Seruni sedang membantu Ibunya menjemur jagung hasil panen mereka. Nantinya jagung jagung itu akan di jual ke pasar.
" Ganti bajumu dulu Nduk, itu seragam masih bagus kok di coret coret begitu eman tenan " Ujar Ibu Seruni sambil menjejerkan jagung.
" Ga apa Bu kan untuk kenang kenangan, lagi pula semua temen temenku bajunya di coret coret juga "
Hari ini adalah hari kelulusan seruni. Ia susah menuntaskan jenjang sekolahnya di SMA.
Jika teman temannya yang lain berpikir untuk melanjutkan sekolahnya ke jenjang selanjutnya, tapi tidak dengan seruni.
Ia ingin segera bekerja dan mencari uang sebanyak banyaknya. Padahal semua Kakak nya mendukung Seruni untuk kuliah, tapi Ia tidak mau.
Ia hanya ingin cepat bekerja dan mencari uang yang banyak.
Salama ini Seruni tinggal bersama Ibu dan adiknya. Bapaknya sudah meninggal sejak Seruni SD dan kedua Kakaknya sudah tidak serumah karena keduanya sudah menikah dan ikut bersama suaminya.
" Kamu sudah menghubungi temanmu di bekasi? "
" Sudah Bu, aku sudah info akan berangkat besok dengan bis "
" Kamu sudah yakin dengan keputusanmu Nduk? "
" Nggih Bu, doakan runi ya Bu agar bisa seperti Tiwi "
" Amin, Ibu selalu mendoakan kamu agar selalu selamat, sehat dan berlimpah rezeki "
Pratiwi atau yang biasa di panggil Tiwi adalah tetangga Seruni di kampung.
Ia merantau ke Bekasi setelah lulus SMA dan bekerja di pabrik keramik.
Selama Ia bekerja lima tahun, rumah tiwi yang semula sederhana sekarang sudah di bangun dan menjadi besar.
Bukan hanya itu, Ia juga mampu menyekolahkan kedua adiknya dan memberikan motor untuk Bapaknya.
Tiwi lewat suratnya selalu bercerita bahwa bekerja di pabrik sangat menyenangkan karena banyak menghasilkan uang.
Apalagi jika banyak lembur, makin banyak uang yang akan Tiwi dapatkan.
" Coba kalo kamu kerja di jogja, lulusan di jogja dapet gaji berapa? ga banyak Runi. Sudah kamu ikut aku kerja di sini saja, mumpung sedang ada lowongan kerja "
Mendengar dan melihat cerita cerita Tiwi yang merantau ke Bekasi memicu Seruni untuk mengikuti jejak Tiwi.
Sudah tiga bulan yang lalu sebelum keberangkatan Seruni, Ia memberitahukan kepada Ibunya jika ingin merantau seperti Tiwi.
Awalnya Ibu Seruni berat melepaskan anak perempuannya itu sendirian, tapi setelah di yakini bahwa nanti Ia akan bekerja bareng Tiwi tetangganya, Ibu Seruni akhirnya menyetujuinya.
" Besok berangkat jam berapa Runi? "
" Di tiket jam tujuh pagi Bu "
" Ya sudah kamu pulang saja ga usah bantu Ibu lagi, bereskan barang barangmu jangan sampai ada yang ketinggalan.
" Sebentar lagi Bu, Aku ingin lebih lama dengan Ibu "
" Manja gitu kok mau merantau Nduk " Ujar Ibu sambil tersenyum.
Malam harinya Seruni sibuk memasukan semua baju dan perlengkapan lainnya.
Ia membawa dua tas besar berisi pakaian dan satu kardus titipan dari keluarga Tiwi untuk anaknya.
Ibnu yang membantu memasukan bajuku ke dalam tas mulai meneteskan air mata.
Aku yang melihat Ibu menangis langsung memeluknya.
