aves tertua dan masih menjabat sebagai raja pada saat itu. Namun naas di masa kejayaannya dia justru tidak dianugerahi keturunan oleh dewa sampai kemusnahannya.
Lalu Thanatos Sebagai Aves kedua yang meliliki nama sama persis dengan dewa kematian. Sampai saat ini banyak Aves yang belum pernah bertemu sebelumnya dengan keturunan Acarus satu ini setelah peperangan yang terjadi antara bangsa Aves dan juga manusia, menurut para ahli tetua bahwa Thanatos ini merupakan Aves terkejam yang pernah ada, dia adalah makhluk yang paling di segani dan memiliki anugrah dendam yang luar biasa karena setelah kematian Adrastos bukanlah Thanatos yang dijadikan Raja selanjutnya melainkan Aleshianos yang merupakan Aves terakhir.
Ada alasan mengapa Acarus tidak menempatkan Thanatos sebagai Raja karena di aturan bangsa Aves tidak memperbolehkan anak kedua untuk dijadikan Raja dan itu sudah menjadi aturan yang berlaku sejak bangsa itu tercipta. Lalu sebagai Aves yang bijak tentu saja Acarus harus mengikuti aturan yang sudah sangat melekat.
Lalu apakah itu sebuah tidak keberuntungan Thanatos terlahir sebagai anak kedua? Dewa sungguh sudah menempatkannya kepada ketidak adilan bahkan sebelum ia terlahir.
Sampai pada akhirnya Aleshianos dinobatkan sebagai Raja selanjutnya dan Thanatos akhirnya di lupakan.
Aleshianos adalah keturunan terakhir yang banyak diharapkan oleh semua rakyat, selain tampan dan bijak, dia juga pintar dalam berbagai hal tentu saja membuat Thanatos semakin dendam karena Dewa lebih menganugerahi semua hal baik hanya pada adiknya itu.
Namun siapa sangka perang antar saudarapun tidak dapat dihindari,
"Aku sudah mengatakan bahwa aku akan kembali sebagai Aves yang berbeda" kata Aves dengan sayap hitam yang mengepak begitu kuat.
Kepakan sayapnya itu menciptakan angin yang membuat apa saja yang berada di lingkaran nya menjadi berputar.
"Sudah hentikan semua ini Thanatos, jika hal yang membuatmu dendam adalah tahta ini aku akan memberikannya kepadamu!"
Thanatos menyungging remeh pada perkataan adiknya itu. "Oh ya? Apa kau akan memberikan kemajuran itu juga? Aku menginginkan seluruh keberuntunganmu."
Aleshianos kemudian ikut mengepakan sayapnya terbang mendekati Thanatos. "Takdirmu dan takdirku berbeda Thanatos, dan kau tidak bisa mengambil alih takdir seseorang!"
"Jika begitu, maka jangan pernah menghentikan diriku untuk melenyapkan seluruh keturunan mu!" peringat Thanatos, aves itu kemudian mulai merapalkan mantra yang sama sekali tidak ada yang tau apa mantra itu.
"Dimana istri manusiamu itu Alesh? aku ingin memberikannya hadiah" tanya Thanatos dengan sunggingan senyum yang amat sangat mengerikan.
Alesh yang tengah berdiri mengambang di depan gerbang pintu masuk kerajaannya itupun mulai merasa khawatir tentang keberadaan istrinya. Aprodite sudah membawa istrinya ketempat yang lebih aman kan?.
Sayap hitam itu semakin mengepak, di detik selanjutnya munculah beberapa makhluk mengerikan menyerupai Dementor dari setiap kepakan sayap milik Thanatos. Darimana Aves itu memiliki sayap yang dapat menciptakan makhluk seperti itu.
"Apa maumu?" tanya Alesh yang tengah melindungi kerajaannya sendiri.
"Aku hanya membutuhkan istrimu sekarang Alesh!" ucap Aves itu. "Tapi tidak apa, anak buahku pasti akan mendapatkannya"
Hawa dingin yang di ciptakan oleh sayap gelap milik Thanathos kian membuat segala halnya menjadi beku, Alesh menjadi kuwalahan. "Ku mohon hentikan ini, Thanatos. kau bisa mendapatkan tahtaku tanpa harus membuat semua rakyat menderita."
"Kalau begitu, aku akan membuatmu menderita Alesh."
Setelah mengucapkan hal itu, Thanatos tertawa sangat mengerikan sesaat setelah para Dementor itu menemukan istri Alesh.
Disisi itu anak buah Thanatos sudah siap sedia menahan sayap sekaligus tubuh Alesh, Aves itu hanya dapat memandang istrinya malang.
"lepaskan aku!" berontak Hestia yang berada di kurungan para Dementor.
"Tenanglah Hestia, kau tidak akan aku sakiti. Aku hanya ingin memberikan hadiah untuk anakmu, Hahaha." gelak Thanatos, Aves itu perlahan terbang mendekati kurungan perempuan yang sepertinya sudah tidak memiliki tenaga. ia terbang mengelilingi Hestia bercampur dengan senyum yang begitu mengerikan.
"Apa alasanmu mau menikah dengan saudaraku Hestia? apa kamu fikir dengan menikahi seorang Aves bangsamu akan aman?. hmmm. Kau salah besar, karena kamu telah membuka gerbang kematian untuk dirimu sendiri begitu pula dengan bangsa manusia".
"Aku mencintainya Thanatos!"
"Omong kosongmu membicarakan soal cinta, cinta tidak akan membawamu pada kedamaian"
"Kamu mengatakannya karena kamu tidak pernah merasakan cinta"
"Hahaha, kamu sangat mengujiku Hestia. Jika saja dahulu aku langsung membunuhmu pasti sekarang kau tidak akan bisa berkata seperti itu" kata Thanatos tepat dedepan wajah perempuan yang tengan hamil tua itu.
"Biar aku jelaskan apa arti rasa cinta yang sesungguhnya Hestia!"
Hestia mulai panik ketika Thanatos sedikit menjauh dan pada detik itu juga sinar hitam muncul bersamaan dengan rapalan mantra Thanatos. Kemudian sinar itu di hantamkan cukup keras pada janin yang berada di perut Hestia.
Namun bukannya melenyapkan janin tersebut, ia malah terhantam balik seolah ada yang melawan. Perut Hestia memunculkan sinar yang tak kalah hitamnya dengan sinar yang di ciptakan Thanatos.
Aves itu menjadi tak berdaya, sayap hitamnya mulai runtuh hampir lenyap. "Apa itu tadi? aku bahkan belum pernah melihat sinar yang lebih hitam daripada miliku".
"Ingat ini Thanatos, aku memang hanya seorang manusia. Tapi kamu harus tau, buah cinta yang di ciptakan oleh manusia dan Aves jauh lebih kuat daripada yang pernah kamu duga".
Aves hitam itu mendecih, "Sayap tergelap itu hanya akan menjadi miliku, dan anakmu tidak akan pernah bisa mengalahkanku!".
lalu dengan sekejap, sinar hitam dari tangan Thanatos kembali muncul dan kembali menghantam Hestia hingga oerempuan itu terjatuh, ia merasakan sakit yang sangat luar biasa. Hal itu jelas membuat Alesh menjadi kalang kabut melihat istri dan calon anaknya hampir mati tepat di depannya.
Hestia masih berusaha menahan segala rasa sakitnya, ia merasa akan melahirkan pada saat ini juga. Ia berjuang sampai di saksikan oleh ratusan Aves dan bahkan makhluk Dementor yang mengelilinginya.
Hingga pada akhirnya anak itu terlahir secara sempurna, meskipun berada di moment yang sangat gelap, hingga nembuat seisi langit menyeurakan petir yang saling bersautan.
Tangisan itu menjadi tameng dari segala kekuatan Thanatos yang hampir saja menghantamnya, dan saat itu juga kekuatan dari segala rapalan mantra jahat balik menghantam pada Thanatos sendiri. Perlahan membuat Aves itu lenyap bagaikan termakan kabut dari awan yang kian menghitam.
"Aku akan datang kembali Alesh! akan ku pastikan seluruh keturunanmu lenyap di tanganku!" Teriak Thanatos dengan penuh dendam di sela-sela tubuhnya lenyap membawa seluruh pengikutnya termasuk dengan Makhluk hitam mengerikan yang tarbang mengelilingi Hesta.
Aleshianos bernafas lega dengan melenyapnya Thanatos, hawanya sudah tidak lagi dingin. Kerajaannya sudah kembali cerah saat awan hitam itu kian menepi dan di gantikan oleh kabut halus yang sejuk.
"Saat ini kita aman" ucap Aleshianos lega bersamaan dengan tangannya meraih bayi yang masih berada di bawah tubuh Hestia. Bayi tanpa sayap yang masih merah berlumur darah.
Hestia tersenyum meskipun ada rasa kekhawatiran di dalam hatinya..
..._____________↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-___________...
..._____________↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-___________...
Pagi ini Hujan, Aresh sangat menikmati situasi dimana ia harus menikmati hujan di pagi hari, walaupun memang rasanya sedikit aneh tapi situasi ini sungguh sangat menenangkan.
Akibatnya, Aresh menjadi sangat malas untuk berangkat ke sekolahnya, ia hanya ingin menikmati hujan ini dikamarnya sambil menatap langsung hutan dari jendela kamarnya.
Tapi ada satu hal yang membuatnya sangat berterimakasih pada hujan di pagi hari, ia jadi terbebas dari Upacara dan segala kegiatan yang sangat menguras tenaga dan fikirannya.
Ia hanya duduk seraya memandangi hujan di luar sana, dengan kaca jendela yang sudah mulai merembes membentuk tetesan yang menurutnya menarik untuk dinikmati. Ya menikmati hujan yang tadi sempat tertunda.
Apakah Augurey sedang menangis sekarang? Hujannya tidak mereda sejak subuh tadi. Aresh tadi menjadi terlambat bangun karena hujan yang seakan membiusnya, dan melabuhkannya kedalam mimpi yang begitu nyenyak.
"Resh!" Panggil seseorang yang duduk bersebelahan dengan Aresh. Pria itu tetap tidak bergeming, ia terlalu hanyut dalam lamunan yang di buat hujan.
"Aresh!" Panggilnya sekali lagi, kali ini disertai dengan senggolan pada lengannya yang membuat Aresh sedikit terjingkat lalu tersadar kemudian menoleh pada Hama dan menatapnya seakan ia merasa terganggu dengan senggolannya itu. Temannya ini sungguh sangat mengganggu dirinya yang tengah serius menatap jendela yang berembun.
"Di panggil bu Atin tuh!" Ujar Hama menunjuk kedepan dengan dagunya.