" Jangan sedih Bu, Runi akan sering sering pulang kok Bu. Ibu sehat sehat ya sama Bagas "
" Rumah akan semakin sepi tanpa kehadiran kamu Runi, Bagas juga sudah mulai besar dan senang main, Ibu jadi sering sendiri "
" Mbak Tati dan Mbak Sri kan sering main kesini Bu untuk jenguk Ibu jadi Ibu ga kesepian "
" Kamu sehat sehat di sana ya Runi, jangan telat makan dan jangan pernah ninggalin shalat ya Nduk "
" Nggih Bu, Runi akan selalu ingat pesan Ibu "
" Ya sudah kali suda selesai semua langsung istirahat ya Nduk, biar besok tidak telat " Ibu beranjak keluar dari kamar Bella untuk istirahat.
" Ngih Bu "
Jauh dari Ibu pasti akan sulit untuk Seruni, tapi Ia ingin masa depannya dan Ibunya bisa lebih baik dari sekarang.
Seruni juga ingin membangun rumah Ibu, ingin membelikan tanah untuk Ibu bertani dan ingin membelikan Emas.
Dari Seruni lahir hingga sekarang, Ibunya tidak pernah menggunakan Emas.
Maka membelikan itu semua adalah salah satu cita cita Seruni.
Jam sudah menunjukan pukul sembilan malam, Seruni sudah mempacking semua barang-barang yang akan dibawanya besok.
Setelah semuanya selesai, Seruni beranjak untuk tidur agar besok tidak kesiangan.
Di rumah Seruni sudah ada kedua Kakaknya dan suami mereka yang ingin mengantar kepergian Seruni.
Mas Tri, suami Mbak Tati sudah membawa mobil untuk mengantar Seruni ke pangkalan Bis.
" Dompetnya hati hati Runi, taro di bagian paling bawah, Mbak denger di Jakarta banyak copet " Ujar Mba Sri mengingatkan.
" Wong Runi mau ke Bekasi kok bukan ke Jakarta " Mba Tati menimpali ucapan Mba Sri.
" Yo sama aja, Jakarta sama Bekasi sama sama ada copetnya toh "
Mereka semua hanya tertawa mendengar jawaban dari Mba Tati.
Karena jarak umur Mba Tati dan Mbak Sri hanya dua tahun, sehingga mereka terlihat seperti teman ketimbang kakak dan adik.
Bahkan Mba Sri ga pernah memanggil Mba Tati dengan sebutan Mbak. Tapi walaupun begitu mereka berdua sangat kompak dalam menjaga Ibu.
Setiap minggu mereka berdua bersama keluarganya masing masing pasti akan menengok Ibu, dan jika Ibu ada sesuatu yang mau di beli, keduanya selalu membelikan untuk Ibu.
Tidak hanya itu, kedua nya selalu memberikan seruni uang jajan dan jika sedang ada di rumah, Seruni sering di traktir makanan makanan mahal.
Bahkan jika Seruni ingin kuliah keduanya akan membantu biaya kuliah seruni dan ketika Seruni ingin bekerja dan tidak ingin kuliah keduanya mendukung pilihan seruni.
Seruni sangat beruntung memiliki Kakak seperti Mbak Tati dan Mbak Sri yang selalu mendukung apapun yang Seruni lakukan selagi positif.
" Kalo nanti ada yang ngasih minum juga jangan di terima ya Runi, takutnya nanti di kasih obat tidur "
" Iya Mbak "
Sesampainya di terminal Bis, Mbak Tati dan Mbak Sri membantu membawakan barang barang Seruni.
Ibu sudah tidak bisa menahan tangisnya, sambil memeluk Runi Ibu memberikan pesan kepadaku " Kamu jaga diri baik baik ya Runi, jangan lupa kirimi kami surat "
" Iya Bu, aku akan kirimi Ibu surat setiap minggu. Ibu jangan lupa makan ya Bu, jangan capek capek di sawah " Rumi memeluk Ibunya erat sambil menahan tangisnya.
Ia tidak mau membuat keluarganya khawatir dan berat melepas kepergiannya ke Bekasi.
Sopir Bis sudah membunyikan klakson tanda bis akan segera berangkat, Seruni bergegas untuk naik.
Sesampainya di tempat duduknya Ia melihat sekali lagi keluarga yang mengantar kepergiannya.
Doakan anakmu ini ya Buk, agar bisa sukses merantau ke kota orang, ucap Seruni dalam hati.
Dan bis pun melaju meninggalkan terminal bis untuk menuju ke kota Bekasi.