Aresh lalu menoleh ke arah depan dan benar saja seisi kelas sedang menatapnya seakan tengah menunggu jawaban darinya.
"I-iya bu?" Gagap Aresh seraya melirik Hama karena ia sungguh tidak tau apa yang di tanyakan oleh bu Atin.
"Tumbuhan hijau apa saja yang tergolong autotrof?" Tanya bu Atin sekali lagi seraya menekankan kalimatnya, raut wajahnya mulai serius karena baru saja menangkap basah Aresh yang sedari tadi tidak memperhatikan pembelajaran kelasnya.
Aresh terdiam, ia sedikit melirik pada semua seisi kelas dengan sedikit panik. Ia juga seakan memberi kode pada Hama tentang pertanyaan apa yang di tanyakan oleh Bu Atin. Tetapi pria di sampingnya ini hanya menghendikan bahunya seraya terkekeh.
"Kenapa diem? Gak tau?" Bu Atin terlihat meremeh melihat Aresh yang panik seperti itu, "Mangkannya kalo lagi di jelasin tuh perhatiin bukan malahan bengong kayak orang bego!".
Dengan kasar Guru perempuan itu kemudian membuka bukunya kembali setelah melontarkan kalimat yang memang tidak enak untuk di dengar hingga membuat seluruh siswa yang berada diruangan itu menjadi terbungkam.
"Contoh organisme autotrof adalah tumbuhan dan beberapa bakteri. Organisme autotrof terbagi menjadi 2 macam, yaitu fotoautotrof dan kemoautotrof. " Suara Aresh terdengar ketika bu Atin akan menjelaskan bagian yang lain. Guru biologi itu menjadi urung karena Aresh yang menyergahnya.
"Fotoautotrof adalah organisme yang memanfaatkan cahaya matahari untuk mengolah makanannya. Contoh fotoautotrof adalah tumbuhan hijau (sawi, bayam dan lainnya), bakteri ungu dan bakteri hijau. Disini bakteri mengolah makanannya tidak memerlukan oksigen. kemudian Kemoautotrof adalah organisme yang memanfaatkan reaksi kimia agar dapat mengolah makanannya. Contohnya bakteri besi, bakteri belerang, dan bakteri nitrogen. Disini bakteri untuk mengolah makanannya memerlukan oksigen." Seisi penjuru kelas menjadi lebih terdiam dan terpukau menatap Aresh dengan penjelasan panjang lebar itu.
"Sudahkah saya menjawab pertanyaan dari ibu?" Aresh balik bertanya pada bu Atin yang masih tercengang, padahal bu Atin hanya meminta muridnya itu untuk memberikan beberapa contoh tumbuhan hijau yang merupakan autotrof tapi Aresh malah menjelaskan secara detail yang bahkan materi itu sama sekali belum ia jelaskan sebelumnya.
Bu Atin terdiam untuk berberapa saat hingga kemudian ia kembali menjelaskan bab selanjutnya.
Pria itu hanya menyunggingkan senyumnya merasa menang. Aresh memang sudah terkenal dengan kepintarannya, maka dari itu tidak sedikit dari guru guru yang menguji kepintarannya atupun hanya untuk bermain main saja dengannya. Sifat angkuhnya juga membuat Aresh semakin di segani. Karena mempunyai kepintaran tidak menjamin hidup Aresh selalu mendapat pujian.
Selain pintar, Aresh juga mempunyai paras yang sangat tampan, rahang yang tegas nyaris sempurna mirip dengan pahatan menyerupai dewa. Lalu mempunyai sorot mata yang tajam, hidung mancung bak seluncuran. Dan jangan lupakan bibirnya yang tebal pink alami bagaikan buah chery yang baru saja di petik. Kemudian rambut lebat hitam legam seakan menyempurnakan wajahnya.
Ditambah dengan tubuhnya yang atletis, karena ia merupakan atlet Taekwondo kebanggaan sekolah. Jika bertanya tentang kekurangan Aresh, kekurangannya hanya satu, tidak bisa kalian miliki. Karena ia sudah ada pemiliknya. Sangat tidak mungkin jika manusia tampan seperti Aresh ini menjomblo.
Pacarnya juga bukan main-main, Fey Kirana yang merupakan siswi tercantik di sekolah ini. Sungguh dunia memang sangat tidak adil hanya menyatukan manusia-manusia sempurna untuk menjalin hubungan.
Aresh tentu saja tidak menolak saat Fey tiba-tiba mengajaknya untuk berpacaran, tidak ada ruginya juga. Fey juga sangat menyenangkan, menurut Aresh selain cantik Fey juga menarik akan hal-hal yang hampir tidak di ketahui oleh pria lainnya, terutama tato capung sangat halus hampir tak terlihat yang berada di selangka kanan miliknya.
"Wah, gila lo Resh!" Ujar Hama di sela gelakannya.
"Kenapa lagi?" Tanya Reksa teman satu tongkrongan Aresh dan Hama yang memang berbeda jurusan. Karena Reksa ini berada di jurusan bahasa.
Awalnya memang Reksa ingin sekali berada di jurusan Astrologi tetapi orang tuanya menyuruhnya untuk berada di kelas Bahasa karena ia bisa memulai bahasa asing di sana. Ngomong-ngomong orang tua Reksa sangat ingin anaknya ini bisa sukses di negeri China.
"Si Aresh bikin Bu Atin Skakmat" jawab Hama yang tengah menyuapkan bakso ke dalam mulutnya.
"Bu Atin ngebegoin Aresh, eh anak ini gak terima langsung di jawab sampe ke materi yang sama sekali belum di jelasin sama bu Atin. Hahaha" imbuhnya, dengan tawa renyahnya.
Aresh hanya terdiam sambil menyantap baksonya tak memperdulikan sahabatnya itu nyerocos, karena bukan Hama namanya jika makan dalam keadaan tenang.
"Hai Sayang" panggil seorang perempuan yang sudah sangat familiar di telinga Aresh membuat pria itu tersentak kecil.
Aresh kemudian tersenyum dengan manis saat menemukan gadisnya duduk di sebelahnya. "Mau makan apa? Aku pesenin." Tanyanya pada Fey.
Fey menggelengkan kepalanya tanda penolakan, "masih kenyang"
"Makan apa emang jam segini masih kenyang?" Tangan Ares terulur merengkuh pinggang Fey dari samping untuk lebih mendekat.
"Dibawain bekal sama bunda tadi" ujar Fey seraya tersenyum menatap pacarnya yang tengah menikmati baksonya.
Hama yang sedari tadi nyerocos tak di indahkan oleh Aresh merasa tersakiti, dirinya berasa mengontrak saja di bumi ini. Dan ia kini juga di abaikan oleh Reksa yang sudah bersama pacarnya juga, Shakira.
"Heh, ngenes amat gue sendiri yang jomblo!!!" Rajuk Hama yang masih saja di abaikan oleh kedua sahabatnya yang tengah berbucin itu.
"Bangsat kalian semuaaa!!!" Teriak Hama frustasi.
"Hama, poin kamu saya kurangi karena ngomong kasar di tempat umum!" Ucap pria paruh baya yang duduk tepat di belakang Hama yang ternyata adalah pak Joni selaku guru BP.
"Saya ngomong kasar di tempat umum dikurangin poinnya, terus yang pacaran di tempat umum dikurangin apanya?" Gumam Hama dalam hati.
______________↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-___________
Hujan masih saja turun dengan deras, Aresh kira malam ini akan terang karena sore tadi hujan sempat berhenti sampai ada pelangi yang terpancar di langit jika Aresh tidak salah lihat tadi.
Padahal malam ini ia sudah berjanji akan mengajak Fey berjalan-jalan mengunjungi funfire yang baru saja di buka satu minggu yang lalu. Tetapi jika hujan begini, untuk keluar rumah saja Aresh sangat malas sekali.
"Fey, ke funfirenya malem minggu aja yah. Disini lagi hujan soalnya." Kata Aresh dengan sambungan telepon yang kini terhubung dengan kekasihnya.
"Disini terang loh Resh!" Ujar gadis di balik teleponnya. Suaranya terkesan terkejut, pasalnya memang di rumah Fey tidak hujan sama sekali.
Mendengar hal itu, Aresh kemudian mengalihkan sambungan telepon itu menjadi Video Call yang membuat wajah cantik Fey terpampang jelas di depan matanya.
"Kamu bohong ya?" Tanya Fey dengan wajah menelisik.
"Ya ampun, mana ada sih aku bohong sama kamu" Jawab Aresh kemudian dirinya keluar rumah lalu membalikan ponselnya berniat agar kekasihnya itu dapat melihat bahwa di luar memang tengah hujan deras.
"Gimana? Percaya?" Tanya Aresh
Fey yang ada di dalam ponsel itu terlihat mengangguk lalu mengulum bibirnya seakan ia tidak rela jika pertemuan nya terhalang oleh hujan. Jujur Fey sangat merindukan Aresh.
"Tapi aku kangen Resh!" Ungkap Fey masih dengan mengulum bibirnya lalu menunduk.
Aresh tergelak gemas melihat kekasihnya yang memasang wajah kesalnya itu, "Besok kan ketemu lagi, Fey".
"Tapi aku gak bisa kalo harus nunggu besok, rindu aku udah berat banget ini"
Pria itu kembali tertawa, "hahaha, gemesh banget sih pacar aku"
"Udah dulu ya, aku mau mandi dulu. Nanti aku telpon lagi" lanjut pria itu lalu memutuskan sambungannya sesaat setelah ia mengecup layar ponselnya sebagai salam perpisahannya.
Kemudian Aresh berlalu menuju kamar mandi berniat untuk melakukan rutinitasnya. Sangat dingin sekali, Aresh menyalakan saluran air hangatnya yang kemudian mulai mengalir memenuhi bathtub.
Pria itu menanggalkan seluruh pakaiannya lalu berendam selama beberapa menit seraya menikmati uap yang kian memenuhi tubuhnya.
Di sela aktivitas nya membersihkan diri, seekor kupu-kupu terbang tepat di atas kepalanya entah darimana asalnya dan entah bagaimana dia bisa sampai di kamar mandi yang hampir tidak memiliki celah untuknya masuk, sayapnya sangat cantik, biru berkilau sangat mirip dengan absolem yang seakan mengajaknya untuk berpetualang.
Mata tajamnya kini menyipit mengikuti pergerakan kupu-kupu biru itu yang terus terusan mendobrak pintu kamar mandinya, dia bisa masuk tetapi tidak bisa keluar, sangat lucu.
Aresh keluar sudah dengan pakaian lengkapnya sambil mengamati kupu-kupu biru itu terbang mengitari langit langit kamarnya sampai hewan itu kembali menabrakan dirinya pada pintu kamar seakan meminta Aresh untuk membukanya kembali.