Sepanjang perjalanan seruni memandangi ke arah luar jendela. Ini pertama kalinya Ia berpergian keluar kota.
Selama ini Ia hanya berada di desanya dan tidak pernah kemana mana.
Sekarang karena bantuan dari Tiwi yang memasukannya bekerja di pabrik, Ia bisa merasakan kehidupan lain selain di kampungnya.
Seruni bersyukur, cuaca hari ini sangat cerah. Perjalanan juga lancar tanpa hambatan, jika sesuai perkiraan Seruni akan dua jam lagi.
Nanti di terminal Tiwi akan menjemputnya untuk kemudian menuju ke kosan kami.
Walaupun Tiwi menawarkan untuk tinggal bersamanya, tapi Seruni memilih untuk ngekos satu kamar sendiri, karena jika anggota keluarganya datang, dapat menginap di kamarnya sendiri.
Hampir semua orang tertidur di dalam bis ini, Seruni memperhatikan orang orang didekat dirinya.
Mereka banyak membawa barang bawaan seperti dirinya.
Mungkin mereka semua sama dengan Seruni, Ingin merantau agar dapat menaikan ekonomi keluarga.
Bis seruni sudah memasuki terminal Bekasi.
Kondektur sudah berjalan sepanjang lorong bis untuk membangunkan para penumpang yang tertidur.
Beberapa penumpang sudah sibuk mengambil barang barang bawaannya yang ada di atas bangku untuk di bawa turun.
Membawa dua tas besar dan satu kardus membuat Seruni agak kesulitan. Ada beberapa orang laki laki yang mau membantu Seruni mengangkat tasnya, seruni baru tau jika mereka adalah tukang panggul.
Seruni merasa senang karena ada banyak orang yang mau membantunya, dalam hatinya Ia berfikir ternyata orang orang kota baik baik ya seperti di desa.
Untungnya sebelum Seruni menyerahkan barangnya kepada salah satu tukang panggul, Tiwi datang menghampiri Seruni.
" Ngga usah Mas biar Saya saja yang bawa " Tiwi mengambil satu tas dari tangan Seruni.
Tukang panggul yang sudah siap membawa tas Seruni terlihat kecewa dengan kedatangan Tiwi.
" Ayo Runi " Mereka berdua pergi meninggalkan apra kuli panggul.
Seruni sangat senang melihat kedatangan Tiwi, temannya.
" Kalo ada yang nawarin begitu jangan mau, ada bayarannya tidak gratis "
" Oh pantas, aku pikir kok mereka baik sekali berebut mau membawakan tasku "
" Nggak ada yang gratis disini, semuanya harus bayar bahkan untuk kencing saja bayar "
" Kencing bayar? " Tanya Seruni heran.
" Iya bayar, gila kan? orang kota pintar mencari peluang usaha. Mereka membuat fasilitas umum seperti membuat kamar mandi, lalu jika ada yang ingin kencing, buang air besar atau mandi harus bayar "
Mereka berdua masih jalan menuju angkot 05 yang akan mereka naiki menuju ke kosannya.
" Bukan hanya itu, disini jika kamu membawa motor atau mobil dan parkir di suatu tempat, kamu juga harus membayar uang ke tukang parkir "
" Loh memang tukang parkir tersebut membuat fasilitas apa? ya ga ada, ibaratnya mereka menjaga motormu selama kamu ga ada.
" Wah ada ya usaha seperti itu? " Seruni merasa heran mendengar cerita dari Tiwi.
Setelah sepuluh menit berjalan kaki, mereka berdua sudah sampai di angkot 05.
Mereka berdua pergi untuk kemudian menaiki angkot 05 menuju ke kosan.
Menurut tiwi jarak dari terminal ke kosan mereka kurang lebih lima belas menit.
Sepanjang perjalanan Tiwi dan Seruni salain bercerita satu sama lain.
" Bagaimana kabat Ibuku di kampung Run?