Pria itu berjalan mengikuti arah kemana ia terbang, sangat aneh menurut nya, kupu-kupu ini seakan sudah hafal dengan setiap sudut rumah Aresh. Ia terbang sampai ke pintu utama membuat pria itu mengerutkan keningnya saat melihat Kupu-kupu itu keluar lewat ventilasi yang berada tepat diatas pintu utama tidak mendobraknya lagi seperti tadi.
Aresh kemudian membuka pintu utamanya berniat mengamati kembali kupu-kupu biru itu. Diluar masih gerimis, entah mengapa teras rumahnya menjadi lebih gelap karena lampu di jalan yang mati dan lampu teras yang mulai meredup dan sampai pada akhirnya pria ini melihat cahaya yang sangat cantik biru menyala dari sayap kupu-kupu biru tadi, sangat jelas dari kepakannya seakan meninggalkan serbuk berkilau yang mengikuti setiap pergerakannya.
"Waw" Aresh terkagum melihatnya, ia baru pertama kali menyaksikan hal menakjubkan seperti ini. Apakah hewan bersayap ini memang absolem yang akan mengajaknya berpetualang?. Aresh sudah sangat lama sekali menghilangkan rasa percayanya pada hal-hal mustahil seperti ini, sangat lama semenjak ia di tinggal pergi oleh manusia yang paling berharga dihidupnya yaitu Mamah.
Pada akhirnya pria ini teringat akan satu penggal kalimat dari buku bacaan favoritnya sejak kecil, buku yang setiap malam dibacakan oleh Mamah sebagai alunan sebelum tidur.
'Ikutilah maka kamu akan menemukan hal yang lebih mustahil daripada yang banyak dibicarakan oleh manusia, ada atau tidaknya hanya kamulah yang akan mempercayainya' .-
"Haruskah?" Tanya Aresh pada dirinya sendiri lalu menatap kupu-kupu biru itu yang seakan menunggu Aresh untuk memantapkan hatinya.
...______________↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-____________...
Aresh mode di Sekolah.
Aresh mode sama ayangg...
...______________↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-____________...
..._____________↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-___________...
Dunia Aves memang tidak semenyenangkan kelihatannya, memang sangat beruntung memiliki sayap karena ia bisa terbang kemana saja ia mau.
Kekuatan magis yang hanya dimiliki oleh Aves dewasa, dan Ondina sangat menginginkan itu, sama seperti saudara laki-laki nya yang sudah memilikinya semenjak pria itu jatuh cinta untuk pertama kalinya. Namun sayang, cinta pertamanya itu tidak berjalan sesuai dengan harapannya. Ia harus melepaskan cintanya itu demi kehidupan yang lebih bahagia bagi wanitanya. Iya, dia ditinggal menikah oleh Angelina, kekasih tercintanya. Sangat menyedihkan bukan?.
Hari ini ia tengah merenung bagaimana jika ia dewasa dengan cara yang berbeda dengan saudaranya itu. Bagaimana jika suatu hari nanti ada hal yang memang sangat ekstrim untuk sekedar ia mendapat kekuatan itu.
"Kalo kamu mau cepet jadi dewasa, terimalah perjodohan ini" kata seorang pria yang sedari tadi memperhatikan punggung dengan sayap burung berwarna putih bersih Ondina.
Gadis itu mendengus, "aku tidak mau, percuma saja aku dewasa dengan cara yang sama sekali tidak aku sukai."
"Lalu kamu mau dewasa dengan cara bagaimana?"
"Menikmati kehidupan dengan cinta pertamaku"
"Cinta pertama tidak selamanya indah, ingat itu!" Ketus Helios.
"Itu mah hidupmu, jangan samakan dengan hidupku!" Desis Ondina sontak membuat Helios geram lalu menghampiri saudarinya terbang hanya dengan satu kali kepakan.
"Kau mengejeku?" Tanya Helios.
Ondina menatap pria di depannya jengkel, "kau yang memulainya dulu!"
Gadis itu lalu berbalik hendak meninggalkan Helios, namun sebelum gadis itu akan mengepahkan sayapnya pergerakannya tertahan karena genggaman tangan Helios di lengannya.
"Coba temui dulu, calonmu itu sangat tampan di dunia ini. Dan yang jelas lebih tampan daripada dewa yang berada di mimpimu itu, aku yakin kamu akan langsung jatuh cinta dalam sekali tatap"
"Aku tidak yakin" cerca gadis itu sebelum ia benar-benar mengepahkan sayapnya dengan kuat sampai genggaman tangan Helio terlepas begitu saja. Gadis itu terbang sangat jauh sampai pandangan Helios tidak lagi menemukan sosok adiknya itu.
"Kau sangat keras kepala, seperti biasa" ujar Helios di sela sela matanya yang mulai menyipit memandangi kemana arah gadis itu pergi.
______________↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-____________
Semua makhluk bersayap yang hampir menyerupai malaikat dari keluarga Agora dan Acropolis berkumpul di Encantada yang merupakan tempat pertemuan khusus yang ada di Castil megah milik keluarga Agora.
Tempat yang di penuhi dengan nuansa sinar biru tercipta dari pantulan cahaya pelanet uranus yang mengenai langsung Encantada membuat tempat ini sangat cantik, ditambah dengan banyaknya kupu-kupu biru yang berterbangan di langit langit Encantada.