" Ibumu terlihat sehat Tiw, setiap hari bersama beberapa temannya, termasuk Ibuku selalu berangkat ke sawah "
" Aku suda Bilang sama Ibu untuk jangan bekerja lagi di sawah, tapi tetap saja Ibu pergi ke sawah. Katanya banyak teman teman di sawah "
" Betul, mungkin karena banyak teman sebaya jadi orang tua kita senang jika ke sawah bersama sama "
" Kayanya begitu, tahun depan menurut informasi telpon sudah masuk ke daerah kita. Aku tidak sabar untuk memberikan Ibu telpon agak bisa menelponnya setiap hari "
" Aku juga pingin membelikan ibuku telpon "
" Ayo kita kerja keras agar bisa membelikan orang tua kita Telpon "
Seruni mengangguk penuh semangat
" Oh iya, Aku sudah bilang dengan Ibu kos kalau kamu mau menempati kamar nya hari ini dan aku juga sudah talangi dulu untuk membayar uang kosanmu "
" Makasih banyak ya Tiwi kalau nggak ada kamu aku pasti sekarang masih di kampung halaman kita membantu Ibu menggarap sawah "
" Sama-sama Runi kita kan satu kampung jadi harus saling tolong-menolong, nanti kalau misalkan dikerjakan ada yang tidak mengerti tanyakan saja padaku ya "
Seruni mengangguk mendengar ucapan Tiwi. Memang sedari kecil Tiwi sudah ringan tangan membantu orang orang di kampungnya.
Jika ada yang yang meminta bantuan maka Tiwi akan membantunya.
" Oh iya kamu mulai kerja besok ya. Pertama tama kamu masuk shift pagi seperti aku, kita masuk dari jam tujuh pagi dan selesai jam lima sore "
" Liburnya selalu hari minggu Tiw? "
" Iya kalo masuk pagi, libur kita selalu hati minggu "
Tidak lama kemudian kami sampai di tempat tujuan " Kiri Bang "
Aku baru tahu jika ingin menghentikan mobil, kita harus bilang kiri Bang.
Dari tempat pemberhentian mobil angkot sampai menuju kosan hanya sekitar 5 menit saja.
Kami sudah tiba di depan kosan petak berwarna hijau, kebetulan kamar kami tepat bersebelahan.
" Ini kunci kamarmu silahkan dilihat dulu kamarnya Run "
" Bismillah " Ucap Runi dalam hati.
Ia membuka kunci pintu kemudian masuk untuk melihat bagian dalamnya kosannya.
Kosan Rumi terdiri dari kamar, kamar mandi dan disediakan sedikit tempat untuk masak.
" Kemarin aku sudah bersihkan kamarmu jadi kamu gak usah bersihkan lagi, tinggal pasang seprai saja dan taruh bajumu di dalam lemari "
" Makasih banyak loh Tiw sudah banyak bantuin aku "
" Iya sama-sama sudah, kalau gitu kamu mandi dan istirahat dulu, pasti capek kan perjalanan sepuluh jam dari jogja " Tiwi menyerahkan tas yang Ia bawa kepada Seruni dan kemudian masuk ke dalam kamarnya.
Seruni mengambil seprei dan sarung bantal dari dalam tasnya, untuk langsung memasangnya ke kasur.
Benar yang di katakan Tiwi, Ia merasa sangat lelah, mungkin karena sepanjang perjalanan Seruni tidak tertidur sama sekali karena asik melihat pemandangan.
Jadilah Ia memasang seprei dan memasukan baju bajunya ke dalam lemari.
Ketika sudah selesai secara semua seruni langsung bergegas untuk mandi.
Ia berharap besok semuanya berjalan lancar dan Ia dapat bekerja lama di perusahaan itu.
Sebelum tidur, Seruni menyempatkan diri untuk menulis surat untuk Ibu.
Dalam suratnya seruni memberitahukan bahwa ia sudah sampai di bekasi dengan selamat.
Ia pun menceritakan bagaimana kondisi kosannya dan juga menceritakan tentang Tiwi yang sangat baik padanya.
Seruni juga meminta doa ibu yang agar Ia dapat mengerjakan pekerjaan nya dengan baik.
Surat itu akan dikirimkan seruni besok agar keluarganya tidak khawatir.
Setelah menulis surat, seruni merebahkan badannya di atas kasur. Perjalanan selama sepuluh jam membuat badan Seruni lumayan pegal.
Baru merebahkan badannya sebentar saja, Seruni sudah terlelap dalam tidurnya.