Encantada ini sangat berbeda dengan tempat lain di Castil milik keluarga Agora yang memang lebih dominan berwarna putih awan.
Ondina hanya menatap kosong ke arah depan dengan bibir yang ia kulum, sangat malas sekali rasanya menemui keluarga Acropolis .
Acropolis merupakan keluarga yang paling disegani diantara semua makhluk, terutama bangsa Aves. Keluarga yang memiliki silsilah tertinggi setelah Acaraus , tetapi keluarga itu sudah lama menghilang, keturunannya pun sudah sangat lama tidak di temukan.
Banyak Legenda yang mengatakan bahwa Acarus merupakan makhluk yang memiliki sayap tergelap yang pernah tercipta. Sayap yang hampir menyerupai elang Haliaeetus Albicila yang merupakan pemilik sayap terbesar diantara jenis elang lainnya.
Sangat banyak makhluk dari bangsanya yang rela mempertaruhkan nyawanya hanya untuk mendapatkan sayap itu, seperti yang diketahui bahwa sayap itu telah lama di tinggal oleh pemiliknya. Acarus hanya menyisakan satu keturunan, tetapi sampai saat ini sama sekali tidak ada yang pernah mendapatkannya.
Satu fakta menarik yang pernah Ondina baca tentang sayap Acarus, sayap itu bisa menghilang dan kembali lagi layaknya bayangan dan bersinar layaknya cahaya Sirius.
Sama seperti Helios yang sangat menginginkan benda itu. Katanya sayap itu juga dapat menjadikan makhluk apa saja yang memakainya menjadi abadi dan tidak bisa matii, setiap bulu yang menempel adalah pemikat dan barang siapa yang mampu mengalahkan pemiliknya maka sayap itu akan hidup kembali.
Dan kali ini benar apa yang dikatakan oleh Helios saat itu, calonnya ini sangat tampan melebihi dewa yang selalu datang di mimpinya.
Alios Javier Zanetti, merupakan pria keturunan asli keluarga Acropolis. Alios juga merupakan harapan satu-satunya mereka untuk masa depan kerajaan yang lebih maju dan makmur.
Selain itu juga previlage yang dimilikinya ini tidak main-main. Wajahnya yang tampan bak malaikat, rambut berwarna hitam mengkilap, lalu mata hazzelnya yang terlihat sangat langka untuk dimiliki oleh kebanyakan makhluk bersayap dewasa.
Sayap miliknya juga adalah sayap tercantik yang pernah dilihat oleh Ondina di sepanjang ia hidup. Sayap berwarna emas, dengan cahaya kecil mengkilap seperti bintang ikut menghiasi Sayap miliknya.
"Langsung jatuh cinta, hm?" Lirih pria dengan sayap silver itu duduk tepat di sebelah Ondina.
"Tidak" jawab Ondina spontan tanpa ia harus berfikir panjang.
Memang benar, Ondina tidak berbohong akan hal itu, banyak makhluk bersayap diluar sana yang terpikat dengan ketampanan Alios, tetapi mengapa dirinya tidak?.
"Aku hanya terpukau dengan sayapnya saja, Helios!" Ketus gadis itu saat dirasa Helios mulai memandanginya dengan penuh kesalah pahaman.
"Aku tidak tahu pastinya, aku hanya memastikan bahwa adiku ini akan segera dewasa."
"Haruskah aku melarikan diri saja Helios? Aku benar-benar tidak ingin di jodohkan seperti ini!"
"Jika kau menolak ketentuan dari Bombarda, kau akan mendapatkan akibatnya Ondina. Kau pasti tau jika Bombarda sangat tidak suka di bantah. Dan perjodohan ini adalah jalan satu-satunya untuk bisa memperkuat kerajaan kita." lirih Helios, matanya melirik kecil ke arah makhluk bersayap yang berumur hampir 150 tahun itu duduk di atas singgah sana. "Kau tidak mungkin kan akan mengubah wajah menyenangkan itu menjadi wajah menyeramkannya?"
"Aku tidak mau jika di jadikan tumbal" gerundel Ondina.
"Tidak ada yang menjadi tumbal saat ini, Ondina. Kau hanya perlu menurut saja. Bombarda sudah sangat tua untuk memikirkan hal konyol seperti itu" ujar Helios sedikit mendekat.
"Tetapi aku tidak mau!"
"Lalu maumu apa?"
"Aku hanya mau dewa yang ada di mimpiku Helios!"
______________↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-____________
Alios menghampiri Ondina yang berada di balkon istana castil, sejak tadi Ondina sama sekali tidak mau berbicara sekalipun bertegur sapa saat pertama kali mereka di pertemukan.
Alios berdiri tepat disampingnya, membuat Ondina sedikit terjingkat karena kehadiran makhluk dengan sayap indah itu. Sungguh Alios sangatlah tampan jika dilihat dari jarak sedekat ini. Sayapnya pun menyilaujan mata saat Ondina mencoba melirik sayap cantik itu.
"Sayapmu sungguh sangat mengganggu, menyilaukan sekali!" Ketus Ondina seraya memalingkan wajahnya kembali menatap ke awan didepannya yang tangah bergerak.
"Apa itu artinya kau tengah memujiku?" Tanya Alios seraya terkekeh.
"Tidak!"
"Jikalau iya juga tidak akan masalah untuku, Helios sudah mengatakannya bahwa kau sangat mengagumi sayapku ini". Kata Alios penuh dengan senyum yang tertahan, membuat Ondina menoleh kembali menatap Alios dengan raut wajah jengkelnya. Sayap Alios langsung terbuka lebar hingga serbuk emasnya itu melebur ke udara membuat Ondina menyipit kecil.
Bedebah sekali Helios itu, Ondina sama sekali tidak mengatakan bahwa ia mengagumi sayap milik Alios. Ia hanya mengatakan bahwa ia hanya terpukau dengan sayap langka itu.
"Aku tidak mengatakan hal seperti itu pada Helios!" Ujar Ondina.
"Oh benarkah? Apa Helios tengah mencoba membohongiku?" Alios bertanya kepada dirinya sendiri namun lirikannya masih tertuju pada Ondina yang berada di sampingnya. "Padahal aku sangat berharap bahwa itu adalah hal yang benar"
Alios kemudian menatap lekat Ondina yang terlihat jelas sangat jengkel namun masih tetap terlihat sangat cantik jika diperhatikan dari jarak yang sedekat ini. Ia tidak menyangka bahwa ada makhluk bersayap dari bangsa Aves secantik Ondina yang akan menolaknya mentah-mentah.
Seperti halnya tadi, Ondina tanpa berfikir panjang langsung menolak untuk dinikahi oleh Alios yang notabene nya merupakan makhluk bersayap yang tertampan di bangsanya. Ini sangat menarik, Ondina berbeda jika di bandingkan dengan makhluk bersayap lainnya terutama dari bangsa Aves yang tentu akan langsung menerima tawaran Alios untuk menjadi istrinya.
"Ondina?" Panggil Alios.
Gadis itu tidak menjawab, ia hanya menolehkan kepalanya menatap Alios.
"Kenapa kau menolakku?" Tanyanya kini ikut menoleh, sehingga dua makhluk yang berada di balkon istana castil tidak sengaja bertatapan.
"Apa aku perlu alasan untuk itu?" Bukannya menjawabnya, Ondina malah balik bertanya pada Alios.
"Kau menolakku, aku perlu mengetahui alasannya." Ujar Alios semakin mendekat.
"Aku tidak menyukaimu!!!"
______________↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-____________
Langit sudah mulai menggelap, sedari tadi sejak perbincangan yang menyebalkan dengan Alios, Ondina memilih untuk mengurung diri di dalam kamarnya yang di penuhi dengan banyak Awan putih yang ia pakai untuk merebahkan tubuhnya, membaca buku romansa favoritnya.
Ia tidak peduli dengan Bombarda yang sedari tadi menggedor gedor pintu milik Ondina padahal Aves tua itu dapat mendobraknya dengan sayap miliknya dalam sekali kepakan. Atau dia bisa juga menerobos masuk lewat jendela yang terbuka lebar membiarkan cahaya bintang dan planet Uranus masuk.
Seperti halnya Helios, yang kini sudah duduk santai di jendela besarnya. Ondina hanya menghela nafasnya malas sesaat setelah ia sedikit melirik kearah saudaranya itu.
"Jika tujuanmu mendatangiku hanya untuk membuatku berubah fikiran, lebih baik kau kembali ke kamar!" Terka Ondina yang langsung mengusir Helios dengan nada ketusnya.
"Kenapa kau selalu berfikiran buruk tentangku?"
"Karena kau memang Aves sialan, kau mengatakan hal yang sama sekali tidak aku katakan pada Alios"
"Ooh, masalah itu. Tapi kau memang mengatakan bahwa sayap milik Alios adalah sayap yang tercantik. Bukankah itu sama halnya dengan pujian?" Ledek Aves pria itu disertai dengan kekehan. Sepertinya dia sangat kesenangan melihat Ondina kesal seperti itu.
"Tapi bukan berarti kau bisa seenaknya mengatakan hal itu pada Alios. Kau membuatku malu, Helios!"
"Bilang saja jika kau menyukai Alios, hahaha"
"Tidak, aku hanya ingin menyukai dewa yang berada dalam mimpiku saja. Kau tahu, dewa itu datang lagi saat aku tertidur"
Helios menoleh pada Ondina yang masih sibuk menghalu, "Jangan terlalu banyak menghalu! Itu tidak baik juga untukmu. Aku tidak mau jika nantinya saudara perempuan ku ini menjadi Aves gila karena mengharapkan hal yang tidak pasti!"
"Tidak ada hal yang tidak pasti Helios, bahkan jika derajat dan dunia kita berbeda segalanya bisa saja terjadi" tegas Ondina yang sangat tidak setuju dengan pernyataan yang baru saja di lontarkan oleh Helios. Ondina seperti nya sudah terlalu mempercayai cerita romantis dari buku buku peninggalan ibunya.
"Hal itu sama seperti cerita pada buku yang pernah kau berikan padaku tempo lalu, cerita bahwa Aves bisa berhubungan dengan manusia!" Ondina kembali menambahkan.
"Tapi ending mereka jauh dari kata bahagia, Ondina!" Sela Helios sedikit terbang menghampiri ranjang saudaranya. "Karena mereka memiliki takdir yang berbeda"
Setelah melontarkan kalimat selaan itu, mata Helios tiba-tiba menjadi serius ada satu hal yang lewat dalam pikirannya.
"Apa kau mau mempunyai takdir yang bagus, Ondina?" Tanyanya menatap lekat mata saudaranya. Ondinapun menjadi tertarik dengan pertanyaan itu, jelas ia sangat menginginkan takdir yang bagus dan mujur. Kemudian ia mengangguk dengan penuh penasaran.