Seruni sudah memakai baju rapih untuk berangkat ke pabrik bersama Tiwi.
Sementara belum mendapatkan seragam, Seruni menggunakan kemeja dan celana bahan warna hitam.
" Yuk Runi kita berangkat "
" Iya Tiw " Seruni mengambil tasnya dan menuju keluar kamar.
" Kamu ga dandan toh? " Ujar Tiwi ketika melihat temannya itu masih berwajah polos tanpa make up.
" Harus dandan toh? "
" Ya setidaknya pakai bedak dan lipstik, punya nggak? "
" Belum punya "
Tiwi mengeluarkan dompet berisi beberapa alat make up.
Pertama Ia mengambil bedak dan memakaikannya kepada Seruni.
" Kamu tuh cantik loh Run, tapi wajahmu terlalu polos. Harus bedakan dulu, pulang kerja nanti kita beli bedak dan printilan lain ya "
" Tapi aku nggak bisa pakainya"
" Nanti aku ajarin tenang aja"
Dilihatnya lagi wajah Runi dengan bedak dan lipstik yang sudah menempel di wajahnya.
"Nah kalau gini kan lebih cantik kelihatannya, yuk kita berangkat"
Pabrik tempat mereka bekerja berada di belakang kosan mereka, jika berjalan kaki hanya sekitar 5 menit saja sudah sampai di tujuan.
Di pintu gerbang pabrik sudah banyak ratusan orang berjalan menuju ke arah pabrik menggunakan seragam berwarna coklat.
Mereka semua berpakaian rapi dan para wanita berdandan serta menata rambutnya, Seruni yang berpenampilan sederhana merasa tidak percaya diri.
" Aku antar kamu ketemu Pak Slamet dulu ya, beliau adalah HRD di sini, nanti setelah ketemu Pak Slamet biasanya kamu diantar ke ruang kepegawaian untuk bikin seragam. Setelah itu baru nanti kamu diajak keliling pabrik setiap bagian"
Seruni mengangguk mendengar ucapan dari Tiwi. Sekarang mereka berdua sedang ada di rumah ruangan Pak selamat.
" Oh iya kamu Seruni ya pegawai baru di sini"
" Iya betul Pak "
" Ya sudah Tiwi kamu boleh kembali ke tempat kamu untuk mulai pekerjaan, dan untuk Seruni ini ada beberapa kertas perjanjian kerja yang bisa kamu baca dulu, dan kalau kamu setuju dengan perjanjian yang ada di dalam kertas itu bisa langsung di tanda tangan"
" Baik kalau gitu Pak saya pamit dulu, aku kerja dulu ya Runi "
"Iya Makasih Tiw "
Seruni membaca kertas yang berisi surat perjanjian kerja antara dirinya dengan pabrik ia bekerja.
Ia membaca semuanya dengan teliti dan seksama agar tidak terjadi kesalahan. Dan setelah ia baca semua ia langsung menandatangani perjanjian kerjanya itu.
"ini sudah selesai saya tanda tangani Pak"
" Oke jadi nggak ada pertanyaan ya Runi? "
" Nggak ada Pak"
" Baik Kalau tidak ada kita langsung ke ruang kepegawaian untuk mengukur baju seragam kamu, setelah itu nanti saya antar ke tempat kamu nanti di tempatkan untuk bekerja "
Seruni dan Pak Selamet keluar dari ruangan untuk menuju ruang kepegawaian.
"Jadi kamu satu kampung dengan Tiwi?"
" Betul Pak sama-sama dari Warnasari "
" Enak kalau begitu, Jadi nanti kalo ada yang mau di tanyakan bisa langsung tanyakan kepada Tiwi ya "
"Baik Pak"
Setelah melakukan pengukuran baju, dengan beberapa teman lainnya yang berjumlah tiga orang, mereka dibawa berkeliling pabrik oleh Pak Slamet.
Dimulai dari tempat penyimpanan bahan baku dan bagian pembentukan tanah menjadi bentuk-bentuk yang diinginkan.
Ada yang dibuat menjadi alat makan, ubin dan hiasan lainnya. Setelah dari pembentukan, tanah-tanah itu akan dikeringkan dahulu sebelum masuk ke dalam proses pembakaran.