"Bantu aku mencari Sayap tergelap itu"
______________↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-____________
"Kau gila!!! Bagaimana bisa aku turun ke bumi?" Seru Ondina, "kau tidak mencoba untuk menumbalkanku lagi kan Helios?"
"Dengarkan aku dulu, ada ramalan yang mengatakan bahwa sayap milik Acarus kini berada di bumi." Sanggah Helios sebelum Ondina murka karena misi konyolnya itu.
"Lalu bagaimana aku bisa hidup di bumi dengan keadaan ku yang seperti ini? Bisa bisa aku jadi buronan manusia disana seperti unicorn ataupun makhluk bersayap lainnya" tanya Ondina, karena tidak mungkin sekali Ondina mengunjungi bumi dengan sayap yang melekat di punggungnya.
"Jika masalah itu kau tidak perlu khawatir, aku sudah menyiapkannya sejak lama" ucap Helios seraya membuka kotak emas yang sudah ia simpan bertahun-tahun didalam ruangannya.
sungguh Hellios memang sudah berniat menjadikan Ondina sebagai umpan.
"Ini kalung milik Rosetta, sebelum kepergiannya, Rosetta menitipkan ini untuk di berikan kepadamu. Kau tahu, kalung ini merupakan salah satu benda ajaib yang telah diwariskan turun temurun oleh keluarga wanita Rosetta. Aku juga baru mengetahui bahwa kalung ini dapat memberikan kekuatan magis berupa pertahanan hidup dan perubahan raga. Menurut buku yang pernah aku baca, bahwa kalung ini ternyata sudah berumur sekitar 15.000 tahun semenjak kalung ini di ciptakan." Jelas Hellios menatap kalung yang berada di tangannya.
Ondina yang berada di depannya pun berjalan mendekat karena merasa langsung terpukau oleh kecantikan kalung milik ibunya itu. "Apa benda itu dapat menjadikanku sebagai manusia?" Tanya Ondina, matanya yang sedari tadi menatap kalung beralih menatap Helios.
Pria itu hanya mengangguk, kemudian langsung memakaikan kalung itu pada leher jenjang nan putih Ondina. Lalu dengan sangat terkejut perlahan sayap milik Ondina lenyap bagaikan termakan angin.
"Kemana sayapku Helios!" Gotak Ondina, dirinya reflek mencari sayap miliknya dengan panik. Tentu saja, sayap itu sudah melekat di tubuhnya semenjak dia lahir dan dengan sekejap mata sayapnya lenyap begitu saja.
Helios hanya menghela nafasnya terlihat biasa saja melihat saudarinya yang masih panik itu, "kau tak perlu khawatir, sayapmu tersimpan didalam kalung itu. Tapi perlu kau ingat Ondina, kau sudah memiliki tanda sayap halus yang bagian belakang tengkukmu, aku tidak tau pastinya tanda itu untuk apa."
"Lalu bagaimana jika aku kehilangan kalung ini?" Tanya Ondina seraya menunjukan kalungnya yang sudah melingkar cantik di lehernya.
"Itu tidak akan pernah terjadi, menurut buku yang pernah aku baca. Kalung ini tidak akan pernah meninggalkan tuannya sekalipun ia tertinggal atau tercuri. Dia akan terus melekat sampai pemiliknya mati".
Ondina mengerutkan keningnya, jika kalung ini tidak dapat ia lepaskan berarti sayapnya tidak dapat kembali?. "Sayapku?"
Helios hanya menyengir, "itu yang selama ini sedang aku fikirkan"
Ondina lantas meneplak belakang kepala Helios dengan sangat keras sampai pria itu merintih kesakitan, "Kau benar-benar Aves sialan! Aku kehilangan sayap milikku dan kau hanya menyengir?"
"Sekarang kau hanya perlu turun ke bumi, seiring dirimu mencari sayap tergelap itu, aku disini akan mencari cara untuk mengembalikan sayapmu itu."
"Lalu Bombarda? Aku khawatir jika Aves tua itu mencariku setelah aku menolak tawaran perjodohannya" tanya Ondina.
"Kau lupa bahwa Bombarda mempunyai begitu banyak pekerjaan yang dapat membuatnya lupa tentang hal apa saja, dan perjodohan mu itu mungkin akan segera ia lupakan." kata Helios kemudian terbang menuju jendela lebar pada ruangan milik Helios.
"Malam ini aku akan mengantarmu turun ke bumi, ingat akan hal ini Ondina, kau hanya perlu fokus pada sayap tergelap itu. Semakin cepat kau mendapatkannya semakin cepat juga kau kembali. Waktu yang paling pas untuk mendapatkan nya adalah saat bulan purnama. Karena pada saat itu lah kau akan mendapatkan petunjuk. Aku akan mengawasimu dari sini."
Lalu Ondina mengangguk mengerti, ia turun ke bumi hanya berbekal kalung milik Rosetta. Ondina yang sudah tidak memiliki sayap itu hanya pasrah saja di bawa oleh Hellios yang merengkuhnya begitu erat.
______________↶*ೃ✧˚. ❃ ↷ ˊ-____________
Encantada. Tempat pertemuan, Tempat ini akan lebih bagus lagi jika kupu-kupu berwarna biru berterbangan.
Orenda. Ruangan kamar Ondina.
ONDINA LINARA.
ALIOS JAVIER ZANETTI.
HELIOS LEXANDER.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!