Di dalam bagian pembakaran, Seruni melihat banyak tungku-tungku besar dan menjulang.
Setelah sudah dibakar, keramik itu akan melalui proses selanjutnya yaitu pengglasiran keramik. Pengglasiran keramik sendiri adalah tahapan terakhir dari pembuatan keramik.
Keramik-keramik itu nantinya akan dilapisi glasir dengan cara dicelup, dituang, ataupun disemprot.
Setelah semua keramik sudah dibentuk dan dihias sesuai dengan yang diinginkan, keramik-keramik itu akan dikelompokkan dan kemudian akan lakukan proses packing yang selanjutnya akan didistribusikan kepada customer.
Seruni akan ditempatkan bersama dengan Tiwi yaitu di bagian packing.
Di bagian packing ini terdapat puluhan karyawan wanita yang bekerja dari jam tujuh pagi Hingga jam lima sore.
Hari ini mereka bertiga dibiarkan dulu untuk melihat proses packing seperti apa.
Besok sudah mulai bekerja dengan pengawasan satu orang, agar tidak terjadi kesalahan.
Di dalam proses packing itu, Seruni melihat semua orang bekerja dengan sangat cepat dan tidak boleh ada kesalahan.
Karena keramik sangat mudah pecah, jadi para karyawan pun harus berhati-hati dalam pengerjaannya.
Selain seragam yang mereka gunakan, mereka juga menggunakan penutup hidung dan juga penutup kepala.
Melihat semua proses di pabrik keramik ini membuat Seruni sangat Terkesima. Iya Terpukau melihat pabrik yang sangat besar dan bagaimana proses terbuatnya keramik yang semula hanya dari tanah menjadi sesuatu yang indah dan memiliki pola-pola tersendiri.
Walaupun Seruni sudah gatal ingin mulai bekerja, tapi sesuai perintah dari Pak Slamet hari ini Seruni dan ketiga temannya hanya melihat prosesnya saja.
Jam makan siang pun tiba, semua karyawan akan makan di kantin karyawan termasuk Seruni dan Tiwi.
" Kita bisa mengambil makanan apa saja yang ada di sana dan ga perlu bayar, karena itu adalah fasilitas dari pabrik ini. Tapi kalau kamu bosan dengan makanan pabrik, kamu juga bisa membeli makanan lain di belakang pabrik"
Tiwi menunjuk ke satu tempat yang banyak pedagang di sana.
" Di sana ada bakso, ketoprak, soto, warteg pokoknya apa saja ada nanti kamu tinggal pilih aja jika mau makan di sana, tapi kalau kamu mau mengirit saran aku lebih baik kamu makan di pabrik saja. Makanan disini juga enak-enak kok dan bergizi, selain makanan dan lauk kita juga disediakan susu"
Tibalah mereka berdua di kantin pabrik. Di sini ada ratusan bahkan mungkin ribuan manusia. Ada yang sudah menyantap makanannya dengan duduk di kursi, dan ada juga yang sedang mengantri mengambil makanannya.
" Selama kamu kerja kamu pernah pacaran Tiw? " Tanya Seruni karena melihat banyak laki laki seumuran mereka disini.
" Sempat aku pacaran sama orang di pabrik ini juga, tapi satu tahun yang lalu putus, karena dia selingkuh dengan perempuan lain. Dari Semenjak itu aku belum berpacaran lagi "
" Kalau nanti kamu pacaran sama laki-laki, kamu harus hati-hati dan pastikan dulu dia laki-laki baik atau tidak ya. Karena sekarang banyak sekali laki-laki yang tidak setia "
" Iya Tiw "
Setelah mengantri beberapa menit akhirnya giliran mereka berdua ada di tempat pengambilan makanan.
Seruni mengambil semua lauk yang ada di sana, mengambil air putih dan susu yang sudah disediakan.
Selain fasilitas kantin karyawan, pabrik ini juga memiliki fasilitas kesehatan Jadi jika ada yang sakit bisa langsung mengunjungi Klinik di pabrik ini.
Selama jam makan siang, pikiran Seruni melanglang buana, Ia sangat bersemangat untuk memulai hari esok sebagai karyawan baru di pabrik ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!